Anda di halaman 1dari 18

BAB III.

BERAT JENIS ( SPESIFIC GRAVITY )

3.1. Maksud Dan Tujuan Praktikum


3.1.1. Maksud
Maksud dari percobaan ini adalah mengetahui seberapa penting peran berat jenis
pada tanah dan memperhitungkan keadaan atau pengaruh yang dihasilkan

3.1.2. Tujuan
Tujuan dari percobaan adalah untuk menetukan besar berat jenis dari tanah
berdasarkan nilai yang ditujukkan pada data data yang telah dianalisa..
3.2. Dasar Teori
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari tanah. Dalam dasar
ilmu tanah, dapat dipelajari mengenai penentuan Berat isi dan Berat jenis
partikel. Berat isi berhubungan dengan padatan, porositas dan bahan organik.
Selain itu, dalam pengaplikasiannya, kondisi Berat jenissangat mempengaruhi
infiltrasi, konsistensi, pergerakan akar dan pengolahan lahan. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa Berat jenis masih berhubungan dengan sifat-sifat tanah
yang lain. Oleh karena itu, Berat jenis partikel sangat penting untuk dipelajari
sehingga pengetahuan mengenai Berat jenis partikel semakin bertambah. Dan
kita dapat menghitung dan menentukan Berat jenis suatu tanah. Data sifat-sifat
fisik tanah tersebut diperlukan dalam perhitungan penambahan kebutuhan air,
pupuk, kapur, dan pembenah tanah pada satuan luas tanah sampai kedalaman
tertentu. tanah juga erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah dan
kemampuan akar tanaman menembus tanah. Berat jenis tanah juga diperlukan
dalam perhitungan pemberian pupuk, penambahan kapur dan pembenah tanah
untuk satu satuan luas lahan. Hal ini karena pada luas lahan dengan kedalaman
tertentu menggunakan satuan volume (m3), sedangkan pupuk, kapur atau
pembenah tanah dalam satuan berat, sehingga volume tanah harus diubah
terlebih dahulu menjadi satuan berat (kg atau ton). Untuk mengubah menjadi
satuan berat maka diperlukan data berat isi tanah. Oleh karena itu sangat
diperlukan pemahaman tentang berat jenis tanah.

(https//:nabilussalam.workspos.com)

Tanah terdiri atas bahan padat dan ruang pori di antara bahan padat, dalam
berbagai bentuk dan ukuran. Bahan padat terdiri atas bahan organik pada
berbagai tingkat pelapukan, termasuk humus, dan bahan mineral serta dengan
adanya ruang pori yang berisi udara dan air.

Bahan padat dan ruang pori tanah mempengaruhi dan berat jenis partikel,
sehingga setiap jenis tanah mempunyai berat isi dan berat jenis yang berbeda
pula. Maka dari itu, perlu adanya analisa dan praktikum tentang berat jenis
partikel tanah pada penggunaan lahan yang berbeda.

| NATALIUS PANJAITAN III-2


15307021
(ilhamnugrohosop.blogspot.co.id)

3.2.1. Defenisi Berat Jenis


Berat jenis partikel adalah perbandingan antara massa satuan solum tanah padat
dengan volume padatan tanah. (Buck & Nyle, 1982). Berat jenis partikel adalah
berat tanah kering per satuan volume partikel tanah (tidak termasuk pori).
(Handayanto et al, 2009). Berat jenis adalah berat jenis tanah kering per satuan
volume partikel-partikel padat tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori tanah).
(Hardjowigeno,1987) . Berat jenis adalah perbandingan massa total dari partikel
padatan dengan volume total tidak termasuk ruang pori partikel.
(Kurniawan,2007)

Berat jenis tanah dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara berat butir
tanah tersebut dengan berat air (aquades) yang mempunyai isi sama pada suhu
standart. Berat jenis didefenisikan sebagai rasio (perbandingan) dari berat isi
bahan terhadap berat isi air. Table 3.1. menunjukkan daftar berat jenis dari
sejumlah bahan yang biasa terdapat dalam tanah. Sebagian besar tanah (butiran –
butiran individu yang terkumpul) mengandung banyak kwarsa (quarts) dan
feldspart dan dalam jumlah yang lebih kecil mika (mica) dan mineral – mineral
berdasarkan besi.

Hasil – hasil penentuan berat jenis dari sebagian besar tanah menunjukkan bahwa
nilai-nilai dari 2,5 sampai 2,80 merupakan nilai – nilai yang biasa terdapat,
diamana nilai-nilai antara 2,6 dan 2,75 merupakan nilai yang paling banyak
terdapat. Pada kenyataannya, uji berat jenis jarang dilakukan, dan nilai – nilai
diambil secara kasar sebagai berikut :

 Pasir, Kerikil, bahan-bahan berbutir kasar SG = 2,65 - 2,67


Tanah kohesif, sebagai campuran
 Lempung, lanau , pasir dan sebagainya SG = 2,68 - 2,72

Nilai kasar tersebut diperoleh dari sampel antara lain pasir, kerikil, lempung,
lanau, dan sebagainya.
Nilai dari berat jenis dihitung dengan menggunakan persamaan :
| NATALIUS PANJAITAN III-3
15307021
W .S .
SG  .g
W4  WS  W3
Dimana :
WS = Weight of soil ( berat asli tanah )
W4 = Weight of bottle + water
SG = Specific gravity
W3 = Weight of bottle + soil + water
𝛼 = Densitas air
g = gravitasi
Tabel 3.1. Nilai – nilai khas berat jenis untuk mineral-mineral tanah

Mineral Berat Jenis

Bentonite 2,13 – 218

Gipsum 2,30

Gibsite 2,30 – 2,40

Montmorilonite 2,40

Feldspart Ortoklas 2,56

Ilite 2,00

Kwarsa 2,60

Kaolinite 2,60 – 2,63

Klorite 2,60 – 3,00

Feldspart Plagioklas 2,62 – 2,76

Talc 2,70 – 2,80

Kalsite 2,80 – 2,90

Muskovite 2,80 – 2,90

Dolomite 2,87

Argonite 2,92

Anhydrite 3,00

| NATALIUS PANJAITAN III-4


15307021
Biotite 3,00 – 3,10

Hornblende 3,00 – 3,47

Augite 3,20 – 3,40

Olivine 3,27 – 3,37

Limonite 3,8

Siderite 3,83 – 3,88

Hematite 4,90 – 5,30

Magnetite 5,17 – 5,18

Suatu petunjuk akan adanya kesalahan perhitungan dalam angka pori apabila nilai
Gs = 2,65 digunakan apabila nilai sebenarnya sebesar 2,60 akan didapatkan dari
uji laboratorium yang dihitung sebagai berikut :
Diberikan γd = 1,80 g/cm3 (dapat merupakan wakil dari nilai sebenarnya
walaupun masih memungkinkan kesalahan sampai ± 0,005 g/cm3). Dari defenisi
berat jenis :
Ws
Gs =
Vs x γw

Keterangan :
SG = Specific gravity
WS = Weight of soil ( berat asli tanah )
Vs = volume soil
Maka volume butir adalah :
1,80
Vs = = 0,629 cm3 (benar)
2,60 (1)

1,80
Vs = = 0,679 cm3 (asumsi)
2,65 (1)
Volume rongga Vv untuk kedua kasus diatas adalah ;
0,308
Vv = 1 - 0,0692 = 0,308  e = = 0,445
0,692

| NATALIUS PANJAITAN III-5


15307021
Dan
0,321
Vv’ = 1 - 0,679 = 0,321  e’ = = 0,473
0,679

Angka pori 6 persen lebih besar akibat pemakaian nilai 2,65 yang salah. Karena
penyelesaiannya juga tergantung pada  d = 1,80 yang secara statistic benar, maka
terdapat kesalahan yang lebih kecil. Apabila perhitungan yang sama dilakukan
untuk  d = 2,0 dan 1,5 g/cm3. Persentase pertambahannya menjadi masing-
masing 8,2 dan 4,5 persen. Juga nilai yang “benar” sebesar 2,60 itu dapat
dianggap benat hanya apabila sejumlah kecil tanah (biasanya sekitar 150 g) yang
digunakan untuk menentukana Sg benar-benar mewakili massa tanah yang hendak
diteliti.

 Permukaan Specific
Permukaan specific menghubungkan luas permukaan suatu bahan dengan berat
atau volume bahan tersebut, dimana volume biasanya lebih banyak dipilih.
Dengan menggunakan defenisi yang terakhir, permukaan specific adalah :
luas permukaan
Permukaan Specific =
Volume
Secara fisik, kegunaan permukaan spesifik ini dapat diperlihatkan dengan
menggunakan kubus 1 x 1 x1 cm sebagai berikut :
Luas Permukaan
Permukaan specific =
Volume
6
= = 6
1
Jumlah kubus = 2x2x2x2 = 8
Luas permukaan = (0,5)2 (6) (8) = 12 cm 2
12
Permukaan specific = = 12
1
Sekarang membagi sifat-sifat tersebut dengan 10 :
Jumlah kubus = 10 x 10 x 10 = 1000
Luas permukaan = (0,1)2 (6) (1000) = 60 cm2

| NATALIUS PANJAITAN III-6


15307021
Dan
60
Permukaan specific = = 60
1
Ini memperlihkan bahwa partikel – partikel yang besar, apakah itu kubus atau
partikel tanah, mempunyai luas permukaan persatuan volume yang lebih kecil dan
karena itu mempunyai permukaan specific yang lebih kecil jika dibandingakan
dengan butiran-butiran tanah yang kecil.
Sekarang apabila terdapat air yang cukup untuk melembabkan permukaan dalam
conto diatas, maka diperlukan air 10 kali lebih banyak untuk membasahi semua
permukaan butiran apabila kubusnya berukuran 0,1 x 0,1 x 0,1 cm jika
dibandingkan apabila volume yang sama itu menempati kubus tuggal berukuran 1
cm3.

 Hubungan Antar Fase


Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Tanah yang
benar benar kering terdiri dari dua fase, yang disebut partikel padat dan udara
mengisi pori (disebut udara pori). Tanah yang jenuh sempurna (fully saturated)
juga terdiri dari dua fase, yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah yang
jenuh sebagian terdiri dari tiga fase, yaitu partikel padat dan air pori. Komponen
komponen tanah dapat digambarkan dalam suatu diagram fase seperti berikut:

Gambar 3.1. Diagram fase pada tanah

| NATALIUS PANJAITAN III-7


15307021
 Metode pengukuran berat jenis tanah
Tentukan kadar lengas contoh tanah yang di analisa, Timbang labu ukur kosong
(x gram), Isikan tanah kering udara sekitar 50 gram ke dalam labu ukur.
Kemudian timbang beserta labunya dan koreksi dengan kadar lengas tanahnya ( Y
= bobot labu kosong + tanah kering oven). Tambahkan air kurang lebih
setengahnya sambil membilas tanah yang menempel di leher labu. Untuk
mengusir udara yang terjerat dalam tanah, labu didihkan berlahan-lahan beberapa
menit. Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan, kemudian
tambahkan air dingin yang telah didihkan sampai batas volume, lalu timbang (Z
gram). Keluarkan isi labu ukur, cuci, kemudian isi dengan air dingin yang telah
dididihkan sampai batas volume. Timbang (A gram) tidak usah dilakukan bila
labu ukurnya telah duiketahui ukuran volumenya, misalnya 100 ml, dengan
merubah rumus berat jenis.

 Faktor faktor yang mempengaruhi Berat Jenis


 Struktur Tanah adalah struktur tanah sangat mempengaruhi berat isi dan berat
jenis, apabila tanah tersebut memiliki struktur yang lempeng atau padat maka
berat isi dan berat jenisnya semakin besar. (Hardjowigeno,1989)
 Tekstur tanah adalah tekstur tanah juga dipengaruhi pada berat isi dan berat
jenis suatu tanah. Bila semakin lepas tekstur suatu tanah, maka berat isi dan
berat jenis tanah tersebut semakin rendah (Soeparmadi, 1995)
 Ruang pori adalah apabila volume yang di duduki ruangan pori lebih banyak,
maka akan mengakibatkan kecepatan bobot isinya lebih besar (Foth,1984)
 Bahan organik adalah bahan organik tanah mempengaruhi berat isi dan berat
jenis tanah. Bahan organic berperan dalam merekatkan tanah, bila semakin
banyak kandungan bahan organiknya maka berat isi dan berat jenis semakin
rendah (Hardjowigeno,1989)
 Bahan induk adalah bahan induk merupakan lapisan yang paling padat, karena
adanya pembentukan struktur selama perkembangan tanah yang menyebabkan
horizon horizon yang ada dibagian atas mempunyai kerapatan induk lebih
rendah dibanding bahan induk aslinya (Foth, 1984).

