Anda di halaman 1dari 19
Salinan. Menimbang: a. Mengingat BUPATI BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BOJONEGORO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1. BUPATI BOJONEGORO, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 60 ayat (6) Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 7 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Padangan Kabupaten Bojonegoro, maka ketentuan mengenai pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan diatur dalam Peraturan Bupati; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perl menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Padangan Kabupaten Bojonegoro; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dacrah-Dacrah Kabupaten/Kota Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomr 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 10. 1. 12. 13. -2- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3259); Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); Undang-Undang Nomor 23 ‘Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5597) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 290, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); Undang Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara Republik: Indonesia Nomor 5612); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 14, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan; 15.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional; 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Standar Tarif Pemeriksaan Calon Tenaga Kerja Indonesia; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 18, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 85 Tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit; 19.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelenggarean Pelayanan Rawat Jalan Eksckutif di Rumah Sakit; 20. Peraturan Dacrah Kabupaten Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bojonegoro (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 9 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011 Nomor 12); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 7 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Padangan Kabupaten Bojonegoro (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016 Nomor 7); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO. BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang di maksud dengan: 1, Dacrah adalah Kabupaten Bojonegoro. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 3. Bupati adalah Bupati Bojonegoro. 4, Rumah Sekit Umum Daerah Padangan, yang selanjutya disebut RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Padangan Kabupaten Bojonegoro. a 10. ql. 12. 13. 14. 16. 17. -4- Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Padangan Kabupaten Bojonegoro. Dewan Pengawas Rumah Sakit, yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah unit non struktural pada rumah sakit yang melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara internal yang bersifat nonteknis perumahsakitan yang melibatkan unsur masyarakat yang diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pelayanan keschatan adalah pelayanan kesehatan perorangan paripuma di RSUD meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan/atau pelayanan lainnya. Tarif adalah scbagian atau seluruh biaya penyclenggaraen kegiatan pelayanan di RSUD sebagai basis perhitungan pungutan retribusi. Sistem pembagian jasa pelayanan adalah suatu metode/cara pemanfaatan dan pembagian komponen jasa pelayanan dari pendapatan retribusi dalam bentuk insentif yang diterima oleh pelaksana pelayanan dan petugas lainnya berdasarkan kriteria/indeks beban kerja, indeks risiko, dan/atau indeks lainnya yang ditctapkan dengan Peraturan Bupati. Indcksing adalah variabel yang ditetapkan untuk menghitung besaran jasa pelayanan. Indeks dasar (Basic Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan pengalaman kerja dan masa kerja dalam satuan tahunan atau ukuran lain yang dipersamakan. Indeks kemampuan (Competency Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan tingkat pendidikan dan/atau pelatihan teralhir sebagai representasi kemampuan, penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Indeks risiko kerja (Risk Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan penilaian risiko kerja yang berdampak pada kesehatan, keselamatan dan/atau risiko hukum dalam menjalankan tugasnya. Indeks kegawatan (Emergency Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan tugas keschariannya yang membutuhkan tingkat kecepatan, ketepatan, dan penyegeraan pelayanan dalam rangka penyelamatan jiwa (life saving) atau kegawat-daruratan lainnya. Indeks jabatan (Position Index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan jenjang jabatan yang disandangnya dalam organisasi (RSUD). Indeks kinerja (Performance index) adalah pemberian indeks pada karyawan berdasarkan kinerja yang dihasilkan melalui penilaian kinerja (performance appraisal) yang telah ditetapkan dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) atau penilaian lain yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan kinerja karyawan. 18. 19. 20. 