Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya
atau lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi tinja yang cair atau lebih
lembek dengan atau disertai dengan demam, nyeri perut, mual atau muntah dimana
keluhan ini bersifat mendadak serta berlangsung dalam waktu kurang dari dua
minggu. Bila diare berlangsung selama 2 minggu sampai dengan 4minggu dikatakan
diare tersebut adalah diare persisten, dan merupakan diare kronis bila lebih dari 4
minggu. 1,2

Pada tahun 1995, diare akut menjadi penyebab kematian lebih dari 3 juta penduduk
dunia. Kematian karena diare akut di negara berkembang terjadi terutama pada anak –
anak berusia di bawah 5 tahun, dengan 2/3 diantaranya tinggal di daerah dengan
sanitasi lingkungan yang kurang buruk dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai.
Lebih dari 90% diare akut disebabkan oleh karena infeksi, sedangkan 10% sisanya
karena sebab-sebab lain seperti obat-obatan atau bahan toksik. Kebanyakan infeksi
penyebab diare akut disebabkan karena penyebaran melalui fecal-oral, umumnya
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kotoran manusia atau
hewan. Infeksi atau jejas terjadi ketika system kekebalan penderita baik imun dan
nonimun (asam lambung, enzim, mucus dan flora normal) tidak mampu melawan
pathogen. 1,2 Berikut adalah tabel mengenai penyebab infeksi pada diare akut:
Eschericia coli, Salmonella spp, Shigella dysentriae,
Bakteri Vibrio cholera, Clostridium spp, Campylobacter spp,
Staphylococcus spp, Streptococcus spp
Protozoa : Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia,
Parasit
Trichomonas hominis
Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalkvirus
Tabel 1. Penyebab Infeksi Diare Akut1

Berdasarkan patofisiologi terjadinya diare akut, dapat dibedakan menjadi diare


sekretorik dan diare inflamasi. Patofisiologi yang berbeda akan mengakibatkan gejala

1
penyerta yang berbeda satu dengan yang lain, serta temuan laboratorium yang
berbeda pula.

Mekanisme Lokasi Gejala Temuan FL Bakteri Penyebab


Non- inflamasi Intestine Diare Tidak Vibrio cholera,
(enterotoxin) proximal sekretorik ditemukan enterotoxigenic E.
profuse, tanpa leukositosis coli, Clostridium
disertai perut perfringen,
mulas dan Staphylococus
tenesmus. aureus, rotavirus,
Giardia lambia,
Cryptosporidium
spp.
Inflamasi Colon, Diare cair, Leukositosis Shigella spp,
(Enteroinvasif) atau dapat (PMN), dapat Salmonella spp,
intestine bercampur ditemukan enterohemmoragic
distal lendir dan tropozoit atau E.coli, Clostridium
darah, nyeri kista parasite difficile, Entamoeba
perut, febris, histolytica.
dapat disertai
muntah dan
tenesmus
Tabel 2. Penyebab Infeksi Diare Akut3

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasive disebut juga diare sekretorik, atau
watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri ini mengeluarkan toksin
yang terikat pada mukosa usus halus dan toksin ini menyebabkan aktifitas berlebihan
nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar
adenosine 3’5’-siklik monofosfat (c-AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif
anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, HCO 3-, K+ dan Na+. Secara

2
klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meninggalkan dubur
secara deras dan banyak.1

Diare yang disebabkan oleh bakteri yang merusak mukosa usus (enteroinvasif)
disebut juga sebagai diare inflammatory. Sifat diarenya adalah sekretorik eksudatif.
Cairan diare dapat bercampur dengan lender dan darah. Pada pemeriksaan tinja
biasanya didapatkan sel – sel leukosit dan eritrosit. Diare pada kedaan ini ditandai
dengan kerusakan dan kematian enterosi, dengan peradangan minimal sampai berat,
disertai dengan gangguan sekresi dan absorpsi. Setelah kolonisasi awal, kemudian
terjadi perlekatan bakteri ke sel epitel dan selanjutnya terjadi invasi bakteri dan
inflamasi. Tahap berikutnya adalah pelepasan sitokin antara lain interleukin 1 (IL-1),
TNF-α, dan kemokin seperti interleukin 8 (IL-8). IL-8 adalah molekul kemostatik
yang mengaktifkan system fagositosis dan merangsang sel fagositosis lain ke lamina
propria. Mekanisme imunologi akibat pelepasan produk dari sel leukosit
polimorfonuklear, makrofag epithelial, limfosit T akan mengakibatkan kerusakan dan
kematian sel-sel enterosit. Kerusakan sel – sel epitel akan menyebabkan terjadinya
remodeling yang mengakibatkan vili-vili menjadi atropi dan regenerasi hyperplasia
yang tidak teratur. Akibat kerusakan dan sel-sel rudimenter ini tidak mampu
melakukan absorpsi melalui Na coupled sugar, namun tetap dapat melakukan sekresi
Cl-. Pada ulserasi, eksudasi dari kapiler dan limfatik juga berperan pada diare.1

Diare akut karena infeksi bakteri yang memproduksi toksin akan menyebabkan diare
sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala mual, muntah dengan atau tanpa demam
yang ringan, tanpa atau disertai nyeri perut dan feses yang cair. Diare sekretorik yang
berlangsung lama tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan
kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan syok hipovolemik ataupun
asidosis metabolic berat akibat ketidakseimbangan elektrolit. Karena kehilangan
cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
Kehilangan bikarbonat akan mengakibatkan penurunan PH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat nafas sehingga frekuensi menjadi cepat dan nafas menjadi dalam.

3
Pada keadaan hipovolemik tubuh mengkompensasi dengan denyut nadi yang cepat
(>120x/menit), tekanan darah menjadi tak terukur dan perlu diwaspadai terjadinya
gagal ginjal akut akibat nekrosis tubular. Pada keadaan deplesi kalium dapat
menimbulkan adanya aritmia jantung.1

Sedangkan pada diare inflamasi, dapat terjadi gejala-gejala diare seperti gejala diare
sekretorik. Biasanya diare juga disertai mual, muntah dan demam tinggi. Pada diare
ini juga sering disertai nyeri perut, tenesmus dan tinja disertai lender dan darah.1,2,5

Diagnosis diare akut karena infeksi, selain dengan anamnesis juga perlu ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan

penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan sampai pada terapi

definitif. Beberapa pemeriksaan penunjang untuk diare akut adalah:1,2,3

Darah lengkap

Urea, kreatinin

Darah Analisa gas darah (apabila didapatkan tanda metabolic asidosis)

Elektrolit (Na+, K+, Cl-)

Immunoassay (toksin bakteri, antigen virus, antigen protozoa)

Feses lengkap (mikroskopis : peningkatan jumlah leukosit, tropozoit dan


Feses kista parasite. Makroskopis : darah, lendir, bau)

Kultur feses

Tabel 3. Pemeriksaan penunjang diare akut1,2,3

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas rehidrasi, terapi simtomatik, dan terapi definitif. Untuk rehidrasi sebaiknya

cairan yang digunakan adalah Ringer laktat, karena komposisinya yang cukup untuk mengganti cairan tinja, walaupun kadar kaliumnya lebih rendah

dari cairan tinja. Apabila tidak terdapat cairan Ringer laktat dapat diberikan NaCl isotonic dengan ditambahkan Natrium bikarbonat 7,5% 50ml tiap

satu liter infus NaCl. Untuk rehidrasi awal pada diare akut, dapat pula diberikan cairan/bubuk oralit yang dijual bebas untuk menghindari terjadinya

dehidrasi. Jumlah cairan yang diberikan idealnya diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Kehilangan cairan dan kebutuhan

cairan dapat dihitung dengan skor Daldiyono atau perhitungan berdasar berat jenis plasma.1,4

Klinis Skor

4
Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2
Kesadaran somnolen, sopor atau koma 2
Fasies kolerika 2
Vox kolerika 2
Sianosis 2
Rasa haus 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Frekuensi nadi >120x /menit 1
Kesaradan apatis 1
Frekuensi nafas >30x / menit 1
Tangan keriput (washer hands) 1
Ekstrimitas dingin 1
Turgor kulit menurun 1
Umur 50-60 tahun 1
Umur >60 tahun 1
Tabel 4. Skor Daldiyono 4

Dengan rumus skor daldiono adalah deficit cairan= skor/15 x berat badan (kg) x 0,1 x
1000. Sedangkan dengan berat jenis plasma dapat digunakan rumus = BJ Plasma –
1,025 x berat badan (kg) x 4 : 0,001. Rehidrasi diberikan dalam waktu 2 jam agar
dapat terjadi rehidrasi secepat mungkin. 1,4

Untuk terapi simtomatik berupa obat antidiare dan antimuntah harus digunakan
secara hati-hati, setelah benar-benar dipertimbangkan indikasi klinisnya. Antimotilitas
seperti Loperamid akan memperburuk diare akibat bakteri enteroinvasif karena akan
memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus. Kalau pasien memang
sangat kesakitan dapat diberikan dalam jangka waktu pendek 2mg 2-3x/hari.
Pemberian antimuntah metoklopramid harus mempertimbangkan riwayat kejang dan
efek ekstrapiramidal. 1,4

Terapi definitive untuk diare akut biasanya diberikan terapi empiris. Berikut adalah terapi definitif untuk diare akut sesuai pathogen yang menjadi

kausa:1

5
Patogen Terapi

V. kolera El Tor Tetrasiklin 4 x 500 mg/hr selama 3 hari atau


kortimoksazol dosis awal 2 x 3 tab, kemudian 2 x 2 tab
selama 6 hari atau kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 7
hari atau golongan Fluoroquinolon

ETEC Trimetoprim-Sulfametoksazole atau Kuinolon selama 3


hari

S. aureus Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr

Salmonella Typhi Obat pilihan Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr selama 2


minggu atau Sefalosporin generasi 3 yang diberikan
secara IV selama 7-10 hari, atau Ciprofloksasin 2 x 500
mg selama 14 hari

Salmonella non Typhi Trimetoprim-Sulfametoksazole atau ciprofloxacin atau


norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 – 7 hari

Shigellosis Ampisilin 4 x 1 g/hr atau Kloramfenikol 4 x 500 mg/hr


selama 5 hari

Helicobacter jejuni (C. Eritromisin, dewasa: 3 x 500 mg atau 4 x 250 mg, anak:
jejuni) 30-50 mg/kgBB/hr dalam dosis terbagi selama 5-7 hari
atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hr selama 5-7 hari

Amoebiasis 3 - 4 x 500 mg/hr selama 5-10 hari atau Tinidazol dosis


tunggal 2 g/hr selama 3 hari

Giardiasis Quinacrine 3 x 100 mg/hr selama 1 minggu atau


Chloroquin 3 x 100 mg/hr selama 5 hari

Balantidiasis Tetrasiklin 3 x 500 mg/hr selama 10 hari

Virus Simtomatik dan suportif

Tabel 5. Terapi definitif GEA 2,3

6
BAB II
RESPONSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : ASD
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Bangsa : Indonesia
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Br. Kemulan Jagapati Abiansemal, Badung
MRS : 28 Juni 2011
Tanggal pemeriksaan : 1 Juli 2011

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit hari Selasa (28/6/2011) dengan keluhan mencret.
Keluhan ini dirasakan muncul tiba-tiba sejak sekitar satu hari SMRS kurang lebih
pukul 09.00 pagi. Mencret dengan frekuensi sekitar 10 kali sehari, setiap kali mencret
volume kurang lebih ½ gelas (120 ml). Mencret dikatakan encer, berwarna
kekuningan, kotoran tidak terdapat lendir maupun darah, serta berbau busuk. Saat
mencret dikatakan pasien merasakan ada sensasi ‘belum keluar semua’, dimana tidak
bisa dikeluarkan lagi walau sudah mengejan keras. Selain itu pasien juga mengeluh
nyeri perut, muntah dan demam.

Nyeri perut sejak satu hari SMRS bersamaan dengan keluhan mencret penderita.
Nyeri dirasakan hilang timbul seperti meremas- remas dan diperberat saat akan

7
menceret. Nyeri terasa sangat berat dan dirasakan di sekitar pusar dan perut samping
kiri bawah.

Muntah, sejak sore satu hari SMRS. Muntah dikatakan rata – rata 4 kali per hari.
Muntah didahului dengan mual, volume muntah kira-kira 1 gelas aqua, isi muntahan
berupa cairan bercampur makanan yang dimakan serta tidak terdapat darah ataupun
lendir.

Pasien juga mengeluhkan panas badan yang dirasakan sejak pagi hari SMRS,
dirasakan mendadak tinggi (390C). Keluhan demam dirasakan bersamaan dengan
mencret, kemudian diikuti keluhan lainnya.

Keluhan batuk atau suara serak tidak ada. BAK pasien dikatakan biasa, frekuensi
sekitar 3-4 kali sehari, kencing warna kuning .

Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya pernah beberapa kali mengalami mencret, namun
tidak ingat waktu terjadinya. Namun pasien mengatakan mencret dan muntah saat ini
adalah yang terburuk. Sebelumnya tidak pernah disertai muntah, nyeri perut dan
demam, melainkan hanya tinja encer biasa dan hilang tanpa minum obat.

Riwayat pengobatan
Pasien meminum oralit yang dibeli di apotik sejak pagi SMRS, kurang lebih setiap
kali mencret.

Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama (mencret) seperti pasien.

Riwayat sosial dan pribadi


Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Biasanya pasien selalu makan makanan yang
dimasak sendiri, kecuali saat makan siang di tempatnya bekerja pasien biasa membeli
nasi di dekat tempat kerjanya. Rekan kerja pasien dikatakan tidak ada yg mengalami

8
keluhan yang sama. Sumber air minum berasal dari air ledeng yang juga digunakan
untuk memasak.

III. ANAMNESIS UMUM (2/5/2011)


A. Keluhan Umum
Perasaan nyeri : ada Bengkak : tidak ada

Rasa lelah : tidak ada Ikterus : tidak ada

Faal umum : baik Nafsu makan : tetap

Nafsu kerja : menurun Rasa haus : ada

Berat badan : tetap Cepat lapar : tidak ada

Panas badan : ada Tidur : dengan 1 bantal

B. Keluhan Alat di Kepala

Penglihatan di waktu siang : normal Hidung : darah : tidak ada

Penglihatan di waktu malam : normal Nyeri : tidak ada

Sakit pada mata : tidak ada Lidah : normal

Pendengaran : normal Gigi : lengkap

Keseimbangan : normal Gangguan bicara : tidak ada

Kotoran telinga : tidak ada Gangguan menelan : tidak ada

C. Keluhan Alat di Leher

Kaku kuduk : tidak ada

Pembengkakan leher : tidak ada

Pembesaran/nyeri kel. Limfe : tidak ada

9
Pembesaran/nyeri kel.tiroid : tidak ada

Lainnya : tidak ada

D. Keluhan Alat Dada

Sesak nafas : tidak ada Nyeri daerah jantung : tidak ada

Sesak nafas di malam hari : tidak ada Berdebar-debar : tidak ada

Sesak nafas kumat-kumatan : tidak ada Nyeri retrosternal : tidak ada

Ortopnea : tidak ada Batuk : tidak ada

Nyeri waktu nafas : tidak ada Riak : tidak ada

Nafas berbunyi : tidak ada Hemoptoe : tidak ada

E. Keluhan Alat di Perut

Membesar : tidak ada Feses : berair : ada

Mengecil : tidak ada warna : kuning

Pembengkakan : tidak ada diare : darah : tidak ada

Nyeri spontan : tidak ada lendir : tidak ada

Nyeri tekan : ada Air kencing : warna : kuning pucat

Nyeri bila : frekuensi: 3-4 x/hari

Makan : tidak ada jumlah : 1 - 2 gelas

Berak : ada nokturia : tidak ada

Lapar : tidak ada inkontinensia alvi : tidak


ada

10
Mual : ada inkontinensia urine : tidak
ada

Muntah : ada

Obstipasi : tidak ada

Melena : tidak ada

Nyeri ulu hati : tidak ada

F. Keluhan Tangan dan Kaki

Gerakan kaki terganggu : tidak ada Gerakan tangan terganggu : tidak ada

Nyeri spontan : tidak ada Nyeri tekan : tidak ada

Gangguan sendi : tidak ada Luka-luka : tidak ada

Nyeri dalam : tidak ada Ganggren : tidak ada

Kesemutan : tidak ada Nekrosis : tidak ada

Mati rasa : tidak ada Kelainan kulit : tidak ada

Lebih kurus : tidak ada

G. Keluhan Lain

Alat lokomotorik : normal Keluhan hipertiroid : tidak ada

Tulang : normal Keluhan hipotiroid : tidak ada

Otot : normal Keluhan endokrin : tidak ada

Kel. Limfe : normal

IV. ANAMNESIS TAMBAHAN

11
Makanan : kualitas: tetap Obat-obatan : ada

kuantitas: tetap Keluarga

Intoksikasi : tidak ada Penyakit menular : tidak ada

Merokok : tidak ada Penyakit keturunan : tidak ada

Pekerjaan : pegawai Penyakit yang beerhubungan dgn : tidak


ada

Alkohol : tidak ada Penyakit venerik : tidak ada

V. PEMERIKSAAN UMUM

A. Kesan Umum

Kesan sakitnya : sedang Kesadaran : E4V5M6

Tinggi badan : 155 cm Keadaan gizi : cukup

Suhu badan : 38.8 0C Anemi : -/-

Berat Badan : 65 kg Ikterus : -/-

Tidur dengan : 1 bantal Sianosis : tidak ada

Tidur miring kiri : bisa Edema : tidak ada

Tidur miring kanan: bisa Keadaan kulit : normal

Pergerakan : tidak terganggu Afonia : tidak ada

Tenang : tenang Afasia : tidak ada

Tidak tenang : tidak ada Anatria : tidak ada

Kejang : tidak ada Tremor : tidak ada

12
B. Keadaan Peredaran Darah

Tekanan darah :100/70 mmHg Kelainan nadi : tidak ada

Nadi : 120x/menit P. Paradok : tidak ada

Isi : cukup P. Magnus : tidak ada

Gelombang : cukup P. Parvus : tidak ada

Irama : teratur P. Alternans : tidak ada

Kelainan arteri di lengan : tidak ada

Kel. Nadi art. Femoralis : tidak ada

Kelainan art. Dorsalis pedis : tidak ada

Kelainan art. Abdominalis : tidak ada

Kulit : normal

C. Keadaan Kulit

Penyakit kulit : tidak ada Petekhie : tidak ada

Luka-luka : tidak ada Hematom : tidak ada

Pigmentasi : normal Odema : tidak ada

Anemia : tidak ada Dehidrasi : tidak ada

Ikterus : tidak ada Elastisitas kulit: normal

Dermografi : normal Turgor : normal

D. Keadaan Pernafasan

13
Tipe : vesikuler +/+ Kelainan pernafasan : tidak ada

Frekuensi : 20 x/menit Oligopnoe : tidak ada

Teratur : teratur Polipnoe : tidak ada

Tidak teratur : tidak ada Ortopnoe : tidak ada

Ekspirasi : normal Dispnoe : tidak ada

Inspirasi : normal Nafas cuping hidung : tidak ada

Stridor : tidak ada Pernafasan berbunyi : tidak ada

VI. PEMERIKSAAN KHUSUS

A. Kepala

Tenggorokan: Mata :

Bentuk : normal letak : normal

Nyeri tekan : tidak ada pergerakan : normal

Lain-lain : tidak ada anemia : -/-

Muka : ikterus : -/-

Kelainan kulit : tidak ada reflek cahaya : +/+

Otot : normal pupil : isokor

Tumor : tidak ada kornea : N/N

Oedem : tidak ada konjungtiva : N/N

Kakheksia : tidak ada konvergensi : N/N

Kelainan parotis : tidak ada Kel.Lakrimalis : N/N

14
Tek. Intraokuler : tidak dievaluasi

Hidung :

Ingus : tidak ada Telinga :

Saddle nose : tidak ada cairan : -/-

Meatus : normal pendengaran : N/N

Lidah : Proc. Mastoideus : N/N

Besar : normal Faring :

Bentuk : normal mukosa : normal

Papil : normal tonsil : T2/T2

Frenulum: dinding : normal

Pergerakan : normal uvula : normal

Permukaan : halus

Bibir : normal

Gigi dan gusi : normal

B. Leher

Inspeksi : normal Pembesaran Kel. Limfe: tidak


ada

Laring : lokalisasi: normal Bendungan vena : tidak


ada

besarnya : normal Denyutan : Normal

15
Gerakan saat menelan : normal JVP : PR+0
cmH2O

Palpasi : normal Tulang : normal

Kaku kuduk : tidak ada Laring : normal

Tumor : tidak ada Kel. Tiroid : normal

Kelenjar : normal

C. Ketiak

Kulit ketiak : normal Pembengkakan kelenjar : tidak ada

Tumor : tidak ada Pembuluh darah : normal

Bulu ketiak : ada

D. Thorak Depan

INSPEKSI

Fossa supraklavikular : N/N Klavikula : N/N

Lengkung sudut epigastrium : < 900 Sternum : normal

Vousure cardiac : tidak ada Sela iga : normal

Simetri torak : simetris Otot lurik : normal

Pergerakan waktu bernafas : simetris Kulit : normal

Pembuluh darah kulit : normal Spider nevi : tidak ada

Denyutan iktus kordis : tidak tampak Mamma : N/N

16
PALPASI

Pergerakan nafas : simetris

Vokal fremitus : N/N

Iktus kordis : tidak teraba

Lokalisasi : tidak ada

Luasnya : tidak ada

Kuat denyutan : normal

Irama : teratur

Thrill : tidak ada

Kulit : hangat

Otot : normal

Tulang : normal

Mamma : N/N

PERKUSI

Paru: Jantung:

Batas bawah kanan : ICS VIII Batas atas : ICS II

Batas bawah kiri : ICS VII Batas kiri : MCL kiri

Pergerakan : normal Batas kanan : PSL kanan

Perbandingan perkusi : sonor / sonor Pinggang : ada

17
AUSKULTASI

Paru : Jantung:

Suara nafas : vesikuler +/+ Bunyi jantung : S1S2 Tgl


Reguler

Suara nafas tambahan : Murmur : tidak ada

Ronkhi : -/- Punctum maximum :-

Wheezing : -/- Derajat :-

Bronkofoni : -/- Tipe :-

Penyebaran :-

E. THORAK BELAKANG

INSPEKSI PALPASI

Bentuk :simetris Nyeri tekan : tidak ada

Pergerakan :simetris Vokal fremitus : N/N

Tulang, otot, kulit : normal Tulang, otot, kulit : normal

PERKUSI AUSKULTASI

Batas bawah kanan : Th.IX Suara pernafasan : vesikuler


+/+

Peranjakan kanan: - Suara tambahan : wheezing -/-

Batas bawah iri : Th. X Bronkofoni : tidak ada

Peranjakan kiri :-

18
F. ABDOMEN

INSPEKSI

Bentuk : normal Epigastrium : denyutan : tidak ada

Kulit : normal Sudut : < 900

Otot : normal Pergerakan waktu nafas : normal

Pusar : normal Pembuluh darah : normal

AUSKULTASI

Suara usus : BU (+) meningkat

Suara aliran dalam pembuluh darah : tidak ada

PALPASI

Dinding perut : normal Hati : tidak teraba

Denyutan epigastrium : tidak ada Lien : tidak teraba

Nyeri : ada di daerah umbilikus Ginjal : Balottement -/-

Kandung empedu : tidak teraba

PERKUSI

Shifting dullness : tidak ada

Undulasi : tidak ada

Nyeri ketok CVA : tidak ada

G. REGIO INGUINAL DAN GENITALIA

Lipatan paha : normal Sakrum : tde

19
Genitalia : tde Rektum : tde

Bulu pubis : tde RT : tde

H. KAKI DAN TANGAN

Kulit : normal Sendi-sendi : normal

Otot dan tulang : normal P.drh arteri jari dan telapak : normal

Pergerakan aktif : normal Liver palmaris : tidak ada

Pergerakan pasif : normal Jari tabuh : tidak ada

Nyeri tekan : tidak ada Kuku sendok : tidak ada

Nyeri spontan : tidak ada Kuku kaca arloji : tidak ada

Oedem : tidak ada Tremor : tidak ada

Luka-luka : tidak ada

Tenaga : normal

I. URAT SARAF

Reflek lutut : +/+

Reflek Achiles : +/+

Reflek dinding abdomen : +/+

Reflek Bisep : +/+

Reflek patologis : -/-

Tes Romberg : tidak dilakukan

Cara berjalan : tidak dilakukan

20
Ataksia : tidak dilakukan

Sensibilitas (pada tangan dan kaki)

Perasa raba : tidak terganggu

Perasa nyeri : tidak terganggu

Perasa suhu : normal

Perasa proprioseptif : normal

Perasa vibrasi : normal

Grafestesia : tidak terganggu

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


LABORATORIUM
1. Darah Lengkap
Test 28/6/11 30/6/11 Normal
WBC 13.6 11.23 (4.1 – 11.0 )
RBC 3.93 4.21 ( 4.0 – 5.2 )
HGB 12.8 12.9 ( 12.0 – 16.0 )
HCT 35.3 36.2 ( 36.0 46.0 )
MCV 91.1 92.7 ( 80 – 100.0 )
MCH 30.7 30.6 ( 26.0 – 34.0 )
PLT 270 279 ( 140 – 440 )
Neu% (#) 87.5 (11.9) 80.8 (8.8) (47 – 80) (2.5 – 7.5)
Lym% (#) 6.1 (0.8) 11.8 (1.35) (13 – 40) (1.0 – 4.0)
Mono% (#) 6.3 (0.9) 7.7 (0.48) (2.0 – 11. 09) (0.1 – 1.2 )
Eos% (#) 0.0 (0.0) 1.1 (0.07) ( 0 – 5 ) ( 0.0 – 0.5 )
Baso% (#)
0.0 (0.1) 0.3 (0.02) ( 0 – 2 ) ( 0.0 – 0.1 )

2. Kimia Klinik
Parameter 28/6/11 30/6/11 Normal

21
1. SGOT 21.32 23.32 11.00 – 27.00
2. SGPT 32.67 30.87 11.00 – 34.00
3. BUN 13.99 11.99 8.00 – 23.00
4. Creatinin 0.64 0.55 0.50 – 0.90
5. GDS 126 120 70.00 – 140.00
6. Natrium 132 137 136.00 – 145.00
7. Kalium 3.625 3.50 3.50 – 5.10

3. Feses
Parameter 28/6/11 30/6/11 Normal
1. Feses Rutin - - 0.00 – 0.00
2. Macroskopis - - --
a. Warna kuning coklat --
b. Bau - - --
c. Konsistensi encer lembek --
d. Lendir - + --
e. Darah - - --
3. Mikroskopis - - --
a. Leukosit 9-10 3-4 --
b. Eritrosit - - --
c. Amoeba - - --
- Kista + - --
d. Telur cacing - - --

4. Kultur Feses (Spesimen : 30 Juni 2011 ; Hasil : 2 Juli 2011)


Didapatkan Eschericia coli sebagai agen infeksi
Antibiotik pilihan : cefuroxim

VI. RESUME
Pasien perempuan umur 36 tahun, datang dengan keluhan mencret sejak satu hari
SMRS. Mencret sebanyak kurang lebih 8 kali dengan konsistensi cair, volume ½
gelas. Feses encer,berwarna kuning, lendir (-), darah (-), berbau busuk. Mencret
disertai nyeri perut (+), demam (+), muntah (+) 4 x makanan (+). Sebelumnya pasien

22
sempat meminum oralit sejak pagi hari SMRS kurang lebih tiap kali mencret. BAK
normal berwarna kuning.

Penyakit diare sebelumnya (-), di anggota keluarga (-). Pasien bekerja sebagai
pegawai toko. Pasien memiliki riwayat sering membeli makan siang di dekat
tempatnya bekerja. Sumber air minum rumah berasal dari air ledeng yang juga
digunakan untuk memasak.

Status general :
- Keadaan umum : sedang
- Kesadaran : compos mentis
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 120 x/m
- RR : 20 x/m
- Tax : 38.80C
- Mata : an -/-, ik -/-, cowong -/-
- Thorax :
o Cardio
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi :ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : redup
 Auskultasi : S1S2 tg reg m (-)
o Pulmo
 Inspeksi : simetri
 Palpasi : Vokal premitus N/N
 Perkusi : sonor/ sonor
 Auskultasi : Ves +/+, rh -/-, wh -/-
- Abdomen :
o Inspeksi : Dist (-)
o Auskutlasi : BU (+) meningkat
o Perkusi : Timpani, Nyeri ketok CVA -/-

23
o Palpasi :
 Hepar tidak teraba
 Lien tidak teraba
 Ballotement -/-
 Nyeri tekan di region umbilicus (+)
- Ekstremitas :
o Mukosa bibir kering (-)
o Turgor kembali > 2-3 dtk ( normal )
o Akral hangat

Pemeriksaan Penunjang :
- DL ( 28/ 6/ 2011) :
o WBC ( meningkat pada hari pertama)
o Neutrofil (meningkat)
o Lainnya : dbn
- Kimia Klinik (28/6/2011)
o Na : 132 (rendah)
- Feses ( 28/6/2011)
o Leukosit : 9-19
o Kista : E. Histoltica (+)
o Lainnya : dbn
VII. DIAGOSIS
- GEA ec susp. amebiasis intestinal
 Dehidrasi ringan
 Hiponatremia hipoosmolar asimtomatik e.c. susp loss

VIII. DIAGNOSIS BANDING


- GEA ec susp. bakteri invasif

24
XI. PENATALAKSANAAN
TERAPI
- MRS
- IVFD Ringer Laktat 1200 cc dalam 2 jam pertama (berikutnya
dilanjutkan  30 dpm)
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Diet lunak rendah serat
- Doxcycline 2 x 100 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Ondansetron 4 mg (k/p)
- Oralit

DIAGNOSIS
- Kultur feses

MONITORING
- VS – Keluhan (mencret, demam, nyeri, muntah)
- DL
- Feses lengkap @ 2 hari
- CM – CK
X. PROGNOSIS
Dubius ad bonam
BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis penyakit Gastroenteritis Akut e.c. Amebiasis Intestinal pada


pasien wanita, 36 tahun, menikah, suku Bali di atas berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya
atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi yang lembek atau cair, bersifat
mendadak dengan atau tanpa disertai gejala mual, muntah, panas atau nyeri perut dan

25
berlangsung kurang dari dua minggu. Diare persisten bila berlangsung selama dua
sampai empat minggu, dan disebut diare kronik bila berlangsung lebih dari empat
minggu. Pada pasien ditemukan keluhan mencret dengan frekuensi yang mencapai
10 kali sehari, yang dialami sejak satu hari SMRS (kurang dari 2 minggu)
mendukung adanya sebuah diare akut.

Dari gejala diare yang dialami pasien, didapati tinja berkonsistensi encer, berbau
busuk, berwarna kuning tanpa darah atau lendir. Tinja dengan konsistensi encer
berwarna putih seperti air cucian beras dan keluar seperti mengalir adalah pertanda
diare yang bertipe sekretorik. Namun pada pasien, tinjanya keluar sedikit-sedikit
(kurang lebih setengah gelas) berwarna kuning dan berbau busuk, ini lebih mengarah
kepada sebuah diare inflamasi karena umumnya tinja yang berbau busuk dikarenakan
adanya sel-sel nekrosis dan sel radang yang terbawa saat buang air. Selain itu pada
diare inflamasi tinja yang keluar umumnya sedikit – sedikit, sehingga menimbulkan
tenesmus. Tenesmus terjadi karena adanya iritasi pada usus akibat adanya
peradangan. Namun pada pasien tidak ditemukan adanya darah maupun lendir pada
tinja, yang merupakan tanda khas pada diare inflamasi, karena adanya perdarahan dan
sekresi mukosa usus yang teriritasi.

Pada pasien juga didapatkan gejala mual muntah sebanyak kurang lebih 4 kali sejak
satu hari SMRS. Keadaan klinis ini mendukung sebuah diare akut yang disebabkan
oleh adanya inflamasi. Muntah biasanya disebabkan akibat adanya iritasi luas dari
traktus gastrointestinal yang dapat disebabkan oleh inflamasi. Iritasi ini menyebabkan
terjadinya gerakan antiperistaltik yang mampu mendorong kembali isi saluran
pencernaan kearah atas traktus gastrointestinal, sehingga terjadi muntah. Sebaliknya
pada diare sekretori, jarang ditemukan keluhan muntah.

Pasien juga mengeluhkan demam yang bersamaan dengan keluhan mencret yang
dideritanya. Pada pasien dengan gastroenteritis akut bertipe sekretori umumnya tanpa
demam. Karena toksin bakteri hanya mengganggu keseimbangan absorpsi dan sekresi
ion tanpa merusak sel epitel. Sedangkan pada pasien gastroenteritis akut akibat

26
pathogen invasif mengakibatkan peradangan sel epitel usus, sehingga terjadi reaksi
sistemik berupa demam. Pasien juga menyangkal sumber infeksi lain yang umumnya
dapat menyebabkan demam seperti infeksi saluran pernafasan atau saluran kemih,
sehingga kecurigaan penyebab demam adalah infeksi saluran pencernaan.

Pada pemeriksaan fisik pasien diare akut dicari adanya tanda- tanda dehidrasi. Tanda
dehidrasi ringan- sedang ditemukan penurunan berat badan, mata menjadi cekung,
lidah kering, tulang pipi menonjol dan turgor kulit menurun dan pada dehidrasi yang
lebih berat pasien akan mengalami penurunan tekanan darah, takikardi, pernafasan
Kussmaul dan penurunan kesadaran. Dan kadang ditemukan adanya distensi pada
dinding perut dan peningkatan bising usus dan nyeri tekan yang sesuai dengan lokasi
inflamasinya. Pada pasien ini ditemukan takikardi dengan nadi 120 kali per menti.
Tanda dehidrasi lainnya tak ditemukan. Kesadaran, hemodinamik stabil dan respirasi
tampak normal. Peningkatan frekuensi nadi pasien menunjukkan pasien mengalami
keadaan dehidrasi ringan.
Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan adanya peningkatan bising usus dan
nyeri tekan pada region umbilical. Pemeriksaan penunjang yang rutin dikerjakan pada
diare akut adalah pemeriksaan darah lengkap, fungsi ginjal, elektrolit dan feses rutin.
Indikasi pemeriksaan dijelaskan pada tabel dibawah

Jenis Pemeriksaan Indikasi Temuan pada pasien


Darah Lengkap Mencari adanya leukositosis Leukositosis (WBC
yang menandakan adanya tinggi, Neutrofilia)
infeksi sistemik pada darah
Fungsi ginjal Mencari adanya gangguan BUN dan kreatinin normal
perfusi ginjal yang disebabkan
oleh dehidrasi berat.sehingga
terjadi kerusakan ginjal akut.
Yang ditandai dengan
peningkatan BUN dan

27
clearance creatinin
Elektrolit Mengetahui adanya ketidak Terjadi hiponatremia (Na+
seimbangan elektrolit (natrium serum rendah)
dan kalium) yang dikarenakan
hilangnya cairan tubuh yang
terjadi dalam waktu singkat.
Feses Rutin Untuk mencari adanya leukosit Ditemukan leukositosis
pada feses dan bukti- bukti lain dan kista amuba
yang adanya infeksi

Pada pasien ini ditemukan adanya leukositosis pada saat pasien masuk dan kembali
normal setelah mendapatkan terapi antibiotik selama perawatan. Ditemukan adanya
hiponatremia pada pemeriksaan elektrolit. Leukositosis yang terjadi menandakan
adanya reaksi sistemik terhadap adanya infeksi. Hasil ini sangat penting dalam
menegakkan diagnosis gastroenteritis akut tipe inflamasi, karena pada diare sekretori
tidak ditemukan peningkatan leukosit. Hiponatremia terjadi dikarenakan adanya
kehilangan cairan akibat diare. Pemeriksaan fungsi ginjal dalam batas normal, dan
pada pemeriksaan feses rutin ditemukan adanya leukositosis dan kista E. histolitika.
Dari data- data di atas, kemudian dibuat diagnosis kerja sebagai GEA ec amebiasis
intestinal karena dari anamnesis gejala diare disentri berupa diare 10 kali dalam 1 hari
(onset akut), dengan konsistensi encer, volume sedikit- sedikit tanpa darah dan bau
busuk dan disertai gejala- gejala muntah, nyeri perut dan demam. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya peningkatan bising usus dan nyeri tekan pada region
umbilikus, pada pemeriksaan penunjang dan pada pemeriksaan feses rutin ditemukan
leukositosis, eritrosit dan ditemukan kista E. histolitika. Penyakit utama pasien
disertai dengan komplikasi dehidrasi ringan, dimana ditemukan peningkatan denyut
nadi hingga 120x / menit serta hiponatremia hipoosmolar asimtomatik dikarenakan
adanya loss cairan akibat diare.

Sebagai diagnosis bandingnya adalah GEA ec bakteri invasif, karena pada anamnesis
ditemukan gejala diare disentri yang disertai demam dan nyeri perut pada

28
pemeriksaan fisik ditemukan bising usus meningkat dan nyeri tekan pada region
umbilicus, pada pemeriksaan penunjang ditemukan WBC meningkat pada hari
pertama pemeriksaan darah, dan pada feses rutin ditemukan leukosit dalam jumlah
yang banyak dan eritrosit.

Sesuai dengan diagnosis kerja dibuat rencana kerja, sebagai berikut: pasien
disarankan untuk rawat inap, diberikan infus RL, oralit, metronidazole, diet lunak
rendah serat, parasetamol dan ondansetron. indikasi pemberian obat akan dijabarkan
pada tabel

Pengobatan Indikasi Pemberian


IVFD Ringer Laktat 1200 Untuk keseimbangan cairan dan elektrolit, serta
cc dalam 2 jam pertama mencegah terjadinya dehidrasi pada pasien diare dan
(berikutnya dilanjutkan  untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien per hari.
30 dpm) Rehidrasi awal pada 2 jam pertama dihitung
menggunakan skor Daldiyono .
Klinis ditemukan (haus, muntah dan nadi 120x/menit,
total skor = 3)
Kebutuhan cairan = 3/15 x 10% x 60kg x 1000ml =
1200ml
Oralit Diberikan pada saat pasien diare untuk balance cairan
yang keluar dan yang masuk.
Diet lunak rendah serat Untuk meringankan kerja sistem pencernaan dan agar
tidak merangsang mengingkatnya kerja peristaltik usus.
Metronidazole 3 x 750 mg Antibiotik pilihan yang diberikan pada pasien dengan
IV amebiasis diberikan selama 5- 10 hari.
Doxcycline 2 x 100 mg Antibiotic empiris yang diberikan untuk pasien dengan
diare yang disebabkan karena bakteri.
Parasetamol 3 x 500 mg Antipiretik, diberikan bila suhu badan 37.5 atau lebih.
Ondansetron 4 mg Merupakan obat golongan anatagonis reseptor 5-HT3,
yang bekerja dengan cara memblok serotonin (zat yang
berperan dalam mengakibatkan rasa mual atau ingin
muntah).

29
Monitoring yang dikerjakan pada pasien ini adalah pemeriksaan tanda- tanda vital,
keluhan, elektrolit (Na, K) dan cairan masuk dan cairan keluar. Dengan tujuan untuk
memonitor adanya tanda- tanda dehidrasi.

Prognosis pada pasien ini baik, karena pada pasien ini dehidrasi ringan segera diatasi
dengan pemberian cairan IV, dan pada pemeriksaan elektrolit ditemukan adanya
hiponatremi non-emergency yang bisa diatasi dengan pemberian cairan elektrolit
yang cukup baik melalui intravena maupun melalui oral. Selain itu pada pasien ini
juga sudah diberikan antibiotik dan selama pemberian antibiotik terjadi perbaikan
secara klinis (diare, demam, nyeri perut dan muntah membaik).

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiawan, Budi. 2006. Diare Akut Karena Infeksi. In Aru, WB, et al (eds.),
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-V. Jakarta : Balai Penerbit
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 2836-
2842
2. David, A and Michael, C. 2008. Diarrhea And Constipation. In Dan LL and
Anthony SF, Horrison’s Principles of Internal Medicine. United States : MC
Graw Hill Medical. Page 225 -232
3. Butterton, JR and Stephen, BC. 2010. Acute InfectiousDiarrheal Diseases
and Bakterial Food Poisoning. In Dan LL and Anthony SF, Horrison’s
Gastroenterology and Hepatology. United States : MC Graw Hill Medical.
Page 228 -237
4. Sumarsono, H. 2006. Kolera. In Aru, WB, et al (eds.), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-V. Jakarta : Balai Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 2843- 2849.
5. Soewondo, ES. 2006 Amebiasis. In Aru, WB, et al (eds.), Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi ke-V. Jakarta : Balai Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 2850- 2860

31

Anda mungkin juga menyukai