UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 7 hari
Nama : An. X
ANAMNESIS Ruang : Teratai
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : III
1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien / ANC
Ny. D G1P0A0 Hamil saat usia 22 tahun, setelah 3 bulan menikah. Sebelum hamil dan
selama hamil ibu pasien mengaku tidak pernah melakukan vaksinasi. Selama hamil Ny. D
mengaku tidak pernah mengalami sakit dan tidak pernah terjadi gangguan apapun selama
kehamilan. Ny. D rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat setiap bulan dan
diberikan obat penambah darah dan vitamin. ibu tidak pernah mual dan muntah
berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun infeksi saat hamil, sesak saat hamil (-),
merokok saat hamil (-), kejang saat hamil (-). Tekanan darah ibu dalam batasan normal.
Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami kenaikan berat badan selama
kehamilan. Pernah melakukan pemeriksaan USG 4 kali dan dokter kandungan
menyatakan kehamilannya dalam kondisi baik. Perkembangan kehamilan dinyatakan
normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien / NC
Satu hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien Ny. D, merasakan perut kencang-
kencang kemudian memeriksakannya ke bidan desa namun karena usia kehamilan masih
32 minggu berdasarkan HPHT, bidan kemudian merujuk Ny. D ke RSUD dr. Harjono S.
Ponorogo pada malam hari tanggal 28 juni 2017. Dini harinya Ny. D merasakan ketuban
pecah dan tak lama setelah itu proses persainan terjadi secara normal dengan presentasi
kepala, bayi langsung menangis dengan skor APGAR 7-8 dan berat lahir 2500 gram, tidak
ditemukan cacat bawaan saat lahir.
2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 3 tahun
PEMERIKSAAN Nama : An. JR
Ruang : Delima
JASMANI Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelas : III
PEMERIKSAAN OLEH: Devi Van Mulyadi, S.Ked
Tanggal 05 Juli 2017 Pukul 08.00 WIB
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak baik,
Kesadaran : compos mentis, merespon rangsang dengan baik
Vital Sign
SpO2 : 98%
HR : 133x/menit
RR : 52x/menit
Suhu : 36,7ºC
BB/U : 2500 g / 7 hari
Kesimpulan : kondisi bayi saat dilakukan pemeriksaan dalam keadaan baik
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : petekie (-), erosi mukosa (-), ikterik (+) kramer 5, turgor kulit berkurang (+)
Kepala : ukuran normocephal, rambut lurus, berwarna hitam
Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor, mata cekung (-)
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-) kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)
Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RINGKASAN ANAMNESIS
Seorang bayi laki-laki terlahir prematur spontan usia kehamilan 32 minggu dengan berat
badan lahir 2500 gram dan skor APGAR 7-8 di RSUD dr. Harjono S. Ponorogo, kemudian dirawat
di ruang NICU bangsal Teratai untuk diobservasi. Bayi mulai minum susu dengan sonde sejak hari
prtama dilahirkan. Namun karena pasien muntah, kemudian pasien dipuasakan. Keesokan harinya
pasien mengalami sianosis dan kesulitan bernafas sehingga dipasangkan selang oksigen. Tiga hari
kemudian pasien mengalami kejang 1x.
6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
LABORATORIUM
Darah Lengkap : terjadi sedikit peningkatan kadar limofsit.
DIAGNOSA KERJA
- BBL prematur
- HIE
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Terapi
Inf. D5 ¼ NS
IVFD Aminosteril 7,5 cc/ 8 jam
Inj. Amoxicilin 150mg/12jam/IV
Inj. Phytomenadion 1mg/24jam/IV
Inj. Asam Tranexamat 50mg/ 8 jam
Inj. Piracetam 75mg/24jam/IV
Inj. Citicolin 50mg/24 jam
Rencana Tindakan
1. Obsevasi Keadaan Umum dan Vital Sign
2. Observasi kemungkinan terjadi kejang ulang
3. Cukupi intake cairan baik peroral dengan ASI maupun parenteral
7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Rencana Edukasi
1. Informasi mengenai penyakit yang berkaitan dengan penyakit yang diderita serta akibat yang
mungkin dapat terjadi.
