Anda di halaman 1dari 6

Keluargalah yang selalu bersama-sama pasien sepanjang hari.

c. Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang :
a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
b) Penyebab isolasi sosial.
3) Mendiskusikan cara-cara merawat pasien dengan gangguan isolasi sosial, antara lain; (1)
Membina cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji, (2) Memberikan semangat dan
dorongan kepada pasien untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain
yaitu dengan tidak mencela kondisi psien dan memberikan pujian yang wajar, (3) Tidak
membiarkan pasien sediri di rumah, (4) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap
dengan pasien.
4) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi social.
5) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan
yang dihadapi.
6) Menyusun keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajar.

d. Strategi pelaksanaan
SP 1 keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial,
penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.
Fase orientasi
“selamat pagi Pak”
“Perkenalkan nama saya perawat Hera, saya yang merawat anak Bapak, susi, di ruang Mawar
ini”
“ Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang maslah anak Bapak dan cara
perawatannya”
“Kita diskusi di sini saja, Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah jam?”
Fase kerja :
“Apa masalah yang Bpk/Ibu hadapi dalam merawat susi ? apa yang sudah dilakukan”
“Masalah yang dialami anak Susi disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala penyakit
yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”
“Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergul dengan orang lain, mengurung diri klau
berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
“Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman mengecewakan saat berhubungan
dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan orang-orang
terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi,
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus sabar
menghadapi Susi. Dan untuk merawat Susi,keluarga harus membina hubungan saling percaya
dengan Susi yang caranya bersikap peduli dengan Susi dan jangan ingkar janji. Kedua,
keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan kepada Susi untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar an jangan mencela
kondisi Susi”
“Selanjutnya jangan biarkan Susi sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan
Sus. Misalnya sembahyang bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan
rumah tangga bersama”
“Nah contoh komunikasinya, Pak: Susi, Bapak lihat sekarang kamu sudah bsa bercakap-
cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga umayan lama. Bapak senang sekali melihat
perkembangan kamu. Nak, coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu
bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu
sholat dimana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersama-sama keluarga atau di mushola.
Bagaimana susi, kamu mau coba kan nak?”
“Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan?”
“Bagus Pak, Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”. Sampai sini ada yang
ditanyakan Pak?”
Fase terminasi
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang yang
mengalami isolasi sosial”
“Selanjutnya bisa bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami
masalah isolasi sosial”
“Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut”
“Nanti kalau ketemu Susi coba Bpk/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga
agar mereka juga melakukan hal yang sama”
“Bagaimana kalau kita ketemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada Susi?”
“Kita ketemu di sini saja ya Pak, di jam yang sama “
“selamat Pagi Pak”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah


isolasi sosial langsung dihadapan pasien.
fase orientasi
“Selamat Pagi Pak/Bu”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
“Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari beberapa hari yang
lalu?”
“Mari Praktekkan langsung ke Susi! Berapa lama waktu Bapak/ibu. Baik kita akan coba 30
menit”
“Sekarang mari kita temui Susi”
Fase kerja
“Selamat Pagi Susi. Bagaimana perasaan Susi hari ini?”
“Bpk/ibu Susi dating besuk, beri salam! Bagus. Tolong Susi tunjukkan jadwal kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebai berikut)
“Nah Pak, sekarang bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita lakukan beberapa hari
yang lalu”
(saudara mengobservasi pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya”
“Bagaimana perasaan Susi setalah berbincang-bincang dengan orang tua susi?”
“Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruangan perawat dulu”
(saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/ibu sudah bagus”
“mulai sekarang bapak/ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada Susi”
“tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari”
“waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak”
“Selamat Pagi”

SP 3 keluarga : Membuat perencanaan bersama keluarga


Fase orientasi
“Selamat Pagi Pak/Ibu”
“Karena besok susi sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah”
“Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal susi tersebut di sini saja”
“Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Fase kerja
“bapak/ibu, ini jadwal Susi selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di
rumah? Di rumah bapak/ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yag perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
bapak selama di rumah. Misalnya kalau susi terus menerus tidak mau bergaul dengan orang
lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
itu terjadi segera hubungi perawat kiki di puskesmas Indra Puri, Puskesmas terdekat dari
rumah bapak, ini nomor telepon puskesmasnya : (0651) 554xxx
“selanjutnya perawat kiki tersebut yang akan memantau perkembangan susi selama di rumah”
Fase terminasi
“Bagaimana Pak/ibu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian susi untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat kiki di PKM indara Puri. Jangan control ke PKM
sebelum obat habis atau ad gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

4. EVALUASI
Evaluasi yang dapat dilakukan meliouti :
a. Pasien dapat menggunakan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah
b. Harga diri pasien meningkat
c. Pasien dapat melakukan interpersonal dengan orang lain
d. Pasien dapat melakukan kegiatan mandiri
e. Persiapan berinisiatif untuk berkomunikasi/melakukan komunikasi secara verbal

5. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi, pengkajian, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan
evaluasi.

Pedoman Pengkajian Isolasi sosial


Hubungan sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien:..........................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau
masyarakat:.........................................................
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:...................................................
Masalah keperawatan:............................................

A. Terapi aktivitas kelompok


Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi sosial
adalah:
TAK sosialisasi yang terdiri dari tujuh sesi, yaitu :
1. Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
2. Sesi 2 : kemampuan berkenalan
3. Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
4. Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topic tertentu
5. Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6. Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
7. Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi

B. Pertemuan kelompok keluarga


Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan
melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok
besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di bagian lain. Demikian
juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di bagian khusus
yang membahas pertemuan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai