Anda di halaman 1dari 4

42

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian cross sectional yang


mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan cara
pendekatan,observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Dengan kata lain,setiap subjek hanya diobservasi satu kali pada saat
penelitian dilakukan. Sehingga penelitian ini hanya dapat menggambarkan
kekuatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,tetapi
tidak menggambarkan hubungan antara sebab dan akibat yang terjadi dan tidak
mengetahui seberapa jauh faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hipertensi,karena pengambilan data diambil secara bersamaan.

Keterbatasan penelitian ini adalah waktu penelitian yang masih tergolong


singkat dan responden banyak yang salah dalam melakukan pengukuran kadar CO
dikarenakan responden didominasi oleh para lansia. Penelitian ini juga
menggunakan responden yang berada di Cempaka putih wilayah Jakarta Pusat.
Hal ini menyebabkan interpretasi hasil penelitian terbatas pada responden yang
berada di Cempaka Putih wilayah Jakarta Pusat. Penelitian lanjutan yang
melibatkan populasi umum dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Faktor faktor yang mempengaruhi
hipertensi pada perokok.

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan pembahasan mengenai penelitian tentang


Distribusi Hipertensi pada perokok, yang dalam hal ini terdapat 100 responden
yang diukur tekanan darahnya,kadar CO nya,dan diuji ketergantungan Nikotinnya.
Selain itu membahas mengenai hubungan kadar CO Udara Ekspirasi dan
Ketergantungan Nikotin dengan Hipertensi. Interpretasi hasil penelitian
membahas kesesuian dan kesenjangan antara hasil penelitian yang dilakukan
dengan teori dan konsep yang mendasari penelitian ini.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


43

5.2.1 Distribusi Hipertensi pada Perokok di Cempaka Putih wilayah Jakarta Pusat
tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian tentang Hipertensi pada perokok,didapatkan


bahwa dari 100 responden perokok terdapat lebih dari setengah responden
mengalami hipertensi,diantara nya terdapat 14 responden (14%) mengalami
prehipertensi,47 responden (47%) mengalami hipertensi derajat 1,7 responden
(7%) mengalami hipertensi derajat 2. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan Yashinta lebih dari setengah responden yaitu 60 responden mengalami
hipertensi sedangkan 32 responden tekanan darahnya Normal(Normotensi).

5.2.2 Distribusi Ketergantungan Nikotin pada Perokok di Cempaka Putih wilayah


Jakarta Pusat tahun 2016

Berdasarkan hasil Penelitian tentang Ketergantungan Nikotin pada


perokok ketergantungan Nikotin yang rendah sebesar 27%. Sedangkan responden
yang dikategorikan ketergantungan Nikotin yang sangat rendah sebesar 44%.
Banyaknya responden yang ketergantungan Nikotin nya sedang sebesar 24%
sedangkan responden yang ketergantungan Nikotinnya tinggi hanya sebesar 5%.
Penelitian ini serupa dengan penelitian I B Ngurah rai FK UNAND yaitu hampir
seperempat responden nya mengalami ketergantungan nikotin yang rendah.

5.2.3 Distribusi Kadar CO Udara Ekspirasi pada Perokok di Cempaka Putih


Wilayah Jakarta Pusat tahun 2016

Berdasarkan hasil Penelitian tentang Kadar CO Udara Ekspirasi pada


perokok didapatkan responden yang memiliki kadar CO Udara Ekspirasi kurang
dari atau sama dengan 10 ppm sebanyak 20 responden (20%) sedangkan yang
untuk lebih dari 10 ppm sebanyak 80 responden (80%). Penelitian ini serupa
dengan penelitian Iin Rahmania yaitu perokok yaitu sebesar 22 ppm.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


44

5.2.4 Distribusi Derajat perokok menurut Indeks Brinkman di Cempaka putih


wilayah Jakarta Pusat

Berdasarkan hasil penelitian terdapat responden yang Indeks Brinkman


nya ringan sebesar 30 (30%). Sedangkan responden yang Indeks Brinkman nya
sedang adalah 44 (44%) dan yang memiliki Indeks Brinkman Berat sebesar 24
(24%). Derajat perokok sedang yang terbesar responden nya untuk di Cempaka
Putih wilayah Jakarta Pusat.

5.2.5 Hubungan Kadar CO Udara Ekspirasi dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil uji Spearman Rho dan Kendall Tau, benar adanya bahwa
ternyata Kadar CO Udara Ekspirasi dengan hipertensi tidak memiliki makna
secara signifikan dengan nilai p-value >0,05. Hal ini tidak sejalan dengan teori
yang menjelaskan bahwa karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk
kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,
mengakibatkan proses aterosklerosis. Proses tersebut merupakan awal dari
peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat berakhir pada kondisi
hipertensi. Hal ini tidak sejalan dikarenakan keterbatasan penelitian dalam jumlah
responden hipertensi yang kurang banyak karena hanya menggunakan pendekatan
cross sectional dan banyak responden yang masih salah dalam menggunakan alat
CO analyzer.

5.2.6 Hubungan Ketergantungan Nikotin dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil uji Spearman Rho dan Kendall Tau, benar adanya
bahwa ternyata Ketergantungan Nikotin dengan hipertensi memiliki makna secara
signifikan dengan nilai p-value <0,05.Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Finanda dari universitas Muhammadiyah Pontianak yaitu sebagian besar
responden mengalami tekanan darah tinggi (56,98%) dan hasil menunjukan
bahwa adanya hubungan antara kadar nikotin dengan tekanan darah dengan nilai
p-value =0,000.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


45

5.2.7 Hubungan Derajat perokok dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil uji Spearman Rho dan Kendall Tau, benar adanya
bahwa ternyata Derajat perokok dengan hipertensi tidak memiliki makna secara
signifikan dengan nilai p-value >0,05. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian
Miyatake yang mendapatkan peningkatan risiko sindrom metabolik terdapat pada
perokok berat (indeks Brinkmann >600) (p<0,05).Hipertensi merupakan salah
satu sindroma metabolik, artinya terdapat hubungan antara derajat perokok
dengan hipertensi. Ada beberapa hal yang menyebabkan hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan teori. Sejalan dengan penelitian Bambang yang mendapatkan tidak
ada hubungan derajat perokok dan kejadian hipertensi (p=0,358). Pada penelitian
ini terdapat interaksi kuat antara konsumsi alkohol, kebiasaan merokok. Artinya
faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil analisis.

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai