Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Geologi, Agustus 2016

ANALISIS MINERAL PADA SEDIMEN BERDASARKAN “UJI CBR”


PADA DAERAH TANJUNG BAYANG KOTA MAKASSAR
PROVINSI SULAWESI SELATAN

ADNAN ISWANDI
D611 11 263

1Jurusan Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia


2Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

E-mail :adnan_iswandi@ymail.com

SARI

Lokasi penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan


Tamalate Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah
penelitian ini terletak pada koordinat 119°22'16''-119°24'16'' Bujur Timur (BT)
dan 05°10'00''– 05°12'00'' Lintang Selatan (LS). Maksud dari penelitian ini yaitu
melakukan studi mengenai karakteristik serta pengaruh tekstur mineral yang
terdapat pada Delta Sungai Jeneberang berdasarkan pembebanan mekanis dengan
tujuan untuk mengetahui jenis dan karakteristik mineral yang terkandung dalam
material sedimen Delta Sungai Jeneberang serta untuk mengetahui pengaruh
pembebanan CBR (California Bearing Ratio) terhadap mineral sedimen. Hasil
pengamatan terhadap endapan sedimen Delta Sungai Jeneberang memperlihatkan
komposisi mineral antara lain berupa mineral kuarsa, biotit, ortoklas, piroksin,
plagioklas, hornblende dan mineral opak. Berdasarkan hasil pengamatan smear
slide dan sayatan tipis , masing – masing mineral memiliki ukuran butir fine sand
– coarse sand, dengan tingkat kebundaran rounded –subrounded , serta kondisi
mineral setelah pembebanan CBR yang mengalami pecah, terbelah hingga hancur.
Dapat diasumsikan bahwa proses pembebanan CBR yang diberikan terhadap
masing-masing conto sedimen memberikan pengaruh terhadap ukuran butir,
derajat kebundaraan, komposisi mineral, serta kondisi fisik mineral sedimen pada
Delta sungai Jeneberang.

Kata kunci : Mineral sedimen, Delta dan CBR


ABSTRACT
Research location is administratively included into the District of Tamalate of
Makassar, South Sulawesi Province. Geographically study area is located at
coordinates 119 ° 22'16 '' - 119 ° 24'16 '' East Longitude (BT) and 05 ° 10'00 '' -
05 ° 12'00 '' South Latitude (LS). The purpose of this research is to study the
characteristics and effects of texture mineral found in river Deltas Jeneberang by
loading mechanical in order to determine the type and characteristics of the
minerals contained in the sediment material river Delta Jeneberang as well as to
determine the effect of loading CBR (California Bearing Ratio) of the mineral
sediments. The observation of the river delta sediments Jeneberang shows the
composition of minerals include minerals such as quartz, biotite, orthoclase,
piroksin, plagioclase, hornblende and opaque minerals . Based on observations
smear slides and thin section, each mineral has a grain size of fine sand - coarse
sand, with a degree of roundness is subrounded - rounded and conditions of
mineral is broken, split and shattered. It can be interpreted that the imposition of
CBR given to each of the samples of sediment influence on the grain size,
roundness, mineral composition an phisically condition of sediments in the river
delta Jeneberang.

Keywords : Sediment minerals, Delta and CBR


PENDAHULUAN dengan kata lain terikat secara kimia

Delta adalah dataran hasil satu sama lain dan dari bahan-bahan

pengendapan yang terbentuk oleh organik yang telah melapuk yang

aktivitas sungai dan muara sungai, berpartikel padat disertai dengan zat

dimana terjadi pengendapan sedimen cair dan gas yang mengisi ruang-

yang menghasilkan progradasi tidak ruang kosong diantara pertikel-

teratur pada garis pantai. Perubahan partikel padat tersebut. (Azwar, dkk ,

arah arus yang mengakumulasi 2012)

pengendapan yang cepat terhadap Kondisi tanah yang ada di


material sedimen dari sungai Indonesia sangat bervariasi dari segi
mengakibatkan terbentuknya delta nilai CBR (California Bearing Ratio )
(Boggs, 1987). masing-masing. Dalam penelitian ini

