Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Pengukuran Konduktivitas Isolator Panas

B. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui besarnya panas yang diserap oleh penyekat / hambatan.

C. Latar Belakang
Dibidang keilmuan fisika dikenal adanya aliran panas atau konduktivitas
panas, dimana setiap medium yang di alirinya memiliki nilai konduktivitas panas
berbeda-beda. Untuk mengetahui nilai dari konduktivitas panas ini maka
diperlukan sebuah alat yang dapat mengukur nilai dari konduktivitas panas secara
akurat. Akan tetapi dalam pembuatan alat ini, keakuratan nilai konduktivitas
panas ini susah didapat, dikarenakan adanya beberapa factor penyebab.
Diantaranya adalah lepasnya panas dari alat ukur ke lingkungan luar disaat
pengukuran. Dengan mengatur parameter pembuatan alat seperti bahan dasar
pembuatan alat, ukuran alat yang harus presisi dan adanya usaha untuk
mengisolasi panas pada pengukuran agar suhu yang tercatat tidak dipengaruhi
oleh suhu lingkungan luar. Penentuan nilai konduktivitas panas dari suatu bahan
sangat diperlukan dalam bidang keilmuan fisika dasar, yaitu untuk mempelajari
sifat medium atas faktor aliran panas. Begitu juga bidang fisika material atau pada
bidang industri material. Contohnya dalam pembuatan microprocessor,
dibutuhkan bahan semikonduktor yang mempunyai karakteristik panas yang
sesuai dengan proses kerja dari microprocessor tersebut. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan sebuah alat pengukur konduktivitas panadengan keakuratan yang
sangat tinggi.
Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai berpindahnya energi
dari satu tempat ke tempat lain atau dari suatu media ke media lainnya, sebagi
akibat dari perbedaan temperature antara kedua media tersebut. Pada

76
umumnya perpindahan panas dapat berlangsung melalui tiga cara yaitu
secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Pada kebanyakan alat penukar kalor
yang digunakan pada industri merupakan tipe spiral yang lebih diutamakan pada
perpindahan secara konveksi.
Konveksi merupakan proses perpindahan panas karena adanya perbedaan
temperatur. Pada dunia industri isolator panas digunakan untuk menjaga
temperature dari suatu bejana ataupun media serta meningkatkan efisiensi
dari transfer panas pada suatu alat penghasil dan penukar panas. Pada industri
makanan, isolator panas digunakan untuk menjaga suhu makanan agar tetap
konstan pada suhu tertentu yang diaplikasikan sebagai pembungkus makanan
kemasan.

77
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Defenisi Percobaan
1) Pengertian Panas
Panas adalah zat alir yang bersifat kalorik yang terdapat di dalam setiap
benda dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Teori ini pertama kali
diperkenalkan oleh Antoine Laurent Lavoisier. Berdasarkan teori inilah satuan
dari panas adalah kalori atau kilo kalori sebagai satuan terbesarnya. Kemudian
semakin berkembangnya teknologi, Count Rumford dan Prescolt Joule melakukan
percobaan aliran panas, dimana ada dua sistem yang salah satunya memiliki panas
yang lebih tinggi, kemudian dua sistem ini dihubungkan, maka akan terjadi aliran
panas atau perpindahan panas. Kemudian mereka berkesimpulan bahwa
perpindahan panas ini adalah perpindahan energi yang satuannya adalah Joule.
Satuan ini masih sering digunakan untuk menyatakan kandungan energi yang
dimiliki makanan, dimana satu kalori sama dengan 4,18joule (Zemansky, 1994).
Di dalam keilmuan teknik satuan panas dikenal juga dengan Satuan
Termal Inggris (British Thermal Unit) atau (Btu), yang didefenisikan sebagai
panas yang diperlukan untuk menaikkan temperatur satu pon air dari 63oF ke
64oF. Nilai konversi dari Btu adalah 1 kcal = 1000 cal = 3,968 Btu
(Wikipedia.org, 2012). Panas merupakan energi yang dapat berpindah atau bisa
juga didefenisikan sebagai sesuatu yang dipindahkan di antara sebuah sistem dan
sekelilingnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Karena itu, satuan yang
digunakan untuk mengukur panas sama dengan satuan energi.
Dimana satu joule adalah energi yang digunakan ketika gaya satu Newton
memindahkan suatu benda searah gaya sejauh satu meter. Hubungan panas
terhadap beberapa faktor penentu yang mempengaruhi besarnya panas yang
diberikan kepada suatu sistem, yaitu:
1. Hubungan panas dengan kenaikan suhu. Panas yang diberikan (Q)
sebanding dengan nilai kenaikan suhunya (T ).Semakin tinggi panas yang

