Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 04 No. 04 Desember  2015 Halaman 118 - 125


Budi Eko Siswoyo, dkk.: Kesadaran Pekerja Sektor Informal
Artikel Penelitian

KESADARAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL TERHADAP PROGRAM


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

AWARENESS OF THE INFORMAL SECTOR WORKERS


TOWARDS NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM
IN PROVINCE OF YOGYAKARTA

Budi Eko Siswoyo1, Yayi Suryo Prabandari2, Yulita Hendrartini2


1
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT Tujuan: Menganalisis kesadaran pekerja sektor informal


Background: The subsidized members (PBI) dominate the terhadap program JKN di Provinsi D.I. Yogyakarta
membership of the National Health Insurance Scheme (JKN) in Metode Penelitian: Penelitian ini adalah observasional analitik
Indonesia, including in Yogyakarta. The low number of non dengan rancangan cross sectional. Subjeknya adalah pekerja
wage earners (PBPU) and decreasing in the number of new informal di Provinsi D.I. Yogyakarta yang belum menjadi peserta
non-PBI members, doesn’t indicate inoptimal socialization, but JKN yang ditetapkan dengan quota sampling (200 responden)
also the lack of a awareness of informal sector workers dan dipilih secara purposive. Data dikumpulkan dengan
towards JKN. Public awareness determines the ability and instrumen berupa kuesioner dan dianalisis menggunakan
community involvement in support JKN. pendekatan kuantitatif dan kualitatif, baik secara univariabel,
Objective: To analyze the informal sector workers’ awareness bivariabel, dan multivariabel.
of the JKN programs in Yogyakarta Hasil: Uji regresi linear menunjukkan bahwa pengaruh variabel
Method: This study was observational analytic with cross bebas terhadap kesadaran, yaitu : jenis pekerjaan utama [B =
sec tional design. The subjects are inf ormal workers in 2,5452 dan (p) = 0,00 < ±]; pendidikan [B = 1,6609 dan (p) =
Yogyakarta who have not joined JKN, set with quota sampling 0,00 < ±]; pengetahuan [B = 1,3944 dan (p) = 0,00 < ±]; umur [B
(200 respondents) and they were selected purposively. The = 1,0736 dan (p) = 0,00 < ±]; status pekerjaan [B = 1,0451 dan
data was collected by questionnaire and analyzed using (p) = 0,01 < ±]; dan pendapatan [B = 0,0001 dan (p) = 0,02 < ±].
quantitative and qualitative approaches as univariate, bivariate, Kesimpulan: Pada umumnya tingkat kesadaran pekerja sektor
and multivariate. informal terhadap JKN termasuk kategori tinggi. Sebagian besar
Result: Linear regression test showed that the affect of pekerja sektor informal cenderung menunda kepesertaan.
independent variables towards consciousness, namely: the
main types of jobs [B = 2,5452 dan (p) = 0,00 < ±]; education [B Kata Kunci: kesadaran, pekerja sektor informal, JKN
= 1,6609 dan (p) = 0,00 < ±]; knowledge [B = 1,3944 dan (p) =
0,00 < ±]; age [B = 1,0736 dan (p) = 0,00 < ±]; employment PENGANTAR
status [B = 1,0451 dan (p) = 0,01 < ±]; and income [B = 0,0001
dan (p) = 0,02 < ±].
Komitmen negara-negara anggota dari World
Conclusion: Generally, the level of awareness of the informal Health Organization (WHO) dalam mewujudkan uni-
sector workers towards JKN is considered in high category. versal health coverage (UHC) sudah dimulai sejak
However, most informal sec tor workers tend to delay tahun 2005. The World Health Report 2013: Research
membership.
for Universal Health Coverage juga kembali mene-
Keywords: awareness, informal sector workers, JKN gaskan bahwa komitmen tersebut merupakan meka-
nisme yang dapat memperkuat sistem kesehatan
ABSTRAK nasional1. Komitmen ini juga dilaksanakan oleh
Latar belakang: Peserta penerima bantuan iuran (PBI) bangsa Indonesia melalui program Jaminan Kese-
mendominasi kepesertaan Program Jaminan Kesehatan
Nas ional (JKN) di Indonesia, termasuk di Provinsi D.I.
hatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional
Yogyakarta. Rendahnya jumlah peserta bukan penerima upah adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(PBPU) dan turunnya jumlah peserta baru yang non PBI, bukan (SJSN) yang dilaksanakan bertahap oleh Badan
hanya menjadi indikasi belum optimalnya sosialisasi, tetapi juga Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
belum terbentuknya kes adaran pekerja s ektor informal
terhadap program JKN. Kesadaran menentukan kesanggupan
menuju universal coverage. Penyelenggaraan JKN
dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung yang dimulai sejak 1 Januari 2014 membawa refor-
penyelenggaraan program JKN. masi, baik dari aspek regulasi dan peraturan

118  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

perundang-undangan, kepesertaan, paket manfaat dikan, pendapatan, dan pengeluaran dapat diguna-
dan iuran, pelayanan kesehatan, keuangan, maupun kan untuk menguji hubungan antara karakteristik
kelembagaan dan organisasi. individu dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan
Kepesertaan merupakan salah satu dimensi mengenai asuransi kesehatan11.
yang dirumuskan WHO dalam pencapaian UHC2. Penelitian untuk menjelaskan kesadaran dan
Aspek kepesertaan juga merupakan indikator keber- kemauan untuk membayar asuransi kesehatan
hasilan penyelenggaraan JKN dan termasuk 8 bukan hanya menggunakan karakteristik individu
sasaran pokok peta jalan JKN. Data BPJS Kese- (seperti: jenis kelamin, usia, status pernikahan,
hatan bulan Januari - Juni tahun 2014 menunjukkan pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan), tetapi juga
bahwa peserta penerima bantuan iuran (PBI) adalah sumber informasi7. Kesadaran atas program atau
jenis kepesertaan paling banyak di Indonesia, berbe- kebijakan publik dapat diwujudkan jika memiliki sikap
da halnya dengan peserta non PBI. Kepesertaan non dan persepsi positif, sehingga partisipasi terhadap
PBI untuk pekerja bukan penerima upah (PBPU) program itu pun meningkat8.
bahkan memiliki jumlah paling sedikit, yaitu hanya Rendahnya capaian kepesertaan PBPU bukan
mencapai 2,86% dan peserta bukan pekerja sekitar hanya menjadi indikasi dari belum optimalnya sosiali-
3,95%. Kondisi serupa juga terjadi di Provinsi Daerah sasi, tetapi juga karena belum terbentuknya kesa-
Istimewa Yogyakarta. Rata-rata persentase kepeser- daran pekerja sektor informal. Penelitian ini bertujuan
taan PBPU pada semester pertama di Provinsi D.I. untuk menganalisis kesadaran pekerja sektor infor-
Yogyakarta sekitar 1,45% dan peserta bukan pekerja mal terhadap JKN di Provinsi D.I. Yogyakarta beserta
sekitar 7,35%. Selain itu, capaian jumlah peserta faktor yang mempengaruhi. Penelitian ini fokus pada
baru pada kepesertaan non PBI setiap bulan juga variabel yang paling signifikan pada beberapa pene-
cenderung menurun. litian sebelumnya, yaitu: umur, jenis kelamin, pendi-
Kesadaran menentukan kesanggupan sese- dikan, pekerjaan, pendapatan, dan pengetahuan.
orang untuk turut terlibat dan berpartisipasi pada Penelitian diharapkan dapat mendukung penyusun-
kegiatan atau program di masyarakat, termasuk pro- an strategi dan pengembangan program JKN yang
gram JKN. Kesadaran adalah kepemilikan pengeta- dapat diterima oleh publik, terutama pekerja sektor
huan atau menjadi sadar akan seseorang, situasi, informal di Provinsi D.I. Yogyakarta.
atau sesuatu3. Kesadaran memiliki beberapa tingkat-
an, yaitu: tidak tahu (unaware), pengenalan (recog- BAHAN DAN CARA PENELITIAN
nition), ingatan (recall), dan puncak pikiran (top of Penelitian observasional analitik dengan rancang
mind). Kesadaran juga dapat dibagi menjadi dimensi bangun cross sectional ini menggunakan pendekat-
pengenalan (recognition) dan pengingatan (recall)4. an kuantitatif dan kualitatif. Besaran sampel ditetap-
Ada hubungan signifikan antara tingkat kesadaran, kan dengan quota sampling (200 pekerja informal
pengetahuan, dan sikap seseorang dalam suatu yang belum menjadi peserta JKN) dan dipilih secara
pengambilan keputusan5. purposive di 5 kabupaten atau kota di Provinsi D.I.
Kesadaran berasuransi merupakan suatu kon- Yogyakarta. Variabel tergantung penelitian adalah
disi individu atau masyarakat yang mengerti, menge- kesadaran pekerja sektor informal dengan variabel
tahui, dan memahami tentang asuransi tersebut6. bebas, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan, peker-
Kesadaran terhadap asuransi kesehatan ditandai jaan, pendapatan, dan pengetahuan. Tingkat kesa-
dengan keterbukaan dalam menerima dan meman- daran diukur dengan instrumen berupa kuesioner
faatkan asuransi kesehatan7. Kesadaran publik da- yang menggunakan skala penilaian (rating scale)
lam asuransi kesehatan sosial adalah tingkatan pada skor 1-4 dari kategori “tidak tahu” sampai
pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai dengan “sangat yakin” dan menggunakan indikator
tujuan, fungsi, dan keuntungan skema tersebut8. Me- 6 aspek penyelenggaraan peta jalan program JKN
mahami kesadaran beserta faktor yang mempenga- tahun 2012-2019. Secara convenience sampling,
ruhinya, dapat turut mendukung kebijakan publik. validitas dan realibilitas kuesioner menunjukkan nilai
Kesadaran yang dimaksud, dipengaruhi oleh korelasi > 0,361 dengan nilai realibilitas = 0,88. Peng-
beberapa faktor, antara lain: usia, jenis kelamin, pe- ambilan data dilakukan selama 2 bulan dan dianali-
kerjaan, dan pendidikan9. Pengukuran tingkat kesa- sis menggunakan software STATA. Analisis kuantitatif
daran, pengetahuan, dan pemahaman dilakukan penelitian meliputi: analisis univariabel (frekuensi,
dengan melihat perbedaan gender, usia, dan tingkat mean, standar deviasi); analisis bivariabel (korelasi
pendidikan6. Pendidikan dan pengalaman juga ber- Pearson dan Spearman); dan analisis multivariabel
pengaruh terhadap kesadaran10. Status sosial, pendi- (regresi linear).

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015  119
Budi Eko Siswoyo, dkk.: Kesadaran Pekerja Sektor Informal

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN responden tidak sekedar mengetahui, namun juga
Analisis Univariabel mengingat beberapa hal terkait dengan program JKN.
Walaupun demikian, masih ada yang memiliki tingkat
Tabel 1. Karaktetistik responden di Provinsi
D.I.Yogyakarta tahun 2015
kesadaran rendah dan mencerminkan ketidaktahuan
n Frekuensi terhadap program JKN. Adapun distribusi penilaian
Variabel (200) (%) responden terhadap variabel kesadaran, sebagai
Umur berikut:
21-31 tahun 98 49,00
> 32 tahun 102 51,00
Jenis kelamin Tabel 2. Distribusi skor kesadaran responden
Laki-laki 106 53,00 terhadap program JKN di Provinsi D.I. Yogyakarta
Perempuan 94 47,00 tahun 2015
Pendidikan Aspek Mean SD
SD-SMA/ sederajat 82 41,00 Kepesertaan 5,83 1,55
Perguruan tinggi 118 59,00 Kelembagaan dan organisasi 5,50 1,56
Status pekerjaan Pelayanan kesehatan 5,44 1,47
Pekerja bebas 107 53,50 Manfaat dan iuran 5,40 1,48
Usaha sendiri 93 46,50 Keuangan 5,28 1,58
Jenis pekerjaan utama Regulasi 5,19 1,62
Pekerja kasar dan produksi 64 32,00
Pedagang dan usaha jasa 136 68,00
Pendapatan Aspek kepesertaan bukan hanya memiliki skor
Rendah 60 30,00 paling tinggi, tetapi juga memiliki standar deviasi yang
Tinggi 140 70,00 cukup rendah. Hal ini selain dikarenakan responden
Pengetahuan
Rendah 56 28,00
yang sangat menyadari bahwa seluruh warga Indo-
Tinggi 144 72,00 nesia wajib menjadi peserta JKN, tetapi responden
Kesadaran juga sangat mengenal adanya program Jaminan
Rendah 95 47,50
Kesehatan Daerah (Jamkesda) dan Jaminan Kese-
Tinggi 105 52,50
hatan Sosial (Jamkesos), sehingga sebagian besar
menyadari bahwa fakir miskin dan orang tidak mam-
Pada umumnya pekerja sektor informal yang pu merupakan penerima bantuan iuran yang besar-
menjadi responden berusia produktif dan sebagian an iurannya ditanggung oleh pemerintah. Berbeda
besar sudah menempuh jenjang perguruan tinggi. halnya dengan aspek regulasi yang memiliki skor
Status pekerjaan paling banyak adalah pekerja bebas paling rendah dan standar deviasi paling tinggi. Hal
dan jenis pekerjaan utama sebagai pedangan dan ini berkaitan dengan sering berubahnya kebijakan
usaha jasa dengan tingkat pendapatan lebih dari JKN dan kurang sinergisnya beberapa regulasi dari
upah minimum provinsi D.I Yogyakarta. Tingkat Kemenkes dan BPJS Kesehatan.
pengetahuan dan kesadaran responden termasuk
kategori tinggi. Kategori tersebut menandakan bahwa Analisis Bivariabel

Tabel 3. Korelasi antar variabel penelitian terhadap kesadaran responden


di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2015
Nilai korelasi
Variabel A B C D E F G H
A 1,00 -0,04 0,85** 0,89** 0,70** 0,14** 0,64** 0,97**
B -0,04 1,00 -0,07 0,01 -0,02 -0,21** 0,01 0,03
C 0,85** -0,07 1,00 0,77** 0,82** 0,14* 0,75** 0,96**
D 0,89** 0,01 0,77** 1,00 0,64** 0,15* 0,58** 0,90**
E 0,70** -0,02 0,82** 0,64** 1,00 0,14 0,91** 0,92**
F 0,14* -0,21** 0,14* 0,15* 0,14 1,00 0,10 0,89**
G 0,64** 0,01 0,75** 0,58** 0,91** 0,10 1,00 0,98**
H 0,97** 0,03 0,96** 0,90** 0,92** 0,89* 0,98** 1,00
Keterangan : (**) p < 0,01 (*) p < 0,05
A = Umur
B = Jenis kelamin
C = Pendidikan
D = Status pekerjaan
E = Jenis pekerjaan utama
F = Pendapatan
G = Pengetahuan
H = Kesadaran

120  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Pengetahuan, umur, pendidikan, jenis pekerjaan usaha sendiri dengan jenis pekerjaan yang utama
utama, status pekerjaan, dan pendapatan memiliki sebagai pedagang dan usaha jasa. Rata-rata pen-
hubungan bermakna terhadap kesadaran, kecuali dapatan di atas UMP Daerah Istimewa Yogyakarta.
jenis kelamin. Semua variabel memiliki pola hubung-
an positif dan nilai korelasi sangat kuat. Tingkat Analisis Multivariabel
pengetahuan paling berkontribusi dalam menentukan Pendidikan, umur, status pekerjaan, jenis peker-
kesadaran dari pekerja sektor informal terhadap JKN. jaan utama, pendapatan, dan pengetahuan berpe-
Pada umumnya responden yang memiliki tingkat ngaruh terhadap tingkat kesadaran pekerja sektor
kesadaran rendah berusia 21-31 tahun dan memiliki informal terhadap program JKN di Provinsi D.I. Yog-
tingkat pengetahuan rendah terhadap program JKN. yakarta. Semua variabel memiliki koefisien positif
Hal ini mungkin dikarenakan tingkat pendidikan dan keeratan hubungan sangat kuat. Berbeda halnya
terakhir yang sebatas SMA atau sederajat. Status dengan analisis bivariabel, hasil analisis multivariabel
pekerjaan kelompok responden ini umumnya adalah menunjukkan bahwa bukan hanya pengetahuan yang
pekerja bebas dengan jenis pekerjaan utama sebagai paling berkontribusi dalam menentukan tingkat
pekerja kasar. Rata-rata tingkat pendapatan di bawah kesadaran pekerja sektor informal terhadap program
UMP Daerah Istimewa Yogyakarta. JKN, melainkan ada variabel tingkat pendidikan dan
Sebaliknya, tingkat kesadaran tinggi umumnya jenis pekerjaan utama.
dimiliki oleh kelompok responden yang lebih dewasa Penelitian ini juga menganalisis lebih lanjut
(lebih dari 32 tahun) dan sebagian besar memiliki pengaruh variabel terhadap setiap aspek kesadaran
tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap program pekerja sektor informal. Hal tersebut dilakukan untuk
JKN. Tingkat pengetahuan dan kesadaran tersebut menentukan strategi prioritas dalam meningkatkan
didukung dengan rata-rata tingkat pendidikan yang kesadaran responden terhadap program JKN. Adapun
pernah menempuh jenjang perguruan tinggi. Status hasil analisis multivariabel lebih lanjut digambarkan
pekerjaan responden pada umumnya adalah pekerja sebagai berikut.

Pendidikan
B = 1,6609**

Pengetahuan
B = 1,3944**

Umur
B = 1,0736** Kesadaran
pekerja
Pendapatan sektor
informal
B = 0,0001* terhadap
Pekerjaan program
JKN
Jenis pekerjaan utama

B = 2,5452**
Status pekerjaan

B = 1,0451*
Keterangan : (**) p < 0,01 (*) p < 0,05

Gambar 1. Model pengaruh variabel terhadap kesadaran pekerja sektor informal terhadap program JKN di
Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2015

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015  121
Budi Eko Siswoyo, dkk.: Kesadaran Pekerja Sektor Informal

Tabel 4. Pengaruh antar variabel penelitian terhadap setiap aspek kesadaran responden
di Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2015
Koefisien
Variabel
A B C D E F
Jenis pekerjaan utama 0,18** 0,11* 0,23** 0,34** 0,26** 0,24**
Pendidikan 0,19** 0,02 0,32** 0,19** 0,00 0,53**
Pengetahuan 0,23** 0,53** 0,24** 0,25** 0,01 0,01
Umur 0,09** 0,06** 0,06** 0,15** 0,12** 0,09**
Status pekerjaan 0,15 0,22** 0,14** 0,03 0,06 0,02
06
- 06
- - 07 -06
Pendapatan 6,06e 6,25e 2,07e 0,00** 0,00* 3,28e
Keterangan : (**) p < 0,01 (*) p < 0,05
A = Kepesertaan
B = Kelembagaan dan organisasi
C = Pelayanan kesehatan
D = Manfaat dan iuran
E = Keuangan
F = Regulasi

Tidak semua variabel harus diintervensikan, “penting, lumayan toh pelayanan jadi gratis,
sehingga dipilih variabel prioritas yang memiliki nilai iuranny a juga gak mahal-mahal banget”
(Responden-82).
(p) paling signifikan, lebih memungkinkan untuk di-
intervensi, dan memberikan dampak signifikan ter- “kesehatan kan investasi keluarga, ya JKN
hadap sebagian besar aspek kesadaran. Sebagian penting untuk jaga-jaga kalau sakit, enak jadi
besar variabel berpengaruh terhadap aspek kepeser- lebih tenang” (Responden-31)

taan, aspek pelayanan kesehatan, dan aspek man-


faat dan iuran, sehingga upaya dalam meningkatkan Sebagian besar alasan responden yang menya-
kesadaran pekerja sektor informal terhadap program takan program JKN adalah penting, tidaklah jauh
JKN dapat difokuskan terhadap ketiga aspek terse- berbeda. Alasan yang dimaksud, antara lain: meri-
but. Supaya tepat sasaran, pekerja sektor informal ngankan biaya pengobatan, memberikan jaminan
yang bekerja sebagai pedagang perlu dipertimbang- pelayanan ketika sakit, memudahkan masyarakat
kan menjadi sasaran utama intervensi dalam me- dalam mengakses pelayanan kesehatan, dan turut
ningkatkan kesadaran terhadap program JKN di serta dalam mendukung program wajib dari peme-
Provinsi D.I. Yogyakarta. rintah. Pentingnya program JKN tersebut ternyata
Nilai koefisien determinasi 0,9888 diartikan tidak lantas mendorong responden untuk segera
bahwa keragaman variabel bebas dapat menjelaskan menjadi peserta dan justru cenderung masih
98,88% keragaman variabel terikat. Ada sisa sekitar menunda kepesertaan. Adapun beberapa kutipan
1,12% yang dipengaruhi oleh variabel lain di luar alasan dari responden yang menunda kepesertaan
model. Kemungkinan variabel lain tersebut adalah dalam program JKN, sebagai berikut :
variabel pengeluaran, agama, status pernikahan, “belum sempat sih sebenarnya, lagipula saya
psikografi, budaya, sumber informasi, dan lainnya. udah punya asuransi kesehatan swasta kok”
Adapun model persamaan regresi untuk kesadaran (Responden-35)
pekerja sektor informal terhadap program JKN di
“saya belum terlalu butuh eee, walaupun
Provinsi D.I. Yogyakarta adalah sebagai berikut, y = sosialisasi sudah ada tapi toh masih banyak
- 1,27 + 2,5452 (jenis pekerjaan utama) + 1,6609 orang lain yang juga belum daftar kan, ntar-
(pendidikan) + 1,3944 (pengetahuan) + 1,0736 ntar dulu” (Responden-113)
(umur) + 1,0451 (status pekerjaan) + 0,0001
(pendapatan). Pada umumnya, alasan dari responden menun-
da untuk menjadi peserta dalam program JKN, yaitu:
Analisis Kualitatif masyarakat yang belum sepenuhnya memahami
Data kualitatif dalam penelitian ini dikumpulkan manfaat JKN dan prosedur kepesertaan JKN, adanya
melalui beberapa pertanyaan terbuka yang disam- kepemilikan asuransi kesehatan swasta, masyarakat
paikan dengan wawancara kepada responden. Se- yang belum merasa butuh atas asuransi kesehatan,
mua pekerja sektor informal yang menjadi responden dan adanya persepsi negatif terhadap proses pela-
menyatakan bahwa menjadi peserta program JKN yanan dalam program JKN. Selain faktor penundaan,
adalah penting. Hal ini didasari oleh beberapa kutipan adanya informasi mengenai kendala yang dialami
sebagai berikut : oleh peserta JKN justru menjadi pertimbangan

122  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

responden untuk memutuskan belum atau tidak peserta JKN. Tingkat kesadaran pekerja sektor in-
menjadi peserta JKN. Sebagian besar pertimbangan formal turut menentukan keberhasilan program JKN.
adalah pengalaman orang terdekat, seperti: saudara, Tingkat kesadaran pekerja sektor informal cende-
teman, dan orang terdekat lainnya yang pernah rung lebih rendah daripada kesadaran pekerja for-
menggunakan manfaat layanan kesehatan dalam mal terhadap asuransi kesehatan nasional8. Pada
program JKN. Adapun beberapa kutipan keluhan umumnya, tingkat kesadaran responden terhadap
peserta JKN yang diketahui oleh responden, sebagai program JKN termasuk kategori tinggi yang menan-
berikut : dakan bahwa pekerja sektor informal yang menjadi
responden tidak sekedar mengetahui, melainkan juga
“antrian berobatnya panjang mas, apalagi mengingat beberapa hal mengenai program JKN.
kalau kamar kelas 3 penuh, akhirnya
penanganan pasien jadi lama, kasihan kan Responden yang menjadi pekerja kasar memi-
yang sakit” (Responden-7) liki tingkat kesadaran rendah terhadap program JKN.
Hal tersebut mungkin dikarenakan tingkat pendidik-
“denger-denger prosedurnya masih ribet an, pengetahuan, dan pendapatan yang kurang me-
dan susah, mau dirujuk aja berbelit-belit, di
lain sisi mungkin pasien dan keluarganya juga madai. Kemampuan membayar seseorang terhadap
kurang informasi” (Responden-192) iuran asuransi kesehatan sekitar 1,35% dari penda-
patan12, sedangkan iuran terendah JKN Rp25.500,00
Pada umumnya keluhan dari peserta JKN yang mencapai 1,42% dari rata-rata pendapatan pekerja
pernah diketahui oleh responden, yaitu: panjangnya sektor informal yang memiliki tingkat kesadaran ren-
antrian pelayanan, pasien tidak tertangani dengan dah. Iuran yang lebih besar dari kemampuan mem-
segera, rumitnya prosedur pelayanan terutama untuk bayar ini membuat pekerja sektor informal cenderung
rujukan, dan keterlambatan dalam distribusi kartu tidak ingin tahu, belum minat, dan menunda menjadi
JKN. Beberapa alasan penundaan kepesertaan dan peserta JKN. Adanya Jamkesda dan Jamkesos yang
keluhan dari pengalaman orang lain tersebut menjadi belum sepenuhnya terintegrasi dalam JKN berpo-
pertimbangan responden yang belum atau tidak tensi menjadi subsitusi program JKN. Bukan hanya
menjadi peserta program JKN. Untuk menyikapi hal tidak meratanya akses pelayanan kesehatan, tetapi
ini, analisis kualitatif juga menanyakan masukan dari terbatasnya kemampuan membayar masyarakat
responden. Adapun beberapa kutipan masukan dari juga berdampak negatif pada kesadaran terhadap
responden terhadap program JKN, sebagai berikut: program asuransi kesehatan7.
Tingginya kesadaran tidak menjamin responden
“kalau bisa iurannya disamaratakan saja, yang belum menjadi peserta memutuskan untuk
kalaupun iuran beda ya jangan pelayanannya
juga ikut-ikut beda, ntar malah jadi masuk dalam program JKN, terutama bagi pekerja
diskriminasi” (Responden-21) sektor informal yang bekerja sebagai pekerja bebas.
Sebagian besar responden yang menunda kepeser-
“pasien jangan ditawarin obat macam-macam taan dikarenakan prosedur kepesertaan yang dinilai
mas, wong kan gak ngerti yang biasanya
dipakai saja, nanti malah jadi kena bayar” masih rumit, ada indikasi diskriminasi dalam pela-
(Responden-27) yanan, prosedur pelayanan kesehatan terutama ru-
jukan yang masih rumit, jumlah dan kualitas fasilitas
Pada umumnya saran atau masukan responden kesehatan yang dinilai masih belum memadai, dan
terhadap program JKN, yaitu: mengevaluasi besaran pertimbangan prosedural lainnya. Permintaan ma-
iuran, mempermudah prosedur dari pendaftaran pe- syarakat pada asuransi kesehatan menjadi sangat
serta sampai dengan pembayaran iuran, meningkat- terbatas ketika tidak didukung ketersediaan fasilitas
kan jumlah dan kualitas fasilitas kesehatan, mem- dan infrastruktur kesehatan yang memadai13. Pro-
berikan pelayanan optimal tanpa diskriminasi, me- sedur dan manajemen yang belum optimal berkon-
ningkatkan sosialisasi, dan mewujudkan transparasi tribusi pada rendahnya keikutsertaan dari masyara-
dalam pengelolaan dana. kat terhadap program asuransi kesehatan nasional,
sehingga penguatan regulasi atau kebijakan menjadi
PEMBAHASAN hal yang sangat penting8.
Kesadaran Pekerja Sektor Informal terhadap
Program JKN Pengaruh Variabel terhadap Kesadaran Pekerja
Jumlah pekerja sektor informal yang tersebar Sektor Informal
di lima kabupaten atau kota di Provinsi D.I. Yogya- Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel
karta diperkirakan mencapai lebih dari 1/5 jumlah pendidikan, umur, status pekerjaan, jenis pekerjaan
penduduk dan masih sekitar 3,19% yang menjadi utama, pendapatan, dan pengetahuan berpengaruh

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015  123
Budi Eko Siswoyo, dkk.: Kesadaran Pekerja Sektor Informal

terhadap kesadaran. Variabel memiliki koefisien po- dapat dilakukan melalui tatanan rumah tangga, insti-
sitif dan keeratan hubungan sangat kuat. Berbeda tusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, dan
dengan bivariabel, hasil analisis multivariabel me- fasilitas kesehatan. Optimalisasi sosialisasi merupa-
nunjukkan bahwa bukan hanya variabel tingkat kan salah satu upaya penguatan kebijakan dalam
pengetahuan yang paling berkontribusi dalam menen- rangka meningkatkan keikutsertaan masyarakat
tukan tingkat kesadaran pekerja sektor informal terhadap asuransi kesehatan nasional8.
terhadap JKN, melainkan juga variabel umur, tingkat Keterlibatan LSM dan berbagai pihak dalam
pendidikan, dan jenis pekerjaan utama. Nilai sisa sosialisasi merupakan upaya mengembangkan ke-
dari koefisien determinasi menunjukkan adanya varia- sadaran masyarakat terhadap asuransi kesehatan14.
bel lain di luar model (seperti: pengeluaran, agama, Tenaga potensial setempat seperti: tokoh masya-
status pernikahan, psikografi, budaya, sumber infor- rakat, tokoh agama, dan tokoh panutan lainnya juga
masi, dan lain-lain) yang memiliki kemungkinan perlu untuk dilibatkan15. Salah satu alasan sebagian
untuk mempengaruhi kesadaran pekerja sektor in- besar responden menunda kepesertaan adalah
formal terhadap program JKN. kurangnya sosialisasi dan pemahaman masyarakat
Semakin tua umur individu, cenderung memiliki mengenai prosedur dan manfaat program JKN. Ke-
tingkat morbiditas yang semakin tinggi dan secara mudahan pendaftaran dan pembayaran iuran dalam
statistik berpengaruh secara positif terhadap kesa- JKN juga perlu ditekankan di setiap sosialisasi mela-
daran untuk memiliki JKN. Tidak adanya pengaruh lui UKBM, pengajian, dan berbagai pertemuan tingkat
jenis kelamin terhadap kesadaran kemungkinan di- desa lainnya. Kader, petugas kesehatan, tokoh ma-
karenakan tidak adanya perbedaan akses informasi syarakat, perhimpunan kelompok pekerja adalah fasi-
antara pekerja sektor informal yang berjenis kelamin litator masyarakat yang diterima semua kelompok
laki-laki dan perempuan. Pendidikan, pekerjaan, dan umur, pendidikan, dan status sosial, sehingga diha-
pendapatan memiliki hubungan signifikan terhadap rapkan menjadi sarana efektif untuk meningkatkan
kesadaran publik terhadap asuransi kesehatan9. Pe- pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masya-
nelitian menunjukkan bahwa masyarakat berpeng- rakat terhadap program JKN.
hasilan tinggi lebih sadar dan ingin memiliki asuransi Kepemilikan asuransi kesehatan swasta adalah
kesehatan. Iuran tertinggi JKN Rp59.500,00 hanya salah satu alasan responden menunda kepesertaan
sekitar 1,16% dari rata-rata tingkat pendapatan JKN. Optimalisasi Coordination of Benefit (CoB)
responden yang memiliki tingkat kesadaran tinggi. sebagai program layanan tambahan dengan paket
Persentase tersebut masih di bawah kemampuan manfaat dan besaran iuran yang lebih menarik, dapat
membayar iuran asuransi kesehatan, sehingga men- menjadi peluang BPJS Kesehatan dalam meningkat-
jadi wajar jika masyarakat dengan sosio-ekonomi kan cakupan kepesertaan, terutama pekerja sektor
tinggi lebih berkeinginan dan mampu untuk mendaf- informal yang bekerja sebagai pedagang dan usaha
tar dalam program JKN. Pendapatan dan pekerjaan jasa. Analisis bivariabel dan multivariabel juga
berpengaruh terhadap tingkat kesadaran masyarakat menunjukkan bahwa secara statistik jenis pekerjaan
terhadap asuransi kesehatan14. Kesadaran terhadap utama tersebut signifikan terhadap tingkat kesadaran
asuransi kesehatan tidak lantas mempengaruhi sikap responden terhadap program JKN.
masyarakat untuk memiliki asuransi kesehatan9. Sebagian besar keluhan yang diketahui oleh
Oleh karena itu, selain adanya strategi yang spesifik, responden tentang program JKN terkait dengan mutu
responsibilitas badan penyelenggara BPJS Kese- layanan kesehatan. Ketersediaan tempat tidur kelas
hatan sangat penting dalam upaya meningkatkan 3 yang sering penuh dan adanya iur biaya adalah
kepercayaan dan partisipasi masyarakat secara beberapa keluhan peserta JKN yang teridentifikasi
bertahap terhadap program asuransi kesehatan dalam penelitian ini. Mekanisme penanganan keluh-
nasional (program JKN). an melalui BPJS Kesehatan (021-500400) dan Men-
teri Kesehatan (021-500567) perlu lebih disosialisasi-
Upaya Meningkatkan Kesadaran Pekerja Sektor kan kepada peserta dan calon peserta JKN, terutama
Informal terkait dengan indikasi kecurangan (fraud). Pena-
Menurut Sistem Kesehatan Nasional tahun nganan keluhan diharapkan dapat berdampak positif
2012, upaya meningkatkan tingkat pengetahuan, dalam meningkatkan tingkat kepercayaan dan
kesadaran, dan kemauan masyarakat dapat dilaku- kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kan melalui berbagai saluran media dan teknik pro- program JKN, termasuk bagi pekerja sektor infor-
mosi. Sosialisasi dan promosi program JKN perlu mal.
menekankan pada pemberdayaan masyarakat yang

124  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

KESIMPULAN DAN SARAN 6. Hermawati. S. 2013. Pengaruh Gender, Tingkat


Pekerja sektor informal pada umumnya memiliki Pendidikan, dan Usia terhadap Kesadaran
tingkat kesadaran tinggi terhadap program JKN yang Berasuransi pada Masyarakat Indonesia. Jurnal
menandakan bahwa responden tidak sekedar Asuransi dan Manajemen Risiko. Vol. 1.
mengetahui, namun juga mengingat beberapa hal 7. Bawa, S.K. dan Ruchita. 2011. Awareness and
mengenai program JKN. Jenis pekerjaan utama, Willingness to Pay for Health Insurance : An
tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan paling Empirical Study with Reference to Punjab India.
signifikan dalam meningkatkan kesadaran pekerja International Journal of Humanities and Social
sektor informal terhadap program JKN, terutama Science. USA: Centre for Promoting Ideas.
pada aspek kepesertaan, pelayanan kesehatan, 8. Adibe, M.O., Udeogaranya, P.O. dan Ubaka,
manfaat dan iuran. Sebagian besar pekerja sektor C.M. 2011. Awareness of National Insurance
informal menunda kepesertaan karena merasa belum Scheme (NHIS) Activities among Employess of
membutuhkan, belum sepenuhnya memahami A Nigerian University. International Journal of
prosedur dan manfaat JKN, dan mendengarkan Drug Development and Research. The
keluhan dari orang-orang terdekat. Neterlands: Elsevier.
Memanfaatkan UKBM dan berbagai pertemuan 9. Reshmi, B., Nair N. S., Sabu K. M.,
tingkat desa sebagai sarana sosialisasi yang Unnikrishnan B. 2012. Awareness, Attitude and
melibatkan toga, toma, perhimpunan pekerja infor- Their Correlates toward Health Insurance in An
mal, kader, dan petugas kesehatan dengan konten Urban South Indian Population. Journal of
prioritas tentang kemudahan prosedur pendaftaran, Management in Health. Vol. XVI.
pelayanan kesehatan, dan paket manfaat JKN 10. Kumar, D. Suresh, B. C. Barahb, C. R.
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pekerja Ranganathana, R. Venkatrama, S. Gurunathana
sektor informal terhadap program JKN. Selain dan S. Thirumoorthy. 2011. An Analysis of
mengoptimalkan layanan tambahan CoB dengan Farmer’s Perception and Awareness towards
manfaat dan iuran yang lebih menarik, meningkatkan Crop Insurance as A Tool for Risk Management
partisipasi masyarakat sebagai input kendali mutu in Tamil Nadu. Agricultural Economics
dan kendali biaya juga diharapkan dapat Research Review. Vol. 24.
meningkatkan tingkat kepercayaan dan 11. Constella Futures. 2008. Health Insurance
keikutsertaan masyarakat terhadap program JKN. Needs, Awareness and Assessment in The
Bahraich District, Uttar Pradesh. New Dehli:
REFERENSI United States Agency f or International
1. WHO. 2013. The World Health Report 2013 : Development.
Research for Universal Health Coverage. 12. Dror, M. D. 2006. Health Insurance for the Poor
Luxembourg: World Health Organization. : Myths and Realisties. Economic and Political
2. WHO, 2012. Health System Financing : The Weekly. Vol. 41.
Path to Universal Health Coverage. World Health 13. Ahuja, R., dan De, I. 2004. Health Insurance for
Organization. the Poor Need to Strengthen Healthcare
3. Kainth, G. S. 2009. Environmental Awareness Provision. Economic and Political Weekly. Vol.
School Teacher. The Icfai University Journal of 39.
Environmental Economics. Vol. VII. 14. Yellaiah, J. 2012. Awareness of Health Insurance
4. Keller, K.L. dan Donald, R. L.. 2005. Brands in Ardhra Pradesh. International Journal of
and Branding : Research Findings and Future Scientific and Research Publications. Vol. 2.
Priorities. 15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
5. Aminrad, Z., Zarina S., Hadi A. S., dan Sakari 2009. Pedoman Pelaksanaan Promosi
M. 2013. Relationship between Awareness, Kesehatan di Daerah. Jakarta: Pusat Promosi
Knowledge and Attitudes towards Environmental Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Education Among Secondary School Students Indonesia.
in Malaysia. World Applied Sciences Journal.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 4 Desember 2015  125

Anda mungkin juga menyukai