Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

KESEHATAN FISIK INDIVIDU

DISUSUN OLEH:

HARI KRISTIANTO
1602011249

MATA KULIAH :
DINAMIKA KELOMPOK DAN KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kelimpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah “Dinamika Kelompok Dan Kepemimpinan “ ini yang berjudul
tentang “Kesehatan Fisik Individu”. Shalawat beriringan salam semoga tetap
tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
pengikutnya.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penyusun sampaikan


kepada semua pihak yang terlibat, atas bantuan dan dukungannya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak kesalahan atau kekurangan dan masih


jauh lagi dalam kesempurnaannya baik dari segi materi maupun penyusunan serta
penulisan dalam makalah ini. Namun, kami sudah mengerjakan semampu
kemampuan kami. kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.

Medan, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

I.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II ISI

II.1 Konsep Kesehatan Mental Berdasarkan Dimensi .............................................. 3

II.2 Teori Perkembangan Kepribadian dari Tokoh ................................................... 4

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan konsep kesehatan berdasarkan emosi ........................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULAN

I.1 Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat indonesia banyak mengalami kemerosotan


kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Banyak faktor yang dapat memicu
menurunnya kesehatan fisik dan mental, oleh karena itulah di indonesia ada
pepatah yang menyatakan bahwa ''Orang Miskin Dilarang Sakit '', sungguh ironis
mendengarnya, namun itulah fakta yang terjadi di sekitar kita.

Sehat sendiri sejatinya merupakan kenikmatan dari Tuhan Yang Maha


Esa yang tak ternilai harganya. Tapi kita sering kali menyepelekan nikmat Tuhan
yang satu ini. Banyak orang yang menganggap sakit itu hanya fisik atau
jasmaninya saja, tetapi lupa bahwa sakit itu bukan hanya fisik atau jasamaninya
saja melainkan juga mental atau rohaniyah.

Di dalam tulisan saya kali ini, kita bukan hanya akan membahas kesehatan
berdasarkan fisik, tetapi juga mengenai konsep sehat berdasarkan dimensi emosi,
intelektual, sosial, fisik, mental, maupun spritual. Dan juga menerangkan tentang
teori perkembangan kepribadian yang terkenal dari tokoh erikson, freud dan
allport.

I.2 Rumusan Masalah

 Berikan penjelasan tentang konsep kesehatan berdasarkan dimensi emosi,


intelektual, sosial, fisik dan spiritual. kemudian beri kesimpulan !

 Terangkan tantang teori perkembangan kepribadian, berikut teori apa yang


terkenal dari dari tokoh erikson, freud, dan allport !
I.3 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan agar para pembaca dan penulis
sendiri dapat mengetahui lebih dalam mengenai konsep kesehatan mental
berdasarkan dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, spiritual dan teori
perkembangan kepribadian dari tokoh erikson, freud dan allport.
BAB II

ISI

II. 1 Konsep Kesehatan Mental Berdasarkan Dimensi :

 Emosi
emosi adalah reaksi kompleks yang mengandung tingkatan
aktivitas yang tinggi, dan diikuti perubahan dalam kejasmanian
serta berkaitan dengan perasaan yang kuat. sehat secara emosional
adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya
seperti marah, senang, sedih, takut, benci, bosan.

 Intelektual
berhubungan dengan kecerdasan dalam berfikir. dimana kita
mampu untuk berfikir dalam mengolah informasi dengan baik dan
memecahkan masalah yang dihadapi.

 Sosial
sehat secara sosial adalah sehat dalam bersosialisasi dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar tanpa membedakan bedakan
ras, agama, suku, status sosial sehingga dapat hidup bersama
dengan damai.

 Fisik
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat
seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih,
mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak
gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit
dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
 Spiritual

Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh


WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal
maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan
lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya
agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

II.2 Teori Perkembangan Kepribadian Dari Tokoh :

 Erik Erikson
Tahap perkembangan erikson terletak di atas prinsip epigenik,
yang artinya tiap komponen berlangsung selangkah demi
selangkah dengan pertumbuhan lebih lanjut yang dibangun
berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Selama tiap tahapan, manusia mengalami interaksi sikap sintonik
dan distonik yang berlawanan, yang mengakibatkan konflik atau
krisis psikososial.
Penyelesainya krisis ini menghasilkan kekuatan dasar dan
memungkinkan seseorang untuk bergerak ke tahap selanjutnya.
Komponen biologis memberikan landasan pada tiap individu,
namun keragaman peristiwa sejarah dan kultur juga membentuk
ego identitas.
Tiap kekuatan dasar memiliki antipati yang mendasarinya menjadi
patologi inti dari tahapan tersebut.
Tahapan-tahapan teori psikososial:
1. Basic trust vs Mistrust (lahir-12/18 bulan)
harus ada keseimbangan dari rasa percaya dan tidak
percaya. pengembangan mistrust agar si bayi lebih aware
dengan dunia tapi harus lebih dominan basic trust. kekuatan
dasar harapan, dan patologi inti penarikan diri.

