2.3. Ligamen
Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi temporomandibular adalah sebagai alat
untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang
mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke
samping, dan gerakan lain. Ligamen yang menyusun sendi temporomandibular terdiri
dari :
a. Ligamen temporomandibular/lateral
b. Ligamen sphenomandibular
c. Ligamen stilomandibular
Ligamen temporomandibular lebih luas di bagian atas dari pada di bagian bawahnya.
Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum
artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral.
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os
sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian
atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis
dan ramus mandibula.
Ligamen stilomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat ke
prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus
mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan
muskulus masseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral.
Gambar 5. Ligamentum TMJ Kiri – terlampir
Gambar 6. Ligamentum TMJ Kanan – terlampir
3.3. Portrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke
bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang
tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis
dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis
merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter,
muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan
berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula
yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan
menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah
perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen
capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
3.4. Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan
meluncur ke arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus
temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan
tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas
bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan
dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput
mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.
Dislokasi
Kelainan lain dapat berupa dislokasi dimana di bagi atas 2 bagian: Dislokasi
tanpa adanya pengurangan atau reduksi dan dislokasi dengan adanya pengurangan
atau reduksi.
Ankylosis
Merupakan penyakit yang menyebabkan keterbatasan pada saat pembukaan
mulut yang disebabkan pleh kelainan dari TMJ. Di mana ankylosis terbagi atas 2
yaitu:
1. Extracapsular ankylosis
2. Intracapsular ankylosis
Fibrous ankylosis
Bony ankylosis
Extracapsular ankylosis.
Ankylosis tipe ini biasanya melibatkan prosessus koronoid dan otot temporalis.
Penyebab yang paling sering dari ankylosis extracapsular antara lain, pembesaran
dari prosessus koronoid atau hiperplasia, dan trauma pada area lengkung zygomatic.
Infeksi di sekitar otot temporalis juga dapat menghasilkan ankylosis extracapsular.
Pasien ini biasanya mempunyai pembatasan pada pembukaan mulut dan
penyimpangan pada sisi yang kena. Pada kasus ini, sangat jarang terjadi restriksi total
pada pembukaan, dan pembatasan gerakan lateral dan protrusif biasanya
menunjukkan tidak adanya ankylosis intracapsular.
Trauma / Fraktur
Luka pada bagian TMJ khususnya kondilus, bisa disebabkan oleh mekanisme
yang sangat bervariasi. Pada orang dewasa, penyebab dari fraktur ini sebagian besar
disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, kekerasan, kecelakaan kerja, serta
kecelakaan saat melakukan olahraga, faktor lain yang juga menjadi penyebab fraktur
ini adalah jatuh.
Lindahl, membagi gaya traumatic penyebab luka pada kondilus ke dalam tiga
kategori. Pertama adalah energi yang yang dikeluarkan oleh masing – masing
individu karena objek bergerak. Luka jenis ini digolongkan kedalam luka pukulan
wajah oleh karena tinju, pemukul baseball, atau objek lain. Luka yang kedua adalah
luka ketika seorang individu yang bergerak mengenai benda yang diam, sebagai
contoh ketika seorang anak terjatuh dan dagu menghantam aspal. Mekanisme jenis
ini secara klasik di deskripsikan sebagai “parade ground fracture”. Kategori yang
terakhir adalah energi yang merupakan kombinasi dari yang pertama dan kedua,
seperti pada kecelakaan ketika seorang pengendara mobil menabrak mobil dari arah
yang berlawanan, dan biasanya menyebabkan luka yang lebih berat.
Neoplasia
Neoplasma pada TMJ sangatlah jarang. Kadang-kadang menimbulkan
restriksi/pembatasan pada pembukaan rahang dan sakit pada sendi. Tumor di dalam
TMJ mengakibatkan kelainan pada kondilus dan hubungan fossa serta dapat
mengakibatkan ankylosis intracapsular.
Infeksi
Infeksi pada TMJ juga sangat jarang ditemukan, bahkan pada kasus trauma
atau pengobatan surgical pada area ini. Perluasan dari proses infeksi pada telinga
kadang melibatkan TMJ dan mengakibatkan ankylosis intracapsular.
Dislokasi
Dislokasi dari TMJ seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari
mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan
dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang
lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan
articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka
secara lebar, seperti pada saat menguap, makan, atau pada saat prosedur
perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih dari
beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menibulkan
kejang otot parah.
Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan
membuat tekanan ke bawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu,
disertai dengan displacement/pemindahan pada posterior mandibula.
Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit. Bagaimanapun, kejang otot dapat
menghambat pengurangan tersebut, terutama sekali ketika dislokasi tidak dapat
dikurangi sesegara mungkin.
Gambar 11. Dislokasi TMJ – terlampir
Internal Derangement
Merupakan salah satu kelainan intra-artikular sendi temporomandibular, di
mana terdapat hubungan yang tidak harmonis antara diskus artikularis dengan
kondilus. Baik itu bersifat unilateral ataupun bilateral. Jika perlekatan meniscus
pada kutub processus condylaris lateral mengendur atau terputus, atau jika zona
bilaminar mengalami kerusakan atau degenerasi akibat trauma atau penyakit
sendi (terutama stratum superior, yaitu serabut elastic) atau keduanya, maka
stabilitas sendi akan terganggu. Akibatnya akan terjadi pergeseran discus ke arah
anteromedial akibat tidak adanya penahan terhadap musculus pterygoideus
lateralis superior. Berkurangnya pergeseran ke arah lateral anterior yang spontan
dari discus ini akan menimbulkan “clicking” yang khas, yang akan terjadi bila jarak
antar insisal meningkat. Sumber “clicking” sendi ini berhubungan dengan
pergeseran processus condylaris melewati pita posterior meniscus yang tebal.
Dengan memendeknya pergeseran anterior dari meniscus, terjadi “clicking”
berikutnya. Pada tahap inilah diskus akan bersifat fibrokartilagenus, yang
mendorong terbentuknya konfigurasi cembung-cembung.
Terdapat 2 klasifikasi dalam internal derangement:
1. Dengan Reduksi
cliking opening dan closing (reciprocal cliking)
pembukaan mulut normal
rasa sakit
deviasi mandibula
2. Tanpa Reduksi
tidak adanya cliking
keterbatasan membuka mulut
rasa sakit
mandibular deflection
Closed Lock
Merupakan akibat dari pergeseran diskus ke anterior yang terus bertahan. Bila
pita posterior dari diskus yang mengalami deformasi tertahan di anterior processus
condylaris, akan terbentuk barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang
normal . Jarak antar insisal jarang melebihi 25mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena
“clicking” hilang. Closed lock dapat terjadi sebentar-sebentar dengan disela oleh
“clicking” dan “locking”, atau bisa juga bersifat permanen. Pada kondisi persisten, jarak
antara insisal secara bertahap akan meningkat akibat peregangan dari perlekatan
posterior discus yang disertai dengan osteoarthritis pada processus condylaris dan
eminentia articularis.
Terdapat juga keadaan di mana closed lock bersifat akut, yang mana keadaan
closed lock yang akut biasanya diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus
condylaris terdorong ke posterior dengan akibat terjadi cedera pada perlekatan
posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang ditimbulkannya dapat sangat parah, dan
keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis ini lebih menggambarkan keradangan
pada perlekatan discus daripada keadaan discus yang avascular/aneural.
TMD adalah kejadian yang kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor.
Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila faktor-faktor penyebab tersebut dapat
dikenali dan dikendalikan. Untuk itu seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa
yang seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya TMD, sebelum melakukan
perawatan.
Daftar Pustaka
SCHEID, RICKNEC. 2007. WOELFEL,S DENTAL ANATOMY ITS RELEVANCE TO DENTISTRY. 7TH
ED. PHILADELPIA : LIPPINCOT
BAKER. 2013. ANATOMI untuk Kedokteran Gigi Kepala & Leher, Jakarta: EGC