21. -5- Bobot (Rating) adalah pemberian bobot nilai pada setiap indeks berdasarkan kriteria bahwa indeks tersebut rating-nya lebih tinggi satu dari yang lain. Dokter spesialis tamu adalah dokter spesialis dari Rumah Sakit Lain yang atas dasar perjanjian kerjasama diberikan jin melaksanakan pelayanan medik spesialis sesuai kewenangannya (clinical privilege) di RSUD. Kinerja adalah hasil kerja dari karyawan secara tim kerja berupa kkinerja pelayanan dan kinerja keuangan yang terukur. Karyawan adalah Pegawai Negeri Sipil maupun Non Pegawai Negeri Sipil (pegawai kontrak) yang tercatat secara resmi sebagai pegawai RSUD. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu ‘Asas Pasal 2 Pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan dilaksanakan berdasarkan asas: eS PPP legalitas; keadilan; kebersamaan; transparansi; kepatutan; dan kewajaran. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Tujuan pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan adalah untuk : a. meningkatkan mutu pelayanan keschatan di RSUD dan untuk membangun citra pelayanan publik Pemerintah Daerah kepada masyarakat; meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dan kinerja keuangan di RSUD; meningkatkan kesejahteraan seluruh karyawan di RSUD; meningkatkan motivasi dan disiplin kerja dalam mewujudkan pelayanan keschatan yang bermutu dan memuaskan sesuai tanggung jawab profesi dan tugas pokok masing-masing; terwujudnya akuntabilitas publik dalam pengelolaan keuangan daerah yang bersumber dari pendapatan retribusi pelayanan kesehatan; meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap mutu dan akses pelayanan kesehatan di RSUD; dan berjalannya fungsi pembinaan dan pengendalian manajemen pengelolaan RSUD secara berhasil guna. -6- BAB IIL PRINSIP Pasal 4 Peranfaatan dan pembagian dilaksanakan berdasarkan prinsip: SRBorp () (2) (3) (4) (5) QQ kinerja; profesionalisme; distributif; kerjasama tim; dan proporsionalitas. BABIV SUMBER JASA PELAYANAN Pasal 5 Sumber utama alokesi anggaran pembagian jasa pelayanan karyawan berasal dari komponen jasa pelayanan dari pendapatan retribusi pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain yang sah di RSUD. Sumber-sumber lain yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain meliputi: a. keuntungan pengelolaan depo farmasi (Unit Pelayanan Farmasi) di RSUD; b. selisih lebih dari tarif pelayanan yang diselenggarakan dengan pihak ketiga dan /atau paket-paket pelayanan kesehatan; dan c, pendapatan dari pelayanan pendidikan dan penclitian peserta didik di RSUD (pembimbingan praktik atau penelitian klinik atau manajemen RSUD). Proporsi pengalokasian keuntungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diatur dan ditetapken dalam Peraturan Bupati tentang Pengelolaan Depo Farmasi (Unit Pelayanan Farmasi). Kebutuhan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan di Dokumen Pclaksanaan Anggaran (DPA) RSUD setiap tahunnya sesuai ketentuan Pasal 72 pada ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 8 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Dalam hal alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) _ terjadi kekurangan atau kelebihan karena adanya perubahan kinerja pelayanan, maka dapat diejukan perubahan alokasi jasa pelayanan melalui mekanisme APBD Perubahan pada tahun anggaran berjalan. BABY KEBIJAKAN ANGGARAN Pasal 6 Besaran proporsi pendapatan layanan RSUD yang menjadi sumber anggaran sistem pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dan paling banyak 50% (lima puluh persen). (2) (3) (4) 6) a (2) Q) (2) -7- Setiap tahun Dircktur mengajukan besaran proporsi pengalokasian mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam DPA RSUD sesuai mekanisme APBD setelah mendapatkan persetujuan Dewan Pengawas. Dalam pengajuan besaran alokasi anggaran pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan scbagaimana dimaksud pada ayat (2) Direktur wajib mempertimbangkan: sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direktur wajib mempertimbangken: kinerja pelayanan; kemampuan pembiayaan; pengendalian mutu pelayanan dan pengendalian biaya; dan akumulasi penerimaan pembayaran klaim pelayanan BPJS Kesehatan, Alokasi anggaran pembagian jasa pelayanan tahun sebelumnya yang belum terbayarkan karena klaim pelayanan BPJS - Kesehatan yang belum cair, dapat diakumulasikan dan/atau dibagikan jasa pelayanannya pada tahun anggaran berkenaan berikutnya. Boop BAB VI ‘TIM PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN RSUD Pasal 7 Dalam rangka pemanfaatan dan pembagian jasa pelayanan RSUD, Direktur membentuk Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD. ‘Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dan bertanggung jawab dalam: a. menyusun pedoman penilaian indeksing untuk pembagian pos kebersamaan; b. mengelola dan memfasilitasi keluhan karyawan _terhadap implementasi Sistem Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan; c. menghimpun, memverifikasi, dan mengolah (menghitung) total poin indeksing dari semua unit kerja yang sudah melakukan penilaian sendiri (self assessment) masing-masing karyawan yang bekerja di Unit Kerjanya berdasarkan Pedoman Penilaian Indeksing yang sudah ditetapkan; dan