Delta Sungai Jeneberang digunakan material sub base dari

merupakan daerah pengembangan Delta Sungai Jeneberang dalam kajian

pusat kota yang dewasa ini telah mineral untuk perencanaan kota.

dimanfaatkan sebagai area Aspek-aspek pengontrol dari


komersilisasi seperti industri, suatu wilayah yaitu material yang
perhotelan, pariwisata, pemukiman, terkandung pada wilayah tersebut.
dan sebagainya. Dengan semakin Delta Sungai Jeneberang merupakan
meningkat dan kompleksitas kegiatan daerah berpasir dengan kandungan
didalamnya maka perlu dilakukan mineral sedimen yang bervariasi yang
perencanaan pengembangan kawasan tentunya memiliki sifat dan
pantai atau pesisir terhadap kekuatan karakteristik yang berbeda-beda,
material dalam menopang kuatnya
pembebanan pada suatu wilayah. Maksud dari penelitian ini yaitu
melakukan studi mengenai
Tanah dalam pengertian teknik
karakteristik serta pengaruh tekstur
secara umum, dapat didefinisikan
mineral yang terdapat pada Delta
sebagai material yang terdiri dari
Sungai Jeneberang berdasarkan
agregat atau butiran mineral-mineral
pembebanan mekanis.
padat yang tidak tersementasi atau
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah Mengetahui jenis dan
karakteristik mineral yang terkandung
dalam material sedimen Delta Sungai
Jeneberang dan Mengetahui pengaruh
pembebanan CBR (California
Bearing Ratio) terhadap mineral
Delta Sungai Jeneberang.

Sedangkan batasan masalah dari


penelitian ini yaitu Penentuan
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
kandungan mineral berdasarkan
analisis petrografi dengan Adapun metode penelitian yang
menggunakan sayatan tipis (thin dilakukan dengan dua tahap yaitu :
section) dan tekstur mineral
1. Penelitian Lapangan
berdasarkan Smear slide dengan
hanya menggunakan variabel Pengambilan data dengan

pembebanan CBR. menggunakan hand bor yaitu

Secara administratif, daerah dilakukan dengan cara membuat

penelitian termasuk dalam Daerah lubang pada titik bor yang telah

Tanjung Bayang Kecamatan Tamalate ditentukan dengan alat bor tangan

Kota Makassar Provinsi Sulawesi dengan kedalaman tertentu, dan

Selatan dan secara geografis terletak dengan tenaga manusia.

pada koordinat 119°22'16''-


119°24'16'' Bujur Timur (BT) dan
05°10'00''– 05°12'00'' Lintang Selatan
(LS) yang terdapat pada peta Rupa
Bumi Indonesia lembar Lembar
Ujung Pandang edisi I tahun 1991
(Cibinong, Bogor). Foto 1. Pengambilan sampel sedimen
dengan Handbor
2. Analisis Laboratorium PEMBAHASAN

Data primer diolah dan dianalisis


1. Analisis Komposisi Mineral
pada Laboratorium Jurusan Teknik
Geologi dan Teknik Sipil Fakultas Analisis komposisi mineral
Teknik Universitas Hasanuddin , merupakan analisis yang berisikan
meliputi analisis mineralogi dan data-data komposisi dan persentase
tekstur sedimen serta pengujian mineral penyusun serta gambaran
pembebanan. Analisis mineralogi grafik penyebaran mineral pada setiap
dengan menggunakan metode conto sedimen yang diamati dalam
mikroskopik berupa mikroskop pengamatan mikroskopis.
binokuler dan mikroskop polarisasi.

Gambar 2. Grafik Komposisi Mineral

Berdasarkan dari data hasil


analisis mineral pada endapan
sedimen daerah penelitian, maka
Foto 2. Pengambilan data mikroskopis didapatkan komposisi mineral
penyusunnya antara lain, Kuarsa,
Biotit, Ortoklas, Piroksin, Plagioklas,
Hornblende dan Mineral Opak.

Dari grafik komposisi dan


persentase mineral, terlihat jelas
bahwa mineral kuarsa begitu
mendominasi di setiap conto sedimen
yang diamati. Sebaliknya untuk
Foto 3. Pengambilan data CBR
mineral Plagioklas, mineral ini
memiliki kuantitas paling sedikit gradasi atau perubahan ukuran butir
hampir di setiap conto sedimen yang sedimen dari halus mengkasar relatif
diamati, dibandingkan dari mineral kearah conto sedimen yang semakin
lain yang dijumpai. dalam.

3. Analisis Derajat Kebundaran


2. Analisis Ukuran Butir Mineral Mineral

Analisis ukuran butir merupakan Analisis derajat kebundaran


analisis yang berisikan data-data (Roundness) merupakan analisis yang
ukuran butir mineral penyusun serta berisikan data-data derajat
gambaran grafik penyebaran ukuran kebundaran mineral penyusun pada
butir mineral pada setiap conto setiap conto sedimen yang diamati
sedimen yang diamati dalam dalam pengamatan mikroskopis.
pengamatan mikroskopis.
4. Analisis CBR Laboratorium

Analisis ini didasarkan atas nilai


pembebanan maksimum yang
diberlakukan terhadap tiap conto
sedimen dengan volume yang
seragam, kemudian data yang
Gambar 3. Grafik Ukuran Butir
didapatkan dari pembacaan dial
Berdasarkan dari data hasil selanjutnya diolah dengan
analisis ukuran butir pada daerah mengkonversikan nilainya ke satuan
penelitian, maka didapatkan ukuran kg/cm3 . Nilai pembebanan
butirnya yaitu 0,125-0,250 (Fine maksimum CBR dalam satuan kg/cm3
sand) hingga 0,50 – 1 mm (Coarse didapatkan dari hasil konversi
Sand) menurut klasifikasi Wentworth, pembacaan dial analog dalam satuan
1922. waktu (Div) yang kemudian
dikonversi ke dalam satuan pond (lbs)
Dari grafik ukuran butir mineral
lalu dikonversi kembali ke dalam
di atas terlihat jelas bahwa terjadi
satuan beban (kg) berdasarkan pembebanan berdasarkan foto
Konversi Satuan Internasional. mikroskopis.

1) Kelompok Fine Sand


Berdasarkan analisis ukuran
butir, maka conto sedimen yang
mewakili pada kelompok ini yakni

Gambar 4. Grafik Pembebanan CBR TB1.2, TB1.4, TB2.1, TB2.3, TB2.5


dan TB3.6 dimana ukuran butirnya
Berdasarkan data dan grafik dari
yaitu berukuran 0,02-0,25 mm (Fine
nilai pembebanan CBR laboratorium
Sand) dengan nilai pembebanan
umumnya menunjukkan material
maksimum rata-rata sebesar 2.139,64
sedimen yang berukuran kasar
kg/cm3.
memberikan reaksi yang lebih besar
dibanding material yang berukuran a. Kuarsa
halus. Hal ini dapat diasumsikan Mineral Kuarsa dengan sifat
bahwa kerapatan antar butir dan optik warna absorbsi transparan
ukuran butir berpengaruh terhadap dengan warna interferensi putih,
pembebanan yang diberikan. pleokreisme tidak ada (-), intensitas
rendah, bentuk subhedral-anhedral,
5. Analisis Pengaruh Tekstur
relief rendah, tidak memiliki belahan,
Mineral Sedimen
pecahan concoidal, ukuran mineral
0,03-0.2 mm, tidak memiliki
Uraian mengenai pengaruh
kembaran, sudut gelapan 3o, dengan
tekstur mineral sedimen diuraikan
persentase rata –rata mineral sebesar
berdasarkan ukuran butir dan
22,66 %.
besarnya nilai pembebanan
maksimum yang diberikan ke tiap
conto sedimen. Pada analisis ini,
yaitu membandingkan mineral
sebelum pembebanan dan setelah Foto 4. Mikrograf mineral kuarsa
Berdasarkan foto mikroskopis umumnya mengalami perubahan
monomineral untuk mineral Kuarsa tekstur berupa ukuran butir yang
menunjukkan mineral tersebut relatif mengecil dan juga terdapat
umumnya mengalami perubahan bagian mineral yang pecah dengan
tekstur berupa ukuran butir yang persentase perubahan ukuran mineral
relatif mengecil dan juga terdapat sebesar 12,33 – 15,06 %.
bagian mineral yang pecah dengan
c. Ortoklas
persentase perubahan ukuran mineral
Mineral Ortoklas dengan sifat
sebesar 6,44 - 8,27 %.
optik Warna absorbsi abu-abu dengan
b. Biotit warna interferensi abu-abu
Mineral Biotit dengan sifat optik transparan, pleokreisme tidak ada (-),
warna absorbsi coklat kehitaman intensitas rendah, bentuk subhedral-
dengan warna interferensi coklat, anhedral, relief rendah, belahan
pleokreisme dwikroik, intensitas sempurna satu arah, pecahan rata,
sedang, bentuk subhedral-anhedral, ukuran mineral 0,02-0.2 mm, tidak
relief sedang, belahan sempurna satu memiliki kembaran, sudut gelapan
arah, pecahan rata, ukuran mineral 44o, jenis gelapan miring, dengan
0,05-0.25 mm, mineral ini memiliki persentase rata-rata mineral sebesar
kembaran namun jarang terlihat, 18,33 %.
sudut gelapan 90o, jenis gelapan
sejajar (paralel), dengan persentase
rata-rata mineral sebesar 15,66 % .

