Sejak ditandatangani Deklarasi Millenium oleh para pemimpin dunia di New York pada tahun 2000, sudah berlalu 18 tahun sampai saat ini. Setiap negara yang berkomitmen mencapai tujuan dan target yang dituangkan di dalam Millenium Development Goals (MDGs), akan memperhatikan kemajuan program yang telah dilaksanakan. Target ke empat MDGs untuk Indonesia pada tahun 2015 adalah menurunkan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita dari 34 per 1000 KH dan 44 per 1000 KH menjadi 23 per 1000 KH dan 32 per 1000 KH (Bappenas, 2012). Dalam implementasinya, Indonesia menemukan kendala-kendala dalam mencapai tujuan tersebut. Kendala Indonesia dalam mencapai tujuan-tujuan MDG lebih banyak dikarenakan kurangnya kerjasama dengan pemerintah daerah serta kurangnya keterlibatan pihak swasta maupun masyarakat di dalam negeri (Lisbet, 2013) Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2016, jumlah kematian balita tahun 2016 sebanyak 211 anak, dengan jumlah laki-laki 125 anak dan perempuan 86 anak. Jumlah kematian anak balita tahun 2016 sebanyak 21 anak, dimana jumlah laki-laki 12 anak dan perempuan 9 anak. Kematian balita yang dimaksud adalah Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia 5 (lima) tahun (bayi + anak balita). Angka kematian balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Blooto, tidak didaptkan kematian balita selama dua tahun terakhir yakni tahun 2016-2017, namun pada tahun 2018 ini didapatkan tiga kematian balita di wilayah kerja Puskesmas Blooto karena penyakit pneumonia, diare, dan DBD. Untuk mencapai target Nasional, dukungan lintas program dan lintas sektor serta organisasi profesi yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sangat diharapkan (KEMENKES RI, 2016) Menurut penelitian dengan mengambil sampel di 12 kabupaten/kota terpilih di Indonesia, dalam periode Januari-Desember 2012, penyebab kematian balita didominasi oleh pneumonia (12,3%), penyakit system saraf (9,8%), diare (8,7%) serta virus dengue dengan perdarahan (3,6%) (Djaja.S, 2014). Berdasarkan data yag didapat dari Puskesmas Blooto, penyebab kematian balita akibat penyakit pneumonia, diare dengan dehidrasi, kejang demam, dan DBD. Banyak faktor yang menyebabkan kematian anak, namun beberapa penyebab utama adalah keterlambatan mengakses pelayanan kesehatan. Keterlambatan ini dapat disebabkan karena kurang ‘aware’-nya orang tua, jarak rumah ke fasilitas yang jauh, atau kurangnya sarana dan sumber daya manusia (SDM), termasuk kurangnya tenaga bidan di fasilitas kesehatan yang dekat dengan masyarakat untuk menurunkan angka kesehatan dan kematian bayi dan balta di indonesia maka perlu ditingkatkan peran post pelayanan terpadu (posyandu) mengingat beban wilayah indonesia yang sangat luas. Peran bidan desa untuk memantau dan membantu kesehatan balita yang jauh dari fasilitas kesehatan juga sangat besar. Hal ini karena membawa bayi/balita yang sakit ke rumah sakit bukanlah pemecah yang baik, tetapi juga harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan, termasuk bidan di tingkat desa dan kader posyandu yang dapat menjangkau masyarakat luas. (Suharmiati dkk,2012) Di Indonesia, satu dari tiga anak balita menderita demam (yang mungkin disebabkan oleh malaria, infeksi saluran pernapasan akut dan lainnya), dan satu dari tujuh anak balita menderita diare. Sebagian besar kematian akibat penyakit-penyakit ini dapat dicegah. Akan tetapi, untuk mencegah penyakitpenyakit ini, diperlukan pengetahuan, pengenalan tepat waktu, penanganan dan perubahan perilaku para ibu dan petugas kesehatan. Misalnya, SDKI 2007 menunjukkan bahwa hanya 61 persen anak balita yang menderita diare diobati dengan terapi rehidrasi oral. (UNICEF,2012) Pengetahuan tentang tanda bahaya pada penyakit diare, kejang demam, pneumonia, dan DBD sangat membantu menurunkan angka kematian balita, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada penyakit tersebut, ibu yang memiliki anak balita akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan sehingga tertangani lebih dini dan tidak sampai terjadi kematian. Di Puskesmas Blooto sendiri pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang penyakit dan tanda bahaya pada penyakit pneumonia, diare, kejang demam, dan DBD masih kurang, sehingga risiko terjadi kematian sangat besar karena tidak terdeteksi dan tertangani lebih dini. Berdasarkan studi pendahuluan, walaupun letak Puskesmas Blooto sudah cukup strategis dan sudah terdapat bidan desa dan kader posyandu yang dapat dengan mudah menjangkau masyarakat luas, pengetahuan dari ibu yang memiliki balita masih kurang sehingga sikap yang diambil kurang tepat terhadap penyakit anaknya. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang penyakit pneumonia, diare, kejang demam, dan DBD di Puskesmas Blooto.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pneumonia? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang kejang demam? 3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang diare? 4. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang DBD? 5. Bagaimana gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang pneumonia? 6. Bagaimana gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang kejang demam? 7. Bagaimana gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang diare? 8. Bagaimana gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang DBD?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita tentang penyakit pneumonia, kejang demam, diare, dan DBD. 1.3.2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang pneumonia? 2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang kejang demam? 3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang diare? 4. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang DBD? 5. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang pneumonia? 6. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang kejang demam? 7. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang diare? 8. Untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang memiliki balita tentang DBD?
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi tempat meneliti Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas Blooto untuk membantu program KIA dalam menurunkan angka kematian balita dengan mengenalkan penyakit-penyakit yang berbahaya bagi anak sehingga penyakit tersebut dapat terdeteksi dan tertangani sedini mungkin. 2. Bagi peneliti Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam perluasan wawasan pengetahuan serta pengembangan diri melalui penelitian pemula.