Anda di halaman 1dari 5

PENATALAKSANAAN

HIPERTENSI ESENSIAL
No. :
Dokumen
No. Revisi :0
Tanggal :
SOP Terbit
Halaman :

UPT PUSKESMAS
BLOOTO
Ttd Ka Puskesmas
PEMERINTAH Farida Mariana
KOTA NIP. 19781104 200501 2 014
MOJOKERTO

1.Pengertian Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui


penyababnya. Hipertensi menjadi masalah karena
meningkatnya prevalensi, masih banyak pasien yang belum
mendapat pengobatan, maupun yang telah mendapat terapi
tetapi target tekanan darah belum tercapai serta adanya
penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.
2.Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan hipertensi esensial di
Puskesmas Blooto.
3.Kebijakan
4.Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
5.Prosedur 1. Hasil Anamnesis
Keluhan
Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan
hipertensi antara lain:
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada
Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah
lelah dan impotensi.
Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam
keluarga.
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)
2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
6. Dislipidemia
7. Diabetus Melitus
8. Psikososial dan stres

3. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana


Pemeriksaan Fisik
1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat
bila terjadi komplikasi
2. hipertensi ke organ lain.
3. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
4. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status
neurologis dan pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena
jugular, batas jantung, dan ronki).

4. Penegakan Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.

Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National


Committee VII (JNC VII):

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik


Normal < 120 mmHg < 80
mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89
mmHg
Hipertensi stage -1 140-159 mmHg 80-99
mmHg
Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100
mmHg

Diagnosis Banding
White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan intraserebral,
Ensefalitis

4. Penatalaksanaan Komprehensif
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan
perubahan gaya hidup dan terapi farmakologis.
1. Hipertensi tanpa compelling indication
a. Hipertensi stage1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50
mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril
3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari)
atau kombinasi.
b. Hipertensi stage2
Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2
minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan
diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau penyekat reseptor
beta atau penghambat kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi diatas.
Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari
atau maksimum 2 kali sehari. Bila target tidak tercapai maka
dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain
sampai target tekanan darah tercapai
2. Kondisi khusus lain
a. Lanjut Usia
i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
ii. Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
b. Kehamilan
i. Golongan metildopa, penyekat reseptor β, antagonis
kalsium, vasodilator.
ii. Penghambat ACE dan antagonis reseptor AII tidak boleh
digunakan selama kehamilan.

Komplikasi
1. Hipertrofi ventrikel kiri
2. Proteinurea dan gangguan fungsi ginjal
3. Aterosklerosis pembuluh darah
4. Retinopati
5. Stroke atau TIA
6. Gangguan jantung, misalnya infark miokard, angina
pektoris, serta gagal jantung

Konseling dan Edukasi


1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan
antara obat-obatan yang harus diminum untuk jangka panjang
(misalnya untuk mengontrol tekanan darah) dan pemakaian
jangka pendek untuk menghilangkan gejala (misalnya untuk
mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan
jangka panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2
minggu atau 1 bulan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya
menjaga kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat
teratur seperti yang disarankan meskipun tak ada gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar
melakukan pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan
periksa urin secara teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi
dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.

Kriteria Rujukan
1. Hipertensi dengan komplikasi
2. Resistensi hipertensi
3. Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah
sistole >180)

Petugas
Petugas melakukan
anamnesa memberikan
(dokter/pera
6. Diagram alir
dan Penatalaksana
wat) pemeriksaan
an/terapi
memberi Fisik
sesuai klinis
salam

Untuk kasus yang Petugas


ringan setelah memberikan
diresepi bilang rujukan bila
semoga cepat terdapat
sembuh indikasi
7.Dokumen 1. Rekam Medis
Terkait

Rekaman Historis

No Halaman Yang Diubah Perubahan Diberlakukan


Tanggal

Anda mungkin juga menyukai