PEMBAHASAN
Semua pasien dengan manifestasi klinis limfadenopati harus menjalani pemeriksaan fisik
lengkap dan sistematis. Setiap kelenjar limfe yang teraba harus dievaluasi karakteristiknya
meliputi lokasi, ukuran atau diameter, konsistensi, terfiksasi atau mobile dan suhu
(Mohseni et.al., 2014).
1. Lokasi
Menentukan apakah limfadenopati lokal atau umum membuat diagnosis banding
semakin menyempit. Satu limfadenopati pada daerah yang kaya kelenjar limfe
(lymphatic-rich region) umumnya akibat penyakit lokal. Selain itu, ditemukannya
limfangitik merah (limfangitis) merupakan tanda infeksi lokal. Pada suatu regio tubuh
yang kaya kelenjar limfe, limfadenopati yang melibatkan beberapa kelenjar limfe
banyak ditemukan pada kasus keganasan.
2. Ukuran
Limfadenopati supraklavikular, ilium, popliteal, epitroklear dengan diameter lebih dari
0,5 cm dan limfadenopati inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan ukuran abnormal.
Kelenjar limfe pada area tubuh lainnya dianggap abnormal apabila diameter lebih dari
1 cm. Bagaimanapun tidak ada ukuran limfadenopati yang seragam dimana diameter
yang lebih besar dapat menimbulkan kecurigaan adanya etiologi keganasan (Mohseni
et.al., 2014).
Tabel 1. Diagnosis Banding pada Limfadenopati Perifer. (Mohseni et.al., 2014)
dilakukan pemeriksaan untuk lesi umum yang sering ditemukan pada keganasan seperti
melanoma (Mohseni et.al., 2014).
Tujuh puluh persen limfadenopati perifer umumnya terlokalisir, dengan 50% ditemukan di
area kepala dan leher. Limfadenopati umumnya disebabkan oleh etiologi spesifik yang
secara klinis berguna untuk menegakkan diagnosis. Dua puluh lima persen limfadenopati
perifer bersifat umum dan merupakan tanda penyakit sistemik. Terdapat berbagai jenis
etiologi yang menentukan apakah limfadenopati tersebut terlokalisir atau umum (Mohseni
et.al., 2014).