Anda di halaman 1dari 3

BAB II.

PEMBAHASAN

Limfadenopati merupakan manifestasi klinis yang banyak ditemukan pada berbagai


penyakit infeksi akut dan kasus keganasan. Limfadenopati pada setiap etiologi baik infeksi
maupun keganasan memiliki karakteristik yang berbeda pada pemeriksaan fisik. Sehingga
klinisi dapat mengetahui penyebab limfadenopati untuk menyingkirkan beberapa diagnosis
banding agar diperoleh diagnosis kerja (Ramadas et.al., 2017).

Semua pasien dengan manifestasi klinis limfadenopati harus menjalani pemeriksaan fisik
lengkap dan sistematis. Setiap kelenjar limfe yang teraba harus dievaluasi karakteristiknya
meliputi lokasi, ukuran atau diameter, konsistensi, terfiksasi atau mobile dan suhu
(Mohseni et.al., 2014).

1. Lokasi
Menentukan apakah limfadenopati lokal atau umum membuat diagnosis banding
semakin menyempit. Satu limfadenopati pada daerah yang kaya kelenjar limfe
(lymphatic-rich region) umumnya akibat penyakit lokal. Selain itu, ditemukannya
limfangitik merah (limfangitis) merupakan tanda infeksi lokal. Pada suatu regio tubuh
yang kaya kelenjar limfe, limfadenopati yang melibatkan beberapa kelenjar limfe
banyak ditemukan pada kasus keganasan.

Limfadenopati di area supraklavikular memiliki faktor resiko keganasan sebesar 90%


pada pasien diatas 40 tahun dan 25% dibawah 40 tahun. Contoh, virchow node pada
area supraklavikular kiri merupakan indikasi keganasan intra-abdominal (contoh:
karsinoma gastrik), sementara pada sisi kanan mengindikasikan keganasan intra-thoraks
(Mohseni et.al., 2014).

2. Ukuran
Limfadenopati supraklavikular, ilium, popliteal, epitroklear dengan diameter lebih dari
0,5 cm dan limfadenopati inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan ukuran abnormal.
Kelenjar limfe pada area tubuh lainnya dianggap abnormal apabila diameter lebih dari
1 cm. Bagaimanapun tidak ada ukuran limfadenopati yang seragam dimana diameter
yang lebih besar dapat menimbulkan kecurigaan adanya etiologi keganasan (Mohseni
et.al., 2014).
Tabel 1. Diagnosis Banding pada Limfadenopati Perifer. (Mohseni et.al., 2014)

3. Nyeri dan Suhu


Nyeri dan suhu pada kelenjar limfe umumnya non-spesifik. Limfadenopati dengan nyeri
dan suhu hangat umumnya disebabkan proses infeksi. Pada beberapa kasus nyeri yang
ditimbulkan oleh pendarahan hingga nekrosis merupakan proses neoplastik atau proses
penyebaran tumor (Mohseni et.al., 2014).
4. Konsistensi
Limfadenopati pada proses Infeksi dan inflamasi akut memiliki konsistensi padat, hal
ini dikarenakan adanya tekanan pada kapsul. Inflamasi kronis bisa menimbulkan
perubahan fibrosis, sehingga pada palpasi akan teraba sangat keras. Konsistensi yang
seperti batu dan tidak nyeri umumnya merupakan tanda keganasan metastatik atau
penyakit granulomatosa. Limfadenopati yang keras dan elastis seperti karet merupakan
indikasi limfoma (Mohseni et.al., 2014).
5. Terfiksis atau Mobile
Limfadenopati akibat proses infeksi umumnya dapat digerakkan pada regio subkutan.
Limfadenopati dengan konsistensi seperti karet dan mobile merupakan indikasi
limfoma. Limfadenopati akibat proses keganasan umumnya terfiksasi terhadap kulit
atau jaringan sekitar. Kulit juga harus
Tabel 2. Algoritma Diagnosis pada Pasien dengan Limfadenopati. (Mohseni et.al.,
2014)

dilakukan pemeriksaan untuk lesi umum yang sering ditemukan pada keganasan seperti
melanoma (Mohseni et.al., 2014).

Tujuh puluh persen limfadenopati perifer umumnya terlokalisir, dengan 50% ditemukan di
area kepala dan leher. Limfadenopati umumnya disebabkan oleh etiologi spesifik yang
secara klinis berguna untuk menegakkan diagnosis. Dua puluh lima persen limfadenopati
perifer bersifat umum dan merupakan tanda penyakit sistemik. Terdapat berbagai jenis
etiologi yang menentukan apakah limfadenopati tersebut terlokalisir atau umum (Mohseni
et.al., 2014).

Anda mungkin juga menyukai