78
diberikan kedalam sistem maka nilai kenaikan suhu pada system tersebut
akan semakin besar.
QT
2. Hubungan panas dengan massa. Panas yang diberikan (Q) sebanding
dengan massa zat (m). Untuk pencapaian suhu tertentu, semakin besar
massa dari suatu sistem, maka nilai panas yang harus diberikan adalah
semakin besar juga.
Q m
3. Hubungan panas dengan kalor jenis zat. Panas yang diberikan (Q)
sebanding dengan kalor jenis zat (c).
Qc
2) Kesetimbangan Termal
Keadaan dua sistem setimbang adalah suatu keadaan sistem yang memiliki
nilai suhu internalnya tetap selama kondisi eksternalnya tidak ada perubahan suhu.
Pada percobaan yang ditunjukkan Gambar 1 menunjukkanbahwa keadaan
setimbang dari dua system bergantung pada sistem lain yang berada didekatnya
dan dipengaruhi oleh sifat dinding pemisahnya (Dittman, 1986). Dinding pemisah
dari sitem ini dapat dibagi menjadi dua menurut sifat hantaran panasnya, yaitu :
1. Dinding pembatas adiabat.
Dinding pembatas adiabat adalah dinding pembatas yang daya hantar
panasnya tidak bagusatau konduktivitas panasnya kecil. Contohnya adalah kayu,
beton, asbes dan karet.
2. Dinding pembatas diaterm.
Dinding pembatas diaterm adalah dinding pembatas yang daya hantar
panasnya sangat bagus atau nilai konduktivitas panasnya tinggi. Contohnya adalah
lempengan logam.

79
Gambar 1. Dua sistem termal yang dibatasi oleh dinding adiabat dan diaterm.

Dalam percobaan dua sistem (sistem A dan sistem B) yang dibatasi oleh
dinding pembatas adiabat tidak terjadi perpindahan energi atau panas, ini
dikarenakan dinding pembatas terbuat dari bahan yang memiliki konduktivitas
panas yang kecil. Keadaan setimbang hanya terjadi pada sistem A saja atau sistem
B saja, dimana kesetimbangan panasnya hanya dipengaruhi oleh ingkungan
sekitarnya bukan dipengaruhi oleh sistem lain yang berada didekatnya. Sedangkan
untuk percobaan yang menggunakan dinding diaterm terjadi adanya perpindahan
energi atau panas dari sistem A ke sistem B (dikondisikan nilai suhu pada sistem
A lebih tinggi daripada sistem B). Dinding diaterm dapat menghantarkan panas
dari sistem A ke sistem B dengan baik. Proses ini akan berjalan terus menerus
sampai keadaan dari dua sistem ini telah mencapai setimbang (sistem A dan
sistem B telah memiliki suhu yang sama).
1) Rumus Menghitung Panas
Kalor atau panas yang diberikan kepada suatu sistem dilambangkan
dengan Q yang dianggap sebagai perubahan nilai tertentu yang dihasilkan di
dalam sebuah benda selama proses tertentu. Jadi, jika temperatur dari satu
kilogram air dinaikkan suhunya dari 14oC sampai 15oC dengan memanaskan air
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa satu kilokalori kalor telah ditambahkan
kepada benda tersebut (Dittman, 1986). Setiap benda atau zat memiliki nilai yang
berbeda dalam kuantitas panas yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
kenaikan temperatur dalam satu kilogram massa. Perbandingan banyaknya kalor
Qyang diberikan kepada sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak
T dinamakan kapasitas kalor (Heat capacity) dari benda tersebut yang
dilambangkan dengan C;

80
C=Q/T

Kapasitas kalor ini dapat diartikan sebagai tenaga dalam bentuk panas
yang harus ditambahkan untuk menaikkan temperatur benda sebanyak satu
derajat. Untuk nilai kalor jenis suatu benda dirumuskan dengan kapasitas kalor per
satuan massa (m) dari sebuah benda. Kalor jenis ini disebut juga dengan
spesific heat, yaitu karakteristik sifat panas dari bahan penyusun yang
membentuk benda tersebut.
c= Qm T 

Maka dari hubungan diatas dapat disimpulkan bahwa kalor (Q) yang
diperlukan suatu zat untuk menaikkan suhu sebanding dengan massa (m),
sebanding dengan kalor jenis zat (c), dan sebanding juga dengan kenaikan
suhunya (T ). Kalor yang dibutuhkan benda satuannya adalah Joule.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kalor yang diberikan (Q) sama
dengan kalor jenis (c) sehingga dapat didefenisikan bahwa kalor jenis suatu zat
Q mcT

B. Perkembangan Serta Penggunaan Dalam Dunia Industri


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan alat-alat yang
terbuat dari kertas, plastik, karet, lilin, kayu, alumunium, bahkan bahan yang
terbuat dari besi dan baja. Ada benda yang bersifat konduktor dan ada pula yang
bersifat isolator. Sedangkan benda-benda yang termasuk isolator misalnya: kertas,
plastik, karet, lilin, dan kayu. Memasak air akan lebih cepat mendidih bila
menggunakan alat/wadah yang terbuat dari logam, karena logam merupakan
penghantar panas (konduktor) yang baik. Bandingkan jika menggunakan
alat/wadah yang terbuat dari tanah liat. Begitu pula tangkai atau pegangan alat
masak atau alat penggorengan, biasanya menggunakan kayu atau karet. Sebab,
kayu dan karet merupakan benda penyekat panas (isolator) yang baik atau
penghantar panas yang kurang baik. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan
bahwa benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik di sebut konduktor,

81
sedangkan benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut
isolator.

C. Penggunaan Isolator
1. Isolator yang umum digunakan sebagai pelapis yang fleksibel pada kawat
listrik dan kabel. Karena udara adalah isolator, tidak ada substansi lain yang
diperlukan untuk menjaga daya mana seharusnya. Kabel listrik tegangan
tinggi yang biasa digunakan hanya udara, karena padat (misalnya, plastik)
coating akan tidak praktis.
2. Sebuah kawat terisolasi atau kabel memiliki rating tegangan dan rating suhu
konduktor maksimum.
3. Dalam komponen mikroelektronik seperti transistor dan sirkuit terpadu (IC),
bahan silikon biasanya konduktor karena doping, tetapi dengan mudah dapat
selektif berubah menjadi insulator yang baik dengan penerapan panas dan
oksigen. Silikon kuarsa teroksidasi, yaitu silikon dioksida.
4. Beberapa Metode isolasi sistem tegangan tinggi adalah bagian yang
membungkus kawat keramik atau kaca, gas, vakum, dan hanya
menempatkan kabel dengan pemisahan besar, menggunakan udara sebagai
isolasi.

Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energy panas.


Proses tersebut adalah perpindahan energy secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan energy secara konduksi dan konveksi terjadi pada material padat dan
cair. Sedangkan proses perpindahan energy panas secara radiasi terjadi pada ruang
hampa. Berikut pembahasan lebih lanjut mengenai ketiga perpindahan energy
tersebut.

Konduksi
Perpindahan energy panas secara konduksi merupakan perpindahan energy
panas yang disalurkan secara langsung antar molekul tanpa adanya perpindahan
dari molekul yang bersangkutan. Proses konduksi terjadi pada benda padat, cair

82
maupun gas jika terjadi kontak secara langsung dari ketiga macam benda tersebut.
Ada empat hal penting dalam konduksi yaitu : 1. Konduktivitas panas, 2.
Konduktansi panas, 3. Resistivitas panas, dan 4. Resistansi panas.
Konduktivitas panas (k) merupakan perhitungan kapasitas hantar panas
suatu material atau disebut dengan indeks hantar per unit luas konduksi per
gradient temperature dari suatu material. Perumusannya adalah sebagai berikut :
𝑄
K=
𝐴 ∆ 𝑇/𝑚

Keterangan :
Q = kecepatan aliran panas (W)
A = Luas daerah hantaran panas (m2)
∆T/m = gradient temperature disepanjang material (∆1℃/𝑚 )

Konveksi
Perpindahan energy panas dengan proses konveksi terjadi hanya pada
benda cair. Perpindahan ini disertai dengan perpindahan benda cair secara fisik.
Pada saat energy panas yang diterima oleh benda cair tersebut melebihi titik batas
maka benda cair itu mengalami perubahan fasa.