2. Autonomi vs Shame and Doubt (12/18 bulan – 3 tahun)


anak pengembangkan keseimbangan independen dan
kepuasan diri terhadap rasa malu dan keraguan. kekuatan
dasar kemauan; patologi inti paksaan.
3. Intitiative vs Guilt (3 – 6 tahun)
anak mengembangkan inisiatif katika mencoba aktivitas
baru dan tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah. kekuatan
dasar tujuan atau patologi inti keterhambatan.
4. Industry vs Inferiority (6 tahun – pubertas)
anak harus belajar keterampilan budaya atau menghadapi
perasaan tidak kompeten.kekuatan dasar kompetisi atau
patologi inti inersia.
5. Identity vs Identity confusion (pubertas – dewasa awal)
remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri atau
merasakan kekacauan peran. kekuatan dasar kesetiaan
sedangkan patologi intinya penyangkalan peran.
6. Intimacy vs Isolation (dewasa awal)
individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain;
apabila tidak sukses maka dia akan menderita isolasi.
kekuatan dasar cinta, dan patologi inti eksklusivitas.
7. Generativity vs Stagnation (dewasa tengah)
perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah
membangun dan membimbing generasi selanjutnya.
kekuatan dasar rasa peduli dan patologi inti penolakan.
8. Integrity vs Despair (dewasa akhir)
individu yang lebih tua mendapatkan penerimaan terhadap
hidup, membuatnya dapat menerima kematian atau
sebaliknya. kekuatan dasar kebijaksanaan atau patologi inti
penghinaan.

 Sigmund Freud
Freud mengidentifikasi tiga tingkatan dalam kehidupan mental –
alam tidak sadar (ketidaksadaran), alam bawah sadar, dan
kesadaran.
Pengalaman awal masa kecil yang menyebabkan kadar kecemasan
yang tinggi biasanya ditekan ke dalam ketidak sadaran, dimana
hal-hal tersebut akan memengaruhi perilaku, emosi, dan sikap
sesorang selama bertahun-tahun.
Kejadian yang tidak diasosiasikan dengan kecemasan tetapi hanya
terlupakan menjadi isi dari alam bawah sadar.
Gambaran-gambaran kesadaran adalah hal-hal yang disadari dalam
waktu apapun.
Freud menemukan tiga bagian dari pikiran – id, ego, dan superego.
Id tidak disadari, kacau, tidak berhubungan dengan realitas, dan
mengikuti prinsip kepuasan.
Ego adalah bagian eksekutif dari kepribadian, berhubungan dengan
dunia nyata, dan mengikuti prinsip realitas.
Superego mengikuti prinsip moral dan idealitas yang mulai
terbentuk setelah masalah Oedipus Complex terselesaikan.
Semua motivasi dapat dirunut kembali pada dorongan seksual dan
agresif. perilaku masa kecil yang berhubungan dengan seks dan
agresi biasanya akan mendapatkan hukuman, yang kemudian
berakibat pada represi dan kecemasan.
Untuk melindungi dirinya dari kecemasan, ego membentuk
mekanisme pertahanan yang beragam dan salah satu contoh paling
mendasarnya adalah represi.
Freud menggaris bawahi tiga tahapan perkembangan yang utama –
periode masa bayi, periode laten, dan genital – akan tetapi ia lebih
mendedikasikan perhatiannya pada tahapan infantil.
Tahapan infantil dibagi menjadi tiga subtahapan – oral, anal, dan
falik, dimana pada tahapan falikakan diberangi dengan oedipus
complex.
Selama tahapan oedipal, seorang anak menginginkan penyatuan
secara seksual dengan salah satu orang tua sekaligus juga mulai
membangun rasa tidak bersahabat dan hostilitas terhadap orang tua
yang satunya lagi.

 Allport
Ia mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari
sistem psikofisik seseorang yang menentukan perilaku dan pikiran
dari orang tersebut.
Orang yang sehat secara psikologis ada enam kriteria :
1. pertama adlah perluasan perasaan diri. pribadi yang matang
terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri dan
berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri
mereka.
2. kedua adlah kepribadian yang matang memiliki karakter
berupa “hubungan yang hangat dengan orang lalin”
(allport,1961,hlmn.285.)
3. ketiga adalah keamanan emosional atau penerimaan diri.
pribadi yang matang menerima diri mereka apa adanya, dan
memiliki apa yang disebut allport (1961) sebagai
keseimbangan emosional.
4. keempat adalah manusia yang sehat secara psikologis juga
memiliki persepsi yang realistis mengenai lingkungan di
sekitarnya.
5. kelima adalah insight dan humor. pribadi yang matang
mengenal dirinya sendiri, sehingga tidak mempunyai
kebutuhan untuk mengatribusikan kesalahan dan
kelemahannya kepada orang lain.
6. keenam adalah filosofi hidup yang integral. manusia yang
sehat mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan
hidup mereka.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan Berdasarkan Dimensi

Masing masing dimensi memiliki peran penting yang tidak bisa digantikan
dengan dimensi lainnya. Kelima dimensi ini secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kesehatan kita, untuk itu kita harus mengembangkan dan menjaga
keseimbangannya dengan cara terus belajar atau berlatih.
DAFTAR PUSTAKA

Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Depdikbud Dirjen Dikti


PPLPTK Jakarta.

Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:


Gramedia.

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Prayitno. (1987). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP


IKIP.

Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing


Corporation.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Muqodas, I. (2011). Efektivitas Model Service Quality Untuk Meningkatkan


Kualitas Layanan Bimbingan dan Konseling. Tesis pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sudjana, N & Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru

Ketut, D dan Made, D. (1990). Pedoman Praktis Bimbingan Penyuluhan di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Nicole A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L.
Ridley Meyers, and Karen Friedlen. (2009). The Relationship Between
Psychological Birth Order and Romantic Relationships. American Counseling
Association Annual Conference and Exposition, March 19-23, Charlotte, North
Carolina. [online]. Tersedia: http://.sagepub.com/cgi/relationship/ /2009/3/19-23.

Schneiders, A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York:


Rinehart & Winston.

Anda mungkin juga menyukai