Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya Bukti audit sangat besar
pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor. Oleh karena itu auditor harus
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang diambilnya
tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang
berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.

Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat dimana bukti-bukti yang diperoleh
dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang diperoleh dipertimbangkan sangat kompeten, maka hal ini akan
sangat membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya telah
disajikan secara wajar.

Ada berbagai tipe bukti audit yang harus dimengerti. Adapun pengumpulan bukti pemeriksaan dapat
dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta melalui berbagai sumber
di luar pemeriksaan klien.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah tipe bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor selama auditnya ?

2. Fakor apa sajakah yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit ?

3. Keputusan apa saja yang harus diambil oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit ?

C. Tujuan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk
membahas tentang bukti audit, diantaranya adalah berbagai tipe yang harus diperoleh auditor dalam
auditnya, faktor yang harus diprhatikan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit, serta
berbagai pengambilan keputusan yang harus dilakukan oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bukti Audit

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapatnya.

Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk mendukung
argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian
antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi
harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa
informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain.

Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan ketiga
yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan. "

B. Sifat dan jenis Bukti Audit

Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi)

Data akuntansi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi,
memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya,
perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.

Pengendalian Intern Sebagai Bukti

Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah
merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal
ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan.

Catatan Akuntansi Sebagai Bukti

Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, dengan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian,
catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi keuangan
yang telah dilakukan oleh klien.

Bukti Penguat

Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat,
konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui; informasi yang diperoleh auditor
melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi), inspeksi
(inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination); serta informasi lain yang dikembangkan
oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan
alasan yang kuat.

Jenis – jenis bukti penguat :

Bukti Fisik

Bukti fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud.
Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas (eksistensi
aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang
tinggi,contoh : kas, persediaan, aktiva tetap

Bukti Dokumenter

Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau symbol-
simbol dan lain – lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk
memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan keuanganMenurut sumbernya, bukti
dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepadaauditor.

2. Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.

3. Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan yang
berasal dari dalam (interanal) perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila
dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.

Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence)

Penghitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil perhitungan
yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam
perhitungan.Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjmlahan vertikal.

2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.

3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.

4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

Bukti Lisan

Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada klien terutama
para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut merupakan tipe bukti lisan.
Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat lainnya.

Perbandingan (analitycal evidence)

Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif,
auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan
saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan perbandingan dan
hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat keandalan bergantung pada
data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu dan budget &
rata-rata industri

Confirmation evidence.

Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi kecermatan informasi
tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan yang tinggi.
Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.

Pernyataan tertulis (written representation)

Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda tangani oleh
orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis
bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau
dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat pribadi
seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya. Contoh : surat pernyataan
manajemen klien

Bukti dari Spesialis

Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor
bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan
keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil
penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu
disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan
spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil
pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan
auditnya.

C. Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi
penguat.Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian
intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti bukti
lainnya yang dibuat dalam organisasi klien Kompetensi Informasi Penguat Dipengaruhi oleh berbagai
faktor, berikut ini :

a. Relevansi

Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti
tersebut dapat terpercaya

b. Independensi penyedia bukti

Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti audit yang
diperoleh dari dalam entitas.

c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien

Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan dapat
lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.

d. Pemahaman Langsung Auditor

Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi, perhitungan dan
inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi.

Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat dipercaya
kecuali jika individu yang menyediakan informasi tersebut memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.

f. Tingkat obyektivitas.
Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan pertimbangan
tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh bukti yang
obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat
berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah
data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti
yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas mengenai
kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh klien,
observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi
yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar oleh
pelanggan.

g. Ketepatan waktu.

Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau kapan periode
wktu yang tercover oleh proses audit itu.

D. Pendekatan Pengumpulan Bukti

Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up)

 Top-down audit evidence

Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis & industri klien, tujuan & sasaran manajemen,
penggunaan sumber2 untuk mencapai tujuan, keunggulan kompetitif organisasi klien, proses bisnis
yang utama, earnings dan cash flow yang dihasilkan.Tujuannya adaalah untukmemperoleh
pengetahuan tentang perusahaan klien dan mengembangkan harapan auditor terhadap laporan
keuangan

 Bottom-up audit evidence

Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi2, saldo2 akun, dan system
yang mencatat transaksi dan menghasilkan saldo2 akun,tujuan memperoleh & bukti2 yang
mendukung transaksi2 & saldo2 akun dalam laporan keuangan.

E. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut
meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.

Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan
dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur audit lain itu
meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning. Dengan demikian,
prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:

1. Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber daya
berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi
atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang
memerlukan pengujianbottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor
seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktor-faktor ekonomi dan
persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia
melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi
bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan
akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi kemampuan
entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap
entitas.

· Istilah-istilah seperti me-review(reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining)


adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka
jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai
keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau item-item yang
dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara tepat dan tidak
terlampau teliti dokumen dan catatan.

· Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung
keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara
untuk mengevaluasi bukti fisik.

2. Pengamatan (observation)

Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa


kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti
penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai
dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh
pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang
karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yanf
terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.

3. Konfirmasi

Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung.
Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:

a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.

b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung
kepada auditor mengenaai informasi.

c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

4. Permintaan keterangan (enquiry)


Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan Contoh:
permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.

5. Penelusuran (tracing)

Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam
dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Contoh:
pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi
dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal penjualan.
Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.

6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)

Merupakan prosedur audit meliputi:

a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau datakeuangan untuk
menentukankewajaran dan kebenarannya.

b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap
transaksi yang terjadi.

7. Penghitungan (counting)

Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas atau sediaan
di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik
ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan
pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti
documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

8. Scanning

Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-
unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming)

Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming) perhitungan dan
rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga
akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar
ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat
melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh,
auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk
menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut
diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-
up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit
tersebut.

10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)

Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat
menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT) untuk
membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh,
auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

· Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.

· Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.

· Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang berurutan
telah dipertanggungjawabkan.

· Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga yang
tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah disahkan)

· Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek komputer dari
pengendalian intern telah berfungsi.

· Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu piutang
usaha atau file persediaan.

F. Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor
mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini.

Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut
sampai dengan saat penyetoran ke bank.

Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah
tanggal neraca.

Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.

2. Penentuan Besarnya Sampel

Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur
audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari
prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.

3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan
unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit

Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1 tahun,
maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien
menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan
dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan
pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: “Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.”

Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam
auditnya,sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti yang
dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk
memperoleh bukti.

Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian intern, bukti
fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan ratio, serta
bukti dari spesialis.Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang
merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada
saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit
adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti, pendukung,
penghitungan dan scanning.

Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan laporan
keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu auditor harus
waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar seperti contoh berikut ini:
pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat, manajemen yang tidak dapat
dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang jelas, perubahan
tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi perusahaan yang
kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh auditor untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan
pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidakjujuran.
Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang
saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya sampel
untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama pada dosen
mata Kuliah, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak terdapat kekurangan
dan kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena saran dan kritik
sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai