Oleh:
Alifia Rizqi Pratama Darnoto, S.Kep
122311101025
A. Anatomi Otak
B. Persyarafan Otak
Smeltzer (2001) mengatakan bahwa nervus kranialis dapat terganggu bila
trauma kepala meluas sampai batang otak karena edema otak atau
pendarahan otak. Nervus pada otak antara lain:
a. Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.
b. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)
C. Vaskularisasi Otak
Tanda dan gejala infark trombotik berdasarkan lokasi struktur otak yang
terkena (Price & Wilson, 2002):
1. Arteri karotis interna (sirkulasi anterior: gejala biasanya unilateral). Lokasi
tersering lesi adalah bifurkasio arteri karotis komunis ke dalam arteri karotis
interna dan eksterna. Cabang-cabang arteri karotis interna adalah arteri
oftalmika, arteri komunikan posterioir, arteri koroidalis anterior, arteri
serebri anterior, dan arteri serebri media.
a. Dapat terjadi kebutaan satu mata (episodik dan disebut amaurus fugaks)
di sisi arteri karotis yang terkena akibat insufisiensi arteri retinalis
b. Gejala sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral karena
insufisiensi arteri serebri media
c. Lesi dapat terjadi di daerah antara srteri serebri anterior dan media.
Gejala mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin mengenai
wajah. Apabila lesi di hemisfer dominan, maka terjadi afasia ekspresif
karena keterlibatan daerah bicara-motorik broca
2. Arteri serebri media (tersering)
a. Hemiparesis atau monoparesis kontralateral (biasanya mengenai lengan)
b. Kadang-kadang hemianopsoa (kebutaan) kontralateral
c. Afasia global (apabila hemisfer dominan terkena), gangguan semua
fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi
3. Sistem vertebrobasilar (sirkulasi posterior, manifestasi biasanya bilateral)
a. Kelumpuhan di satu sampai empat ekstremitas
b. Meningkatnya refleks tendon
c. Ataksia
d. Tanda-tanda babinski bilateral
e. Gejala-gejala serebelum seperti tremor, vertigo
f. Disfagia
g. Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat, disorientasi
h. Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis satu gerakan
mata, hemianopsia homonium)
i. Tinitus, gangguan pendengaran
j. Rasa kebal di wajah, mulut, dan lidah
4. Arteri serebri posterior (di lobus otak tengah atau talamus)
a. Koma
b. Hemiparesis kontralateral
c. Afasia visual atau buta kata (aleksia)
5. Kelumpuhan sarag kranialis ketiga: hemianopsia, koreoatetosis
H. Komplikasi Stroke Infark Trombotik
1. Pneumonia, septikemia (akibat ulkus dekubitus atau infeksi saluran kemih)
2. Trombosis vena dalam
3. Infark miokard, aritmia janting, dan gagal jantung
4. Ketidaksimbangan cairan
5. Ulkus dekubitus
6. Epilepsi
7. Jatuh berulang dan fraktur
8. Spastisitas dengan nyeri, kontraktur dan kekakuan sendi bahu
9. Depresi
I. Penatalaksanaan Stroke Infark Trombotik
1. Pengobatan Konservatif
- Diuretika (Furosemid): untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai
tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
- Anti koagulan (citicolin, pirasetam): mencegah memberatnya trombosis
dan embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
- Anti trombosit (pentoksfilin dalam 48 jam pertama): dapat diresepkan
karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi
2. Tindakan Pembedahan
Tindakan pembedahan tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral (Muttaqin, 2008):
- Endosteroktomi karotis dengan membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
- Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
3. Penanganan dan perawatan stroke trombotik dirumah (Batticaca, 2008),
yaitu:
- Berobat secara teratur ke dokter
- Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah dosis obat tanpa
petunjuk dokter
- Minta bantuan petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan
kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh
- Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah
- Bantu kebutuhan klien
- Motivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik
- Periksa tekanan darah secara teratur
- Segera bawa klien ke dokter atau rumah sakit jika timbul tanda dan gejala
stroke non hemoragik trombotik
J. Pemeriksaan Penunjang Stroke Infark Trombotik
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk stroke non hemoragik
trombotik (Batticaca, 2008), yaitu:
a. Angiografi serebral untuk membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik misalnya sumbatan arteri
b. Scan tomografi komputer (Computer Tomography scan-CT scan) untuk
mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, dan tekanan
intrakranial. Kadar protein total meingkat, beberapa kasus trombosis
disertai proses inflamasi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan suplai
darah ke otak
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoksia serebri
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d tekanan berlebihan pada paru
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kerusakan
nervus
e. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan pusat pergerakan
f. Resiko kerusakan integritas kulit b.d bed rest lama
g. Resiko cidera b.d kerusakan nervus
3. Perencanaan keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1. Resiko NOC: NIC:
ketidakefektifan Tissue Perfusion: Cerebral Circulatory Precaution
perfusi jaringan 1. Tidak ada tanda peningkatan 1. Kaji sirkulasi perifer secara 1. Mengetahui status
serebral b.d TIK komprehensif (nadi perifer, sirkulasi perifer dan
penurunan suplai 2. Klien mampu bicara dengan edema, CRT, warna, dan suhu adanya kondisi abnormal
darah ke otak jelas, menunjukkan ekstremitas) pada tubuh
konsentrasi, perhatian dan 2. Kaji kondisi ekstremitas 2. Mengetahui adanya
orientasi baik meliputi kemerahan, nyeri, perubahan akibat
3. Peningkatan tingkat kesadaran atau pembengkakan gangguan sirkulasi
(GCS 15, tidak ada gerakan 3. Hindarkan cedera pada area perifer
involunter) dengan perfusi yang minimal 3. Menghindari cedera
4. TTV dalam batas normal (TD: 4. Hindarkan klien dari posisi untuk meminimalkan
120/80, RR 16-20x/mnt, Nadi trendelenberg yang luka
meningkatkan TIK 4. Posisi trendelenberg
80-100x/mnt, Suhu 36,5-
5. Hindarkan adanya penekanan akan meningkatkan TIK
37,5oC)
pada area cedera sehingga memperparah
6. Pertahankan cairan dan obat- kondisi klien
5. Mengurangi penekanan
obatan sesuai program
agar perfusi tidak
7. Health education tentang
terganggu
keadaan dan kondisi pasien
6. Obat-obatan untuk
kepada keluarga
meningkatkan sattus
Monitoring TIK perfusi
8. Pantau tanda dan gejala 7. Mengurangi kecemasan
peningkatan TIK yaitu keluarga
mengkaji GCS klien, tanda-
tanda vital, respon pupil, 1. Trias klasik meningkatan
dancatat adanya TIK yaitu muntah, nyeri
muntah, sakit kepala, kepala, dan papil edema
perubahan tersebunyi (mis; 2. Fleksi / rotasi leher
letargi, gelisah, perubahan berlebihan, stimulasi
mental panas dingin, menahan
9. Hindarkan situasi atau nafas, mengejan,
manuever yang dapat perubahan posisi yang
meningkatkan TIK (fleksi / cepat, mengejan, batuk
rotasi leher berlebihan, dapat meningkatkan
stimulasi panas dingin, tekanan intrakranial
menahan nafas, mengejan, 3. Panas merupakan reflek
perubahan posisi yang cepat) dari
10. Monitor lingkungan yang hipotalamus.Peningkatan
dapat menstimulus kebutuhan metabolisme
peningkatan TIK dan O₂ akan menunjang
11. Berikan lingkungan yang peningkatan TIK
tenang 4. Memberikan suasana
12. Kolaborasi pemberian obat yang tenang dapat
sesuai indikasi seperti steroid mengurangi respon
dexametason psikologis dan
memberikan istirahat
untuk mempertahankan
TIK yang rendah
5. Steroid untuk
mengurangi inflamasi
dan mengurangi edema
2. Ketidakefektifan NOC NIC
pola nafas b.d Respiratory status : Ventilation Airway management 1. Untuk mengetahui
hipoksia serebri 1. Suara nafas yang bersih, tidak 1. Monitor respirasi dan status status respirasi
ada sianosis dan dyspneu O2 sebagai dasar untuk
2. Irama nafas, frekuensi 2. Pantau frekuensi, irama, melakukan tindakan
pernafasan dalam rentang kedalaman pernafasan. keperawatan
normal (16-20x/menit) 3. Berikan posisi yang nyaman 2. Distres pernapasan
3. TTV dalam batas normal (TD: yaitu semifowler dan perubahan pada
120/80, RR 16-20x/mnt, Nadi 4. Anjurkan pasien untuk tanda vital dapat
80-100x/mnt, Suhu 36,5- melakukan nafas dalam. terjadi sebagai akibat
5. Kolaborasi dengan dokter
37,5oC) stres fisiologi dan
untuk pemberian terapi
dapat menunjukkan
oksigen.
terjadinya syok
Respiratory monitoring
6. Monitor kecepatan, frekuensi, sehubungan dengan
kedalaman dan kekuataan hipoksia.
3. Meningkatkan
ketika pasien bernapas
7. Monitor hasil pemeriksaan inspirasi maksimal,
rontgen dada meningkatkan
8. Monitor suara napas pasien ekspansi paru
9. Kaji dan pantau adanya 4. Memaksimalkan
perubahan dalam pernapasan oksigen pada darah
10. Monitor sekret yang arteri dan membantu
dikeluarkan oleh pasien dalam pencegahan
hipoksia
5. Memenuhi oksigen
dalam tubuh.
1. Mengetahui kondisi
pernapasan pasien
2. Mengetahui
keadaaan paru dan
jantung pasien
3. Mengetahui suara
napas pasien
4. Mengetahui kondisi
pasien untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya sesuai
indikasi
5. Untuk memantau
kondisi pasien (suara
napas pasien) untuk
menentukan
intervensi sesuai
indikasi
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Walton R.E. & Torabinejad, M. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Ed.
3. Jakarta: EGC