Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Amebiasis (disentri Amoeba) adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh
parasit usus Entamoeba Histolytica. Amebiasis yang disebabkan oleh E. Histolitika
merupakan penyebab kematian ketiga dari penyakit yang disebabkan oleh parasit di
seluruh dunia.
Amooebasis tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei
menunjukkan frekwensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan langsung dengan sanitasi
lingkungan sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan
subtropik yang sanitasinya jelek, dan banyak dijumpai juga dirumah-rumah sosial,
penjara, rumah sakit jiwa dan lain-lain.
Di Indonesia, amoebiasis kolon banyak dijumpai dalam keadaan endemi. Prevalensi
Entamoeba histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara 10–18 %.
Amoebiasis juga tersebar luas diberbagai negara diseluruh dunia. Pada berbagai survei
menunjukkan frekuensi diantara 0,2 -50 % dan berhubungan dengan sanitasi lingkungan
sehingga penyakit ini akan banyak dijumpai pada daerah tropik dan subtropik yang
sanitasinya jelek. Di RRC, Mesir, India dan negeri Belanda berkisar antara 10,1 –11,5%,
di Eropa utara 5 -20%, di Eropa Selatan 20 -51 % dan di Amerika Serikat 20%.

BAB II
LAPORAN KASUS

1
2.1 Identitas Penderita
Nama : NKYA
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Agama : Hindu
Pendidikan : Tamat SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjar Umanyar Tengah Ababi Abang
Karangaasem
No. CM : 01.49.62.83
Tanggal MRS : 22 Juli 2011 (Pukul 20.15)
Tanggal Pemeriksaan : 25 Juli 2011 (Pukul 11.05)

2.2 Anamnesis

Anamnesis Khusus :
Keluhan Utama : berak campur darah dan lendir

a. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh berak campur darah dan lendir sejak 1 hari SMRS sebanyak 2x.
berak dikatakan berwarna merah kehitaman seperti teh dengan konsitensi padat
kecil-kecil. Setiap kali BAB pasien merasa sangat mulas, terus-menerus sehingga
pasien bolak-balik ke kamar mandi dan lama setiap di kamar mandi karena merasa
belum tuntas. Berak berwarna merah kehitaman seperti teh.
Pasien juga mengeluh perutnya sakit sejak 1 hari SMRS. Sakit dirasakan pada
area bawah perut. Sakit dirasakan sepanjang hari. Sakit tidak memperngaruhi
aktifitas pasien sehari-hari dan tidak membaik dengan BAB.
Pasien juga mengeluh mual dan muntah yang munul bersamaan dengan keluhan
berak campur darah dan lendir. Muntah sebanyak 2x dengan isi muntahan berupa
makan dan minuman yang dikonsumsi. Muntah darah dan muntah berwarna
kehitaman disangkal.

2
Pasien mengatakan kehilangan nafsu makan semenjak keluhan berak campur
darah dan lendir muncul.
Buang Air Kecil (BAK) penderita dikatakan seperti biasa, kira – kira ½ gelas
setiap kali kencing dengan frekuensi 4 – 5 kali perhari, warna kuning jernih tanpa
darah tanpa buih dan tidak ada nyeri.

Anamnesis Tambahan
a. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami berak campur darah dan lendir seperti ini sebelumnya
sampai harus dirawat di rumah sakit. Riwayat asma, TBC, penyakit paru kronis
lainnya disangkal oleh pasien. Riwayat alergi makanan maupun obat, hipertensi,
penyakit jantung dan kencing manis disangkal oleh pasien.
b. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarga memiliki sakit perut seperti pasien. Tetapi
pasien menyangkal adanya anggota keluarga memiliki keluhan berak campur darah
dan lendir.
c. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mendapatkan pengobatan sebelumnya dan langsung dibawa ke RSUP
Sanglah, Denpasar.
e. Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien adalah anak ke 2 dari 5 bersaudara. Pasien tinggal di rumah bersama kedua
orang tua dan saudara-saudaranya. Pasien mengatakan mengkonsumsi air sumur dan
dikatakan air dimasak tidak sampai mendidih.

2.4 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Umum
Kondisi umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 94x/menit, regular, isi cukup
Respiratory rate : 20x/menit

3
Temperatur axila : 37,30C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 20,2 kg/m2

Pemeriksaan Umum:
Mata : konjunctiva pucat -/-; sklera kuning -/-; reflek pupil +/+ isokor;
edema palpebra -/-
THT :
Telinga : tanda – tanda radang (-), sekret (-)
Hidung : napas cuping hidung (-), tanda – tanda radang (-),
sekeret (-), bekuan darah (-)
Tenggorokan : tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)
Mulut : sianonis bibir (-)
Leher : JVP : PR 0 cmH20, pembesaran kelenjar (-)
Thoraks : dinding thoraks simetris
Cor
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V MCL kiri
Perkusi : batas atas jantung ICS II
batas bawah jantung kanan ICS V PSL kanan
batas kiri jantung 1 jari lateral MCL kiri
Auskultasi : S1,S2 tunggal regular, murmur tidak ada
Pulmo
Inspeksi : simetris (aktif dan pasif), retraksi (-)
Palpasi : vokal fremitus N/N
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : vesikuler +/+; ronki -/-; wheezing -/-

Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

4
Palpasi : nyeri tekan ulu hati (-), asites (-),
hepar/lien tidak teraba
Perkusi : timpani

Ekstremitas : hangat + + edema - -


+ + - -

Anus : melena (-), hemoroid (-)

2.8 Pemeriksaan Penunjang


A. Darah Lengkap (22-07-2011)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 7,70 4,10-11,0 103/L
NE% 50,70 47,00-80,00 %
LY% 31,60 13,00-40,00 %
MO% 8,40 2,00-11,00 %
EO% 8,70 (H) 0,00-5,00 %
BA% 0,60 0,00-2,00 %
NE# 3,90 2,50 – 7,50 103/L
LY# 2,40 1,00 – 4,00 103/L
MO# 0,60 0,10 – 1,20 103/L
EO# 0,70 (H) 0,00 – 0,50 103/L
BA# 0,00 0,00 – 0,10 103/L
RBC 4,18 4,00-5,20 106/L
HGB 12,30 12,00-16,00 g/dL
HCT 34,90 36,00-46,00 %
MCV 83,60 80,00-100,00 fL
MCH 29,40 26,00-34,00 pg
MCHC 35,20 31,00-36,00 g/dL
RDW 13,30 11,60-14,80 %
PLT 281,00 150,00-440,00 103/L
MPV 6,90 6,80-10,00 fL

B. Kimia Darah (22-07-2011)


Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT 18,05 11,00-33,00 U/L
SGPT 7,914 (L) 11,00-50,00 U/L
BUN 6,564 (L) 8,00-23,00 mg/dL

5
Creatinin 0,48 (L) 0,70-1,20 mg/dL
GDS 89,31 70 – 140 mg/dL
Natrium 134,90 (L) 136 – 145 mmol/L
Kalium 3,733 3,5 – 5,1 mmol/L

C. Urinalisis (24-07-2011)
Parameter Nilai Normal Satuan
pH 7,00 5-8 -
Leucocyte 500,00 (+3) Neg Leu/ml
Nitrite Pos Neg -
Protein 25,00 (+1) Neg mg/dL
Glucose Norm Normal mg/dL
Ketone 5,00 (+1) Negatif mg/dL
Urobilinogen 4,00 (+2) 1 mg/dL mg/dL
Bilirubin 1,00 (+1) Neg mg/dL
Erytrocyte 25,00 (+2) Neg Ery/ml
Specific Gravity 1,02 1,005-1,020 -
Clarity Jernih -
p. yellow – -
Colour Brown
yellow
Sedimen urin -
Leukosit Banyak <6 /lp
Eritrosit 0-1 <3 /lp
Sel epitel (gepeng) Banyak - /lp
Lain-lain Bakteri + - /lp

D. Feces Lengkap (25/07/2011)


Parameter Hasil Normal Satuan
Faeces Rutin - 0,0-0,0 -
Makroskopis - - -
Warna Coklat - -
Bau - - -
Konsistensi Lembek - -
Lendir Positip - -
Darah Negatip - -
Mikroskopis - - -
Leukosit Banyak - /lp
Eritrosit Banyak - /lp
Amoeba - - -

6
- Kista E. Histolitika + - -
Telor Cacing Negatip - -
Lain-lain Negatip - -

2.9 Resume
Wanita umur 19 tahun datang ke IRD RSUP Sanglah dengan keluhan berak campur
darah dan lendir sejak 1 hari SMRS sebanyak 2x berwarna merah, konsitensi padat
kecil-kecil. Berak berwarna merah kehitaman seperti teh dan berbau. Pasien
mengeluh perut sakit sejak 1 hari SMRS. Dirasakan pada area bawah perut.
Dirasakan sepanjang hari. Pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 1 hari
SMRS. Muntah sebanyak 2x dengan isi muntahan berupa makan dan minuman yang
dikonsumsi. Muntah darah dan muntah berwarna kehitaman disangkal. Pasien
mengatakan kehilangan nafsu makan semenjak keluhan berak campur darah dan
lendir muncul. Buang Air Kecil (BAK) penderita normal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesan sakitnya sedang, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 130/900 mmHg, nadi 94x/menit, respirasi 20x/menit,
temperatur 37,30 C, berat badan 55 kg, tinggi badan 165 cm, status gizi cukup. Mata
dalam batas normal. THT dalam batas normal. Thorax dalam batas normal.
Abdomen dalam batas normal. Ektrimitas hangat dan tidak ditemukan oedem.
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan ada sedikit peningkatan eosinofil. Pada
kimia klinik ditemukan penurunan SGPT, BUN, Creatinin, dan Natrium. Pada
Urinalisis ditemukan leukosit (+3), protein (+1), Keton (+1), Urobilinogen (+2),
Bilirubin (+1), Eritrosit (+2). Pada feses lengkap ditemukan pada pemeriksaan
makroskopis ditemukan warna coklat, konsistensi lembek, ada lendir. Secara
mikroskopis ditemukan leukosit dan eritrosit banyak. Ditemukan kista amoeba (E.
Histolitica).

2.10 Diagnosis Kerja


Disentri Amoeba

2.11 Usulan Pemeriksaan Penunjang :


- BoF

7
2.12 Penatalaksanaan
- MRS
- Diet lunak
- IVFD RL 20 tetes/menit
- Metronidazole 3x750 mg
- Oralit ad libitum

Monitoring
- Keluhan
- Vital Sign
- CM-CK

Prognosis
Dubius ad bonam

8
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan disentri amoeba berdasarkan atas gejala-gejala dan tanda-
tanda klinik yang didapatkan pada pasien tersebut dan ditunjang oleh pemeriksaan
penunjang.
Penderita dengan disentri amoeba bisa menunjukkan tanpa gejala sama sekali sampai
dengan gejala yang sangat berat. Berdasarkan berat ringannya gejala, amebiasis dapat
dibagi menjadi carrier, amebiasis intestinal ringan, amebiasis intestinal sedang, disentri
berat dan disentri kronis. Pada tahap carrier, pendertia tidak menunjukkan gejala sama
sekali karena amoeba yang berada di lumen usus tidak mengadakan invasi ke dinding
usus.
Penderita dengan amebiasis intestinal ringan awalnya mengeluh perut kembung, kadang
nyeri perut disertai dengan diare, kadang-kadang diare ringan 4-5x. Kadang tinja
bercampur dengan darah dan lendir. Keadaan umum biasanya baik dengan atau tanpa
demam ringan (subfebril).
Dari anamnesis pasien ini datang dengan keluhan berak campur darah dan lendir. Tinja
dikatakan berwarwa merah kehitaman seperti teh dengan konsistensi padat kecil-kecil.
Invasi dari E. histolytica yang berada di colon dimulai dari interglandular epitelium.
Infiltrasi dari sel-sel antibody yang mengelilingi amoeba menyebabkan lisis dari sel-sel
inflamasi dan jaringan nekrosis. Proses ini sampai ke mukosa dan membentuk “flask
ulcer” dan berlanjut sampai di submukosa yang menyebabkan terjadinya perdarahan.
Pasien juga datang dengan keluhan mual muntah. Muntah biasanya disebabkan akibat
adanya iritasi luas pada traktus gastrointestinal. Iritasi ini menyebabkan terjadinya
gerakan antiperistaltik yang mampu mendorong kembali isi saluran pencernaan kearah
atas traktus gastrointestinal, sehingga terjadi muntah.
Pasien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah. Gejala ini muncul karena adanya
proses ulcerasi pada dinding usus oleh amoba. Gejala ini sesuai dengan gejala yang
ditunjukkan pasien dengan amebiasis intestinal ringan (disentri amoeba ringan).

Penderita dengan amebiasis intestinal sedang memiliki gejala klinis yang lebih berat
dari amebiasis intestinal ringan namun masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa.
Penderita juga menunjukkan gejala demam dan perut kram. Pada kondisi yang lebih

9
berat, pada penderita dengan disentri amebiasis berat akan menunjukkan diare
bercampur darah yang banyak, disertai dengan demam tinggi, disertai mual dan anemia

Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Ini dikarenakan pada invasi E.
histolytica bersifat local pada dinding usus.

Pemeriksaan rutin yang dilakukan pada penderita dengan amebiasis intestinal adalah
darah lengkap, kimia klinik, urinalisis dan feses lengkap.
Indikasi pemeriksaan dijelaskan pada tabel di bawah.
Jenis Pemeriksaan Indikasi Temuan pada pasien
Darah Lengkap Mencari adanya leukositosis Leukosit normal
yang menandakan adanya
infeksi sistemik pada darah
Fungsi hati Mencari apakah ada Terjadi penurunan kadar
peningkatan SGOT dan SGPT SGPT
Elektrolit Mengetahui adanya ketidak Terjadi hiponatremia (Na+
seimbangan elektrolit (natrium serum rendah)
dan kalium) yang dikarenakan
hilangnya cairan tubuh yang
terjadi dalam waktu singkat.
Feses Rutin Untuk mencari adanya leukosit Ditemukan leukositosis
pada feses dan bukti- bukti lain
yang adanya infeksi
Melihat gambaran makroskopis Makros: ditemukan lendir
dan mikroskopis pada feses Mikros: ditemukan kista
E. histolytica dan eritrosit

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat


disimpulkan bahwa diagnosis pada kasus ini adalah disentri amoeba (amebiasis
intestinal)

Penatalaksanaan
Pengobatan Indikasi Pemberian
IVFD Ringer Laktat 20 Untuk keseimbangan cairan dan elektrolit
tetes/menit
Diet lunak rendah serat Untuk meringankan kerja sistem pencernaan dan agar

10
tidak merangsang mengingkatnya kerja peristaltik usus.
Metronidazole 3 x 750 Antibiotik pilihan yang diberikan pada pasien dengan
mg amebiasis diberikan selama 5 - 10 hari.
Oralit Diberikan untuk balance cairan yang keluar dan yang
masuk.

Monitoring yang dikerjakan pada pasien ini adalah pemeriksaan tanda- tanda vital,
keluhan, keluhan, cairan masuk dan cairan keluar.
Prognosis pada pasien ini baik, karena penderita mengalami disentri amoeba ringan, dan
penderita juga telah mendapatkan pengobatan dini. Selain itu tidak ada penyulit lain
yang ditemukan pada penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barnes Peter J, Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Review Article, NEJM


vol. 343 (4). Pp. 269-280
2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2001. hal 1-56

11
3. Rai I B N. Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut :2003
4. Buist Sonia, et all. Pocket Report. In: Global Strategy for the Diagnosis,
Management, and Prevention of COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for
COPD Workshop Summary : 2006 (Updated 2007)
5. Ward Jeremy, Ward Jane, Leach Richard, Wiener Charles. Chronic obstructive
pulmonary disease. In : The Respiratory System at a Glance, second edition.
Blackwel:London. 2006
6. Partridge Martyn, et all. Chronic obstructive pulmonary disease. In :
Understanding Respiratory Medicine. Manson:London. 2006
7. Fauci, et all. Chronic obstructive pulmonary disease. In : Harrison’s Manual of
Medicine 17th edition. Mc Graw Hill:North America. 2009

12

Anda mungkin juga menyukai