Radiasi
Perpindahan panas dengan proses radiasi ini berbeda dengan proses-proses
yang telah dijelaskan sebelumnya. Energy radiasi dirambatkan menggunakan
gelombang elektromaknetik diantara dua objek yang dipisahkan oleh jarak dan
perbedaan temperature dan tanpa medium penghantar. Hal ini sangat berbeda
dengan perambatan energy cahaya yang hanya menggunakan panjang gelombang
masing-masing. Gelombang elektromaknetik ini (radiant energy) dapat melalui
ruangan hampa dengan sangat cepat dan juga dapat melalui cair, gas dan beberapa
benda yang dikenainya dengan jumlah yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada kemampuan menyerap dari benda yang dikenainya. Matahari merupakan
contoh yang mudah untuk perpindahan panas dengan radiasi. Radiant energy dari
matahari dirambatkan melalui ruang hampa dan atmosfer bumi.

83
BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
 Alat
1. Stopwatch
2. Seperangkat peralatan pengukur konduktifitas isolator panas
 Bahan
1. Selulosa
B. Metode
 Prosedur Kerja
1. Alat pengukur konduktivitas isolator panas dihubungkan ke sumber
arus.
2. Power supply di ON kan.
3. Voltage adjuster diatur sampai 30 Volt.
4. Amperemeter dibaca dan dicatat pada table data
5. Tombol 1 ditekan lalu baca temperatur dan di catat pda tabel data
kemudian pada tombol 2,3,4,5 ditekan dan dibaca temperatur.
6. Stopwatch dihidupkan dan setiap 5 menit ambil data dengan menekan
tombol 1-5 secara cepat dan berurutan sampai menit ke 40.
7. Setelah pengambilan data selesai kembalikan voltage adjuster ke 0 dan
cabut cok alat konduktivitas dari sumber arus.

84
C.Gambar Rangkaian

85
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kerja Praktek

INSTE PRE-SET MEASUREMENTS


Clock Watch AC VOLTMETER AC METER DIGITAL TERMOMETER
TIME VOLT CURR TEMPERATURES
SYV T V A 𝜽𝟏 𝜽𝟐 𝜽3 𝜽4 𝜽𝟓
UNIT b: min V A ℃
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0 30 0,6 43,9 41,45 39,6 36,5 34,4

2 5 30 0,6 51,9 45,55 41,8 37,6 35,1

3 10 30 0,6 57,1 49,5 44,5 39,0 35,9

4 15 30 0,6 63,8 54,45 47,7 40,8 36,9

5 20 30 0,6 69,2 58,8 51,0 42,9 38,3

6 25 30 0,6 74,4 63,05 54,3 45,1 39,7

7 30 30 0,6 79,8 67,45 57,7 47,4 41,1

8 35 30 0,6 84,2 71,35 61,1 49,7 42,6

9 40 30 0,6 89,6 75,7 64,4 51,9 44,1

R1= 0,0136 R2=0,0236 R3=0,0336 R4=0,0436 R5=0,0536

86
B. Pembahasan data ke 7 ,8 dan 9
1. Menghitung Sumber Panas (Q)
Q = 0,86 V. A
= 0,86 x 30 Volt x 0,6 A
1 jam
= 15,48 kkal/jam x
60 menit
= 0,458 kkal/menit
2. Menghitung perbedaan Temperatur (℃)
 Untuk waktu 30 menit
∆𝐭 𝟏𝟐 = 𝛉𝟏 − 𝛉𝟐
= (79,8 – 67,45)ºC
= 12,15 ºC
∆𝐭 𝟐𝟑 = 𝛉𝟐 − 𝛉𝟑
= (67,45 – 57,7) ºC
= 9,75 ºC
∆𝐭 𝟑𝟒 = 𝛉𝟑 − 𝛉𝟒
= (57,7 – 47,4)ºC
= 10,3 ºC
∆𝐭 𝟒𝟓 = 𝛉𝟒 − 𝛉𝟓
= (47,4 – 41,1)ºC
= 6,6 ºC

 Untuk waktu 35 menit


∆𝐭 𝟏𝟐 = 𝛉𝟏 − 𝛉𝟐
= (84,2 – 71,35)ºC
= 12,85 ºC
∆𝐭 𝟐𝟑 = 𝛉𝟐 − 𝛉𝟑
= (71,35 – 61,1)ºC
= 10,25ºC
∆𝐭 𝟑𝟒 = 𝛉𝟑 − 𝛉𝟒
= (61,1 – 49,7)ºC

87
= 11,4 ºC
∆𝐭 𝟒𝟓 = 𝛉𝟒 − 𝛉𝟓
= (49,7 – 42,6)ºC
= 7,1 ºC

 Untuk waktu 40 menit


∆𝐭 𝟏𝟐 = 𝛉𝟏 − 𝛉𝟐
= (89,6 – 75,7)ºC
= 13,9 ºC
∆𝐭 𝟐𝟑 = 𝛉𝟐 − 𝛉𝟑
= (75,7 – 64,4)ºC
= 11,3 ºC
∆𝐭 𝟑𝟒 = 𝛉𝟑 − 𝛉𝟒
= (64,4 – 51,9)ºC
= 12,5 ºC
∆𝐭 𝟒𝟓 = 𝛉𝟒 − 𝛉𝟓
= (51,9 – 44,1)ºC
= 7,8 ºC

88
3. Menghitung Panas Konduksi
 Untuk waktu 30 menit
r2
Q ln
r1
𝜆12 =
2πx ∆t12 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 ×ln(0,0236/0,0136)𝑚
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 × 3,14 × 12,15 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚

0,1422 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
19,0755 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0074 ᵒ𝐶
menit

r3
Q ln
r2
λ23 =
2πx ∆t23 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 ×ln(0,0336/0,0236)𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
2 × 3,14 × 9,75 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚

0,0911 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
15,3075 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0595 ᵒ𝐶
menit
r4
Q ln
r3
λ34 =
2πx ∆t34 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × ln(0,0436/0,0336)𝑚
=
2 × 3,14 × 10,3 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0672 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
16,171 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0041 ᵒ𝐶
menit
r5
Q ln
r4
λ45 =
2πx ∆t45 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × ln(0,0536/0,0436)𝑚
=
2 × 3,14 × 6,6 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0532 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
10,362 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0051 ᵒ𝐶
menit

89
 Untuk waktu 35 menit
r2
Q ln
r1
𝜆12 =
2πx ∆t12 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 ×ln(0,0236/0,0136)𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 2 × 3,14 × 12,85 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚

0,1422 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
20,1745 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0070 ᵒ𝐶
menit

r3
Q ln
r2
λ23 =
2πx ∆t23 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 × ln(0,0336/0,0236)𝑚
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 × 3,14 × 9,75 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0911 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
16,0925ᵒ𝐶
kkal
= 0,0056 ᵒ𝐶
menit

r4
Q ln
r3
λ34 =
2πx ∆t34 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 ×ln(0,0436/0,0336)𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 2 × 3,14 × 11,4 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚

0,0672 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
17,898 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0037 ᵒ𝐶
menit
r5
Q ln
r4
λ45 =
2πx ∆t45 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × ln(0,0536/0,0436)𝑚
=
2 × 3,14 × 7,1 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0532 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
11,147 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0047 ᵒ𝐶
menit

90
 Untuk waktu 40 menit
r2
Q ln
r1
𝜆12 =
2πx ∆t12 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 ×ln(0,0236/0,0136)𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 2 × 3,14 × 13,9ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚

0,1422 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
21,823 ᵒ𝐶
kkal
= 0,0065 ᵒ𝐶
menit

r3
Q ln
r2
λ23 =
2πx ∆t23 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 × ln(0,0336/0,0236)𝑚
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 × 3,14 × 11,3 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0911 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
17,741ᵒ𝐶
kkal
= 0,0051 ᵒ𝐶
menit

r4
Q ln
r3
λ34 =
2πx ∆t34 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 × ln(0,0436/0,0336)𝑚
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 × 3,14 × 12,5ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0672 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
19,625ᵒ𝐶
kkal
= 0,0034 ᵒ𝐶
menit
r5
Q ln
r4
λ45 =
2πx ∆t45 x L
𝑘𝑘𝑎𝑙
0,258 × ln(0,0536/0,0436)𝑚
= 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2 × 3,14 × 7,8 ᵒ𝐶 × 0,25 𝑚
0,0532 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
12,246ᵒ𝐶
kkal
= 0,0043 ᵒ𝐶
menit

91
4. Menghitung Temperatur Rata-rata
 Untuk waktu 30 menit
θ1 + θ2
θ12 =
2
(79,8 + 67,45)ᵒ𝐶
=
2
= 73,625 ᵒC
θ2 + θ3
θ23 =
2
(67,45 + 57,7ᵒ𝐶
=
2
= 62,575 ᵒC
θ3 + θ4
θ34 =
2
(57,7 + 47,4ᵒ𝐶
=
2
= 52,55ᵒC
θ4 + θ5
θ45 =
2
(47,4 + 41,1ᵒ𝐶
=
2
= 44,25ᵒC

 Untuk waktu 35 Menit


θ1 + θ2
θ12 =
2
(84,2 + 71,35)ᵒ𝐶
=
2
= 77,775 ᵒC

θ2 + θ3
θ23 =
2
(71,35 + 61,1)ᵒ𝐶
=
2
= 66,225 ᵒC

92
θ3 + θ4
θ34 =
2
(61,1 + 49,7)ᵒ𝐶
=
2
= 55,4 ᵒC
θ4 + θ5
θ45 =
2
(49,7 + 42,6)ᵒ𝐶
=
2
= 46,15ᵒC

 Untuk waktu 40 Menit


θ1 + θ2
θ12 =
2
(89,6 + 75,7)ᵒ𝐶
=
2
= 82,65 ᵒC
θ2 + θ3
θ23 =
2
(75,7 + 64,4)ᵒ𝐶
=
2
= 70,05 ᵒC

θ3 + θ4
θ34 =
2
(64,4 + 51,9)ᵒ𝐶
=
2
= 58,15 ᵒC

θ4 + θ5
θ45 =
2
(51,9 + 44,1)ᵒ𝐶
=
2
= 48 ᵒC

93
5. Menghitung K1 dan K2
Ɵ1=58,15
Ɵ2=70,05
λ1=0,0034
λ2=0,0051

λ1 = k1. 𝜃1 + k2
λ2 = k1. θ2 + k2
0,0034 = k1.58,15
0,0051 = k1.70,05
-0,0017 = k1. 11,9
k1 = 0,0014

λ1 = k1. θ1 + k2
k2 = λ1 − k1 . θ1
k2 = 0,0034 (0,0014 . 58,15 )
= 0,0049

94
C. Grafik

95
D. Tabulasi Data

PRE-SET MEASUREMENTS CALCULATION


CLOCK AC AC
INSTE DIGITAL TERMOMETER 8-1 8-2 8-3 8-4 8-5
WATCH VOLTMETER METER
TIME VOLT CURR TEMPERATURES TEMPERATUR DIFFERENCE
SYV T V A 𝜽𝟏 𝜽𝟐 𝜽3 𝜽4 𝜽𝟓 Q ∆𝐭 𝟏𝟐 ∆𝐭 𝟐𝟑 ∆𝐭 𝟑𝟒 ∆𝐭 𝟒𝟓
0
UNIT b: min V A ℃ Kkal/mnt C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
-1 0 60 0,6 43,9 41,4 39,6 36,5 34,4 0,258 2,45 1,85 3,1 2,1
-2 5 60 0,6 51,9 45,5 41,8 37,6 35,1 0,258 6,35 3,75 4,2 2,5
-3 10 60 0,6 57,1 49,5 44,5 39,0 35,9 0,258 9,35 6,75 6,9 3,9
-4 15 60 0,6 63,8 54,45 47,7 40,8 36,9 0,258 7,6 5,0 5,5 3,1
-5 20 60 0,6 69,2 58,8 51,0 42,9 38,3 0,258 10,4 7,8 1,8 10,9
-6 25 60 0,6 74,4 63,0 54,3 45,1 39,7 0,258 11,35 8,75 9,2 5,4
-7 30 60 0,6 79,8 67,4 57,7 47,4 41,1 0,258 12,15 9,75 10,3 6,6
-8 35 60 0,6 84,2 71,3 61,1 49,7 42,6 0,258 12,85 10,25 11,4 7,1
-9 40 60 0,6 89,6 75,7 64,4 51,9 44,1 0,258 13,9 11,3 12,5 7,8

96
EXPERIMENTAL
CALCULATION GRAPH (PLOTING)
EXPRESSION
8-6 8-7 8-8 8-9 8-10 8-11 8-12 8-13 8-14
THERMAL CONDUCTIVITY MEAN TEMPERATURE EXPERIMENTAL CONSTANTS

λ12 λ23 λ34 λ45 𝜃12 𝜃23 𝜃34 𝜃45 k1 k2 𝝀= k1.𝜽 + k2


𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 𝑐 𝑚 0
C 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 0 𝑐 𝑚
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0,0369 0,0313 0,0338 0,0161 42,675 40,525 38,05 35,45

0,0142 0,0154 0,0101 0,0135 48,725 43,675 39,7 36,35

0,0096 0,0086 0,0062 0,0087 55,12 51,07 44,5 38,05


0,0019 0,0161 0,0077 0,0030 53,3 47 41,75 57,45 0,00014 0,0049 λ=0,0014 Ɵ1 + 0,0049

0,0087 0,0074 0,0237 0,0031 64 54,9 50,1 43,75


0,0079 0,0066 0,0046 0,0062 68,72 50,67 49,1 42,4
0,0074 0,0095 0,0041 0,0051 73,625 62,57 52,55 44,25
0,0070 0,0056 0,0037 0,0047 77,775 66,22 55,4 46,15
0,0065 0,0051 0,0034 0,0043 82,65 70,05 58,15 48

r 1= 0,0136 m r 2 = 0,0236 m r 3 =0,0336 m r 4 = 0,0436 m r 5 = 0,0536 m l = 0,25 m

97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Semakin lama waktu maka akan semakin banyak panas yang diserap oleh
isolator panas.
2. Waktu mempengaruhi harga temperatur (suhu).
3. Nilai 𝜃1 lebih besar daripada nilai 𝜃2 dan seterusnya disebabkan karena
jaraknya semakin jauh,sehingga panas yang diserap semakin kecil.
4. Semakin lama waktu maka semakin panas yang diserap oleh penyekat.
5. Semakin lama waktu yang diberikan maka nilai temperatur akan semakin
besar yang membuat waktu dan temperatur berbanding lurus.
6. Dari percobaan diperoleh nilai K 1 sebesar = 0,00014
K 2 sebesar = 0,0049

B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan untuk menggunakan jenis isolator
yang berbeda.

100
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Annisa Rizka Amalia. 2016 Karakteristik Termal (Dta/Tga) Dan Konduktivitas Termal
Cordierite (2mgo.2al2o3.5sio2) Berbasis Silika Sekam Padi Akibat Penambahan
Mgo (0, 10, 15%Berat). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Geankoplis, C.J. 1987. Transport Process and Unit Operations. A11yn and Bacon Inc.

Hary Wibowo, dkk. 2016. Pengaruh kepadatan dan ketebalan terhadap sifat isolator
panas papan partikel sekam padi. Yogyakarta: Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Isnaini Vandri Ahmad.2017. Pembuatan alat ukur konduktivitas panas bahan padat untuk
media praktek pembelajaran keilmuan fisika. Jambi: Program Studi Pendidikan Fisika
IAIN STS.

Mulyadi Sri, Dkk. 2010. Uji Isolator Panas Papan Sekam Dengan Variasi Ukuran
Partikel dan Kepadatan.Padang : Politeknik Negeri Padang.

Warren, L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot.(1999). ”Operasi Teknik


Kimia”.Jilid 1, Cetakan ke-4.Jakarta:PT. Erlangga.

101

Anda mungkin juga menyukai