Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Nikel Laterit

(Anonim,2008).Nikel adalahunsur kimiametalik dalamtabel periodikyang


memiliki symbol Ni dannomor atom28. Nikel mempunyai sifat tahan karat.Dalam
keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan
logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras.Sedangkan nikel laterit,
merupakan nikel yang terbentuk dari hasil laterisasi,

Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan nikel semakin
meningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas,
sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan nikel.

2.1.1 Nikel Laterit

Laterisasi adalah proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab
(tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yang relatif
stabil, membentuk formasi lapisan regolit yang tebal dengan karakteristik yang
khas(Golightly, 1979):
a. Pengubahan mineral utama dan pelepasan beberapa komponen kimia.
b. Pencucian komponen-komponen mobile.
c. Pengumpulan residual komponen-komponen tidak mobile atau tidak
larut.
d. Pembentukan formasi mineral baru yang lebih stabil dalam lingkungan
pengendapan.

2.2. Genesa Endapan Nikel Laterit

Batuan Ultrabasa rata-rata mengandung Nikel sebesar 0,2%. Unsur Ni


tersebutterdapat pada kisi-kisi kristal Olivin dan Piroksen. Adapun proses awal yang
dialami oleh batuan induk ini adalah “Proses Serpentenisasi” dimana akibat dari
pengaruh larutan Hydrothermal yang terjadi pada masa akhir pembekuan magma

5
telah mengubah batuan beku ultrabasa tersebut ( Peridotit) menjadi batuan-batuan
yang Serpentinit atau “ Peridotit Serpentinized” – batuan peridotit terserpentinkan
sebagian.
Unsur Ni tersebut hanya mengalami pemisahan dan pengumpulan akibat
proses Hydrothermal. Prosesini berlangsung dalam waktu relatif lama sedang proses
selanjutnya adalah proses Laterisasi, ini condong kepada pelapukan yang bercirikan
adanya akumulasi dari Oksida besi dan Alumina, sedangkan silika dan komponen
lain mengalami “Leaching”. Proses kimia dan fisika dari udara,air dan pergantian
panas dingin yang bekerja continue, menyebabkan dekomposisi dan desintegrasi
pada batuan menjadi tanah Laterit, mineral Olivin dan Piroksen sebagai mineral
utama pembentuk batuan Peridotit sangat tidak stabilterhadap proses pelapukan.Pada
pelapukan kimia khususnya, air merupakan pelarut supergen yang baik, disebabkan
karena strukutr molekul “Dipol”. Air tanah kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan yang menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(Piroksen,Olivin) pada batuan Ultrabasa, menghasilkan Fe,Mg,Nikel yang larut. Di
dalam larutan Fe teroksidasi dan mengendap sebagai Hydroksida, akhirnya
membentuk mineral-mineral seperti Goetit,Limonit dan Hematit di dekat
permukaaan.Nikel tidak semuanya larut tetapi ada juga yang tertinggal sebagai
Residu. Larutan yang mengandung Mg, Ni dan Si meresap ke bawah selama
larutannya bersifat asam, sehingga pada suatu kondisi dimana suasananya cukup
netral akibat adanya reaksi air tanah dengan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan Hydrasilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai Silikat atau
Hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau pada rekahan-rekahan sebagaimana dikenal dengan urat-urat
Garnerit dan Crysopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk senyawa
menjadi Saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Berdasarkan kekerasan
relatifnya, maka saprolite tersebut pada umumnya dibedakan atas “Soft brown Ore”
untuk yang lunak dan “Hard brown ore” untuk yang keras – Term ini biasanya
bervariasi tergantung perusahaan yang menggunakannya. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai karbonat-karbonat akan terbawa ke bawah
sampai batas pelapukan dan diendapkan sebagai Dolomit, Magnesit dan Kalsit yang
biasanya mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan asal. Dilapangan

6
unsur ini dikenal dengan batas petunjuk antara zone pelapukan dan zone batuan segar
yang sering disebut dengan akar pelapukan (weathering root).(Golightly, 1979).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

1. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam
hal ini pada batuan ultra basa tersebut: – terdapat elemen Ni yang paling
banyak diantara batuan lainnya – mempunyai mineral-mineral yang paling
mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin – mempunyai
komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan
pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim. Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana
terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan
temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis,
dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah
proses atau reaksi kimia pada batuan.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen
kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu
mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang
peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-
asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini,
vegetasi akan mengakibatkan: penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih
mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan
akan lebih banyak, humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu
petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat
endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu,
vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi
mekanis.
4. Struktur. Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini
adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya.
Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang

7
kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses
pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi. Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi
air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan
bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk
mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori
batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang
landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan
pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara
teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang
meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup
intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

2.2.1 Zonasi Nikel Laterit

Secara umum Zonasi endapan nikel laterit dari bawah ke atas daerah berturut –
turut adalah:
a. Batuan dasar, umumnya didominasi oleh batuan ultramafik seperti dunit,
peridotit, piroksenit, serpentinit yang masih segar belum mengalami
pelapukan, tekstur asli batuan masih nampak jelas.
b. Zona saprolit, batuan asal ultramafik pada zona ini akan berubah menjadi
saprolit akibat pengaruh air tanah. Mineral – mineral utamanya
adalahserpentin,kuarsa sekunder,Ni-Kalsedon, garnierit, dan beberapa
tempatsudah terbentuk limonit (Fe hidroksida).Garnierit yang merupakan
bijih nikel silikat merupakan suatu nama kelompok mineral untuk green
hydrous magnesian nickel silicates (serpentin yang mengandung nikel, Ni
talk, dan Ni klorit). Melalui penggantian magnesium oleh nikel, kadar nikel
dalam serpentin akan bertambah. Garnierit sendiri tidak dijumpai sebagai
mineral murni, tetapi tercampur juga dengan Ni serpentin kadar rendah
lainnya, sehingga kadar nikel dalam bijih menjadi menurun.
c. Zona pelindian, horison ini merupakan zona transisi dari zona saprolit ke
zona limonit di atasnya. Disini terjadi perubahan geokimia unsur yang

8
terbesar dalam penampang. Kadar Fe2O3 dan Al2O3 naik, sedangkan kadar
SiO2 dan MgO turun.
d. Zona limonit, pada zona limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut
hilang terlindi, kadar MgO dan silika akan semakin berkurang, sebaliknya
kadar Fe2O3 dan Al2O3 akan bertambah. Zona ini didominasi oleh mineral
goethit, disamping juga terdapat magnetit, hematit,talk, serta kuarsa sekunder.
e. Zona tanah penutup, umumnya pada zona ini didomiasi oleh humus dan
bersifat gembur kadang terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada lapisan ini
tinggi dan sering dijumpai konkresi-konkresi besi, kadar nikel relatif rendah.

Gambar 2.1 Profil Nikel Laterit(Santos, dkk).


Tingkat pelapukan dikarenakan tingkat kestabilan dari mineral itu sendiri pada
umumnya,struktur kristal pada mineral mafik silikat memudahkan kita dalam
menentukan tingkat pelapukan kimia, seperti:

9
a) Olivin dengan struktur tetrahedral silicon yang berdiri sendiri
merupakan mineral yang sangat tidak stabil dan sangat rentang terhadap
pelapukan kimia.
b) Piroksen dengan struktur rantai polimerisasi merupakan mineral yang
relatif stabil dan akan mengakibatkan kurang rentang terhadap
pelapukan kimia jika dibandingkan dengan olivine.
c) Mineral-mineral Amphibole dengan struktur cincin merupakan mineral
yang tetap stabil dan tetap resisten terhadap pelapukan kimia.
d) Clay dan mika dengan struktur lembaran merupakan mineral-mineral
yang sangat resisten terhadap pelapukan kimia.

2.3. Tambang Terbuka

Tambang terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat di permukaan
tanah, bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak
ditimbun kembali) selama pengambilan bijih berlangsung. Untuk mencapai badan
bijih yang umumnya terletak dikedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan
penutup (waste rock) dalam jumlah besar.Tujuan utama dari operasi penambangan
adalah menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga dicapai keuntungan
yang maksimal yang ekonomis.Pilihan berbagai parameter desain dan penjadwalan
dalam pengambilan bijih dan pengupasan batuan penutup melibatkan pertimbangan
teknik dan ekomoni yang rumit. Perhitungan ekonomis dan adanya parameter
pembatas karena faktor geologi dan pertimbangan teknik lain. Dengan
berkembangnya teknologi dan teknik pertambangan yang dulunya dinilai tidak
ekonomis, sekarang dapat berubah menjadi sumber yang layak tambang. Hal ini juga
didorong oleh meningkatnya permintaan akan bahan tambang seiring dengan
peningkatan konsumsi perkapita. Secara umum, tambang terbuka di nilai lebih
menguntungkan dibanding metode tambang bawah tanah dalam hal recovery
(mineral yang dapat ditambang dibanding dengan banyak cadangan), grade control
(pengendalian kadar), keluwesan operasi, keselamatan, dan lingkungan kerja.
Dalam situasi dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau terletak
terlalu dalam di bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih
menguntungkan. Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu di ubah
menjadi tambang bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu di

10
kupas menjadi terlalu besar.Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih belanjut sehingga
sangat dalam. Faktor teknologi, kondisi pasar, dan kebijakan pemerintah akhirnya
juga akan turut jadi pertimbangan dalam pemilihan metode tambang yang pas.

2.3.1. Persiapan Tambang terbuka

Persiapan tambang adalah perkerjaan yang dilakukan untuk menyiapkan


endapan mineral untuk siap tambang. Proses yang dimaksud adalah semua tahapan
yang diperlukan untuk suatu tambang menuju kepenjadwalan produksi yang lengkap.
Tahapan kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan
atau penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (prapenambangan).
Kegiatan tersebut meliputi (PT. MALACCA ELAB):
1. Menyiapkan data plan penambangan (peta block model endapan bijih nikel)
2. Persiapan peralatan tambang
3. Pembuatan jalan lintasan
4. Pembersihan Lahan
5. Pengupasan tanah penutup
6. Pengambilan bijih

Adapun alat yang digunakan diperlukan untuk menunjang kegiatan


penambangan yaitu:
a. Bulldozer, yang digunakan untuk menggusur,pembersihan lahan dan
pengupasan lapisan tanah penutup.

Gambar 2.2 Alat Bulldozer

11
b. Loader, Yang digunakan untuk mendorong dan pemeliharaan jalan tambang.

Gambar 2.3 Alat Loader

c. Truck, Yang digunakan sebagai alat angkut hasil front penambangan ke


stockpile maupun ke tongkang.

Gambar 2.4 alat Truck Tambang

12
d. Water pump, yaitu suatu alat pemompaan air yang berfunsi untuk mengisap
air tambang yang tergenang akibat rembesan ataupun air hujan pada area
tambangyang telah dibuka.

2.3.2. Operasi penambangan

Tujuan utama penambangan adalah pengambilan endapan dari batuan


induknya. Sistem penambangan bijih ore yaitu berdasarkan data peta block model
dimana dari peta tersebut dapat diketahui arah sebaran body ore yang ekonomis
untuk ditambang. Dengan cara penambangan leveling, dimana setiap level dibagi
dalam beberapa mini block dengan ukuran 12,5 x 12,5 meter dengan kedalaman
galian 2 meter dengan estimasi tonase ore yang dapat diambil yaitu; 468.75 ton.
Dimana hitungan tonase setiap mini block grade control diambil dari rumus (PT.
MALACCA ELAB):
12,5 m x 12,5 m x 2 m = 312.5 m3 x 1.5 m3/ton = 468.75 ton.
Kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran ,
pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:
a. Pembongkaran
b. Pemuatan
c. Pengangkutan

2.4. Preparasi sampel

Preparasi sampel pada dasarnya dalam kegiatan penambangan, peranan


sampel sangat penting karena mempunyai tujuan untuk mengetahui kandungan kadar
unsur pada biji yang menjadi objek penambangn, oleh karena itu sampel disini
didefenisikan sebagai upaya yang dilakukan untuk pengecekan kadar yang sifatnya
representatif dan ekonomis. Proses preparasi sampel juga bervariasi, tergantunng dari
sampel yang akan dipreparasi. Adapun cara kerja preparasi sampel hasil pemboran
yang telah dideskripsi adalah (PT. MALACCA ELAB):
a. Dilakukan pemisahan sampel per meter.
b. Hand sortir dengan palu sampai mencapai 20 mm.
c. Quartering, membagi empat bagian dan mengambil dua bagian
d. Matrix,membagi 4 x 5 bagian dan mengambil sampel perblok
e. Dilakukan pengeringan baik oven maupun cahaya matahari.

13
f. Dihaluskan dengan cara dimasukkan ke dalam crusher sampai mencapai
ukuran 2 – 3 mm.
g. Mencatat kode label untuk mencegah tertukarnya sampel akibat
banyaknya sampel.
h. Sampel yang telah siap kemudian di analsis dengan cara menempelkan
ujung alat X-OLYMPUS Niton pada sampel sampai selesai.
i. Pada layar alat X-OLYMPUSakan muncul kandungan mineral yang ada
pada sampel yang dianalisis.
j. Melakukan pencatatan terhadap hasil yang telah dianalisis dengan teliti.
k. Melakukan penyimpanan sampel sesuai dengan urutan dan lokasinya.

2.4.1. Recheking

Recheking adalah pengecekan ulang kadar Nikel pada stock yard / tongkang
yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran kadar Nikel yang ada pada front
penambangan. Setelah Recheking kadar diketahui dan tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan dengan kadar stockpile/penambangan maka akan diadakan
pemindahan tumpukan sesuai dengan kebutuhan baik untuk pabrik maupun export.

2.5. Definisi Stockpile

Stockpile adalah isiOre yang disimpan atau dicadangkan dalam bentuk


timbunan/tumpukan.

2.6 ANALISIS X-OLYMPUS

Sinar X-OLYMPUSadalah pancaran gelombang sinar elektromagnetik yang


memiliki panjang gelombang antara 0,1-100 A0 dimana 1A = 10-8 cm, Suatu sampel
akan memancarkan fluoresensi sinar apabila sampel tersebut disinari dengan X-
Olympus yang berasal dari tabung X-Olympus. Intensitas yang dipancarkan tersebut
berbanding lurus dengan konsentrasi unsur – unsur yang terdapat didalam sampel
tersebut.
Alat analisis X-Olympusmemiliki kemampuan khusus yang memberikan
analisa dengan sangat kuantitatif dari unsur – unsur logam seperti tembaga, seng,
perak, nikel, besi, kobalt, dan arsenik yang merupakan unsur – unsur yang dapat
dianalisa dengan menggunakan alat X- Olympus.

14
2.6.1 Sifat-sifat X-Olympus

Adapun sifat-sifat X- Olympusadalah :


1. Merambat menurut garis lurus, dan dapat dikolimasikan dengan celah.
2. X- Olympusterdiri dari partikel-partikel yang bermuatan, oleh karena itu
medan magnet dan medan listrik tidak dapat membelokkan arah berkas
listrik.
3. X- Olympusdapat diperoleh dengan menembakkan sinar sasaran (target
material) dengan berkas elektron yang berenergi tinggi, sinar sasaran
mempunyai berat atom yang lebih tinggi merupakan sumber X-
Olympusyang efisien.
4. Apabila ditembakkan pada bahan-bahan tertentu seperti Zn, Ni, Fe, akan
memancarkan pendlafour artinya menyerap sinar kemudian memancarkan
kembali atau disebut sifat fluorience.

Adapun cara-cara analisa sampel dengan menggunakan X- Olympusyaitu :


1. Berdasarkan penyerapan sinar
X-Olympus dapat diserap oleh banyak unsur, banyaknya serapan
ditentukan oleh jenis bahan penyerapan dan adapun bahaya bahan
penyerap.Perbedaan antara penyerapan X- Olympusbukan dilakukan oleh
molekul-molekul melainkan atom.
2. Berdasarkan pemancaran pendlafour X- Olympus
Bila suatu X- Olympusditembakkan maka enregi X- Olympustersebut akan
diserap oleh atom-atom tersebut. Atom-atom tersebut akan tereksitasi dan
kemudian memancarkan sinar-X, untuk analisa yang dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Berdasarkan difraksi X- Olympus
Salah satu sifat X- Olympusyaitu merambat menurut garis lurus dan
mempunyai daya tembus yang besar. Akan tetapi X- Olympusini juga
merupakan sinar elektromagnetik, hanya saja panjang gelombangX-
Olympusyang sangat kecil maka untuk mendefraksikan X- Olympusyang
akan dipergunakan harus sangat berdekatan letak objeknya.
4. Berdasarkan spektrometer X- Olympus

15
SpektrometerX-Olympus digunakan untuk mengukur intensitas
fluoresensi spektrometer X-Olympusyang dipancarkan oleh suatu conto.
Suatu conto akan memancarkan fluoresensi sinar apabila sampel tersebut
disinari dengan spektrometer X- Olympusberasal dari tabung sinar X.

Adapun kegunaan X-Olympus secara garis besar, yaitu:


1. Dalam eksplorasi, dipakai untuk menganalisis sampel-sampel yang diambil
dari dalam parit uji sampel hasil pemboran.
2. Dalam operasi penambangan, untuk analisis terhadap sampel-sampel dari
tumpukan galian hasil penambangan, buangan tambang, dan simpanan
gudang (stockpile) serta rechecking produksi.
3. Dalam pabrik pengolahan, untuk analisis dalam konsentrat dan analisis pada
tailing.
Adapun kelebihan dan kekurangan alat analisis X-Olympusdibandingkan dengan
alat analisis X-Olympus yang lain adalah seperti berikut.
a. Kelebihan X-Olympus.
1. Analisis pembacaan kadar relatif cepat,
2. Sampel yang dianalisis berukuran 3 mm – 5 mm
b. Kekurangan X-Olympus
1. Pembacaan alat akan terganggu apabila terjadi goncangan atau benturan
yang keras.

Gambar 2.6 X-Olympus MELT030A

16

Anda mungkin juga menyukai