Anda di halaman 1dari 2

5.

Karet Vulkanisir
Selama bertahun-tahun Charles Goodyear berupaya untuk dapat menemukan suatu bahan
terbuat dari karet yang tahan akan panas dan dingin. Belum pernah ada yang dapat
memuaskan keinginannya hingga suatu saat ia tanpa sengaja menumpahkan sebuah
campuran karet dan belerang (sulfur) ke atas sebuah kompor. Panas di dalam kompor
tersebut membakar hangus campuran karet dan belerangnya, membuatnya keras akan
tetapi masih cukup kenyal dan fleksibel. Bahan inilah yang kini disebut dengan
karet vulkanisir dan digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat berbagai macam
benda berguna seperti ban mobil hingga pesawat terbang dan juga sol sepatu.
6. Plastik
Pada awal abad ke-20, shellac (atau “lak”, semacam bahan seperti plastik keras dan
kaku) banyak digunakan dalam industri elektronik untuk membungkus perangkat-
perangkat elektronik. Bahan shellac ini cukup mahal karena terbuat dari semacam
serangga yang hanya hidup di Asia Tenggara sehingga harus diimport. Untuk itu
seorang ahli kimia asal Belgia bernama Leo Hendrik Baekeland (1863-1944), pada
tahun 1907 melakukan penelitian untuk menciptakan bahan alternatif shellac, karena
berpikiran ia akan menghasilkan banyak uang jika dapat menjual bahan tersebut
kepada industri elektronik. Alih-alih, penelitiannya menghasilkan sebuah bahan
lentur yang dapat dibentuk dan cukup tahan akan panas. Ia memberi nama bahan ini
“Bakelite”. Segera saja ia menyadari bahan Bakelite ini memiliki banyak sekali
kegunaan. Bahan plastik yang kita kenal sekarang dan ada di mana-mana merupakan
bahan turunan dari Bakelite ini.
7. Radioaktivitas
Pada tahun 1896 seorang ilmuwan Perancis dan seorang pemenang hadiah Nobel bernama
Henri Becquerel (1852-1908) memiliki minat sangat besar akan 2 hal yaitu zat
penerang alami (natural fluorescence) dan sebuah penemuan baru yang sangat heboh
saat itu yaitu Sinar-X atau X-ray. Ia melakukan serangkaian penelitian untuk
mengetahui apakah zat penerang alami dapat menghasilkan sinar-x setelah terjemur di
bawah sinar matahari. Satu hal yang menjadi halangan saat itu adalah sedang
berlangsung musim dingin yang artinya dia tidak memiliki sinar matahari cukup
banyak untuk melakukan penelitiannya dengan cara dijemur, padahal semua bahan
penelitian telah ia siapkan termasuk batu-batu uranium.
Dengan maksud menyimpannya untuk digunakan nanti setelah terdapat sinar matahari
cukup banyak, ia membungkus semua bahan penelitiannya tersebut dan memasukkannya ke
dalam sebuah lemari. Saat ia membukanya kembali, Becquerel menemukan batu-batu
uraniumnya telah meninggalkan jejaknya di atas sebuah piringan fotografis tanpa
harus terkena sinar matahari terlebih dahulu. Saat itu hal ini merupakan sesuatu
yang cukup luar biasa, kemudian bekerja bersama pasangan ilmuwan lainnya, Marie dan
Pierre Curie, dia menelitinya lebih lanjut dan menemukan apa yang saat ini kita
sebut dengan radioaktifitas.
8. Pewarna Kain Sintetis (Mauve)
Pada tahun 1856 seorang ahli kimia berusia 18 tahun bernama William Perkin (1838-
1907) berupaya untuk menemukan obat yang dapat menyembuhkan malaria. Serangkaian
penelitian dan percobaan ia lakukan, namun satu-satunya yang ia hasilkan hanyalah
sebuah cairan kental yang terlihat tidak mengesankan. Setelah diamati cairan ini
ternyata terlihat cukup bagus dan diketahui kemudian, bahwa ia baru saja menumukan
bahan pewarna kain sintetis yang pertama. Pewarna sintetis yang ia temukan jauh
lebih baik daripada pewarna alami yang telah dikenal sebelumnya, karena memiliki
warna yang lebih cerah dan tidak luntur saat dicuci. Selain itu bahan ini ternyata
juga memiliki kegunaan lain, seorang ahli bakteri Jerman bernama Paul Ehrlich
mengembangkan bahan ini untuk menciptakan imunologi dan kemoterapi.
9. Alat Pacu Jantung (Pacemaker)
Alat pacu jantung ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang insinyur bernama
Wilson Greatbatch. Pada awalnya ia sedang bekerja untuk membuat suatu alat pencatat
suara jantung. Namun secara tidak sengaja ia telah salah mengambil sebuah komponen
elektronik dari kotak komponennya. Saat sedang bekerja, ia membutuhkan sebuah
komponen elektronik bernama resistor yang seharusnya bernilai hambatan 10,000 ohm
(atau 10 kilo ohm). Namun ternyata ia telah salah mengambil sebuah komponan
elektronik bernama resitor tersebut dan memiliki nilai tahanan atau hambatan
sebesar 1 megaohm (1 juta ohm). Hasilnya, sirkuit elektronik yang sedang ia
kerjakan berdetak selama 1.8 milidetik, kemudian berhenti sementara selama 1 detik,
sebelum mulai berdetak kembali. Ia perhatikan, pola ini mirip dengan detak jantung
manusia, dan dari sinilah alat pacu jantung kemudian ditemukan.
10. Penisilin (Penicillin)
Penisilin adalah obat antibiotik yang paling banyak dikonsumsi manusia. Tak ada
yang mengira bahwa penisilin ditemukan saat Alexander Fleming (1881-1955), seorang
biologis dan ahli farmasi, secara tanpa sengaja. Pada suatu hari, ia meninggalkan
peralatan kerjanya yang berupa cawan-cawan kaca begitu saja untuk pergi berlibur.
Keesokan harinya saat kembali, ia menemukan sejumlah jamur (fungus) yang aneh telah
ada dan berkembang biak di dalam salah satu cawan kaca. Jamur inilah yang
dikemudian hari setelah melalui penelitian lebih lanjut disebut penisilin, suatu
obat antibiotik yang paling banyak digunakan manusia hingga saat ini.
11. Disosiasi elektrolitik
Setelah di Stockholm, pada mulanya Arrhenius membantu Edlund melakukan pengukuran
gaya elektromotif pada buangan nyala motor. Tapi, tak lama kemudian dia pun
melakukan penelitian yang lebih sesuai dengan seleranya sendiri. Secara khusus ia
meneliti konduktivitas larutan elektrolit, yakni karakteristik listrik tatkala
berada di dalam larutan. Disertasinya di tahun 1884, yang memiliki 150 halaman,
berisikan penjelasan atas hasil penelitiannya akan konduktivitas elektrolitik ini.
Arrhenius menyimpulkan bahwa elektrolit, tatkala dilarutkan di dalam air, mengalami
disosiasi menjadi ion positif dan ion negatif. Menurutnya, derajat disosiasi
sepenuhnya tergantung pada sifat dari substansi yang bersangkutan dan juga
konsentrasinya di dalam larutan. Semakin encer larutan maka derajat disosiasi yang
ada pun semakin besar. Selain diperkirakan sebagai pembawa muatan listrik, ion-ion
tersebut juga dianggap sebagai pembawa aktivitas kimia. Untuk ini, “konstanta
aktivitas” digunakan untuk menghubungkan jumlah aktual dari ion-ion tersebut dengan
jumlah ion dalam larutan encer.
Ide Arrhenius yang paling penting adalah, baik garam maupun air bukanlah konduktor:
yang menjadi konduktor adalah larutan garam. Sedikit berbeda dengan Faraday yang
menyatakan bahwa ion-ion dihasilkan dari proses elektrolisis, Arrhenius mengajukan
teori, tanpa keberadaan aliran listrik sekalipun, larutan garam tetap mengandung
ion. Hal ini mendorongnya untuk menyatakan bahwa reaksi kimia di dalam larutan
merupakan reaksi antarion. Di mata para penguji, “teori ionik” miliknya dinilai
terlampau revolusioner untuk ukuran masa itu. Karya ilmiahnya pun lolos dengan
nilai paling rendah, hampir tidak lulus. Peluang untuk meniti karier akademik pun
nyaris pudar. Tidak ada yang dapat memperkirakan bahwa justru berkat disertasinya
ini kelak Arrhenius mendapatkan penghargaan Nobel bidang kimia di tahun 1903.
12. Panspermia dan zaman es
Arrhenius tak hanya akrab dengan isu sains, terutama kimia, tapi juga cinta pada
alam, seni, dan juga sastra. Ia seorang ilmuwan yang mahir menulis, seorang
penggagas pengubahan bahasa Inggris agar dapat digunakan sebagai bahasa universal,
dan pengamat lingkungan. Arrhenius merupakan orang pertama yang mencetuskan konsep
panspermia secara rinci. Konsep ini dilontarkannya sebagai bentuk protes terhadap
kegagalan para biolog dalam menemukan asal mula kehidupan. IDi bidang lingkungan,
Arrhenius pernah mengembangkan sebuah teori guna menjelaskan zaman es. Ia
menyatakan bahwa perubahan kadar karbon dioksida di atmosfer dapat mengubah
temperatur bumi melalui fenomena greenhouse effect. Berdasarkan hasil
perhitungannya, peningkatan kadar CO2 sebanyak dua kali dari sebelumnya akan
meningkatkan temperatur bumi sebesar 5oC. Arrhenius berharap peningkatan tersebut
berlangsung selama 3.000 tahun, aktivitas industri justru menjadikannya hanya
berlangsung 1 abad. Sebagaimana yang kita ketahui kini, kita memang terhindar dari
zaman es. Akan tetapi terbukti bahwa pemanasan global merupakan ancaman yang perlu
disikapi sama seriusnya dengan zaman es.

Anda mungkin juga menyukai