d. mengajukan usulan pembayaran kepada Direktur untuk dibayarkan kepada masing-masing nama dalam daftar penerima jasa pelayanan setiap bulannya. BAB VII PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN Pasal 8 Alokasi anggaran jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), pemanfaatannya digunakan untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan kesehatan di RSUD. Peningkatan mutu dan kinerja pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diharapkan dapat terwujud dari peningkatan motivasi kerja pernberi pelayanan langsung di Unit Kerja (Instalasi) dan pemberi pelayanan tidak langsung. (3) a (2) (3) (4) @ (2) (3) -8- Pembagian jasa pelayanan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 5 pada ayat (1) menggunakan sistem pembagian jasa pelayanan dalam bentuk insentif, dibagi secara proporsional antara Unit Kerja (Instalasi) penghasil pendapatan pelayanan langsung dan pemberi pelayanan tidak langsung dengan pola dasar tertentu. Pasal 9 Pemanfaatan jasa pelayanan di RSUD untuk: a. insentif pemberi pelayanan langsung; dan b. insentif pemberi pelayanan tidak langsung. Sctiap karyawan yang telah berkinerja dan memberikan kontribusi pada peningkatan mutu pelayanan dan/atau pendapatan RSUD berhak memperoleh insentif selain gaji tetap yang diterimanya. Insentif pemberi pelayanan langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diterimakan pada individu atau tim sesuai dengan jenis pelayanan yang telah dilakeanakan. Insentif pemberi pelayanan tidak langsuing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diterimakan kepada pemberi pelayanan tidak langsung yang memungkinan pelayanan keschatan RSUD dapat dilaksanakan dengan baik. BAB VIII POLA PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN JASA PELAYANAN Pasal 10 Pola dasar proporsi pembagian jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. sebesar 66% (enam puluh enam persen) untuk insentif unit kerja (instalasi Pelayanan) pemberi pelayanan langsung sesuai pendapatan komponen jasa pelayanan di Unit Kerja yang bersangkutan; dan b. sebesar 34% (tiga puluh empat persen) untuk insentif pelayanan tidak langsung. Pembagian jasa pelayanan sebesar 66% (enam puluh enam persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sesuai hasil pembagian jasa pelayanan yang disusun oleh Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur. Pembagian jasa pelayanan sebesar 34% (tiga puluh empat persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, sebagai berikut: a. sebesar 25% (dua puluh lima persen), dibagikan pada tingkat individu dengan menggunakan sistem indeksing; b. _ sebesar 6% (enam persen) untuk insentif Direktur; dan c. sebesar 3% (tiga persen) diperuntukkan insentif para Pejabat Struktural sesuai jenjang esclonering dan beban kerja. @ (2) (3) 4) 8) BAB IX POLA INDEKSING Pasal 11 Indeksing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf a yang diperhitungkan, meliputi: a, Indeks Dasar (Basic Index) berdasarkan gaji pokok masing-masing pegawai. Bobot (Rating) Indeks Dasar adalah 1 (satu). b. Indeks Kemampuan (Competency Index) berdasarkan tingkat pendidikan teralkhir dan kegiatan pelatihan dalam satuan hari pelatihan yang pernah diikuti. Bobot (Rating) Indeks Kemampuan adalah 3 (tiga); c. Indeks Risiko (Risk Index} dengan memperhitungkan risiko selama melaksanakan tugas pekerjaan yang dikelompokkan dalam 4 (empat) grade. Semakin tinggi risiko pekerjaan semakin tinggi gradenya. Masing-masing jenis pekerjaan yang masuk kategori grade tertentu ditetapkan bersama oleh Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD. Bobot (Rating) Indeks Risilo adalah 3 (tiga); d. Indeks Kegawatdaruratan (Emergency Index) memperhitungkan beban kerja yang berkaitan dengan penyelamatan nyawa pasien baik secara langsung maupun tidak secara langsung atau penyegeraan pelayanan. _Jenis pekerjaan yang masuk kategori indeks ini juga dikelompokkan dalam 4 Grade. Bobot (Rating) Indeks Kegawatderuratan adalah 3 (tiga); e. _ Indeks Jabatan (Position Index) setiap jabatan formal yang menjadi tanggung-jawab pegawai diperhitungkan berdasarkan jenjang tanggung jawabnya maupun luasan bidang tugas yang diembannya, Bobot (Rating) Indeks Jabatan adalah 3 (tiga); dan f. Indeks Kinerja (Performance Indeks) memperhitungkan kinerja karyawan yang dicapai setiap pegawai berdasarkan penilaian kinerja pegawai atau penilaian capaian Sasaran Kinerja Pegawai atau penilaian lain yang disetarakan. Bobot (Rating) Indeks Kinerja adalah 4 (empat). Tim Pemanfaatan dan Pembagian Jasa Pelayanan RSUD, setiap bulan melekukan verifikasi dan mengkompilasi capaian indeks kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seluruh karyawan RSUD kecuali Direktur. Total indeksing seluruh keryawan merupakan faktor pembagi (denominator) dari alokasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf a sebagai nilai per poin. Pencrimaan pembagian jasa pelayanan dari tingkat individu merupakan perkalian antara total poin indeksing yang dicapai dengan nilai per poin sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Ketentuan terkait pola indeksing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Anda mungkin juga menyukai