Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tingkat perkembangan suatu negara sebagian besar didasarkan pada tingkat
pencapaian pendidikannya. Pencapaian pendidikan dikatakan baik apabila mampu
mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang ada. Saat ini
manusia sepenuhnya tergantung pada ilmu pengetahuan untuk fasilitas dalam
negeri, produksi industri, komunikasi, pertanian, kedokteran, transportasi,
pertahanan dan lain-lain. Untuk menyikapi hal tersebut, literasi ilmiah (scientific
literation) bagi semua orang merupakan suatu keharusan. Banyak pekerjaan yang
memerlukan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga kerja yang dapat
belajar, menalar, berpikir kreatif, mampu membuat keputusan dengan tepat, dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, pemahaman
sains dan proses-proses sains akan memberikan kontribusi yang esensial terhadap
kemampuan-kemampuan tersebut (Suastra, 2013).
Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salameh et al (2013)
menyatakan tujuan pendidikan sains adalah untuk mengajarkan siswa bagaimana
berpikir, bukan menghafal materi pembelajaran tanpa memahami atau bagaimana
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah Indonesia terus melakukan
perubahan dalam sistem pendidikan. Salah satu aspek yang sering mengalami
perubahan adalah kurikulum yang diberlakukan. Hamalik (dalam Bintari et al,
2014) menyatakan bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang
berkaitan erat. Kurikulum pada dasarnya merupakan perencanaan menyeluruh
yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan dan memberikan
kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan adanya kurikulum, maka

1
akan tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses belajar
mengajar. Sebelumnya kurikulum KTSP menjadi harapan bagi pendidikan
Indonesia untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Namun kenyataannya, tujuan pendidikan tersebut pada umumnya masih
belum dapat terwujud secara optimal. Salameh et al (2013) mengungkapkan
bahwa rendahnya prestasi sains diindikasikan karena beberapa guru sains tidak
mengadopsi metode pengajaran sains modern dan mereka masih menggunakan
metode pengajaran tradisional yang sudah terbukti bahwa hal tersebut tidak
efektif. Akibatnya, ada kelemahan terlihat dalam pencapaian prestasi sains siswa.
Menyikapi hal tersebut, maka instruksi sains harus fokus untuk membantu siswa
memperoleh kemampuan berpikir ilmiah, fokus pada metode sains dan proses.
Oleh karena itu, guru sains memiliki tanggung jawab memberikan siswa situasi
belajar yang efektif, kegiatan yang mengarah pada praktek kemampuan berpikir
tingkat tinggi seperti penggunaan keterampilan pemecahan masalah dan
menggunakan ketrampilan proses sains (Salameh et al, 2013).
Salah satu lembaga pendidikan yang terdapat di Bali adalah Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja (UNDIKSHA). Undiksha memiliki misi utama
yakni “Menghasilkan tenaga pendidik yang professional meliputi pengembangan
kepribadian, memberikan dasar-dasar untuk mengembangkan sikap dan wawasan
mahasiswa serta membekali dengan pengalaman belajar baik melalui teori-teori
pendidikan dan strategi pembelajaran”. Undiksha sebagai salah satu lembaga
pendidikan, menyiapkan calon pendidik yang bermutu dan berkualitas. Salah satu
cara untuk menghasilkan tenaga pendidikan yang bermutu adalah dengan adanya
program PPL-Real. PPL-Real (Program Pengalaman Lapangan secara Real)
adalah akumulasi atau muara seluruh kurikulum pendidikan mahasiswa calon
guru, yang mencakup pelatihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di
luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan
pembentukan kompetensi keguruan.
Kegiatan PPL-Real diselenggarakan secara bertahap dan terpadu dalam
bentuk orientasi lapangan, pelatihan terbatas, pelatihan terbimbing, dan pelatihan
mandiri yang terjadwal secara sistematis yang difasilitasi dosen pembimbing dan
guru pamong yang memenuhi syarat secara kolaboratif. Melalui PPL-Real yang
dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, mahasiswa sebagai calon pendidik

2
diharapkan mampu menguasai kompetensi sebagai seorang guru. Kompetensi
yang dimaksud antara lain: (1) Kompetensi Pedagogik, berupa kompetensi
pengelolaan proses belajar mengajar secara utuh untuk memperoleh hasil yang
optimal, (2) Kompetensi professional, berupa penguasaan dan pemahaman tentang
bidang keilmuan yang menjadi bidang pilihannya, maupun bidang pendidikan dan
pembelajaran, serta bidang lainnya yang mendukung keahliannnya, (3)
Kompetensi personal, yang berkaitan dengan sikap kepribadian, minat, disiplin
diri dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tuntutan etika
seorang guru, dan (4) Kompetensi sosial, berupa kemampuan untuk membina
lingkungan atau hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekolah maupun
masyarakat luas.
Mahasiswa calon guru diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang
dapat mengontrol sikap siswa dan membuat siswa semangat dalam belajar. Dalam
hal ini, mahasiswa praktikan melaksanakan kegiatan PPL-Real di SMK TI Bali
Global Singaraja. Pada observasi awal yang dilakukan oleh penulis, kegiatan
pembelajaran fisika di kelas X dan XI sudah berlangsung dengan menggunakan
kurikulum KTSP. Namun, dari hasil observasi awal ternyata sebagian siswa
masih sangat sulit dalam mengeksplorasi sendiri pengetahuan pada setiap proses
pembelajaran. Selain itu, kurangnya motivasi dan minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran khususnya kimia. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran pun
masih kurang karena beberapa siswa masih sering berkeliaran kelas ketika
pelajaran atau terlihat mengantuk. Oleh karena itu, pembelajaran yang berpusat
pada siswa belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut diperlukan model pembelajaran atau
pendekatan yang tepat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas agar
siswa mampu mengeksplorasi pengetahuan dan membangkitkan motivasi siswa
dalam belajar.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan ini adalah
sebagai berikut:

3
1. Model pembelajaran apakah yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar siswa kelas X MM, XI MM, dan XI TKJ di SMK TI Bali Global
Singaraja dalam mempelajari mata pelajaran fisika?
2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa X MM, XI MM, dan XI TKJ di SMK TI
Bali Global Singaraja selama pelaksanaan program PPL?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan PPL-Real ini adalah
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Model pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar siswa kelas X MM, XI MM, dan XI TKJ di SMK TI Bali
Global Singaraja dalam mempelajari mata pelajaran fisika
2. Mendeskripsikan hasil belajar fisika siswa kelas X MM, XI MM, dan XI TKJ
di SMK TI Bali Global Singaraja dalam mempelajari mata pelajaran fisika

1.4 Manfaat
Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL-Real) yang dilaksanakan
di sekolah latihan yaitu SMK TI Bali Global Singaraja selama kurang lebih tiga
bulan tentunya memberikan manfaat bagi mahasiswa yang melaksanakan PPL-
Real itu sendiri, sekolah tempat latihan maupun bagi lembaga penyelenggara
kegiatan tersebut yaitu Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA). Adapun
manfaat yang diperoleh dengan dilaksanakannya PPL-Real adalah sebagai berikut.

1. Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan keterampilan dasar dan teori-teori yang diperoleh di bangku
kuliah dalam situasi nyata yaitu di sekolah tempat PPL.
b. Pengalaman yang didapat bisa digunakan sebagai modal dasar dalam
mengembangkan profesionalitas sebagai seorang guru kelak di lapangan
dengan menerapkan semua ilmu yang diperoleh di bangku kuliah nyata di
sekolah.
c. Melatih mahasiswa menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) serta menggunakan media pembelajaran yang cocok dalam kegiatan
belajar-mengajar.
d. Memahami karakter siswa, baik di kelas maupun di luar kelas.

4
e. Meningkatkan kompetensi bidang profesi keguruan yang harus terus dimiliki
dan dijadikan pijakan dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru yang
profesional.
f. Melatih kemampuan mahasiswa dalam menghadapi perilaku siswa yang
beranekaragam untuk dapat bersabar dan lebih bijaksana dalam berpikir dan
bertindak terhadap prilaku siswa tersebut dalam proses pembelajaran maupun
di luar proses pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
a. Dengan adanya mahasiswa PPL ke sekolah untuk melaksanakan
latihan adalah merupakan sesuatu kesempatan bagi sekolah bersangkutan
untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman dengan mahasiswa dalam
mengembangkan pengelolaan sekolah khususnya dalam proses pembelajaran.
b. Sekolah dapat menyerap informasi dari mahasiswa PPL melalui
LPPL dalam upaya mengembangkan dan menerapkan metode/strategi
pembelajaran yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran guna
meningkatkan kompetensi dasar siswa di sekolah yang bersangkutan.
c. Merupakan suatu kesempatan bagi pihak sekolah untuk
senantiasa saling mendekatkan diri dengan pihak lembaga sebagai wadah
pencetak guru untuk saling bertukar pengalaman dan informasi atas refleksi
yang diperoleh di sekolah tentang kondisi siswa dan pembelajaran di kelas
untuk nantinya dapat dipertimbangkan menuju ke hal yang lebih baik.
3. Bagi LPPL
a. Pelaksanaan PPL-Real merupakan ajang bagi lembaga dalam merefleksi diri
untuk senantiasa tetap berpijak dari kondisi tentang tugas dan fungsi guru
sehingga nantinya dapat terus meningkatkan kualitas lulusannya khususnya
lulusan dalam bidang profesi guru untuk mewujudkan sumber daya manusia
dalam bidang profesi guru sebagai tenaga kerja yang handal, terampil,
profesional dan siap pakai.
b. Hasil laporan refleksi pengalaman lapangan dari mahasiswa yang telah
melaksanakan PPL-Real dapat memberikan kontribusi bagi lembaga dalam
mengembangkan dan meningkatkan pelaksanaan program pengalaman
lapangan bagi mahasiswa berikutnya. Hal ini dapat dicapai dari hasil refleksi
pihak LPPL dalam setiap penerjunan mahasiswa dari tahun ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai