Diabetes
Diabetes
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi
karena kerusakan sel β (beta). Canadian Diabetes Association
(CDA) 2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas
diduga karena proses autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui
secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis, memiliki
insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat
setiap tahun baik di negara maju maupun di negara berkembang.
2) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa. Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu
setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90%
dari penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan
5
2 DNA mitokondria.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.
5 Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
2.1.4 Patofisiologi DM 3 5 7 9
resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan
kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak.
2.1.5 Faktor Risiko DM 3 6 7
a) Gaya hidup
c) Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk
terjadinya penyakit DM. Obesitas dapat membuat sel tidak
sensitif terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak
jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten terhadap
kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah
sentral atau perut (central obesity).
8
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Tabel 2.1 Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT)
a) Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena
diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah
baya, paling sering setelah usia 45 tahun. Meningkatnya risiko
DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan
terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
b) Riwayat keluarga diabetes melitus
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota
keluarga yang juga terkena penyakit tersebut. Fakta menunjukkan
bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM tingkat risiko
terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat
lebih tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua
9
128
2.1.6 Pencegahan DM
1) Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,
rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan
pada setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori
ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat
kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan
seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang
tinggi setelah makan.
2) Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan
±15 menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara
untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu,
mengepel, berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun
harus tetap dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter misalnya
menonton televisi, main game komputer, dan lainnya.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
10
Tabel 2.2 Kadar glukosa darah sewaktu sebagai patokan penyaring dan
diagnosa DM (mg/dL).
Sampel Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah Vena <100 100-199 >=200
sewaktu Kapiler <90 90-199 >=200
Kadar glukosa darah Vena <100 100-125 >=126
puasa Kapiler <90 90-99 >=100
2.1.8 Penatalaksanaan DM 2 3
Terapi Farmakologis
jam bagi rosiglitazone dan 3-7 jam bagi pioglitazone. Obat ini
dapat digunakan dalam monoterapi ataupun kombinasi dengan
metformin dan sekretago insulin. Secara klinik rosiglitazone dapat
diberikan 4 & 8 mg/hr ( dosis tunggal/terbagi 2x sehari)
memperbaiki glukosa darah puasa sampai 55 mg/dl. Sedangkan
pioglitazone sebagai monoterapi/kombinasi dapat menurunkan
glukosa darah dengan dosis 45 mg/dl.
Sulfonilurea
Efek hipoglikemi sulfonilurea adalah dengan merangsang
channel K yang tergantung pada ATP dari sel beta pankreas.
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta pankreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Karena itu hanya dapat
bermanfaat pada pasien yang masih mempunyai kemampuan untuk
sekresi insulin. Golongan obat ini tidak dapat dipakai untuk DM
tipe 1. Efek akut obat golongan sulfonil urea berbeda dengan efek
pada pemakaian jangka lama. Glibenklamid misalnya mempunyai
masa paruh 4 jam pada pemakaian akut tapi pemakaian jangka
lama > 12 minggu, masa paruhnya memanjang sampai 12 jam.
Karena itu, dianjurkan hanya sekali sehari. Glibenklamid
menurunkan glukosa darah puasa (36%) lebih besar dari glukosa
sesudah makan (21%). Pada pemakaian jangka lama efektifitas
golongan obat ini dapat berkurang.
Glinid
Kerjanya juga melalui reseptor sulfonilurea dan memiliki
struktur yang mirip tapi tidak mempunyai efek sepertinya.
Repaglinid & nateglinid diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
oral dan cepat dikeluarkan melalui metabolisme dalam hati
sehingga diberikan 2-3 kali sehari. Repaglinid dapat menurunkan
glukosa darah puasa walaupun mempunyai masa paruh yang
singkat karena lama menempel pada kompleks SUR sehingga
dapat menurunkan ekuivalen A1C pada SU.
Insulin