Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian Sendi Temporomandibular


Temporomandibular merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan
gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi rahang atau sendi
temporomandibular merupakan daerah langsung di depan telinga, pada sisi kanan dan
kiri kepala, di mana rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibula) bertemu. Sendi
ini dibentuk oleh kondilus mandibula yang terletak masuk ke dalam fosa mandibula pada
tulang temporal di depan telinga. Kedua tulang ini dipisahkan oleh diskus artikularis.
Sendi temporomandibular bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan
menutup rahang, mengunyah dan berbicara. Sendi temporomandibular merupakan satu-
satunya sendi di kepala yang terletak pada dua sisi kanan dan kiri, sehingga bila terjadi
sesuatu pada salah satu sisi sendi ini, maka seseorang akan mengalami masalah yang
serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka dan menutup mulut, makan,
mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.

2. Anatomi Sendi Temporomandibular


Sendi temporomandibular merupakan artikulasi antara tulang temporal dan
mandibula secara bilateral dan pergerakan ke sisi kanan dan kiri adalah satu kesatuan
dan berfungsi sebagai satu unit. Sendi temporomandibula terdiri dari artikulasi yang
dibentuk oleh tulang yaitu fosa glenoidalis pada tulang temporal dan prosesus
kondiloideus pada mandibula.
Komponen - komponen dari artikulasi (persendian) yaitu:
1. Prosesus kondiloideus
2. Fosa glenoidalis
3. Ligamentum kapsular
4. Selaput sinovial
5. Diskus artikularis

Gambar 1. Sendi Temporomandibular Normal – terlampir


2.1. Prosesus kondiloideus
Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang meluas
ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20mm medio-
lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior.
Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa artikularis dan
eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral.
Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa mandibularis yang meluas ke
posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus eksternus.
Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang terpisah,
yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang temporal dan bagian
bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya
cekung-cembung dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi
tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi
dengan kondiloideus mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di
antara ke dua penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon
muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter, dan muskulus temporalis melekat
ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular.
Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk menstabilisasi
kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang
terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya
gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena
sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel.
Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari jaringan
ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan
tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh
ligamen temporomandibular di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat oleh
muskulus pterigoideus.

Gambar 2. Struktur Sendi Temporomandibular Lateral View – terlampir


Gambar 3. Struktur Sendi Temporomandibular Coronal View – terlampir
2.2. Fosa Glenoidalis
Fosa glenoidalis merupakan cekungan pada tulang temporal yang mempunyai bentuk
lonjong. Letaknya di depan meatus auditorius. Batas bagian anterior dari cekung ini
adalah eminensia artikularis, sedang batas cekung bagian posterior adalah tulang tipis
yang merupakan dinding dari tulang temporal. Tulang tipis dari cekung sendi ini adalah
radiks media dari tulang zigomatikus. Fosa ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrous berwarna
putih.te

Gambar 4. Fossa Mandibularis (glenoidalis) TMJ – terlampir

2.3. Ligamen
Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi temporomandibular adalah sebagai alat
untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang
mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke
samping, dan gerakan lain. Ligamen yang menyusun sendi temporomandibular terdiri
dari :
a. Ligamen temporomandibular/lateral
b. Ligamen sphenomandibular
c. Ligamen stilomandibular
Ligamen temporomandibular lebih luas di bagian atas dari pada di bagian bawahnya.
Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum
artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral.
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os
sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian
atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis
dan ramus mandibula.
Ligamen stilomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat ke
prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus
mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan
muskulus masseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral.
Gambar 5. Ligamentum TMJ Kiri – terlampir
Gambar 6. Ligamentum TMJ Kanan – terlampir

2.4. Selaput Sinovial


Di bagian dalam dari kapsula artikularis melekat suatu selaput yang tipis yang disebut
selaput sinovial. Selaput ini mengeluarkan cairan sendi yang disebut dengan sinovial.
Selaput ini tidak membungkus meniskus. Cairan sendi ini bekerja sebagai minyak sendi
yang memungkinkan meniskus dan prosesus kondiloideus bergerak dengan halus.

2.5. Diskus Artikularis (Meniskus)


Rongga sendi terbagi menjadi 2 bagian yaitu rongga sendi bagian atas dan rongga
sendi bagian bawah oleh tulang yang berbentuk gepeng yang disebut dengan diskus
artikularis atau meniskus. Meniskus ini mempunyai permukaan yang cekung di bagian
bawah dan pada bagian atas berbentuk sebagian cekung dan sebagian lagi cembung
(konveks-konkaf). Bentuk meniskus yang demikian ini sesuai dengan keperluannya yaitu
mengisi ruangan sendi yang terdapat antara permukaan prosesus kondiloideus dan fosa
glenoidalis. Permukaan bawah yang cekung sesuai dengan permukaan prosesus
kondiloideus sedang permukaan atas yang cembung-cekung tadi sesuai dengan
permukaan dari fosa glenoidalis.
Diskus tersusun atas 3 bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan sekitar 3 mm,
zona intermedial yang tipis dan pita anterior dengan ketebalan sekitar 2 mm. Bagian
paling tipis terdapat pada tengah dan menebal pada bagian tepi, sementara tonjolan
besar terdapat pada perlekatan posterior, yaitu zona bilaminar. Zona bilaminar ini sangat
menonjol karena terdiri dari 2 lapisan serabut yang dipisahkan oleh jaringan ikat
renggang alveolar, yaitu bagian superior terbentuk terutama dari serabut elastik dan
bagian inferior terutama terbentuk oleh jaringan fibrous. Jaringan pelekat bagian
posterior mendapat banyak persyarafan dari nervus aurikulotemporalis. Pada bagian
anterior diskus bersambung dengan fasial pterigoid eksternus dan kapsul sendi. Di
sebelah posterior-anterior terhadap prosesus kondiloideus dan anterior dari zona
bilaminar. Diskus banyak mengandung pembuluh darah sehingga disebut tonjolan
pembuluh darah (vascular knee).
Diskus artikularis terdiri dari sel-sel fibroblast, sel tulang rawan dan kondrosit. Diskus
ini dapat menahan tekanan yang mengenai sendi, tanpa mengurangi kelenturannya.
2.6. Otot-otot yang Menggerakkan Sendi Temporomandibular
Otot-otot yang menggerakkan mandibula (rahang bawah) pada temporomandibular
joint dikenal sebagai otot mastikasi. Mastikasi adalah proses pengunyahan makanan
dalam persiapannya untuk penelanan dan pencernaan. Pada otot-otot pengunyahan
terdapat empat pasang otot-otot yang melekat pada mandibula dan bertanggungjawab
terutama untuk elevasi, protrusi, retrusi, atau menyebabkan pergerakan mandibula ke
arah lateral. Otot-otot mastikasi berkembang dari 1st pharyngeal arch yang juga
berperan untuk perkembangan beberapa struktur tulang fasial. Karena otot-otot
mastikasi berkembang dari arkus ini, maka diinervasi oleh saraf arkus pertama, saraf
kranial ke lima (trigeminal nerve). Dari keempat pasang otot yang terlibat dalam
mastikasi, 3 otot merupakan otot terkuat dekat rahang dan berfungsi sebagai kekuatan
menggigit: masseter, temporalis dan medial pterygoid. Dari ketiga otot ini, masseter
merupakan otot terkuat untuk mastikasi. Medial dan lateral pterygoid membantu dalam
mastikasi dengan menggerakkan dengan menggerakkan mandibula dari sisi ke sisi untuk
membantu menggiling makanan.

