Anda di halaman 1dari 15

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SHARING KEMAMPUAN POSITIF “KELEBIHANKU”


DI RUANG RIPD RSJD AMINO GONDOHUTOMO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Stase Keperawatan Jiwa


Pembimbing Akademik : Dr. Meidiana Dwidiyanti, M.Sc
Pembimbing klinik : Zaeni., S.Kep.,Ns

Disusun Oleh:
1. Putri Atiyatul Mannani
2. Dewi Ulfah
3. Christina Aprilia Purba
4. Etik Nurochmah
5. Dini Amalina

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXIX


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, 2018

1
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi terganggunya fungsi mental, emosi,
pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal, yang menjadi kelompok
gejala klinis yang disertai oleh penderita dan mengakibatkan terganggunya
fungsi humanistik individu. (1) Kasus gangguan jiwa selalu meningkat tiap
tahun. Menurut WHO diperkirakan ada 450 juta penduduk didunia menderita
gangguan jiwa. (2)
Di Indonesia sendiri penderita gangguan jiwa pada tahun 2013
berdasarkan laporan riset kesehatan dasar terdapat 7,7 % dari seluruh penduduk
Indonesia dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1,7 % dan gangguan mental
emosional sebanyak 6%. Berdasarkan laporan dari Kemenkes RI, 2013 juga
didapatkan penderita gangguan jiwa terbanyak pada 6 daerah salah satunya
termasuk Jawa tengah. (3)
Pravelensi gangguan jiwa di jawa tengah sebesar 2,3 % dengan seluruh
Rumah Tangga yang dianalisis yang berasal dari semua umur. Salah satu
Rumah sakit jiwa yang berada di jawa tengah adalah RSJD Dr. Amino yang
terletak di kota semarang. Adapun data yang diperoleh penderita gangguan jiwa
pada tahun 2012 yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan sebanyak
3.401 pasien, pada tahun 2013 diperoleh 3.633 pasien gangguan jiwa. (4)
Pada pengkajian pasien diruangan RIPD RSJD Dr. Amino Gondohutomo
rata-rata pasien mengalami masalah harga diri rendah dimana seseorang yang
mengalami harga diri rendah akan memiliki perasaan negative terhadap dirinya
sendiri dan merasa gagal mencapai keignginan jika masalah ini tidak segera
diatasi akan berdampak pada kesimbangan neorotransmiter di otak menurun
mengakibatkan pasien depresi hingga berujung bunuh diri. Salah satu terapi
untuk mengatasi masalah tersebut selain mengunakan obat obatan adalah dengan
memberikan terapi aktivitas kelompok.
Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara
kelompok dengan tujuan untuk mestimulasi pasien yang mengalami gangguan
interpersonal. (2) Terapi Aktivitas Kelompok sangat efektif mengubah perilaku
karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling

2
mempengaruhi. Sebuah kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling
berinteraksi dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif .(5)Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) terdiri dari terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi,
stimulasi sensori, orientasi realitas dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. (6)
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi merupakan
kegiatan terapi aktivitas kelompok klien dilatih mempersepsikan stimulus yang
disediakan atau stimulus yang berdasarkan pengalaman pribadi. Terapi ini
dilakukan dalam beberapa sesi dan setiap pasien dievaluasi kemampuannya.
Proses ini diharapkan mampu merubah respon simulus yang maladaptif menjadi
adaptif. Oleh karena itu, mahasiswa bermaksud untuk melakukan terapi
aktivitas kelompok sharing kemampuan positif “Kelebihanku” pada klien
dengan harga diri rendah, di ruang RIPD RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang.
B. TOPIK
Sharing kemampuan positif “Kelebihanku”

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Klien mampu meningkatkan konsep diri yang baik


2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengikuti instruksi yang diberikan dengan benar
b. Klien mampu meningkatkan kepercayaan diri
c. Klien mampu mengenali kelebihan diri sendiri
d. Klien mampu mengungkapkan kelebihan diri sendiri
e. Klien mampu mengenali kelebihan orang lain

D. LANDASAN TEORI
1. Harga Diri Rendah
a. Pengertian
Harga diri yang tinggi dan konsep diri positif adalah karakteristik
penting dari kesejahteraan individu. Konsep diri adalah semua ide,

3
pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu.(7) Hal ini temasuk persepsi
individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain
dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan
objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual ,
sosialdan spiritual.
Gangguan konsep diri itu sendiri ada dua macam yaitu
gangguan harga diri rendah situasional dan gangguan harga diri
rendah kronis. Harga diri merupakan evaluasi diriindividu yang
mengekspresikan perilakusetuju atau tidak setuju danmengindikasikan
tingkat individu dalammeyakini dirinya mampu, berarti, berhasildan
berharga. (8)

Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri


negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau
berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai
evaluasi diri positif. Sedangkan yang dimaksud dengan harga diri
rendah kronis adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative yang secara langsung maupun tidak
langsung diekspresikan.(9)
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis digambarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya harga diri dan percaya diri, merasa gagal mencapai suatu
keinginan. Harga diri rendah kronis adalah suatu keadaan di mana
individu mengalami atau beresiko mengalami kondisi perubahan
perasaan, pikiran, atau pandangan diri sendiri yang negatif.(10)
Gangguan konsep diri: harga diri rendah semua ide, pikiran,
kepercayaan, pendidikan, diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.(11)
b. Etiologi harga dirirendah

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis

4
dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi antara lain faktor
biologis, psikologis, sosial, dan kultural. Faktor biologis biasanya
karena adanya sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmister di otak. Kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga
diri rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidakberdaya.(7)

Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah konis sangat


berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya
pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan. Secara sosial status
ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal di daerah kumuh dan
rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.(7)
c. Tanda Dan Gejala harga diri rendah
Perilaku klien HDR ditunjukkan tanda–tanda sebagai berikut:
produktivitas menurun, destructif pada orang lain, gangguan dalam
berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah ,mudah
tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif terhadap
tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang
bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif
terhadap diri sendiri, menolak diri secara sosial, penyalahgunaan obat,
menarik diri dan realitas, khawatir.(11)

5
2. Manfaat Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah terapi terstuktur jangka pendek yang


menggunakan kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk
mencapai tujuan terapi.(12) Terapi kognitif diberikan untuk
memperbaiki dan meningkatkan konsep diri pada klien yang
mengalami, mengkritik diri sendiri, penurunan produktifitas, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya,
pandangan hidup yang bertentangan, menarik diri, serta ketegangan
peran.(8)

E. Klien
Adapun kriteria klien yang di berpartisipasi dalam kegiatan TAK ini antara lain:
1. Klien dengan gangguan harga diri rendah
2. Klien bersedia mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir
3. Klien kooperatif
4. Tidak ada resiko perilaku kekerasan pada klien
F. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/tanggal : Senin, 4 Juni 2018
b. Jam : 09.00 - 10.00 WIB
c. Tempat : Ruang RIPD RSJD Dr. Amino Gondohutomo

2. Pembagian Tugas
Peran Tugas Mahasiswa

Leader Memimpin jalannya TAK Etik Nurochmah


Menjelaskan manfaat dan tujuan TAK
Mengatur jalannya TAK
Mengambil keputusan dalam TAK
Membukan dan menutup TAK

Co-leader Membantu leader memimpin jalannya TAK Christina Aprilia Purba

6
Membantu leader menjelaskan manfaat dan
tujuan TAK
Membantu leader mengatur jalannya TAK
Membantu leader mengambil keputusan dalam
TAK
Membantu leader membuka dan menutup
TAK

Observer Mengobservasi jalannya TAK mulai persiapan Putri Atiyatul Mannani


hingga penutupan
Memberikan penilaian terhadap perilaku klien
selama TAK
Memberikan penilaian terhadap cara
penyampaian materi dari terapis

Fasilitator Mendampingi dan mengarahkan peserta Dewi Ulfah


selama pelaksanaan TAK
Dini Amalina
Memfasilitasi klien yang kurang aktif agar mau
berinteraksi

G. Setting Waktu dan Tempat


1. Waktu pelaksanaan TAK adalah Senin, 4 Juni 2018 pukul 09.00-10.00 WIB
dibagi menjadi:
Kegiatan Alokasi waktu
Orientasi dan pembukaan 5 menit

Isi : penyampaian manfaat dan tujuan 10 menit


kegiatan TAK serta tata tertib
pelaksanaan TAK
Tahap kerja: tahap pelaksanaan TAK 30 menit

Evaluasi kegiatan TAK 10 menit

Penutup 5 menit

2. Setting tempat pelaksanaan TAK adalah sebagai berikut:


a. Pasien dan perawat berada dalam baris yang sudah ditentukan
b. Ruangan yang nyaman dan tenang

7
c.

Meja

Keterangan :

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

H. ALAT / MEDIA YANG DIGUNAKAN

1. Pemutar music
2. Papan nama
3. Kursi
4. Alat Tulis Kantor
5. Bola

I. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih klien yang kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiakan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Orientasi
1) Salam dari leader kepada klien

8
2) Tim terapis memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh leader untuk
memulai menyebut nama, kemudian leader menjelaskan tujuan dan
peraturan kegiatan dalam kelompok.
3) Tata Tertib TAK:
i. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai terapi aktifitas
kelompok
ii. Peserta wajib memperhatikan selama kegiatan berlangsung
iii. Apabila peserta membuat gaduh atau mengganggu selama kegiatan
maka peserta tersebut akan dilakukan dropout.
iv. Bila akan mengemukakan pendapat, klien diminta untuk lebih dulu
menunjukkan tangannnya
v. Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada
tim terapis dan setelah selesai BAB/ BAK harus kembali mengikuti
TAK sampai selesai
vi. Pada akhir perkenalan, peserta dapat menyebutkan nama peserta lain
dan perawat
4) Melakukan kontrak waktu dan tempat
b. Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Tahap Kerja
Pelaksanaan TAK:
a. Musik diputar dengan estafet bola
b. Bila musik berhenti, dan ada salah satu peserta TAK yang memegang bola,
maka peserta tersebut harus melakukan perkenalan (nama, asal) dan
dilanjutkan dengan melakukan diskusi terkait kemampuan positif yang
dimiliki peserta
c. Peserta dan terapis mendiskusikan apa yang sedang peserta alami
1) Mendiskusikan kemampuan positif yang dimiliki peserta
2) Peserta diminta untuk menyebutkan kegiatan/kemampuan positif yang
menyenangkan bagi peserta baik dirumah maupun rumah sakit

9
3) Jika peserta masih merasa rendah diri/tidak mampu menyebutkan
kemampuan positif yang dimiliki, memotivasi peserta dan berikan
reinforcement untuk meningkatkan perasaan harga diri peserta
4) Terapis memberi pujian atas peran serta peserta
d. Kemudian Musik dimainkan kembali, ulangi bagian b dan c hingga semua
peserta telah menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki
e. Menanyakan perasaan peserta setelah selesai bermain peran/stimulasi.
f. Memberikan reinforcement pada peran serta peserta.
g. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK. Selanjutnya
observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK
serta memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuan positif
yang dimiliki
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
i. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
ii. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut Terapis
i. Meminta klien menulis hal positif lain yang belum dijelaskan
ii. Kolaborasi dengan perawat ruang untuk melakukan TAK lanjutan
c. Kontrak yang akan datang
i. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri yang
dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah
ii. Menyepakati waktu dan tempat
5. Antisipasi Masalah
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
i. Memanggil klien
ii. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
terapis atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
i. Panggil nama klien
ii. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
iii. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan

10
pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu
klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
i. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
ii. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
iii. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut
d. Evaluasi dari observer

i. Mengamati jalannya terapi aktivitas kelompok

ii. Membacakan hasil dari observasi terapi aktivitas kelompok

J. KRITERIA EVALUASI
a. Struktur
1) Perawat
i. Pre planning disiapkan h-3 sebelum pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok
ii. Identifikasi masalah klien dan keluarga sebelum pelaksanaan.
iii. Siapkan alat dan media yang diperlukan.
iv. Tempat dan waktu ditentukan.

2) Klien
i. Siap mengikuti terapi aktivitas kelompok
ii. Hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
iii. Mengetahui tata tertib yang telah ditentukan.

b. Proses
1) Perawat melakukan kegiatan terapi aktivitas kelompok sesuai dengan
perencanaan.
2) Perawat dapat mengantisipasi hal-hal yang terjadi saat melakukan terapi
aktivitas kelompok.

11
3) Peserta dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok sampai selesai.
4) 80% peserta mampu melaksanakann dan berpartisipasi aktif dalam terapi
aktivitas kelompok.
c. Hasil
1) Perawat dapat menjalankan tugasnya dengan optimal
2) Klien dapat memahami tujuan terapi aktivitas kelompok
3) Klien mampu menyimpulkan hasil dari kegiatan terapi aktivitas
kelompok
4) 80% peserta mampu memulai interaksi dengan sesama peserta maupunn
perawat, peserta mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
dirinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalami .2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media
2. Yosep. 2009. Keperawatan jiwa edisi refisi. Bandung: PT.Refika Aditama
3. Kesehatan K. RISET KESEHATAN DASAR. 2013.
4. (http://ppid.rs-amino.jatengprov.go.id/).
5. Christopher L. 2010. Terapi aktivitas sosialisasi di rumah saki jiwa. Journal of
psychosocial nursing ang mental health services. Vol 45. P.1/3
6. Wijayanti, Diyan Yuli. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Study Guide.
Semarang: PSIK FK UNDIP.
7. Narullita D. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri rendah lansia di kabupaten
Bungo. J Endur. 2017;2(3):354–61.
8. Febriana B, Poeranto S, Kapti RE. Pengaruh terapi kognitive terhadap harga diri
rendah remaja korban bullying. J Ilmu Keperawatan. 2016;4(1):73–84.
9. Fitria I, Brouwer RJ, Khan SUR, Almigo N. Does Self-esteem Contribute Any
Effect to Social anxiety among International University Students. Malaysian J Res.
2013;1(1):10–9.
10. Farahmand V, Hassanzadeh R, Mirzaian B, Fayyazi, Bordbar M, Feizi J. The
efficacy of group metacognitive therapy on self-esteem and mental health of patients
suffering from major depressive disorder. Iran J Psychiatry Behav Sci. 2014;8(2):4–
10.
11. Simbar R, Solang. Analisis mengenai harga diri korban bullying (studi pada siswa
korban bullying di sma nasional kawangkoan dan smk kristen kawangkoan). J Fak
Ilmu Pendidik. 2015;3(1).
12. Waite, McManus, Shafran. Cognitive therapy for low self-esteem: a preliminary
randomized controlled trial in a primary care setting. J Behav Ther Exp Psychiatry.
2012;43(4):1049–57.

13
Lembar Observasi Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok

a. Verbal
Nama Klien :
NO ASPEK YANG RESPON
DINILAI
1. Klien dapat
menyebutkan tujuan
TAK
2. Klien dapat
mengungkapkan
perasaan yang dialami
3. Klien dapat
menyebutkan tanda
dan gejala yang
dialami
4. Klien dapat
menyebutkan cara
untuk mengatasi
kondisinya
5. Klien dapat
mengidentifikasi
kelebihan dan
kekurangan diri

b. Non Verbal

NAMA KLIEN (INISIAL)

ASPEK YANG
NO
DINILAI

RESPON

1. Mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir

14
2. Mengikuti
perintah/aturan main
dengan tepat
3. Mendengarkan saat
klien lain berbicara
4. Mengungkapkan
perasaan setelah
selesai kegiatan
JUMLAH

Keterangan:
Dilakukan : Nilai 1
Tidak dilakukan : Nilai 0

15

Anda mungkin juga menyukai