| NATALIUS PANJAITAN III-8


15307021
 Pengolahan tanah adalah apabila tanah diolah menggunakan alat alat berat
dalam jangka panjang akan dapat mengakibatkan penurunan terhadap agregasi
tanah dan tanah akan menjadi pada (Foth, 1984)

 Faktor faktor yang dipengaruhi oleh berat jenis


 Pengolahan tanah adalah berat Isi dan Berat Jenis mempengaruhi pengolahan
suatu tanah. BJ tinggi maka tanah tersebut mampat, sehingga membutuhkan
pengelolahan tanah yang lebih seperti dibajak agar tanah menjadi gembur dan
subur untuk ditanami (Hardjowigeno,1989)
 Pergerakan akar adalah tanah yang bobot isinya tinggi akan menyebabkan
pergerakan akar akan sedikit mengalami kesulitan karena ruang pori pada tanah
sudah terisi penuh dengan material tanah lainnya. Sehingga akar tanaman sulit
menembus tanah (Hardjowigeno,1989)
 Dosis pupuk yang dibutuhkan adalah pada area lahan yang berat isi tanahnya
semakin tinggi maka dosis pupuk yang dibutuhkan semakin besar sehingga
membutuhkan pupuk yang banyak (Soeparmadi, 1995)
(ilham nugrohosp.blogshop.co.id)
3.2.2. Defenisi Bulk Density Tanah
Bulk Density atau kerapatan lindak atau bobot isi atau bobot volume menunjukkan
perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah dan termasuk
volume pori-pori tanah diantaranya. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan
tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1-
1,6g atau cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc
(misalnya tanah andisol), bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cc (misalnya tanah
gambut). Bulk Density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk
tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar
(Harjdowigeno, 2003).
Bulk density sangat berhubungan erat dengan particle density jika particle density
tanah sangat besar maka bulk density juga besar pula, hal ini dikarenakan partikel
density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila sebuah tanah
memilki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan

| NATALIUS PANJAITAN III-9


15307021
rendah hal ini dikarenakan partikel density berbanding terbalik dengan kadar air,
dapat kita buktikan apabila di dalam suatu tanah memilki tingkat kadar air yang
tinggi dalam menyerap air maka kepadatan tanah juga akan rendah karena pori-
pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memilki pori yang besar akan lebih
mudah memasukkan air di dalam agregat tanah (Hanafiah, 2004).

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bulk Density


Bulk density dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan organik.
Bulk Density dapat cepat berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Bulk Density salah satunya adalah Bahan
organik tanah, dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi akan
memiliki nilai Bulk Density rendah begitupula sebaliknya, selain itu Bulk Density
juga dipengaruhi oleh tekstur tanah, kadar air tanah dan bahan mineral tanah
(Sutedjo, 2002).

 Hubungan Bulk Density dengan Kesuburan dan Pengolahan Tanah

Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah makin
tinggi bulk density nya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau di tembus
akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air
untuk tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada berat tanah per hektar. Untuk
memudahkan perhitungan berat tanah 1 hektar sering dianggap sama dengan
2.000.000 kg berat tanah (Hardjowigeno, 2003).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah
mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah
dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-
tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki
nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9
gr
/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung,
kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak
bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno,
2003).

| NATALIUS PANJAITAN III-10


15307021
(jejeak.blogspot.co.id)
3.2.3. Penetapan Berat Jenis (Particle density)
Particle density (penetapan berat jenis) adalah berat tanah kering persatuan
volume partikel-partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori-pori
tanah). Tanah mineral mempunyai particle density (penetapan berat jenis) 2,65
g/cm3 (Hardjowigeno, 2010).

Dalam menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan hanya diberikan untuk


partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel setiap tanah merupakan
suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel. Hal ini
didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan sering kali
dinyatakan dalam gram/cm3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan
partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/cm3 (Foth, 1994).
Kerapatan partikel (bobot partikel) adalah bobot massa partikel padat persatuan
volume tanah, biasanya tanah memiliki kerapatan partikel yaitu 2,6 gram/cm3.
Kerapatan partikel erat hubungannya dengan kerapatan massa. Hubungan
kerapatan partikel dan kerapatan massa dapat menentukan pori-pori pada tanah
(Hanafiah, 2005).

Partikel density dinyatakan dalam berat (gram tanah persatuan volume cm3)
tanah. Jadi bila 1 cm3 padatan tanah beratnya 2,6 gram, maka partikel density
tanah tersebut adalah 2,6 gr/cm3 (Pairunan,1985).
Pada umumnya kisaran partikel density tanah-tanah mineral kecil adalah 2,6-2,93
gr/cm3. Hal ini disebabkan mineral kwarsa, feldspart, dan silikat koloida yang
merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Jika dalam tanah terdapat
mineral-mineral berat seperti magnetik, garmet, sirkom, tourmaline, dan
hornblende, partikel density dapat melebihi 2,75 gr/cm3. Besar ukuran dan cara
teraturnya partikel tanah tidak dapat berpengaruh dengan particle density
(penetapan berat jenis). Ini salah satu penyebab tanah lapisan atas mempunyai
nilai partikel density yang lebih rendah dibandingkan dengan lapisan bawahnya
karena banyak mengandung bahan organik ( Hakim, 1986).
(cerdas-berbagi.blogspot.vo.id)

| NATALIUS PANJAITAN III-11


15307021
3.3. Alat Dan Bahan
3.3.1. Alat Dan Fungsinya
Peralatan yang digunakan selama praktikum antara lain :
1. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan
kapasitas minimum 50 ml.
2. Vacum test merupakan rangkaian alat penguji specific gravity dilengkapi
dengan pompa hampa udara.
3. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram, berfungsi sebagai penimbang berat
sampel.
4. Corong berfungsi untuk memasukkan sampel kedalam piknometer
5. Cawan berfungsi untuk tempat sampel yang dibagi dalam tiga bagian
6. Pompa hampa udara ( vacum pump ) berfungsi untuk mengalirkan udara ke
vacum test
7. Sampel yang dianalisa mesh 40

3.3.2. Bahan Dan Fungsinya


Bahan – bahan yang digunakan selama praktikum antara lain :
1. Conto tanah hasil lolos ayakan no. 40
2. Air suling ( aquades ) berfungsi untuk melarutkan tanah di dalam botol yang
akan diteliti.

| NATALIUS PANJAITAN III-12


15307021
3.4. Gambar Rangkain Peralatan Percobaan

Vacum Test Piknometer

Neraca analitk Cawan

Corong Tanah mesh 40

Vacum pump
Gambar 3.2. Alat – alat dalam percobaan spesific gravity

| NATALIUS PANJAITAN III-13


15307021
3.5. Prosedur Pengujian
Adapun proses pengujian yang dilakukan untuk menetukan nilai SG adalah :
a. Pertama praktikan membersihkan alat-alat percobaan yang akan digunakan, hal
ini bertujuan agar saat penimbangan alat-alat tidak keliru datanya.
b. Kemudian siapkan sampel tanah kering mesh 40.
c. Menulis urutan cawan dan piknometer
d. Menimbang alat-alat percobaan seperti cawan sampel dan botol piknometer
yang masih kosong, catat hasil penimbangan alat tersebut.
e. Memasukkan sampel tanah ke dalam tiga buah cawan, timbang cawan berisi
tanah tersebut lalu catat hasil timbangannya.
f. Memasukkan air kedalam tiga piknometer sesuai batas yang ditentukan,
kemudian timbang piknometer bersi air tersebut catat hasil timbangan,
bersihkan piknometer dari air.
g. Kemudian masukkan sampel tanah yang ada di cawan ke masing-masing
piknometer dan di tambah air sesuai batas.
h. Letakkan piknometer berisi tanah dan air ke vacuum test, nyalakan mesin
vacuum test selama 30 menit.
i. Setelah selesai timang piknometer berisi air dan tanah tadi kemudian catat hasil
timbangan.
j. Piknometer diisi air dan kemudian ditimbang
k. Setelah itu dilakukan pengolahan data.

| NATALIUS PANJAITAN III-14


15307021
3.6. Pembahasan
Dari hasil percobaan dengan menggunakan vacum test, maka diperoleh nilai
specific gravity of soil ( SG ) dan average ;
Tabel 3.2 Tabel Specific Gravity

Determination No 1 2 3

Bottle No 1 2 3

Weight of Bottle (w1) 195,4 gr 192,3 gr 194,0 gr

Weight of Bottle + Dry soil (W2) 278,7 gr 280,8 gr 281,9gr

Weight of Bottle + soil water (W3) 728,4 gr 727,4 gr 729,1 gr

Weight of Bottle + water (W4) 693,8 gr 688,7 gr 691,0 gr

Weight of soil (Ws) 83,3 gr 88,5 gr 87,9 gr

Temperature (T) 0C 200 200 200

Massa jenis air (𝛼) 1 1 1

Berat jenis tanah (SG) gr 17,2 17,7 17,6

Average berat jenis tanah 40,77

Weight of soil (Ws) (1) = Weight of Bottle + Dry soil (W2) –


Weight of Bottle (W1)
= 278,7 gr – 195,4 gr
= 83,3 gr
Weight of soil (Ws) (2) = Weight of Bottle + Dry soil (W2) –
Weight of Bottle (W1)
= 280,8 gr – 192,3 gr
= 88,5 gr
Weight of soil (Ws) (3) = Weight of Bottle + Dry soil (W2) –
Weight of Bottle (W1)
= 281,9 gr – 194,0 gr
= 87,9 gr

| NATALIUS PANJAITAN III-15


15307021
Rumus yang digunakan untuk menentukan GS adalah :
WS .
GS  .g
W4  WS  W3
Keterangan :
WS = Weight of soil ( berat asli tanah )
W4 = Weight of bottle + water
SG = Specific gravity
W3 = Weight of bottle + soil + water
𝛼 = Densitas air
g = gravitasi
Perhitungan mendapatkan nilai GS adalah :

Piknometer I
WS .
SG  .g
W4  WS  W3

83,3 gr x 1
 .10
693,8 gr  83,3 gr  728,4 gr

17,2

Piknometer II

WS .
SG  .g
W4  WS  W3

88,5 grx 1
 .10
688,7 gr  88,5 gr  727,4 gr

17,7 gr

| NATALIUS PANJAITAN III-16


15307021
Piknometer III
WS .
SG  .g
W4  WS  W3

87,9 grx1
 .10
691,0 gr  87,9 gr  729,1gr

 17,6 N/ml

SG I  SG II  SG III
Average 
3
17,2 gr  17,7 gr  17,6 gr

3
 17,5 N/ml

| NATALIUS PANJAITAN III-17


15307021
3.7. Kesimpulan
Berat jenis merupakan besaran yang membandingkan berat butiran tanah terhadap
volume yang ditempatinya.Nilai berat jenis atau spesific gravity dari
sampel tanah yang diuji adalah :
SG I = 17,2 N/ml
SG II = 17,7 N/ml
SG III = 17,6 N/ml
Maka Average ( rata – rata ) yang diperoleh yaitu : 17,5 N/ml
dengan kemungkinan tanah tesebut tersebut masuk golongan lanau atau lempung,
karena tanah lanau atau lempung mempunyai berat jenis berkisar antara 2,6 – 2,9.
Yang mana artinya adalah nilai spesific gravity sangat mempengaruhi keadaan
tanah dalam pembangunan jalan ataupun bangunan apabila nilai SG suatu tanah
tinggi maka kwalitas tanah untuk pembangunan akan semakin buruk.

 Berdasarkan percobaan analisa berat jenis tanah semakin kejil jumlah dari berat
tanah, maka semakin besar berat jenis tanahnya, dan sebalik nya semakin besar
jumlah berat tanah nya semakin kecil pula berat jenis tanah nya (berbanding
terbalik)

 Tanah yang terlihat kering dan padat, ternyata memiliki udara pada pori-pori
tanah, yang dapat kita ketahui dengan melakukan percobaan berat jenis, dari
hasil percobaan ini kita dapat menentukan jenis tanah yang layak untuk di
jadikan menjadi lahan pembangunan

| NATALIUS PANJAITAN III-18


15307021

Anda mungkin juga menyukai