Gambar 7. Otot Mastikasi: otot dalam – terlampir


Gambar 8. M. Pterydoideus lateralis dan medialis A – terlampir
Gambar 9. M. Pterydoideus lateralis dan medialis B – terlampir

2.6.1. Masseter Otot


Masseter merupakan otot yang paling berperan pada proses pengunyahan.
Letak otot masseter berasal dari dua area pada arkus zigomatikus. Kepala atau
bagian depan superfisialnya berasal dari tepi inferior didua pertiga anterior arkus
zigomatikus. Kepala bagian dalam muncul dari tepi inferior disepertiga posterior
arkus zigomatikus dan seluruh sisi medial arkus zigomatikus. Serabut dari bagian
depan superfisial mengarah ke bawah (run down) dan sedikit ke belakang
ditempatkan pada angle atau sudut mandibula pada sisi lateral. Kepala bagian dalam
secara vertikal berorientasi serabut-serabut otot. Ketika otot masseter berkontraksi,
mandibula berelevasi sehingga mulut tertutup.
2.6.2. Temporalis
Memiliki asal yang sangat luas dari seluruh fossa temporal dan fascia yang
membungkus otot. Serabut anterior bekerja hampir secara vertikal, tapi serabut
posterior bekerja pada arah lebih horizontal di belakang telinga. Semua serabut ini
masuk ke dalam prosessus koronoideus di mandibula dan kadang-kadang bergerak ke
bawah (run down) ke tepi anterior dari ramus mandibula sejauh molar ketiga. Jika
seluruh otot berkontraksi, secara keseluruhan bekerja dengan menarik ke atas pada
prosessus koronoideus dan mengangkat mandibula, sehingga mulut tertutup. Jika
hanya serabut posterior yang dikontraksikan, hasilnya adalah sebuah penarikan
horisontal prosessus koronoideus dalam arah horisontal. Maka, akan menarik
mandibula ke belakang, yang disebut retrusi mandibula.

2.6.3. Medial pterygoid (pterygoid internus)


Otot ini mempunyai dua origo yaitu pada permukaan medial dari lateral
pterygoid plate dan pada maxillary tuberositi dan pyramidal process dari tulang
palatina. Otot ini akan ber-insersio di permukaan medial dari ramus dan angle dari
mandibula (pterygoid process).

2.6.4. Lateral pterygoid (pterygoid externus)


Lateral pterygoid mempunyai origo pada infratemporal crest dari greater wing
tulang sphenoid dan pada permukaan lateral dari lateral pterygoid plate. Lateral
pterygoid bertanggung jawab dalam menggerakkan rahang bawah dari sisi ke sisi
ketika lateral pterygoid kanan atau kiri aktif secara terpisah. Kontraksi dari lateral
pterygoid kanan akan menggerakkan rahang bawah ke kiri sedangkan lateral
pterygoid kiri akan menggerakkan rahang ke kanan.

3. Pergerakan Sendi Temporomandibular


Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya
dengan rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Gerak membuka
2. Gerak menutup
3. Protrusi
4. Retusi
5. Gerak lateral

3.1. Gerak Membuka


Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada
kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi
menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat
bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan
diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan
muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan
memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus
kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang.
Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang
kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus
yang berkontraksi terhadap os. hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya
oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap
stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan
disepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke
orifisum canalis mandibularis.

Gambar 10. Mulut dibuka lebih dari 15 - terlampir

3.2. Gerak Menutup


Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus
pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada
posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada
posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi
memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus
pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada
eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus
temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan
prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling
berkontak pada oklusi normal.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus
pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung
menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu
dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini
berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar
ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian
masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi
yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan
menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi
beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres.

3.3. Portrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke
bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang
tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis
dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis
merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter,
muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan
berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula
yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan
menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah
perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen
capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
3.4. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus
temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan
tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas
bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan
dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput
mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.

3.5. Gerak Lateral


Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus
pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat
oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada
sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke
eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis,
dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak
mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot
pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan
retrusi.
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan
tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi
kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada
bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang
‘cekat’, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak
sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennet.
Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi
postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi.
Bila mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat
adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.
4. Kelainan pada Sendi Temporomandibular
Secara singkat akan dijelakan antomi dari sendi temporomandibular adalah
persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal.
Temporomandibular merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan
membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya di bawah depan
telinga.

Sendi temporomandibular merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila


terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang
serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan,
mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi
temporomandibular disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala
kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut
dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari
adanya kelainan sendi temporomandibular
Kelainan temporomandibular merupakan kelainan pada bagian sendi temporal
dimana hal tersebut menyebabkan terjadinya keabnormalan pada fungsi dan antomi dari
sendi temporal tersebut. Gangguan pada TMJ merupakan kondisi yang bersifat progresif.
Secara garis besar gangguan pada sendi temporal akan menyebabkan rasa sakit, rasa
sakit itulah yang disebut arthalgia dimana rasa sakit itu hanya bersal dari nociceptor yang
berada di jaringan lunak sekitar sendi discal ligament, capsular ligament, dan retrodiscal
tissue. Jika ligamen ini elongasi atau tertekan maka nosiseptor akan meneruskan implus
sehingga timbul rasa sakit, dimana penderita tidak akan bisa membedakan sumber rasa
sakit yang pasti karena semua diartikan sebagai sakit sendi. Jika rasa sakit timbul maka
gerakan mandibula akan terhambat (reflex nociceptive). Pada rasa sakit kronis, gerakan
rahang menjadi terbatas dan penderita akan berhati-hati untuk menghindari timbulnya
rasa sakit (protective co-contraction). Juga dapat menimbulkan disfungsi organ pada
bagian temporamandibular, biasanya akan menghambat pengerakan normal dari
kondilus-diskus disertai bunyi clik atau pop (jika lebih keras ) atau krepitasi.

4.1. Etiologi kelainan sendi temporomandibular


Etiologi dari trauma itu sendiri terbagi atas 2 yaitu makrotrauma dan mikro trauma.
Tekanan yang berlebihan akan menyebaban gangguan fungsional pada bagian tersebut
dan dapat berdampak kerusakan pada jaringan tersebut juga.
 Makro Trauma
Tekanan yang terjadi secara langsung pada bagian yang mengalami kerusakan
yang menyebabkan perubahan pada bagian diskus dan kondilaris secara
langsung.makro trauma dapat juga terjadi ketika gigi bersamaan atau dapat juga
menyebabkan perubahan pada kondilus dengan fossa ketika mulut di buka. Trauma
besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan struktural, misalnya terjafi
pukulan pada wajah atau kecelakaan.
 Mikro Trauma
Dimana trauma ini merubah posisi diskus dan kondilus secara perlahan-lahan.
Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan
clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan microtrauma pada jaringan yang
terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
 Kondisi Oklusi
Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD, namun
akhir-akhir ini banyak diperdebatkan.
 Stres Emosional
Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah
peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi fungsi otot.
Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbik adalah yang paling bertanggung
jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering memiliki peran yang sangat
penting pada TMD.
Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan
disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau
peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas
otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu
etiologi TMD.
 Deep Pain Input
Aktivitas parafungsional adalah semua aktivitas di luar fungsi normal (seperti
mengunyah, bicara, dan menelan) dan tidak mempunyai tujuan fungsional.
Contohnya adalah bruxism, dan kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-gigit
kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktivitas
yang paling berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism, termasuk
clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding terutama pada
malam hari, sedangkan clenching adalah mempertemukan gigi atas dan bawah
dengan keras yang dapat dilakukan pada siang ataupun malam hari.
Pasien yang melakukan clenching atau grinding pada saat tidur sering
melaporkan adanya rasa nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otot-otot wajah
saat bangun tidur.
Gejala-gejala tersebut lokasinya berada di daerah orofasial namun karena tidak
berada dalam rongga mulut seperti sakit gigi, maka pasien tidak mencari pengobatan
ke dokter gigi melainkan ke dokter umum atau spesialis lain seperti THT, neurologi,
rehabilitasi medik maupun chiropractor.
Studi di Finlandia menemukan bahwa banyak pasien TMD mengalami
overdiagnosis dan overtreatment karena tanda dan gejala TMD sering tidak betul-
betul dipahami oleh para praktisi. Namun karena TMD banyak berhubungan dengan
mastikasi, dokter gigilah yang merupakan tenaga medis pertama yang harus dapat
mendiagnosa dan merawat pasien dengan tanda dan gejala TMD.

4.2. Klasifikasi Kelainan Sendi Temporomandibular


 Pertumbuhan Abnormal
Gangguan pertumbuhan pada sistem mastikasi dibagi ke dalam 2 kategori
umum menurut jaringan yang terlibat:
(1) Gangguan pada tulang
(2) Gangguan pada otot
Gangguan Kongenital dan Perkembangan Tulang diantaranya agenesis (tidak
tumbuh), hypoplasia (perkembangan yang tidak sempurna), hyperplasia
(pertumbuhan yang berlebihan), atau neoplasia (pertumbuhan yang tidak
terkontrol).
Trauma merupakan salah satu fantor penyebab terutama pada sendi seseorang
yang masih muda bisa ditandai dengan hypoplasia pada kondilusnya, yang
mengakibatkan ketidakseimbangan pola pertumbuhannya. Pada akhirnya ini akan
mengakibatkan pergeseran mandibula yang berhubungan dengan maloklusi.
Ketidakseimbangan pola pertumbuhan mungkin juga mengakibatkan rheumatoid
arthritis dari perkembangan yang cepat. Trauma dapat menyebabkan reaksi
hyperplastic, yang mengakibatkan pertumbuhan yang berlebihan pada tulang. Ini
biasanya dapat dilihat pada tempat fracture yang sudah lama.
Suatu perubahan fungsi atau rasa sakit yang ada bukan yang utama dalam
perubakan struktur. Ketidakseimbangan klinis mungkin berhubungan dengan
perubahan struktur dan juga menunjukan berhentinya pertumbuhan atau
perkembangan. Radiograph pada TMJ, sebagaimana CT scans, sangat penting dan
mengidentifikasi perubahan struktur tulang.

 Kelainan Letak pada Sendi Temporomandibular


Disc displacement permukaan posterior dari disc menipis dan inferior
retrodiscal lamina dan lateral distal dan lateral ligamen memanjang, maka disc akan
bergeser melalui permukaan artikularis dari kondilus

 Degenerative Joint Disease atau Inflamasi


Bukan merupakan gangguan pada sendi temporalnya, kelainan ini jarang di
temui pada penderita kelainan pada sendi temporomandibularnya. Perawatan obat
anti inflamasi. Untuk mengurangi inflamasi (peradangan) dan rasa sakit, dokter gigi
anda mungkin akan menyarankan aspirin atau obat anti inflamasi nonsteroid
lainnya, misalnya ibuprofen (Advil, Motrin, dll)

 Dislokasi
Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2 bagian: Dislokasi
tanpa adanya pengurangan atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan
atau reduksi.

 Ankylosis
Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan pada saat pembukaan
mulut yang disebabkan pleh kelainan dari TMJ. Di mana ankylosis terbagi atas 2
yaitu:
1. Extracapsular ankylosis
2. Intracapsular ankylosis
 Fibrous ankylosis
 Bony ankylosis

4.2.1. Intracapsular ankylosis.


Intracapsular ankylosis, atau penyatuan dari sendi, dapat menyebabkan
pembukaan/depresi pada mandibula berkurang. Intracapsular ankylosis timbul akibat
penyatuan dari kondilus, disk, dan kompleks fossa, juga merupakan hasil dari
pembentukan jaringan fibrosa, penyatuan tulang, atau kombinasi keduanya.
Penyebabnya yang paling umum mencakup macrotrauma, paling sering berhubungan
dengan fraktur kondilar. Penyebab lain dari ankylosis juga karena sebelumnya
menjalani perawatan surgical yang menimbulkan bekas/goresan dan juga infeksi.
Evaluasi pada pasien memperlihatkan pembatasan pada pembukaan maksimal yang
cukup parah, penyimpangan pada sisi yang kena, dan ekskursi lateral pada sisi
kontralateral. Ankylosis yang disebabkan jaringan fibrosa, mobilitas rahangnya lebih
besar daripada ankylosis yang disebabkan oleh penyatuan tulang.