Foto 6. Mikrograf mineral ortoklas

Berdasarkan foto mikroskopis


monomineral untuk mineral Ortoklas
Foto 5. Mikrograf mineral biotit
menunjukkan mineral tersebut
Berdasarkan foto mikroskopis umumnya mengalami perubahan
monomineral untuk mineral Biotit tekstur berupa ukuran butir yang
menunjukkan mineral tersebut relatif mengecil juga terdapat bagian
mineral yang pecah, terbelah hingga e. Plagioklas
hancur dengan persentase perubahan Mineral Plagioklas dengan sifat
ukuran mineral 16,80 – 19,21 %. optik warna abrorbsi putih keabu-
abuan dengan warna interferensi abu-
d. Piroksin
abu kehitaman, pleokreisme tidak ada
Mineral Piroksin dengan sifat
(-), intensitas sedang, bentuk mineral
optik Warna absorbsi abu-abu dengan
subhedral-anhedral, relief sedang,
warna interferensi biru keunguan,
belahan mineral sempurna satu arah,
pleokreisme dwikroik, intensitas
pecahan rata, ukuran mineral 0,15
tinggi, bentuk subhedral-anhedral,
mm, mineral ini memiliki kembaran
relief tinggi, belahan sempurna satu
Kalsbad Albit, sudut gelapan 34o,
arah, pecahan rata, ukuran mineral
jenis gelapan miring, dengan
0,05-0.1 mm, tidak memiliki
persentase rata-rata mineral sebesar
kembaran, sudut gelapan 38o, jenis
5,33 %.
gelapan miring, dengan persentase
rata-rata mineral sebesar 12 %.

Foto 8. Mikrograf mineral Plagioklas

Foto 7. Mikrograf mineral piroksin Berdasarkan foto mikroskopis


monomineral untuk mineral
Berdasarkan foto mikroskopis
Plagioklas menunjukkan mineral
monomineral untuk mineral Piroksin
tersebut umumnya mengalami
menunjukkan mineral tersebut
perubahan tekstur berupa ukuran butir
umumnya mengalami perubahan
yang relatif mengecil dan juga
tekstur berupa ukuran butir yang
dijumpai bagian mineral yang pecah
relatif mengecil juga terdapat bagian
dan terbelah dengan persentase
mineral yang pecah dengan
perubahan ukuran mineral sebesar
persentase perubahan ukuran mineral
14,08 – 16,59%.
sebesar 9,71 – 11,25 %
f. Hornblende tidak tembus cahaya dengan
Mineral Hornblende dengan sifat persentase rata-rata mineral sebesar
optik warna absorbsi interferensi 14 %.
orange kecoklatan, pleokreisme
dwikroik, intensitas tinggi, bentuk
subhedral-anhedral, relief tinggi,
belahan sempurna satu arah, pecahan
Foto 10. Mikrograf mineral opak
rata, ukuran mineral 0,03-0,25 mm,
tidak memiliki kembaran, sudut Berdasarkan foto mikroskopis
gelapan 38o. Jenis gelapan miring monomineral untuk mineral Opak
dengan persentase rata-rata mineral menunjukkan mineral tersebut
sebesar 12,66 %. umumnya mengalami perubahan
tekstur berupa ukuran butir yang
relatif mengecil dan juga dijumpai
bagian mineral yang pecah dengan
persentase perubahan ukuran mineral
Foto 9. Mikrograf mineral hornblende
sebesar 10,21 – 12,44 %.
Berdasarkan foto mikroskopis
2) Kelompok Medium Sand
monomineral untuk mineral
Berdasarkan analisis ukuran
Hornblende menunjukkan mineral
butir, maka conto sedimen yang
tersebut umumnya mengalami
mewakili pada
perubahan tekstur berupa ukuran butir
kelompok ini yakni TB1.7, TB2.6,
yang relatif mengecil dan juga
TB3.2 dan TB3.9 dimana ukuran
dijumpai bagian mineral yang pecah
butirnya yaitu berukuran 0,25-0,5 mm
dengan persentase perubahan ukuran
(Medium Sand) dengan nilai
mineral sebesar 10,63 – 12,17 %.
pembebanan maksimum rata-rata
g. Mineral Opak sebesar 2.338,63 kg/cm3.
Mineral Opak dengan sifat optik
a. Kuarsa
warna hitam ukuran mineral 0,03-
Mineral Kuarsa dengan sifat
0.18 mm, hadir tersebar tidak merata,
optik warna absorbsi transparan
dengan warna interferensi putih, sempurna satu arah, pecahan rata,
pleokreisme tidak ada (-), intensitas ukuran mineral 0,05-0.25 mm,
rendah, bentuk subhedral-anhedral, mineral ini memiliki kembaran
relief rendah, tidak memiliki belahan, namun jarang terlihat, sudut gelapan
pecahan concoidal, ukuran mineral 90o, jenis gelapan sejajar (paralel),
0,03-0.2 mm, tidak memiliki dengan persentase rata-rata mineral
kembaran, sudut gelapan 3o, dengan sebesar 15,66 %.
persentase rata –rata mineral sebesar
22,66 %.

Foto 12. Mikrograf mineral biotit

Berdasarkan foto mikroskopis


Foto 11. Mikrograf mineral kuarsa
monomineral untuk mineral Biotit
Berdasarkan foto mikroskopis menunjukkan mineral tersebut
monomineral untuk mineral Kuarsa umumnya mengalami perubahan
menunjukkan mineral tersebut tekstur berupa ukuran butir yang
umumnya mengalami perubahan relatif mengecil dan juga dijumpai
tekstur berupa ukuran butir yang bagian mineral yang pecah dan
relatif mengecil dan juga dijumpai terbelah dengan persentase perubahan
bagian mineral yang pecah dengan ukuran mineral sebesar 12,70 –
persentase perubahan ukuran mineral 15,26%.
sebesar 9,52 – 10,87 %.
c. Ortoklas
b. Biotit
Mineral Ortoklas dengan sifat
Mineral Biotit dengan sifat
optik warna absorbsi abu-abu dengan
optik warna absorbsi coklat
warna interferensi abu-abu
kehitaman dengan warna interferensi
transparan, pleokreisme tidak ada (-),
coklat, pleokreisme dwikroik,
intensitas rendah, bentuk subhedral-
intensitas sedang, bentuk subhedral-
anhedral, relief rendah, belahan
anhedral, relief sedang, belahan
sempurna satu arah, pecahan rata,
ukuran mineral 0,02-0.2 mm, tidak gelapan miring, dengan persentase
memiliki kembaran, sudut gelapan rata-rata mineral sebesar 12 %.
44o, jenis gelapan miring, dengan
persentase rata-rata mineral sebesar
18,33 %.

Foto 14. Mikrograf mineral piroksin

Berdasarkan foto mikroskopis


monomineral untuk mineral Piroksin
Foto 13. Mikrograf mineral ortoklas
menunjukkan mineral tersebut
Berdasarkan foto mikroskopis umumnya mengalami perubahan
monomineral untuk mineral Ortoklas tekstur berupa ukuran butir yang
menunjukkan mineral tersebut relatif mengecil dan juga dijumpai
umumnya mengalami perubahan bagian mineral yang pecah dengan
tekstur berupa ukuran butir yang persentase perubahan ukuran mineral
relatif mengecil dan juga dijumpai sebesar 9,66 – 12,03 %.
bagian mineral yang pecah dan
e. Plagioklas
terbelah dengan persentase perubahan
Mineral Plagioklas dengan sifat
ukuran mineral 12,51 – 16,27 %.
optik warna abrorbsi putih keabu-
d. Piroksin abuan dengan warna interferensi abu-
Mineral Piroksin dengan sifat abu kehitaman, pleokreisme tidak ada
optik Warna absorbsi abu-abu dengan (-), intensitas sedang, bentuk mineral
warna interferensi biru keunguan, subhedral-anhedral, relief sedang,
pleokreisme dwikroik, intensitas belahan mineral sempurna satu arah,
tinggi, bentuk subhedral-anhedral, pecahan rata, ukuran mineral 0,15
relief tinggi, belahan sempurna satu mm, mineral ini memiliki kembaran
arah, pecahan rata, ukuran mineral Kalsbad Albit, sudut gelapan 34o,
0,05-0.1 mm, tidak memiliki jenis gelapan miring, dengan
kembaran, sudut gelapan 38o, jenis persentase rata-rata mineral sebesar
5,33 %.
Berdasarkan foto mikroskopis
monomineral untuk mineral
Hornblende menunjukkan mineral
tersebut umumnya mengalami
Foto 15. Mikrograf mineral plagioklas
perubahan tekstur berupa ukuran butir
Berdasarkan foto mikroskopis yang relatif mengecil dan juga
monomineral untuk mineral dijumpai bagian mineral yang pecah
Plagioklas menunjukkan mineral terbelah, hingga hancur dengan
tersebut umumnya mengalami persentase perubahan ukuran mineral
perubahan tekstur berupa ukuran butir 9,11 – 12,84 %.
yang relatif mengecil dan juga
g. Mineral Opak
dijumpai bagian mineral yang pecah
dan hancur dengan persentase Mineral Opak dengan sifat optik
perubahan ukuran mineral sebesar warna hitam ukuran mineral 0,03-
13,16 – 18,77 %. 0.18 mm, hadir tersebar tidak merata,
tidak tembus cahaya dengan
f. Hornblende
persentase rata-rata mineral sebesar
Mineral Hornblende dengan
14 %.
sifat optik warna interferensi orange
kecoklatan, pleokreisme dwikroik,
intensitas tinggi, bentuk subhedral-
anhedral, relief tinggi, belahan
sempurna satu arah, pecahan rata, Foto 17. Mikrograf mineral opak
ukuran mineral 0,03-0,25 mm, tidak
Berdasarkan foto mikroskopis
memiliki kembaran, sudut gelapan
monomineral untuk mineral Opak
38o. Jenis gelapan miring dengan
menunjukkan mineral tersebut
persentase rata-rata mineral sebesar
umumnya mengalami perubahan
12,66 %.
tekstur berupa ukuran butir yang
relatif mengecil dan juga dijumpai
bagian mineral yang pecah dengan
Foto 16. Mikrograf mineral hornblende
persentase perubahan ukuran mineral Berdasarkan foto mikroskopis
sebesar 12,27 – 13,41 %. monomineral untuk mineral Kuarsa
menunjukkan mineral tersebut
3) Kelompok Coarse Sand
umumnya mengalami perubahan
Berdasarkan analisis ukuran
tekstur berupa ukuran butir yang
butir, maka conto sedimen yang
relatif mengecil dan juga dijumpai
mewakili pada kelompok ini yakni
bagian mineral yang pecah dengan
TB1.9, TB3.4, TB3.7, TB3.8 dan
persentase perubahan ukuran mineral
TB3.10 dimana ukuran butirnya yaitu
sebesar 7,02 – 9,85 %.
berukuran 0,5-1 mm (Coarse Sand)
dengan nilai pembebanan maksimum b. Biotit
rata-rata sebesar 2.499,35 kg/cm3. Mineral Biotit dengan sifat
optik warna absorbsi coklat
a. Kuarsa
kehitaman dengan warna interferensi
Mineral Kuarsa dengan sifat
coklat, pleokreisme dwikroik,
optik warna absorbsi transparan
intensitas sedang, bentuk subhedral-
dengan warna interferensi putih,
anhedral, relief sedang, belahan
pleokreisme tidak ada (-), intensitas
sempurna satu arah, pecahan rata,
rendah, bentuk subhedral-anhedral,
ukuran mineral 0,05-0.25 mm,
relief rendah, tidak memiliki belahan,
mineral ini memiliki kembaran
pecahan concoidal, ukuran mineral
namun jarang terlihat, sudut gelapan
0,03-0.2 mm, tidak memiliki
o
90o, jenis gelapan sejajar (paralel),
kembaran, sudut gelapan 3 , dengan
dengan persentase rata-rata mineral
persentase rata –rata mineral sebesar
sebesar 15,66 %.
22,66 %.

Foto 18. Mikrograf mineral kuarsa Foto 19. Mikrograf mineral biotit

Berdasarkan foto mikroskopis


monomineral untuk mineral Biotit
menunjukkan mineral tersebut relatif mengecil dan juga dijumpai
umumnya mengalami perubahan bagian mineral yang pecah dan
tekstur berupa ukuran butir yang terbelah dengan persentase perubahan
relatif mengecil dan juga dijumpai ukuran mineral sebesar 15,64 –
bagian mineral yang pecah dan 18,01%.
terbelah dengan persentase perubahan
d. Piroksin
ukuran mineral 14,30 – 15,89 %.
Mineral Piroksin dengan sifat
c. Ortoklas optik Warna absorbsi abu-abu dengan
Mineral Ortoklas dengan sifat warna interferensi biru keunguan,
optik Warna absorbsi abu-abu dengan pleokreisme dwikroik, intensitas
warna interferensi abu-abu tinggi, bentuk subhedral-anhedral,
transparan, pleokreisme tidak ada (-), relief tinggi, belahan sempurna satu
intensitas rendah, bentuk subhedral- arah, pecahan rata, ukuran mineral
anhedral, relief rendah, belahan 0,05-0.1 mm, tidak memiliki
sempurna satu arah, pecahan rata, kembaran, sudut gelapan 38o, jenis
ukuran mineral 0,02-0.2 mm, tidak gelapan miring, dengan persentase
memiliki kembaran, sudut gelapan rata-rata mineral sebesar 12 %.
44o, jenis gelapan miring, dengan
persentase rata-rata mineral sebesar
12,40 %.

Foto 21. Mikrograf mineral piroksin

Berdasarkan foto mikroskopis


monomineral untuk mineral Piroksin
Foto 20. Mikrograf mineral ortoklas
menunjukkan mineral tersebut
Berdasarkan foto mikroskopis umumnya mengalami perubahan
monomineral untuk mineral Ortoklas tekstur berupa ukuran butir yang
menunjukkan mineral tersebut relatif mengecil dan juga dijumpai
umumnya mengalami perubahan bagian mineral yang pecah dan
tekstur berupa ukuran butir yang hancur dengan persentase perubahan
ukuran mineral sebesar 9,85 – persentase perubahan ukuran mineral
12,70%. 13,63 –15,24%.

e. Plagioklas f. Hornblende
Mineral Plagioklas dengan sifat Mineral Hornblende dengan sifat
optik warna abrorbsi putih keabu- optik warna interferensi orange
abuan dengan warna interferensi abu- kecoklatan, pleokreisme dwikroik,
abu kehitaman, pleokreisme tidak ada intensitas tinggi, bentuk subhedral-
(-), intensitas sedang, bentuk mineral anhedral, relief tinggi, belahan
subhedral-anhedral, relief sedang, sempurna satu arah, pecahan rata,
belahan mineral sempurna satu arah, ukuran mineral 0,03-0,25 mm, tidak
pecahan rata, ukuran mineral 0,15 memiliki kembaran, sudut gelapan
mm, mineral ini memiliki 38o. Jenis gelapan miring dengan
kembaran Kalsbad Albit, sudut persentase rata-rata mineral sebesar
gelapan 34o, jenis gelapan miring, 12,66 %.
dengan persentase rata-rata mineral
sebesar 5,33 %.

Foto 23. Mikrograf mineral hornblende

Berdasarkan foto mikroskopis


Foto 22. Mikrograf mineral plagioklas
monomineral untuk mineral
Berdasarkan foto mikroskopis Hornblende menunjukkan mineral
monomineral untuk mineral tersebut umumnya mengalami
Plagioklas menunjukkan mineral perubahan tekstur berupa ukuran butir
tersebut umumnya mengalami yang relatif mengecil dan juga
perubahan tekstur berupa ukuran butir dijumpai bagian mineral pecah dan
yang relatif mengecil dan juga hancur dengan persentase perubahan
dijumpai bagian mineral yang pecah, ukuran mineral sebesar 9,26 –
terbelah dan hancur dengan 12,04%.
g. Mineral Opak ukuran, bentuk serta tekstur dari
masing-masing mineral tersebut.
Mineral Opak dengan sifat optik
Adapun pengaruh pembebanan
warna hitam ukuran mineral 0,03-
terhadap mineral antara lain :
0.18 mm, hadir tersebar tidak merata,
1. Ukuran butir yang relatif lebih
tidak tembus cahaya dengan
mengecil setelah diberi
persentase rata-rata mineral sebesar
pembebanan
14 %.
2. Kerapatan antar butir semakin
besar dibanding sebelum
pembebanan yang semula
umumnya relatif lebih
Foto 24. Mikrograf mineral opak renggang.
3. Tekstur mineral yang semula
Berdasarkan foto mikroskopis
relatif normal namun setelah
monomineral untuk mineral Opak
diberikan pembebanan terjadi
menunjukkan mineral tersebut
perubahan sebagai berikut :
umumnya mengalami perubahan
Pecah : tekstur mineral yang
tekstur berupa ukuran butir yang
dijumpai adanya kesan retakan
relatif mengecil dan juga dijumpai
serta pecahan yang dimana
bagian mineral yang pecah dengan
retakan dan pecahan ini
persentase perubahan ukuran mineral
memotong bidang belah dari
sebesar 10,16 – 12,85 %.
mineral, baik dipusat maupun
Hasil Analisis Pengaruh CBR Pada tepi mineral.
Sedimen Terbelah : tekstur mineral
Berdasarkan dari hasil analisis yang dijumpai adanya kesan
sayatan tipis sedimen sebelum dan belahan yang membagi
setelah pembebanan CBR, maka mineral menjadi beberapa
dapat diasumsikan bahwa bagian dengan tidak melewati
pembebanan tersebut memberikan bidang belahnya.
pengaruh dan reaksi terhadap mineral Hancur : tekstur mineral yang
sedimen yang dapat dilihat lihat dari dijumpai adanya kesan
hancuran pada bagian mineral rapat setelah dilakukan
baik di tepi maupun pusat pembebanan. Nilai pembebanan
mineral. CBR umumnya dipengaruhi oleh
ukuran butir, yang mana semakin
PENUTUP besar ukuran butir maka semakin
tinggi nilai reaksi
1. Kesimpulan
pembebanannya.
Berdasarkan hasil uraian pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat
2. Saran
disimpulkan pada daerah penelitian
Penelitian ini dalam lingkup uji
yaitu sebagai berikut :
CBR yang masih perlu adanya
 Komposisi mineral pada endapan pengujian geoteknik lanjutan , seperti
sedimen Delta Sungai Jeneberang uji kompaksi dan uji kuat tekan bebas
yang dapat diidentifikasi antara untuk mendapatkan hasil secara
lain, mineral kuarsa, biotit, konferehensif guna mengetahui
ortoklas, piroksin, plagioklas, pengaruh pembebanan terhadap
hornblende dan mineral opak. mineral sedimen secara luas.
Ukuran butir material sedimen
pada daerah penelitian di
dominasi oleh mineral berukuran
0,125-0,250 mm (Fine Sand)
hingga 0,50 – 1,00 mm (Coarse
Sand) dengan derajat kebundaraan
Subrounded – Rounded.
 Pengaruh mineral terhadap
pembebanan CBR yaitu dijumpai
tekstur mineral yang mengalami
pecah, terbelah hingga hancur.
Akibat lainnya yaitu ukuran butir
relatif mengecil dan kerapatan
antar butir juga relatif semakin

Anda mungkin juga menyukai