Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak manusia mengenal peradaban, ribuan tahun yang lalu, menusia selalu
berusaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup tidak lain
merupakan usaha untuk mendapatkan “kenyamanan hidup”. Kenyamanan hidup yang
dimaksudkan selain untuk dapat dinikmati oleh dirinya sendiri pada saat masih hidup,
juga diharapkan dapat diberikan atau diwariskan kepada anak cucu. Usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman
nanti.

Usaha peningkatan kualitas hidup manusia sangat terasa sejak revolusi industri
yang melanda benua Eropa pada pertengahan Abad ke 19, kemudian menyebar ke
Amerika. Pada saat itu manusia berlomba untuk menciptakan mesin-mesin baru untuk
menghasilkan produk-produk baru yang diharapkan dapat segera dinikmati dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Perlombaan tersebut juga melanda bidang pertanian dan
perkebunan melalui pembukaan lahan-lahan pertanian dan perkebunan baru di kawasan
Amerika, Asia, Australia dan Afrika. Dengan bantuan mesin hasil pertanian dan
perkebunan dapat ditingkatkan dan diolah lebih lanjut menjadi bahan yang sangat
dibutuhkan manusia, yaitu sandang dan pangan. Perut bumi juga tidak luput dari sasaran
perlombaan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pertambangan-pertambangan
baru dibuka untuk mendapatkan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi.
Perlombaan-perlombaan tersebut terasa lebih dipercepat lagi dengan pertambahan jumlah
penduduk yang menyebar memenuhi planet bumi.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia yang berupa sandang, pangan dan
papan, manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mengeruk kekayaan alam yang ada sebanyak-banyak dan secepat-
cepatnya.
Walaupun kekayaan alam cukup tersedia, namun karena pengambilannya lebih
cepat dari waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya kekayaan tersebut, maka tidak
mustahil dalam waktu singkat kekayaan alam tersebut akan habis..

Perkembangan teknologi dan industri yang pesat dewasa ini ternyata membawa
dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun yang bersifat
negative. Dampak yang positif memang dibutuhkan oleh manusia dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Namun dampak yang bersifat negative
yang dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup harus dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya.

B. Tujuan Umum

Sebagai bahan informasi agar masalah lingkungan dapat diatasi untuk memperoleh
kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik

C. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui lebih rinci permasalahan lingkungan dan dapat mengatasi setiap kasus
yang muncul dari permasalahan tersebut
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Ekologi / Lingkungan

Kata Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata oikos dan logos. Oikos berarti
habitat atau lingkungan tempat tinggal, sedangkan logos berarti pengetahuan atau
lingkungan tempat tinggal. Istilah ekologi dipakai sebagai suatu istilah satu cabang ilmu
pengetahuan. Pertama kali kata ekologi ini dipakai oleh seoarang ahli Zoologi bangsa
Jerman bernama Ernest Haeckel pada tahun 1866. Secara umum ekologi dapat diartikan
sebagai hubungan antara organisme dan habitatnya, atau ilmu yang mempelajari tentang
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada tahun 1869 pengetahuan
ekologi hewan dan ekologi tumbuhan berkembang sendiri-sendiri. Namun karena
dipandang banyak manfaat untuk kepentingan manusia kedua cabang ekologi tersebut
dikembangkan bersama-sama. Mengingat manusia juga makhluk hidup, maka sejak itu
berkembang pula pengertian ekologi Manusia.

Ilmu Ekologi pada saat ini berkembang pesat sekali mengikuti kepesatan
perkembangan kehidupan manusia. Dalam kaitanya dengan masalah sosiologi, menurut
webster’s New World Dictionary, ekologi berarti ilmu yang mempelajari penyebaran
masyarakat manusia dalam hubunganya dengan sumber materi (kekayaan alam) serta pola
sosial budaya sebagai akibat adanya hubungan tersebut. Oleh karena focus utama
pembahasan masalah ekologi adalah manusia, maka perkembangan lebih lanjut dari
ekologi manusia menjadi penting dan lebih berperan. Hal ini disebabkan karena dalam
kenyataanya segala kegiatan manusia tidak sekedar biotic individual, tetapi juga bersifat
sosiokultural yang melibatkan segala macam segi kehidupan.

Dalam lingkungan ekologi manusia, banyak segi kehidupan yang menjadi


komponen-komponen yang saling berpengaruh kehidupan manusia itu sendiri. Adapun
komponen-komponen yang saling berpengaruh di dalam ekologi manusia tersebut adalah:
1. Komponen manusia (penduduk)

2. Komponen daya dukung alam (lingkungan)

3. Komponen ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Komponen organisasi

Selain keempat komponen tersebut diatas, di dalam ekologi dikenal pula pengertian
komponen alam dan komponen social yang saling berkaitan dan ikut pula menentukan
kelangsungan hidup manusia. Adapun yang dimaksud dengan kedua komponen tersebut
adalah

1. Komponen alam: Meliputi semua bagian dari alam, sepertitanah, air, tanaman, hewan,
dan kekayaan alam yang ada didalamnya.

2. Komponen social : meliputi unsure-unsur pokok, seperti manusia, masyarakat dan


organisasi.

Penduduk

Lingkungan organisasi

IPTEK
Hubungan timbal balik antara kedua komponen tersebut akan memberikan suatu hasil yang
mencerminkan keadaan masyarakat maupun keadaan alamnya. Contoh keadaan yang dimaksud
adalah

Untuk daerah terbelakang:

Komponen alam Komponen social hasil/akibat

Untuk daerah maju:

Komponen social komponen alam Hasil/akibat


B. DAMPAK INDUSTRI DAN TEKNOLOGI

Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas, manusia berupaya dengan segala daya
untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya kualitas
hidup yang diinginkan. Kekayaan yang tersembunyi dalam komponen social berupa akal
pikiran dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan cara pencapaian sasaran
tersebut. Melalui aka pikiran manusia menciptakan peralatan baru yang berupa mesin-mesin
dan alat-alat bantu lainya yang berteknologi tinggi, untuk dapat menghasilkan produk yang
melimpah dalam waktu yang singkat.

Kegiatan tersebut makin hari makin meningkat, seolah sasaran yang ingin dicapai, yaitu
peningkatan kualitas hidup, sudah makin dekat untuk dicapai. Namun dalam kenyataanya
kualitas hidup yang hendak ingin dicapai masih jauh dari jangkauan. Hal ini tak lain
disebabkan oleh adanya dampak industry dan teknologi terhadap lingkungan dan kehidupan
manusia. Dapak terhadap lingkungan dapat mengurangi daya dukung alam yang berarti akan
mengurangi kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Sedangkan
dapaknya untuk manusia, akan mengurangi atau bahkan menurunkan kualitas hidup
manusia itu sendiri. Oleh karena dampak industry dan teknologi perlu kiranya untuk
diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

Memperhatikan dan mencermati masalah dampak industry dan teknologi juga


merupakan suatu usaha untuk mencari penyelesaian masalah bagi tercapainya keinginan
untuk mendapatkan kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik. Untuk itu ada
bebebrapa hal yang harus menjadi perhatian sehubungan dengan masalah dampak industry
dan teknologi, yaitu:
1. Adanya dampak tak langsung

Dampak industri dan teknologi terhadap kehidupan manusia ada yang bersifat tak
langsung. Dampak tak langsung ini pada umumnya berhubungan pada masalah social
masyarakat, atau lebih sering diungkapkan sebagai dampak psikososioekonomi. Dampak
tak langsung akibat adanya industry dan teknologi antara lain dapat dilihat dari:

a. Urbanisasi

Masyarakat pedesaan yang semula bekerja pada bidang pertanian, namun karena
adanya daya tarik industry didaerah perkotaan, berpindah kedaerah industry. Karena
mereka tidak berbekal keahlian, maka mereka pindah ke daerah industry untuk sekedar
menjadi buruh kasar. Sebagai tenaga kasar sudah barang tentu pendapatan dan
penghidupan mereka pas-pasan, tempat tinggal yang kumuh dan kotor, akibat dampak
tak langsung ini sudah pasti akan mengurangi kualitas hidup dan kenyamanan hidup.

Perpindahan masyarakat dari desa ke kota menyebabkan jumlah tenaga kerja di desa
menjadi berkurang. Karena berkurangnya tenaga didesa tidak menutup kemungkinan
lahan pertanian menjadi terbengkalai, sehingga mengakibatnkan menurunnya hasil
panen, bila ini terjadi, persediaan pengan nasional akan terganggu.

b. Perilaku

Pada saat tinggal di desa, masyarakat hidup dalam suasana tolong menolong, ramah,
dan menjadi hidup tentram dan damai. Setelah pindah kekota, suasana kota yang selalu
dituntut cepat, bising, hiruk pikuk menjadikan masyarakat menjadi tegang. Perilaku
berubah yang semula ramah menjadi kasar. Yang semula tolong menolong menjadi
acuh tak acuh.

c. Kriminalitas

Kegiatan industry dan teknologi pada umumnya memerlukan tenaga kerja yang
mempunyai keahlian tertentu. Tenaga kerja yang pada umumnya masih belum
mempunyai keahlian yang dimaksud. Para pencari kerja membutuhkan lapangan
pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.padahal persaingan kerja sangat ketat,
sehingga untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit. Di sisi lain, masyarakat kaya yang
konsumtif memberikan gambaran seakan-akan hidup serba enak, namun banyak
diantara mereka tidak mau bekerja keras dan hanya menginginkan kehidupan mewah
tanpa mau bekerja keras. Keadaan seperti inilah yang mendorong sebagian dari mereka
untuk memilh jalan pintas untuk mendapatkan uang tanpa harus bekerja keras, jalan
pintas tindakan criminal seperti pencurian, perampokan, penodongan, dan
pemerkosaan yang mewarnai kehidupan masyarakat industry. Dalam keadaan seperti
ini angka criminal tinggi.

d. Sosial Budaya

Orang yang bekerja dalam bidang industry pada umumnya dibatasi oleh waktu yang
ketat agar produksi yang tinggi dapat dicapai. Bila perlu kerja lembur atau kerja shif,
kesemua dilakukan untuk memperoleh produksi yang tinggi.suasanya kerja yang pada
umumnya bising dan pemandangan yang tampak monoton. Keadaan yang seperti ini
menyebabkan para pekerja menjadi mudah dihinggapi ketegangan. Sehingga banyak
diantara para pekerja untuk mengurangi ketegangan dengan cara yang menyimpang
seperti minum minuman keras dan berlanjut pada tindak pidana.

2. Dampak Langsung

Perkembangan industry yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Industry dan
teknologi digunakan manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
Teknologi dan industry dimanfaatkan oleh manusia untuk mengolah kekayaan yang ada,
udara, air, tanah dan segala kekayaan yang ada di dalamnya dicari untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.

Kegiatan suatu industry dan teknologi dapat berjalan baik dan berkesinambungan
apabila unsure-unsur pokok penunjang kegiatan tersedia. Adapun unsure-unsur pokok
yang dimaksud adalah:

a. Sumber daya alam, seperti bahan baku, air, energy dll

b. Sumber daya manusia, meliputi tenaga kerja dan keahlian


c. Sarana dan prasarana

Ketiga unsur tersebut saling berinteraksi, sehingga kegiatan industry dapat berlangsung.
Kegiatan industry selain dapat menguntungkan tetapi jug adapt memberikan dampak
yang justru merugikan kelangsungan hidup manusia, dampak yang menyebabkan
kerugian harus dicegah, karena dapt mengganggu keseimbangan lingkingan.

3. Homeostasis

Kata homeostasis berasal dari bahasa Yunani, tersusun atas homeo atau homo yang
berarti sama dan kata stasi yang artinya kedudukan. Secara alami keadaan homeostasis
dapat dicapai dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
Ekosistem seperti halnya organism, mempunyai kemampuan untuk memulihkan
kondisinya apabila mengalami gangguan. Homeostasis dapat dipercepat dengan campur
tangan manusia. Mengingat kerusakan ekosistem disebabkan oleh ulah manusia maka
secar moril manusia berkewajiban memulihkan kestabilan ekosistem yang ada.

Adapun dampak langsung yang bersifat negative akibat kegiatan industry dan teknologi,
dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah sebagai berikut:

a. Pencemaran udara

b. Pencemaran air

c. Pencemaran daratan.

Pencemaran Daratan

Tidak jauh berbeda dengan udara dan air, daratan pun dapat mengalami pencemaran.
Daratan mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing, baik yang bersifat organic
maupun bersifat anorganik, berada dipermukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi
rusak, tidak dapat memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia. Dalam keadaan
normal daratan harus mempunyai daya dukung bagi kehidupan manusia, baik untuk
pertanian, kehutanan, maupun pemukiman.
Apabila bahan-bahan asing tersebut berada di dalam daratan dalam waktu yang lama
menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, maka
dikatakan daratan telah mengalami pencemaran.

1. Penyebab pencemaran daratan

Kemajuan teknologi dan industri dewasa ini selain menyebabkan pencemaran terhadap
air, udara, juga dapat menyebabkan pencemaran daratan. Pencemaran daratan relative
lebih mudah diamati dibanding dengankan dengan pencemaran udara maupun
pencemaran air. Secara garis besar pencemaran daratan dapat disebabkan oleh:

a. Factor interna, yaitu pencemaran yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti letusan
gunung berapi yang memuntahkan debu, pasir, batu dan bahan vulkanik lainnya yang
menutupi dan merusakkan daratan sehingga daratan menjadi tercemar.

b. Factor eksterna, yaitu pencemaran daratan karena ulah dan aktifitas manusia.
Pencemaran daratan karena factor eksterna merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian yang seksama dan sungguh-sungguh agar daratan tetap memberi daya
dukung alamnya bagi kehidupan manusia.

2. Komponen pencemar daratan

Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan limbah dan bahan
buangan. Sebagian besar limbah yang dihasilkan oleh organisme yang ada di alam
bersifat organic, kecuali limbah yang berasal dari aktifitas manusia yang dapat berupa
organic maupun anorganik. Tidak ada organisme yang ada di ala mini yang menghasilkan
limbah atau bahan buangan seperti yang dihasilkan manusia, limbah yang dihasilkan oleg
kegiatan manusia sering dinamakan dengan Anthropogenic pollutants. Bentuk dan
macam limbah yang dihasilkan manusia tergantung pada tingkat peradapan manusia.
Sebelum manusia mengenal industry dan teknologi, limbah atau bahan buangan yang
dihasilkan umumnya bersifat organic. Kemajuan teknologi dan industry ternyata telah
menambah jenis limbah manusia yang semula sebagian besar bersifat organic menjadi
bersifat organic dan anorganic. Pencemaran daratan yang pada umumnya berasal dari
limbah berbentuk padat yang dikumpulkan pada suatu tempat penampungan akhir (TPA)
atau Dump Station. Bahan buangan padat terdiri dari berbagai macam komponen baik
yang bersifat organic maupun anorganik. Komposisi bahan buangan organic dan bahan
buangan anorganik perbandingannya kurang lebih 70% : 30%. Makin banyak
perbandingan bahan buangan organic dengan bahan buangan anorganik akan lebih baik
karena bahan organic mudah didegradasi dan menyatu kembali dengan lingkungan alam.

Komponen pencemar lingkungan

Komponen Prosentase
Kertas 41%
Limbah bahan makanan 21%
Gelas 12%
Logam (besi) 10%
Plastik 5%
Kayu 5%
Karet dan kulit 3%
Kain 2%
Logam lainnya 1%

Bahan buangan anorganik yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme dipisahkan dari
bahan buangan organic dan dikumpulkan sesuai dengan sifat dan jenisnya. Pemisan ini
seringkali sudah dimulai sejak bahan buangan akan dijadikan limbah, dengan
menyediakan tempat limbah yang sudah dibagi sesuai dengan sifat dan jenisnya.

3. Masalah daur ulang limbah (bahan buangan) padat

Luas daratan yang terbatas saat ini terasa makin sempit dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang memerlukan lahan untuk daerah pemukiman. Untuk menunjang
kehidupan manusia sebagian daratan diambil pula untuk keperluan lahan pertanian,
daerah industri dan juga untuk keperluan penimbunan limbah hasil kegiatan manusia.
Daerah yang digunakan sebagai tempat pembuangan akhir atau dump stations secara
tidak disadari akan bertambah luas, karena jumlah limbah atau bahan buangan hasil
kegiatan manusia selalu bertambah dari hari ke hari.
Pemanfaatan kembali limbah padat ternyata banyak memberiakn keuntungan bagi
kehidupan manusia. Limbah padat yang semula tidak berharga, setelah dimanfaatkan
kembali melalui proses daur ulang, menjadi bernilai ekonomis.

Contoh daur ulang yang berniali ekonomis

Limbah Pemanfaatannya kembali (daur ulang)


Kertas - Dibuat bubur pulp lagi untuk bahan
kertascardboard dan produk kertas lainya
- Dihancurkam untuk dipakai sebagai bahan
pengisi, bahan isolasi
Bahan organic - Dibuat kompos untuk pupuk tanaman
- Diinsenerasi sebagai penghasil panas
Tekstil - Dihancurkan untuk dipakai sebagai pengisi,
bahan isolasi
- Diinsenerasi sebagai penghasil panas
- Disumbangkan kepada yang membutuhkan
Gelas -Dibersihkan dan dipakai lagi
-Dihancurkan untuk digunakan lagi sebagi
bahan pembuat gelas baru
-Dihancurkan dan dicampur aspal sebagai
bahan pengeras jalan
Logam -Dicor untuk pembuatan logam baru yang
dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan.
- Langsung digunakan lagi bila keadaanya
masih baik dan memungkinkan
Karet, kulit dan plastic -Dihancurkan untuk digunakan sebagai bahan
pengisi, isolasi
- Diinsenerasi sebagai penghasil panas

4. Dampak pencemaran daratan


a. Dampak langsung

Dampak pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan oleh manusia adalah
dampak dari pembuangan limbah padat organic yang berasal dari kegiatan rumah
tangga dan juga dari kegiatan industri olahan bahan makanan. Limbah padat organic
yang didegradasi oleh mikroorganisme akan manimbulkan bau yang tidak sedap
akibat limbah tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang disertai dengan
pelepasan gas yang berbau tidak sedap. Limbah organic yang mengandung protein
akan menghasilkan bau yang lebih tidak sedap lagi karena protein mengandung gugus
amin akan terurai menjadi gas ammonia.

Dampak langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah adanya timbunan limbah
padat dalam jumlah besar akan menimbulakan pemandangan yang tidak sedap, kotor
dan kumuh. Limbah padat yang menggunung akan menimbulkan pemandanagn yang
kotor, kesan kotor akan mempengaruhi psikis masyarakt sekitar.

b. Dampak tak langsung

Dampak tak langsung akibat pencemaran daratan adalah dampak yang dirasakan oleh
manusia melalui media lain yang ditimbulkan akibat pencemaran daratan. Jadi media
lain inilah yang merupakan dampak langsung akibat pencemaran daratan tersebut
yang selanjutnya memberikan dampaknya terhadap manusia.

Sebagai contoh dampak tak langsung ini adalah bahwa tempat pembuangan limbah
padat, baik tempat penimbunan sementara maupun tempat pembuangan akhir, akan
menjadi pusat perkembangbiakan tikus dan serangga yang merugikan manusia,
seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah adalah tempat yang kumuh
namun menyediakan makanan yang cukup bagi perkembangbiakan tikus, yaitu
limbah organic terutama sisa-sisa makanan yang ikut terbuang. Celah-celah antara
lembah padat seperti ban, kaleng bekas, kardus, kotak kayu dan lain sebagainya
merupakan tempat ideal bagi persembunyian dan perkembangbiakan tikus.

Lalat pada umumnya berkembang biak di tempat di mana banyak terdapat limbah
padat organic, terlebih lagi limbah padat sisa olahan bahan makanan yang banyak
mengandung protein. Limbah yang mengandung protein marupakan sumber makanan
bagi lalat, sedangkan proses degradasi limbah akan member efek panas untuk
penetasan telur-telurnya. Penyakit menular yang ditimbulkan dengan perantara tikus,
lalat, dan nyamuk adalah penyakit pes, kaki gajah, malaria dan demam berdarah.

1) Penyakit demam berdarah

Seperti halnya malaria, penyakit demam berdarah juga ditularkan oleh nyamuk,
yaitu nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sebenarnya penyakit baru di Indonesia,
demam berdarah disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk aedes aegyti senang
bertelur dan berkembang biak di genangan air bersih. Sarang nyamuk aedes
aegypti adalah kaleng bekas yang berisi air bersih (hujan), jembangan bunga,
potongan bambu, dan di tempat penimbunan sampah.

Gajala penyakit demam berdarah ini ditandai dengan demam dan perdarahan
sehingga kemudian penyakit ini dinamai dengue haemorhagic fever disingkat
DHF. Tubuh manusia tidak memiliki kekebalan terhadap virus dengue.
Perdarahan ditandai dengan bintik-bintik merah pada permukaan kulit dan apabila
perdarahan ini sudah terlanjur parah maka akan dapat mengakibatkan kematian
penderitanya. Angka kematian cukup rendah sekitar 5%. Penularan penyakit ini
melalui nyamuk yang menggigit pada siang hari dan berlangsung sangat cepat.
Yang paling banyak diserang adalah anak-anak sehingga banyak korbanyya juga
anak-anak.

Manusia yang terserang DHF akan menjadi reservoir bagi virus dengue dan siap
menularkannya kepada orang lain. Mengingat bahwa vaksin untuk menghindari
virus ini belum ditemukan maka pemberantasan yang terbaik adalah dengan
menghilangkan sarang tempat berkembangbiak aedes aigypti. Lingkungan yang
bersih sangat mendukung upaya ini.

Sebenarnya masalah dampak pencemaran lingkungan baik oleh karena


pencemaran udara, pencemaran air maupaun pencemaran daratan, tidak dapat
dipisahkan sendiri-sendiri akibatnya, Ketiganya saling mempengaruhi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN.


Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah di DKI Jakarta Sebagai Dampak Tak Langsung dari
Pencemaran Daratan

Januari sampai dengan mei tahun 2010 di DKI Jakarta ada 2560 kasus DBD 3 diantaraanya
meninggal.Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan
sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya
pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga
medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai
kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan
kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam
mengantisipasi dan merespon kasus ini.

Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di
Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ).
Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi
terdapat di Propinsi NTT (3,96%)

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini
disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau
tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan
gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut
dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu
diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi,
dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis
DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis
kurang memadai.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan
tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar
ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-
Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan
kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara
sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun.

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per
100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun
tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001);
19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan


karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya
perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir
di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.

Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini.
Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan,
kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Penyebab
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4.
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type
virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan
Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu
dan tiga.

Penyebaran DHF beberapa tahun di beberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai
berikut :
Tahun 1996 : jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang.

Tahun 1998 : jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang
(terjadi ledakan)

Tahun 1999 : jumlah kasus 21.134 orang

Tahun 2000 : jumlah kasus 33.443 orang.

Tahun 200 : jumlah kasus 45.904 orang

Tahun 2002 : jumlah kasus 40.377 orang.

Tahun 2003 : jumlah kasus 50.131 orang.

Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan
jumlah kematian sebanyak 389 orang.

Analisis Pencemaran Lingkungan

Rendahnya kondisi sanitasi dan pelaksanaan prilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang menyebabkan tingginya permasalahan kesehatan yang menyebabkan
vektor penyakit khususnyadiare dan demam berdarah.

Permasalahan rendahnya kondisi sanitasi dan pelaksanaan hidup bersih dan sehat
yang kurang menyebabkan tingginya permasalahan kesehatan yang disebabkan
oleh vektorpenyakit, untuk angka kejadian diare pada tahun 2013 sebesar 21,9 /
10000 penduduk kasus diare pada balitasebesar ( 661,2/ 1000 balita) meningkat
di bandingkan angka kesakitan diare pada tahun 2014 yakni 13,75/ 1000
penduduk. Sedangkan Kasus diare pada balita pada tahun 2013 sebesar 125,2/
1000 balita dan pada tahun 2012 kasus diare pada balita sebesar 108,7/ 1000
balita . Sedangkan untuk kasus penyakit DBD pada tahun 2013 sebesar 17,115/
1000 balita menurun pada tahun 2014 menjadi 2,711/ 1000 balita .
Menurut data yang diperoleh lewat berita di media elektronik ( tv) tanggal 26
januari 2015 pukul 15.45 wib mengatakan bahwa kejadian kasus demam
berdarah ( DBD) di propinsi jawa timur terjadi kasus sebanyak 1225 orang balita
terserang penyakit demam berdarah dan yang meninggal dunia sebanyak 25
orang balita. Yang di sebabkan oleh curah hujan yang tinggi serta sanitasi
lingkungan yang buruk.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah
pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah:

1. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak
menolak pasien yang menderita DBD.

2. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan


pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur
tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan
perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/
program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20
Februari 2004).

3. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.

4. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak


terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau
jentik (jumantik).

5. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3


M (Menguras, Menutup, Mengubur).

6. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah , yang


terdiri dari unsur-unsur Ikatan Dokter Anak Indonesia, Persatuan Dokter
Ahli Penyakit Dalam Indonesia
Asosiasi Rumah Sakit Daerah

7. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing


Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit.

8. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan


bantuan teknis.
9. Menyediakan call center DKI Jakarta, Pusadaldukes (021) 34835188 (24
jam)
DEPKES, Sub Direktorat Surveilans (021) 4265974, (021) 42802669
DEPKES, Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) (021)
5265043

10. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran


virus dengue.

Tindakan Badan Litbang Kesehatan

Dalam rangka membantu mengatasi penyakit Demam Berdarah dan penyakit ispa Badan Litbang
Kesehatan telah melakukan beberapa penelitian, di antaranya :

1. Penelitian Seroepidemiologi Infeksi Virus Dengue pada Anak-anak dan Remaja di Mataram,
Tahun1998.

2. Penelitian Evaluasi dan Pembinaan Pokja DBD Khususnya Ibu Dasa Wisma dalam
Pelaksanaan Penanggulangan Penularan Penyakit DBD, Tahun 1999.

3. Penelitian Peningkatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) Berbasis


Masyarakat dengan Pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Tahun 2000.

4. Penelitian Pengembangan Metode Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Daerah


Endemis Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Tahun 2001.

5. Penelitian Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di DKI Jakarta 2003.

6. Penelitian Wabah Demam Berdarah Dengue pada Sepuluh Rumah Sakit di DKI Jakarta
Tahun 2004. (Penelitian ini sedang berlangsung).

7. Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem
surveilen dengan menggunakan teknologi informasi (Computerize) yang disebut dengan
Early Warning Outbreak Recognition System ( EWORS ). EWORS adalah suatu sistem
jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita
adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS (Badan
Litbangkes. Depkes RI.) secara cepat. Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus
dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan
sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal
menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit,
tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai