No. dokumen : e
No. Revisi :
Tgl. Mulai Berlaku :
SOP
Halaman :
Tanda Tangan :
UPT PUSKESMAS dr. DIAH AYU PUSPITASARI
WANAYASA1 NIP. 19830119200903 2 008
...................................
Permenkes Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
4. Referensi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
1. Infus set
5. Alat dan
2. Oksigen
Bahan
3. Adrenalin ampul, aminofilin ampul, difenhidramin vial, deksametason
ampul NaCl 0,9%
1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien (Subjective)
6. Prosedur
a. Keluhan :
Gejala klinik reaksi anafilaksis berbeda-beda gradasinya sesuai berat-
ringannya reaksi antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang.
Pada syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah ganguan sirkulasi
dan respirasi.
a) Gejala respirasi: bersin, hidung tersumbat, batuk, diikuti sesak
napas.
b) Gejala kulit: gatal, kulit kemerahan.
c) Gejala gastrointestinal: perut kram, mual, muntah, diare.
b. Faktor risiko : riwayat alergi
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
sederhana (Objective)
1) Pemeriksaan Fisik :
a. Sesak
b. Frekuensi napas meningkat
c. Sianosis karena edema laring dan bronkospasme
d. Hipotensi
e. Takikardia
f. Edema periorbital
g. Mata berair
h. Konjungtiva hiperemis
i. Urtikaria dan eritema
2) Pemeriksaan penunjang : -
3. Petugas menegakkan diagnosa klinis (Assessment)
No. ICD-10: T78.2 Anaphylactic shock, unspecified
Untuk membantu menegakkan diagnosis maka World Allergy Organization
telah membuat beberapa kriteria di mana reaksi anafilaktik dinyatakan
sangat mungkin bila :
1) Onset gejala akut (beberapa menit hingga beberapa jam) yang
melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (misal: urtikaria
generalisata, pruritus dengan kemerahan, pembengkakan bibir / lidah /
uvula) dan sedikitnya salah satu dari tanda berikut ini :
a. Gangguan respirasi (misal: sesak nafas, wheezing akibat
bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak ekspirasi/APE,
hipoksemia).
b. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan
kegagalan organ target (misal: hipotonia, kolaps vaskular, sinkop,
inkontinensia).
2) Atau, dua atau lebih tanda berikut yang muncul segera (beberapa menit
hingga beberapa jam) setelah terpapar alergen yang mungkin
(likelyallergen), yaitu :
a. Keterlibatan jaringan mukosa dan kulit
b. Gangguan respirasi
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan
kegagalan organ target
d. Gejala gastrointestinal yang persisten (misal : nyeri kram abdomen,
muntah)
3) Atau, penurunan tekanan darah segera (beberapa menit atau jam)
setelah terpapar alergen yang telah diketahui (known allergen), sesuai
kriteria berikut :
a. Bayi dan anak: Tekanan darah sistolik rendah (menurut umur) atau
terjadi penurunan > 30% dari tekanan darah sistolik semula.
b. Dewasa : Tekanan darah sistolik <90 mmHg atau terjadi
penurunan>30% dari tekanan darah sistolik semula.
4. Petugas menentukan ada tidaknya komplikasi
1) Koma
2) Kematian
5. Petugas menyusun rencana penatalaksanaan komprehensif (Plan)
1) Posisi trendelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat
2) Pemberian Oksigen 3-5 liter/menit
3) Pemasangan infus, cairan Ringer Laktat atau NaCl fisiologis,
dipertahankan sampai tekanan darah kembali optimal dan stabil.
4) Adrenalin 0,3–0,5 ml dari larutan 1 : 1000 diberikan secara
intramuskuler yang dapat diulangi 5–10 menit. Dosis ulangan
umumnya diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat.
Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi
secara intravenous setelah 0,1–0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spuit
10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan.
5) Aminofilin, dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila
bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin. 250 mg
aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat
dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.
6) Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok
anafilaktik, dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna
mencegahkomplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged
effect.
7) Antihistamin yang biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5–20 mg
IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason
5–10 mg IV atau hidrokortison 100–250 mg IV.
8) Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP), seandainya terjadi henti jantung
(cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera
harusdilakukan sesuai dengan falsafah ABC dan seterusnya. Mengingat
kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok anafilaktik
selaluada, maka sewajarnya di setiap ruang praktek seorang dokter
tersedia selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga
perangkat resusitasi (Resuscitation kit) untuk memudahkan tindakan
secepatnya.
9) Algoritma Penatalaksanaan Reaksi Anafilaksis :