2. Menyarankan agar pasien mendapatkan ASI eksklusif
3. Rutin membawa bayi kontrol ke dokter anak untuk mengevaluasi tumbuh kembang.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia
Quo ad sanam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tgl O A P
Pukul 21.00
Pasien kejang, sianosis (+), sesak
(+),
4 Juli Keadaan Umum : sedang BBL O2 2 lpm
2017 Tangis (+), muntah (-), kejang (-), Prematur
TANDA VITAL : Inf. D5 ¼ NS
SpO2 : 99% HIE IVFD Aminosteril 7,5 cc/ 8 jam
HR : 130 x/menit
8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hypoxic Ischemic Encephalopathy (HIE) adalah salah satu manifestasi klinis
adanya gangguan otak. HIE merupakan gejala sisa neurologis dari asfiksia dan
mengakibatkan perubahan sensorium serta kelainan pada tonus otot dengan atau tanpa
kejang. HIE adalah komplikasi kelahiran yang serius karena dapat menyebabkan
kematian dalam 2 tahun atau terjadi kecacatan. Patologi terjadinya HIE yang paling
populer yaitu kegagalan aliran darah dan transportasi oksigen ke otak yang akan
menyebabkan kegagalah energi primer maupun sekunder. HIE dikenal sebagai sindrom
klinis pada infant yang lahir aterm dan merupakan dari hipoksik iskemik yang berat atau
berlangsung lama yang terjadi sebelum atau setelah lahir. Pada infant yang lahir preterm
disebut sebagai Hypoxic Ischemic Injury (HII).
B. Etiologi
Penyebab pasti dari HIE tidak selalu dapat diidentifikasi. Etiologi HIE dapat
dibagi menjadi 3 bagian yaitu antepartum, intrapartum dan postpartum.
1. Antepartum
a. Maternal
- Endokrin (Diabetes)
- Hipertensi dan kelainan kardiovaskular.
- Epilepsi
- Preeklamsia
- Perdarahan pada trisemester ketiga
- Usia ibu saat hamil >35 tahun
- Infeksi parah
b. Fetal
- Hamil gemeli
- Posterm atau preterm
- IUGR
10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
- Kelainan kongenital
- Infeksi
- Kelaian kardiovaskular
2. Intrapartum
a. Plasenta (ablasio, plasenta previa, plasenta kecil)
b. Kelainan tali pusat (prolaps, lilitan, kelainan arteri atau vena)
c. Malpresentasi
d. Operasi cesarian section
e. Vakum atau forcep
f. Ketuban pecah dini dan atau mekonium dalam ketuban
g. Waktu melahirkan yang terlalu cepat atau partus lama
3. Postpartum
a. Kelainan paru yang serius (aspirasi mekonium, pneumonia dan RDS)
b. Kelainan jantung bawaan
c. Sepsis dan shock
d. Apneu berulang atau distress pernafasan
e. Kelainan kongenital
f. Kelainan neuromuskular
g. Prematuritas
h. Anemia berat
i. Kollaps kardiovaskular (sepsis, perdarahan hebat, adrenal hemorage)
C. Patofisiologi
Patofisiologi cedera otak karena cedera hipoksik-iskemik dapat disederhanakan
menjadi dua fase patologis berupa cedera otak dalam beberapa minggu disebut fase
kegagalan energi primer dan fase kegagalan energi sekunder, yaitu gangguan
perkembangan saraf dalam beberapa bulan atau tahun, serta periode laten di antara dua
fase tersebut.
Fase kegagalan energi primer ditandai dengan penurunan aliran darah otak yang
menyebabkan penurunan transpor oksigen dan substrat lain ke jaringan otak. Kejadian
11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
D. Manifestasi Klinis
1. HIE ringan
a. Tonus otot mungkin akan sedikit meningkat dan reflex tendon akan lebih
sensitif pada beberapa hari pertama
b. Perubahan perilaku seperti sulit makan, iritable, kantuk dan tangis yang
berlebih
c. Biasanya akan sembuh dalam 24 jam
2. HIE sedang
a. Letargi, hipotoni yang signifikan, reflex tendon berkurang
12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
E. Klasifikasi
Klasifikasi derajat hypoxic-ischemic encephalopathy (Sarnat dan Sarnat)
Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3
Ringan Sedang Berat
Tingkat Kesadaran Hyperalert Letargi Stupor, Koma
Tonus Otot Normal Hipotonus Lemas
Postur Normal Fleksi Deserebrasi
Refleks
Tendon/ Hiperaktif Hiperaktif Tidak ada
Klonus
Mioklonus Tampak Tampak Tidak tampak
Refleks Moro Kuat Lemah Tidak ada
Tidak ada.
Pupil Midriasis Miosis Refleks
cahaya lemah
Kejang Tidak ada Sering Deserebrasi
EEG Normal Voltase Burst suppresion ke
13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
rendah isoelektrik
hingga
bangkitan
kejang
Beberapa hari
24 jam –
Lamanya <24 jam hingga
14 hari
minggu
Meninggal atau
Hasil Baik Bervariasi
cacat berat
F. Diagnosis
Guideline dari the American Academy of Pediatrics (AAP) dan American
College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) untuk HIE menyatakan bahwa semua
yang tersebut di bawah ini harus ada untuk menunjukkan seberapa berat asfiksia yang
dapat menimbulkan cedera akut neurologi:
- Asidosis metabolik atau pH <7 dari sample yang diambil pada arteri umbilikal
- Skor APGAR 0-3 lebih dari 5 menit
- Sequele neurologis (kejang, koma, hipotonia)
- Keterlibatan organ lain (ginjal, paru, hepar, jantung dan intestinal)
Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis HIE:
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Elektrolit serum
- Fungsi ginjal
- Enzim hepar dan jantung
- Sistem koagulasi (PTT/APTT, kadar fibrinogen)
- Gas darah arteri
2. EEG
Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan untuk hidup dan sekuele
neurologis jangka panjang, seperti kuadriplegia spastik atau diplegia.
14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
3. USG
Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan karena nyaman, tidak invasif,
murah, dan tanpa paparan radiasi pada neonatus yang hemodinamis tidak stabil.
Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive index (RI), yang
memberikan informasi perfusi otak. Peningkatan nilai RI menunjukkan prognosis
buruk.
4. CT-Scan
CT-scan merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai HIE
karena tingginya kandungan air pada otak neonatus dan tingginya kandungan
protein cairan serebrospinal mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
Selain itu, paparan radiasinya tinggi. Namun, CT-scan dapat menscreen perdarahan
pada neonatus sakit tanpa sedasi.
5. MRI
Merupakan pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk bayi yang diduga
cedera otak hipoksik-iskemik. Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan lesi
hipoksik-iskemik dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging) dan
berhubungan dengan hasil akhir. MRI pada hari-hari pertama kehidupan juga dapat
berguna untuk prognosis dan membantu pengambilan keputusan seperti terminasi
kehidupan. MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati lain, seperti
perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi kongenital.
G. Tatalaksana
Prinsip dalam penanganan adalah resusitasi dan stabilisasi, sebagian besar
merupakan terapi suportif yang harus fokus pada: ventilasi yang adekuat, stabilisasi
tekanan darah karena tekanan darah rata-rata diatas 35-4ommHg dapat menurunkan
kemungkinan terjadinya perfusi serebral, terapi cairan, mencegah terjadinya
hipoglikemik maupun hiperglikemik, mencegah terjadinya hipertermia karena terbukti
meningkatkan stadium HIE, penanganan kejang dan terapi hipotermia.
1. Terapi Hipotermia
15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Saat ini terapi hipotermia merupakan terapi utama HIE dan terbukti sangat
efektif mengurangi risiko kematian dan disabilitas bayi baru lahir usia gestasi ≥36
minggu dengan klasifikasi HIE derajat sedang dan berat. Namun, defisit neurologis
menetap pada 40- 50% pasien setelah terapi hipotermia.
Tujuan utama terapi hipotermi adalah menurunkan metabolisme otak,
menyimpan energi, dan mencegah kegagalan energi sekunder dan kematian sel,
sehingga tidak terjadi fase cedera sekunder. Penurunan temperatur hingga suhu
34,5±0,5°C untuk selective head cooling dan 33,5±0,5°C untuk whole-body cooling
telah menjadi standar penanganan bayi dengan cedera otak. Untuk setiap penurunan
1°core temperature, laju metabolik serebral turun sebesar 6-7%.
Dua metode terapi hipotermia, yaitu wholebody cooling dan selective head
cooling; belum ada metode yang dianggap lebih superior. Mortalitas kedua metode
tersebut tidak terlalu berbeda, namun morbiditasnya berbeda; pada whole-body
cooling terdapat peningkatan frekuensi kejadian trombositopenia, koagulopati,
dan/atau kolestasis. Sedangkan kejadian kejang dan penggunaan obat antikonvulsan
lebih tinggi pada metode selective head cooling. Terapi hipotermi dilakukan
berdasarkan beberapa faktor berikut:
a. Berat lahir ≥1800 gram
b. Hasil analisis gas darah
c. Riwayat kejadian perinatal akut
d. Skor APGAR
e. Kebutuhan untuk resusitasi
f. Pemeriksaan fisik (kejang, tingkat kesadaran, aktivitas spontan, postur,
tonus, refleks primitif, dan parameter sistem saraf otonom)
Saat tepat untuk memulai terapi hipotermi yang efektif dan optimal adalah
sesegera mungkin dalam usia kehidupan enam jam, serta dijaga hingga 48-72 jam.
Selama terapi, beberapa parameter harus dipantau, antara lain laju dan fungsi
jantung, tekanan darah, elektrolit, gas darah, gula darah, faktor koagulasi. Setelah
terapi selesai, proses penghangatan harus dilakukan bertahap dan perlahan
menggunakan selimut penghangat atau udara hangat Efek samping jangka pendek
16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
H. Prognosis
Prognosis HIE berkisar antara kesembuhan total hingga kematian, berkorelasi
dengan saat dan lamanya cedera, derajat keparahan cedera, dan manajemen terapi. Bayi
dengan pH awal darah tali pusat <6,7 memiliki 90% risiko kematian atau gangguan
perkembangan neurologis berat di usia 18 bulan. Skor APGAR 0-3 pada 5 menit, defisit
basa tinggi (>20-25 mmol/L), postur deserebrasi, lesi basal ganglia-thalamus berat, HIE
berat hingga usia 72 jam, dan kurangnya aktivitas spontan, meningkatkan risiko
kecacatan dan kematian.
Hubungan antara saat kejadian asfiksia dengan area cedera otak dan tipe
disabilitas
Kejadian Cedera Otak Disabilitas
Ganglia basalis, Atetoid atau CP distonik,
Sedang
thalamus gangguan kognitif ringan
Akut, Asfiksia Disabilitas berat, kuadriplegia
Korteks serebri, basal
hampir total Berat spastik, gangguan
ganglia,
visual kortikal, mikrosefali,
thalamus
gangguan kognitif
Disabilitas sedang, kuadriplegia
Sedang Area watershed
spastik, gangguan
Berlanjut, kognitif
asfiksia Kuadriplegia spastik, gangguan
Parsial Kortikal ekstensif kognitif berat,
Berat
gangguan visual kortikal,
mikrosefali
18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya HIE
yaitu pasien lahir prematur dengan usia kehamilan 32 minggu dan pasien mengalami
distres pernafasan hingga terjadi sianosis. Hal ini memungkinkan terjadinya penurunan
suplai oksigen ke otak sehingga terjadi hipoksia iskemik yang bermanifestasi sebagai
kejang.
19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
DAFTAR PUSTAKA
Dadiyanto Dwi W, dkk. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Depertemen Ilmu Kesehatan Anak
FK Undip. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Infeksi Dan Pediatri Tropis. Badan penerbit
IDAI. Jakarta, 2010.
Ikatan Dokter Indonesia. 2003. Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Indonesia.
Yildiz EP., Ekici B., Tatli B., 2016. Neonatal hypoxic ischemic encephalopathy: an
update on disease pathogenesis and treatment. 17(5):449-459
20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 38 77 90
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
21