Extracapsular ankylosis.
Ankylosis tipe ini biasanya melibatkan prosessus koronoid dan otot temporalis.
Penyebab yang paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain, pembesaran
dari prosessus koronoid atau hiperplasia, dan trauma pada area lengkung zygomatic.
Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat menghasilkan ankylosis extracapsular.
Pasien ini biasanya mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan
penyimpangan pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi total
pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif biasanya
menunjukkan tidak adanya ankylosis intracapsular.

 Trauma / Fraktur
Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus, bisa disebabkan oleh mekanisme
yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa, penyebab dari fraktur ini sebagian besar
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, kekerasan, kecelakaan kerja, serta
kecelakaan saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga menjadi penyebab fraktur
ini adalah jatuh.
Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada kondilus ke dalam tiga
kategori. Pertama adalah energi yang yang dikeluarkan oleh masing – masing
individu karena objek bergerak. Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan
wajah oleh karena tinju, pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah
luka ketika seorang individu yang bergerak mengenai benda yang diam, sebagai
contoh ketika seorang anak terjatuh dan dagu menghantam aspal. Mekanisme jenis
ini secara klasik di deskripsikan sebagai “parade ground fracture”. Kategori yang
terakhir adalah energi yang merupakan kombinasi dari yang pertama dan kedua,
seperti pada kecelakaan ketika seorang pengendara mobil menabrak mobil dari arah
yang berlawanan, dan biasanya menyebabkan luka yang lebih berat.

 Neoplasia
Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang menimbulkan
restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan sakit pada sendi. Tumor di dalam
TMJ mengakibatkan kelainan pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat
mengakibatkan ankylosis intracapsular.
 Infeksi
Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan pada kasus trauma
atau pengobatan surgical pada area ini. Perluasan dari proses infeksi pada telinga
kadang melibatkan TMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular.

4.3. Patofisiologi Sendi Temporomandibular


Kelainan pada bagian TMJ terbagu atas 2 menurut caranya:
1. Faktor sistemik (degeneratif, endokrin, infeksi)
2. Faktor lokal (berhubungan dengan mastikasi)

Kelainan patofisiologi berupa dislokasi, internal derangement, dan closed lock

 Dislokasi
Dislokasi dari TMJ seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari
mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan
dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang
lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan
articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka
secara lebar, seperti pada saat menguap, makan, atau pada saat prosedur
perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih dari
beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menibulkan
kejang otot parah.
Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan
membuat tekanan ke bawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu,
disertai dengan displacement/pemindahan pada posterior mandibula.
Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit. Bagaimanapun, kejang otot dapat
menghambat pengurangan tersebut, terutama sekali ketika dislokasi tidak dapat
dikurangi sesegara mungkin.
Gambar 11. Dislokasi TMJ – terlampir

 Internal Derangement
Merupakan salah satu kelainan intra-artikular sendi temporomandibular, di
mana terdapat hubungan yang tidak harmonis antara diskus artikularis dengan
kondilus. Baik itu bersifat unilateral ataupun bilateral. Jika perlekatan meniscus
pada kutub processus condylaris lateral mengendur atau terputus, atau jika zona
bilaminar mengalami kerusakan atau degenerasi akibat trauma atau penyakit
sendi (terutama stratum superior, yaitu serabut elastic) atau keduanya, maka
stabilitas sendi akan terganggu. Akibatnya akan terjadi pergeseran discus ke arah
anteromedial akibat tidak adanya penahan terhadap musculus pterygoideus
lateralis superior. Berkurangnya pergeseran ke arah lateral anterior yang spontan
dari discus ini akan menimbulkan “clicking” yang khas, yang akan terjadi bila jarak
antar insisal meningkat. Sumber “clicking” sendi ini berhubungan dengan
pergeseran processus condylaris melewati pita posterior meniscus yang tebal.
Dengan memendeknya pergeseran anterior dari meniscus, terjadi “clicking”
berikutnya. Pada tahap inilah diskus akan bersifat fibrokartilagenus, yang
mendorong terbentuknya konfigurasi cembung-cembung.
Terdapat 2 klasifikasi dalam internal derangement:
1. Dengan Reduksi
 cliking opening dan closing (reciprocal cliking)
 pembukaan mulut normal
 rasa sakit
 deviasi mandibula
2. Tanpa Reduksi
 tidak adanya cliking
 keterbatasan membuka mulut
 rasa sakit
 mandibular deflection
 Closed Lock
Merupakan akibat dari pergeseran diskus ke anterior yang terus bertahan. Bila
pita posterior dari diskus yang mengalami deformasi tertahan di anterior processus
condylaris, akan terbentuk barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang
normal . Jarak antar insisal jarang melebihi 25mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena
“clicking” hilang. Closed lock dapat terjadi sebentar-sebentar dengan disela oleh
“clicking” dan “locking”, atau bisa juga bersifat permanen. Pada kondisi persisten, jarak
antara insisal secara bertahap akan meningkat akibat peregangan dari perlekatan
posterior discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus condylaris dan
eminentia articularis.

Terdapat juga keadaan di mana closed lock bersifat akut, yang mana keadaan
closed lock yang akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus
condylaris terdorong ke posterior dengan akibat terjadi cedera pada perlekatan
posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang ditimbulkannya dapat sangat parah, dan
keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih menggambarkan keradangan
pada perlekatan discus daripada keadaan discus yang avascular/aneural.

4.4. Gejala Umum Kelainan Sendi Temporomandibular


Gejalanya biasanya lebih dari satu, yaitu :
1. Nyeri di sekitar sendi rahang
2. Nyeri kepala
3. Gangguan pengunyahan
4. Bunyi sendi ketika membuka/menutup mulut → dapat disertai atau tanpa rasa
nyeri
5. Terbatasnya buka mulut

Selain gejala diatas, mungkin juga terjadi gejala lain, seperti :


 Nyeri otot terutama otot leher dan bahu
 Nyeri telinga
 Telinga berdengung
 Vertigo: sakit kepala

TMD adalah kejadian yang kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor.
Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila faktor-faktor penyebab tersebut dapat
dikenali dan dikendalikan. Untuk itu seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa
yang seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya TMD, sebelum melakukan
perawatan.
Daftar Pustaka

Universitas Sumatera Utara, BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULAR,


htp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22628/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 3
Februari 2017
Universitas Sumatera Utara, BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULAR,
htp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16503/3/Chapter%20II.pdf, diakses pada 3
Februari 2017

Universitas Sumatera Utara, BAB 2 ANKILOSIS SENDI TEMPOROMANDIBULAR,


htp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16849/4/Chapter%20II.pdf, diakses pada 3
Februari 2017

Universitas Diponegoro, PENGARUH GANGGUANGN SENDI TEMPOROMANDIBULAR


TERHADAP KUALITAS HIDUP,
htp://eprints.undip.ac.id/37375/1/ANI_I_K_I_K_G2A008023_LAP_KTI.pdf, diakses pada 3
Februari 2017

SCHEID, RICKNEC. 2007. WOELFEL,S DENTAL ANATOMY ITS RELEVANCE TO DENTISTRY. 7TH
ED. PHILADELPIA : LIPPINCOT

BAKER. 2013. ANATOMI untuk Kedokteran Gigi Kepala & Leher, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai