Anda di halaman 1dari 192

616.

9
Ind
p

Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal
di Pelayanan Kesehatan

616.9
Ind
p
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
jldDim-j .... nl Pemberantasan Penyaklt Menular dan Penyehatan Ungkungan
CatakanW
2010
It
It
I i\·U I ' . •
DE*,:
:. . . T ;, K. r.
K.J.:.::>W:iA r A r<.

It
616.9
It
Ind
It
p
It
It
Pedoman Pelaksanaan

It



















•e
e I

.1
e..
•• J'
K l
e di Pelayanan Kesehatan

w
a
s
p
a
d
a
a
n

U .............................

n Departemen Kesehatan Republik Indonesia

i Dif-eirtorat lenderal Pemberantasan Penyaklt Menular dan P.enyehatan Ungkungan


Cetakan III
2010
v
e
r
s
a


















••
Katalog Dalam Terbltan. Departemen Kesehatan RI

616.9 Indonesia. Departemen Kesehatan.


Ind Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan


Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan.
-- Jakarta : Departemen Kesehatan, 2005
p

1. Judul 1. CROSS INfECTION 2. INfeCTION CONTROL





D





Kata Pengantar

Prosedur untuk menanggulangi penularan penyakit di rumah sakit


(HospitalAcquired infections = HAl) yang
dikenal sebagai Kewaspadaan
Universal (Universal Precautions) telah banyak dikaji ulang akhir-akhir


ini. mengingat bahwa telah berjangkit banyak penyakit yang ditularkan
lewat darah (blood bom diseases) seperti misalnya AIDS, hepatitis-B.


hepatitis-C. Demikian pula halnya telah berkembang berbagai alat medis
baru dan perkernbangan rnasalah tanggung jawab petugas kesehatan

• ierhadap mfeksi yang terjadi disarana kesehatan.

• Penyusunan modul pelatihan Kewaspadaan Universal rnerupakan


bagian dari upaya melaksanakan pendidikan pelatihan serta diseminasi

• infcrrnasi mengenai pengcndalian infeksi untuk tenaga kesehatan,


institu si mau pun masyarakat. Upaya tersebut merupakan tugas pokok

• Rumah Sakit Penyakii !nfeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso di .Jakarta, sebagai


pusat rujukan nasional dalam Penatalaksanaan penderita penyakit
menuJar dan infeksi lamnya.

• Untuk maksud tersebut Rumah Sakit penyakit lnfeksi Prof. Dr.


Sulianti Saroso telah mengadopsi dan berupaya menerapkan
pelaksanaan Kewaspadaan Universal sebagai bagian penting dan upaya
pelayanan kesehatan. Berbagai bagian terlibat dalam penerapan

• Kewaspadaan
merencanakan
menerapkan
Universal, antara lain bagian pelatihan
pelatihan para petugas kesehatan agar mereka dapat
Kewaspadaan Universal dalam pelaksanaan
yang telah

tugasnya,


disamping itu pemantauan terhadap keterarnpilan dan kepatuhan para
petugas perlu dilaksanakan terus .uenerus serta penyediaan sarana


penunjang berupa penyediaan bah an dan alat kesehatan perlu
diperhatikan.

• Sebagai langkah pertarna dalam penerapan Kewaspadaan universal


adaJah penyediaan perangkat lunaknya yang berupa buku pedoman
yang memadai. Untuk itu Rumah Sakit Penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti
Saroso Lelah menugaskan Tim Penyusun untuk menyusun buku
pecloman tersebut. Tim terse but telah berhasil menyusun Buku Pedoman


yang antara lain berisi kurikulum dan penjelasan dalam bentuk yang
pari puma, dengan menekankan segi praktek sehari-hari. Dalarn


membantu pelaksanaan tugas pokok para dokter dan paramedis, Buku


Pedoman tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dipelajari dan dimengerti.


Semoga buku ini bermanfaat dalarn upaya pengendalian infeksi
khususnya infeksi yang terjadi di Rumah Sakit di Indonesia.

• Jakarta, Oescmber 2001



Editor




t

Sambutan
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
Dan Penyehatan Lingkungan
Penyakit infeksi dan penyakil menular masih merupakan masaJah kesehatan di
Indonesia. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dcngan tubuh
yang rentan. Pada umumnya di Indonesia pasien yang datang ke rumah sakit sudah


dalam keadaan lemah atau parah. Oleh karena itu seringkali diperlukan tindakan
'invasive' dan tindakan medis ini dapat memudahkan masuknya Mikroorganisme


penyebab infeksi ke dalam tubuh pasien. Keadaan ini akan semakin memperparah
penyakit yang diderita dan bahkan dapat menyebabkan kernatian.
lnfeksi silang (infeksi Nosokomial) dapat terjadi melalui penularan dan pasien
kepada petugas, dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien kepada pengunjung atau
keluarga maupun perugas kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui
peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh

lainnya.

Selain menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortaJitas, Infeksi


Nosokomial juga menyebabkan kerugian lain balk bagi pihak pasien maupun pihak
rumah sakit. Pengendalian infeksi nosokomial rnendapat perhatian khusus di sarana
kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien melalui usaha yang disebut


Kewaspadaan Universal (Universal Precaution), Apalagi dengan mcrebaknya epidemi
HIV I AIDS dan hepatitis B, usaha pengendalian infeksi nosokomial semakin penting.
Upaya pencegahan ini melibatkan semua unsur, mulai dari unsur pimpinan sampai
kepada staf. Peran pimpinan yang diharapkan adalah menyiapkan sistern, sarana dan
prasarana penunjang lainnya di sarana kesehatan. Sedangkan peran staf adalah
sebagai pelaksana langsung daJam upaya pencegahan terjadinya infeksi silang terse but
harus memenuhi prosedur tetap yang telah ditentukan. .

Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial sangat dipengaruhi oleh pengetahuan




dan perilaku perugas kesehatan. Sehingga perlu dilakukan penekanan dalam upaya
pencegahan penularan untuk merubah perilaku petugas dalam memberikan pelayanan.


Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam merubah perilaku petugas
adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan


petugas. Sehingga perlu adanya penyediaan sarana penunjang untuk rneningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas seperti buku pedoman (S.oP) pelaksanaan
kewaspadaan universal di sarru:a kesehatan serta birnbingan dan monitoring.



F Achmadi

130520334


II



• Daftar lsi



KATA PENGANTAR 1
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR DAN I'ENYEIIA TAN LINGKU 'GAN , n
It


DAFTAR lSI III
OAFTAR TABEL V

• UAFTAR GAMBAR VI


DAFTAR PROSEDUR VII
DAFTAR KONTRIBUTOR VIII
DArrAH ISTILAH DAN SINGKATAN IX

• 1. PENDAHULUAN I


1.1. SEJARAH PERKEMBANGAN KEWASPADAAN UNIVf.R$AL ...............................•... I
1.2. ALASAN DA$AR PENERAPAN KEWA$PADIIAN UNIVERSAL 3

• 1.3. KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESt;HATAN RI 5


IA. KEII'ASPADAAN UNIVERSAL SEBAGAI BMiiAN DARI UPAYA
PENc.;I;ND.~UAN INFEKSI (PIN) DI SARANA KESEHATAN 5

• Peron Pimpinan do/am Pengendalian lrfeks! 6


Peron Tenaga Kesehatan do/am Pengendalian lnfeksi 6
Peron Pasien dan Keluarganya dalam Pengendalian lnfeksi 6


2. TUJUAN DAN SASARAN BUKU I'EDOMAN 8


3. KEWASPADAAN UNIVERSAL 9
3.1. cuel TANGAN 9


Indikasi Cuci Tongan 10
Sarana Cuci Tongan 10

• 3.2. ALIIT PELINDUNG 17


Jcnis-Jenis Alat Pelindung 17
lndikasi Pemakaian A/at Pellndung 17

• 3.3. PENGELOLAAN ALA'!' KGSUI-IATAN 28


Dekontaminasi 29
Pencucian Alol _ 34
Disinfeksi dan Sterilisast 36
l'envimpanan Alat Kesehaian 57
3.4. p~'1G~!.o!.AANl..lMBAH 59
Pen/italian 61
Penanganan 61


Penompungan Semen/ora 61
Pembuangan I Pemusnahan 62

• 3.5. KECP.I,IIKAAK KERJ!\ 64


• III





Penataloksanoan Pajanan , " ,., 64
3.6. KEWASPADAAN KIIUSUS , ,71
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Udara 7J
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Percikan 72

4.
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Kontak
KEWASl'ADAAN UNIVERSAL DENGAN SARANA TERBATAS
4.1. PENGIlNfJALiAN KONTA!( PERNAPASAN, LANGSUNG, dAN T A!( LANGSUNG
73
76
76


4.2. PlliliAN KEWASPADAAN SEBELUM DIAGNOSIS PASTI 77
S. PENGATURAN DAN TATA RUANG 78
5.1. SISTEMVENTILASI , 78
(leu = intensive


Ruang Rawat lntensi] care unit) 78
Ruang lsolast ..,., " 78


Bagian Onkologi , , , , 79
Ruang Operasi , ,.. , ,., , 79
5.2. LALUUNTAS MANUSIA " ,", " 80
Tempat-tempat yang Tidak Boleh Dikunjungi Tamu 82
6. KEW ASPADAAN UNIVERSAL Dl UNIT TERTENTU 83
6.1. BEDAB DAN ANESTESI
Persiapan
Pembagion
Lingkungan Komar Bedah
Daerah Sekitar Komar Operas!
"
83
84
85


Pembagian Daerah Dalam Kamar Bedah , , 85
Persiapan Petugas , " ,.. , 89
Persiapan Alat Kesehatan 89



Persiapan Pasien ", , , , ,", 90
6.2. UNIT KAMAR BERSALIN , 92

6.4.
RUANO RAWA')' PERlNATOLOGI

Unit Hemodialisis ,
,

,.,
97

100

6.3.
6.5. Pasien
RUANG dengan
RAWAT Daya Tahan, Tubuh ,Menurun
INTENSIF " , , , l 94
03
6.6. UNIT I'ELAYANAN PENYAKIT
PELA Y ANAN GIGI DAI.AM " 100
103


Alai Kesehatan dan Pengelolaannya : 104
6.7. UNIT PELAY ANAN LABORATORIUM " " ".108


Manajemen Keamanan Kerja Laboratorium. " "" I 11
Pengelolaan dan Pengiriman Spesimen ." " " " 115

6.8.
6.9.
6.10.
UNIT PEL" YANAN STERILISASI DAN DISlNFEKSI
UNIT ['EtAY ANAN BINATU ."
UNIT PEl.A YANAN GIZI " "
"" "
"

"
"
"
""
"
119
123
125
••
6.11. PEMlJLASARAAN JENAZAN " " " 127
6.12. AMBULANS GAII'AT DARURAT, PEMADAM KEBAKARAN, POLISI OAN


SARANA UMUM 130


7. RUJUKAN , 132

IV






t
t



Daftar Gambar

Gambar 1: Rantai Penularan Infeksi Di Sarana Kesehatan 5 t


Gambar 2:
Gambar 3:
Rantai Penularan HIV I Hepatitis B
Contoh Sarana Cuci Tangan
IC 5
II •

Cambar 4: Prosedur Cuci Tangan Higienis 14
Gambar 5: Alat Pelindung 17
Gambar 6: Bagan Alur Pemilihan .Jems Sarung Tangan 21


Gambar 7: Cara Memakai Sarung Tangan Steril 22


Garnbar 8' Cara Melepas Sarong Tangan 23
Gambar 9: Memakai Gaun Bedah Untuk Diri Sendiri 27
Gambar 10: Memakaikan Gaun Bcdah Pada Orang Lain 27
Gambar I I: Bagan Alur Pengelolaan Alat Kesehatan 28


Carnbar 12: Cara Menutup (recapping) Jarum dengan Satu Tangan 58
Garnbar 13: lnsinerator tipe Malaysia 63
Gambar 14: Cara Menimbun Sampah Medis
Gambar 15: Skema Dasar Pembagian Daerah Sekitar Operasi.
Gam bar 16: Garnbar Kemasan Spesimen Laboratorium
64
86
116









VI








Daftar Prosedur

• Prosedur 1: Cue. Tangan Higienis / Rutin 14

• Prosedur 2: Cue. Tangan Aseptik 15


Prosedur 3: Cuci Tangan Bedah 15


Prosedur 4: Alternatif Cuci Tangan Higienis 16
Prosedur 5: Pemakaian Sarung Tangan Steril.. 22

• Prosedur 6: Melepas Sarung Tangan 23


Prosedur 7: Penggunaan Gaun Pelindung 26


Proscdur 8: Dekontaminasi Alat Kesehatan 32
Prosedur 9: Dekontaminasi Tumpah Darah I Cairan l'ubuh 33

• Prosedur 10: Dekcntaminasi Meja Kerja / Operas " 33


Prosedur 11: Dekontaminasi Khusus 34


Prosedur 12: Disinfeksi Tingkat Tinggi Dengan Merebus 45
Prosedur 13: OTT Dengan Bahan Kimia 46

• Prosedur 14: OTT Dengan Uap 47


Prosedur 15: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Bertekanan 49


Prosedur 16: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Kering 50
Prosedur 17: Sterihsasi Fisrk dengan Cairan 51

• Prosedur 18: Stenlisasi Kimia Glutaraldehid 53


\
Prosedur 19: Tatalaksana Pajanan 65


Prosedur 20: Prosedur Kerja di Unit Pelayanan Gizi 126
Prosedur 21: Persia pan Untuk Pemindahan dan Penanganan Jenazah 128

• Prosedur 22: Pemulasaraan Jenazab di Karnar Jenazah 129








• VIJ








HlV Human Immunodeficiency Virus
leu Intensive Care Unit, Unit perawatan intensif
IUD

K3
Intra Uterine Device = A1at ( seringkali berbentuk spiral) yang
dipasang dalam rahim digunakan dalam Keluarga Bercncana
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja

MRSA Methycillin ReSIstant Staphylococcus Aureus, kurnan yang
resisten terhadap metisilin
NICU Neonatal lntensive Care Unit

OPIM Other PosentiallyInfectious Material Bahan lain yang memiliki


potensl menularkan infcksi seperti semen, cairan vagina
P2MPL Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
PCR Polymerase Chain Reaction: Metode Pemeriksaan Mikrobiologi
dengan menggandakan RNA
HB·14 Hepatitis B lmuno Globullin . Serum imun terhadap Hepati
Pencucian Proses secara fisik untuk menghilangkan kotorsn terutarna
bekas darah, cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti
debu, kotoran yang menempel di kulit atau alat kesehatan
PEP Post Exposure Proplylaxis : Pencegahan Pasca Pajanan
PINI DALIN Pengendalian Infeksi
PMS Penyakit Menular Seksual
PPP Pencegahan Pasca Pajanan (lihat PEP)
RNA Ribo Nucleic Acid
RO Reverse Osmosis suatu cars pernurnian air dengan 4 tingkat
penyaringan
Stcrilisasi Suatu proses untuk rnenghilangkan seluruh mikroorganisme
dan alat kesehatan termasuk endospora bakteri
TBe Tuberkulosis
Teknik asepsis Segala upaya yang di lakukan untuk mencegah masuknya
I aseptic mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Mengurangi jumlah mikroorganisme
dan permukaan benda hidup atau mad hingga mencapaJ batas
aman
UP Universal Precaution= Kewaspadaan Universal
UV Ultra Violet
Virus Marburg Termasuk dalam Filoviridae yang menyebabkan penyakit
Demam Berdarah AfrikAatau Dcmam Berdarah Ebola, menular
melalui kontak tangsung dengan penderita, darah maupun
ekskreta penderita dengan angka kematian sangat tinggi ( 70%
• 100%) terjadi di daerah Ebola, Zaire

x


meningkatkan penularan penyaklt kepada dJrI mereka. 'paslen yan,l! dllayanl
<Ian masyarakai luas. yakm :
I. Cuct iangan yang tidak benar
2. Penl'(gunaan sarung tangan yang tldak tepat
3. Penulupan kernbali jarum sunUk secara udak arnan
4. Pembuangan peralatan tajam secara udak aman
5. Teknlk dekontaminast dan stertllsast peralatan lidak tepat
6. Praktek kebersthan ruangan yang belum mernadat

Hal tersebut dapat sala rnemngkatkan risiko petugas kesehatan tertular karena
iertusuk jarurn atau terpajan darah/catran lubuh yang tertnfekst, Sernenta ra
pasten dapat tertular melalui peralatan yang terkonlaminasi atau rnenenrna damh
.uau produk darah yang rnengandung virus.

AGel PENYAXlT INfUSl


~. Jam ... IIrus. ~
'- R_~_«s_~_._~P~ _J ~

PElAMU REHTAN
~;Pasa
-; ...... baIcar. Penyakl Man
khtonik; Bayi; lansia larvtan;

TI
TEMPAT MASUK 1'!'MP t.T KELUAR
Laplsan mukosa: lub; Sal. El<.sI<ret.1 ; SWot; Droplet
Cerna; Sal. Kemih; Sal. Nfas

'Cb CJoAA PENULARAN


I(ontak (Iongsung. t<lk. L.lngsoog. dan
_1«); Mel. Udara; Mel. _;
Vo,"",

Gambar 1 : Ra"W Penulanlll InCebf Df Sara.na Keaehatan


••




lUBUH MANUSIA
(RESERVOIR)




pfjAMl)(petugas CAiran tubuh spt darah,
cairan vaQlna 5e,ret
kesehaUsn yang etau caltan manl


renlClI't)

• t..

Tusukan )aMn, luK.a dl
kullt, luka t~rk'ISI perclkan ke
permukaan mu);osa



Gambar 2 ; Rantai Penularan HIV I Hepatitis B I C

•• 1.3 Kebijakan Departemen Kesehatan RI


Kewaspadaan Universal rnerupakan salah satu upaya pengendalian infeksi
dJ rumah sakit yang oleh Departemen Kesehalan telah dikembangkan sejak


tahun 1980·an melalui Program di Sub.Direktorat Isolasi di bawah
Drr e ktor ar Epidemiologi dan lmunisasi Ditjen P3M saat itu. Dalam

• perkernbangannya program pengendalian Infeksi 'Nosokomial dikendalikan oleh


Sub-Direktorat Surveilans di bawab Direktorat yang sama. Mulai tahun 2001
Depkes telah memasukkan Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagai salah 5a(U


tolok ukur akreditasi rurnah sakit (tolok ukur 12) di mana termasuk di
d alarnnya adalah penerapan Kewaspadaan Universal.


Dengan maraknya epidemi HIV/ AIDSdi Indonesia yang programnya dikelola
oleh Sub Direktorat AIDS dan PMS. maka kegiatan kewaspadaan universal


dipandang sangat strategik untuk mengendalikan infeksi HIV/ AIDS di saran a
pelayanan kesehatan, sebab kecuali memberikan perlindungan kepada pasien


lain di sarana pelayanan kesehatan terhadap bahaya infeksi HN/ AlDSjuga akan
melindungi petugas kesehatan sehingga tidak perlu khawatir dalam


mernberlkan pelayanan kepada semua pasien termasuk pasien yang
diketahui menderita HIV/AIDS. Hal ini akan meningkatkan pelayanan pasien

• infeksi HIV/ AIDS di sarana pelayanan kesehatan dan diharapkan berdampak


positif pada upaya penanggulangan infeksi-Hlv / AIDS di Indonesia.


• 1.4 Kewaspadaan Universal Sebagai Bagian dari Upaya


Pengendalian lnfeksi di Sarana Kesehatan
Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian pengendalian infeksi

• yang tidak terlepas dari peran rhaslng-rnaslng pihak yang terlibat didalamnya

• 5






yaitu pimpinan terrnasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan
termasuk star penunjangnya dan juga para pengguna pelayanan yaitu pasien


dan pengunjung sarana kesehatan tersebut, Program ini hanya dapat berjaJan
bila masmg-rnasing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan
masmg-rnasing.

Peran Pimpinan dalam Pengendallan Infeksi


Untuk dapat bekerja secara rnaksimal, tenaga kesehatan harus selalu mendapat
perlindungan dari risiko tertular penyakit. Pimpinan berkewajiban menyusun
kebijakan mengenai kewaspadaan universal, memantau dan memastikan bahwa
kewaspadaan universal dapat dilaksanakan tenaga kesehatan dengan baik.
Pimpinan bertanggung jawab atas penganggaran dan ketersediaan sarana untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan kewaspadaan universal di unit yang
dipimpinnya.

Peran Tenaga Kesehatan dalam Pengendalian Infeksi


Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan· dan keselamatan dirinya dan
orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang
ditetapkan pimpinan. Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab dalam
menggunakan sarana yang disediakan dengan balk dan benar serta memelihara
saran a agar selalu siap pakal dan dapat dipakai selama mungkin.
Seeara rinci kewajiban dan tanggungjawab tersebut meliputi
Bercanggung jawa b melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di
hngkungannya, wajib mematuhi instruksi yang diberikan dalam rangka
ke se ha tan dan ke serarnatan kerja, dan membantu mempertahankan
lingkungan bersih dan aman.
2. Mengctahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, peneegahan
infeksi, dan mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
3. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan
risiko penularan infeksi baik dari dirinya ke pada pasien atau sebaliknya
sebaiknya tidal< merawat pasien secara langsung.
4. Sebagai eontoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti ekaim,
bemanah, harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila
tidal<memungkinkan maka tenaga tersebut sebaiknya tidal<merawat pasien.
5.. Bagi tenaga kesehatan yang mengidap HIV mempunyai kewajiban moral
untuk memberitahu atasannya tentang status serologi bila dalam
pelaksanaan pekerjaan status serologi tersebut dapat menjadi risiko pada
pasien, misalnya tenaga kesehatan dengan status HIV positif dan menderita
eksirn basah.

Pe ran Paalen dan Keluarganya dalam PengendaUan Infe11lsi


Se tiap orang berhak ata s privasi dan seksligus berkewjiban menjaga
keselamatan orang lain. Dengan demlkian bila seorang pasien yang mengetahui
dengan pasti rnenderita penyakit yang dapat menular pada orang lain.

6
t


It
It
mora) untuk memberitahukannya. Terutama bila terjadi kecelakaan kerja pada
It petugas misalnya luka tusuk atau terkena alat tajarn lain bekas pasien, maka
pasien seperti diatas sebaiknya memberi informasi atau izin untuk pemeriksaan
It darah guna membantu tindak lanjut bagi tenaga kesehatan yang mengalami


It
kecelakaan tersebut. Dalam hal ini petugas kesehatan wajib memberikan
penyuluhan yang jelas tentang penerapan kewaspadaan universal tanpa
berlebihan dan tidak menyinggung perasaan pasien agar dapat membangkitkan
rasa tanggung jawab pasien mengenai risiko yang sedang mereka hadapi.
Dengan demikian pasien akan dengan suka rela membuka diri, memberi
It informasi serta memberikan izin pemeriksaan yang diperlukan, lebih-Iebih
pada persia pan tindakan yang berisiko.
It
Ikatan kekerabatan di Indonesia dikenal sangat kuat. Bila salah satu

..
anggotanya ada yang dirawat, anggota keluarga yang lain akan membantu
dengan cara menunggu di rumah sakit ataupun dengan cara menjenguknya secara

••
teratur atau setiap saat. Para penunggu atau pengunjung terse but potensial untuk
menjadi sarana penyebaran infeksi, Dengan demikian peran keluarga dalam
pengendalian infeksi tersebut menjadi penting pula. Keluarga perlu dilibatkan
dalam setiap upaya penyembuhan ataupun upaya 'Iain yang terkait dengan


perawatan pasien. Banyak informasi yang dapat digali dari keluarga dalam
upaya memberikan pelayanan ataupun upaya pencegahan infeksi pada


umumnya. Anggota keluarga pasien berhak untuk tidak mendapatkan
penularan infeksi selarna mcreka menjalankan fungsi sosialnya, baik
sebagai penunggu ataupun sebagai pengunjung. Oleh karena itu mereka
berhak pula untuk mendapatkan informasi secukupnya agar dapat melindungi


diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien untuk tetap terjaga
kerahasiaannya.

••






••


• 7



2. Tujuan dan Saaaran Buku Pedoman

Buku pedoman Penerapan Kewaspadaan Universal dirnaksudkan untuk


meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan untuk membantu para petugaa
kesehatan dalam mengurangi risiko infeksi pada diri sendiri, paslen dan
masyarakat.
Secara khusus maka Buku pedoman ini bertujuan untuk:
I. Menjadi pen un fun bagi tcnaga kesehatan bingga mampu
memberikan pelayanan kesebatan dimana resiko teIjadinya infeksi dapat
ditekan.
2. Menjadi aeuan bagi para penentu kebijakan dalam pereneanaan iogistik
di sarana kesehatan.
3. Menjadi aeuan dikalangan non-media yang mempunyai risiko terpajan
infeksi dalam pekeIjaannya. .
4. Menjadi bahan acuan tenaga keschatan dalam memberikan penyuluhan
kcpada paeierr/kliennya tcntang tlndakan peneegaban infeksi.
Buku Pedoman berisl pctunjuk speaifik yang dapat diimplcmcntasikan di
berbagai sarana kesehatan dl Indonesia dan juga dapat digunakan oleh kalangan
laln yang membutuhkannya aepertl keluarga paalen, petugas kepolialan, petugas
pengurus jcn8.2ah dan masyarakat eerta kalangan non-media lain yang
berisiko terpajan.

8




3. Kewaspadaan Universal

• Seperti dikemukakan di atas bahwa Kewaspadaan Universal merupakan bagian


dan upaya pengendalian
yang merupakan
infeksi di sarana pelayanan kesehatan.
komponen pengendalian
Survei.lans, penanggulangan
Upaya lain
infeksi di sarana pelayanan adalah
KLB, pengembangan kebijakan dan prosedur kerja


serta pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dalam hal pencegahan


infeksi, yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Penerapan Kewaspadaan Universal didasarkan pada keyakinan bahwa darah

• dan cairan tubuh san gal potensial menularkan


dan pasien maupun petugas kesehatan.
penyakit, baik yang berasal

• Prosedur Kewaspadaan Universal 101 juga dapat dianggap

• sebagai pendukung program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


bagi petugas kesehatan.

• Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Universal pelayanan kesehatan adalah


menjaga higie ne sanitasi individu , higienc sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan rnenjadi 5 (lima) kegiatan pokok

• yaitu:


1. Cuci tangan guna rnencegah infcksi Silang,
2. Pemakaian alat pelindung di antaranya pcrnakaian sarung tangan guna
rnencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain,


3. Pengelolaan alat keschatan bekas pakai,
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,

• 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan



3.1 Cud Tanpn


Mikroorganisme pada kulit manusla dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok. yaitu nora .. siden dan nora tr an sien , Flora risiden adalah


mikroorgarusrne yang seeara konsisten dapat diisolasi dari tangan
manusia, ridak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis, yang telah


beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang juga
disebut nora transien atau nora kontamina.si, jenisnya tergantung dari
lingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat

• dihilaogkan dari permukaan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan


sabun atau deterjen. Oleh karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan
infeksi yang sangat penting.

• Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah


melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau ala!
pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada


di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan Iingkungan
terjaga dari infeksi. Taogan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarong
Iangan.


• 9




Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.

Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu :


I. Cuci tangan higienik atau rutin: mengurangi kotoran dan nora yang ada di
tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen
2. Cuci tangan aseptik : sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan


menggunakan antiseptik
3. Cuci tangan bedah (surgical handscrub) : sebelum melakukan tindakan


bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

Prosedur Cuci Tangan dapat dilihat pada halaman 16 Prosedur 1

Indikaai Cuci Tengen

Cuci tangan harus dilakukan pada saar yang diperkirakan mungkin


akan terjadl perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan
suatu tindakan yang seharusnya dilakukan secara bersih dan setelah
melakukan tindakan yang kemungkinan terjadi pencemaran, seperti:
1. Sebelum melakukan tlndakan, misalnya: mernulai pekerjaan (baru tiba di
kantor); saat akan merneriksa (kontak langsung dengan pasien); saat
akan memakai sarung tangan steril at au sarung tangan yang telah
didesinfeksi tingkat tinggi (OTT) untuk melakukan suatu tindakan; saat
akan memakai peraJatan yang telah di-DTT; saat akan me1akukan injeksi;
saat hendak pulang ke rumah;
2. Setelah melakukan tlndakan yang kemungkinan terjadi pencernaran,
misalnya: setelah memeriksa pasien; setelah memegang alat-atat bekas pakai
dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi; setelah menyentuh
selaput mukosa. darah atau cairan tubuh lainnya; setelah membuka
sarong tangan (cuci tangan sesudah membuka sarong tangan perlu di lakukan
karena ada kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek}; setelah
dari toilet/kamar kecil; setelah bersin atau batuk.

Sarana Cuel Tangan


1. Air mongalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air
mengalir terse but maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis
atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempellagi di
permukaan kulit, Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara
mengguyur dengan gayung. namun earn mengguyur dengan gayung memiliki risiko
cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun
percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran
bukan berarti harus dar! PAM. namun dapat diupayakan secara sederhana dengan
tangki berkran di ruang pelayananj'perawatan kesehatan agar mudah
dijangkau oleh para petugas kesehatan yang memerlukannya.

10

• I
MIL1K PR:?I'USTAKAANj

• DBP: KI:;.'>uHA T AM








Gambar 3 : Contoh Sarana Cuel Tangan

• Selain air mengallr ada. 2 [ents bahan peneuel tangan


tw:utan
yang d1butubkan


yaltu: sabun atau deterjen dan antlseptik


2. Sabun dan DeterJen


Bahan tersebut Udak membunuh mtkroorgaruame tetapt menghambat
dan mengurangt Jumlah mlkroorgantsme dengan Jalan mengumngl tegangan


pennukaan sehingga mfkrocrgarusme terlepas darl permukaan kullt dan mudah
terbawa oleh alr. Jumlhll mtkroorgarusme semakin berkurang dengan


men1ngkatnya fre.kuensl cuct tangan, namun dtlaln plhak dengan sertngnya
menggunakan sabun atau detetjen maka laplsan lemak kul.It akan b1Iang dan


membuat kuIlt menJadi kertng dan peeah-peeah. HUangnya laplsan lemak
akan member! peluang untuk tumbuhnya kembaU mtkroorgamsme.

• 3. larutan Antlseptlk

• Larutan anttsepuk atau d1sebut Juga anttmikroba topikal. dlpakal pada


kuUt atau janngan htdup Ialnnya untu'k mcnghambat aktivttas atau membunuh
mtkroorgarusme pada kuUt.Antlseptlk mcmUtldbahan klmia yang memungk1nkan


untuk dtgunakan pada kullt dan seJaput mukosa. Antlseptik memtllld keragaman .
dalam hal efektlVltas. aktrvttas, akibat dan rasa pada Irulit seteJah dJpakal sesuai


dengan keragaman jenls antlsepttk tersebut dan reaksl kuJlt mastng-masing
IndJvidu.

• KuHt manusta
penurunan jumlah
tldak dapat dtstertlkan. TuJuan yang tngtn dicapat adalah
mikroorgan1sme pads kullt secara makslmal terutama kuman

• transfen. Krlterla memillh anUsepttk adalah sbb:


I. Memllikl efek yang luas, menghambat atau merusak mtkroorgantsme
secara luas (gram posltlf dan gram negatlf. virus IIpofllik. basUus dan


tuberkulosts, fungi. endospora).
2. EfektlJltas
3. Kecepatan aktlfltas awal

• 4. Efek restdu,
pertumbuhan
aksl yang lama setelah pemakaJan untuk rneredam

• J1





5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit
6. Tidak menyebabkan alergi

7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang


8. Dapat diterima secara visual maupun estetik

Pada Tabel 1 di halaman berikut ini tertera bermacam jenis antiseptik yang
sering dipakai
















12






...

~
IX
~ j
f
~
0
~ l::
Z "
E" E
j

c:
~ m x
il .s: X
il a
"" ii" c s ..

Ec " ~

~
x
-c a
.3 ..
0

• '" m c
'" ~~
a.~ F
,I

'5 j
f
~
~
e'"
..
li ..
s:
0
x
e

.. .E...


~
~


.10
c
ti ~~
~
~t

~

'6
>< <>
" .cD
~ ~§
s:S M
~~ c:

:<: ~:x
O.c
."t,

'"
c I..

~ '"
x
'"
2"
I
,hi
'''; § '!3

• ~
I
~
~2' ~
>c
.. ~

eo s: ~~ -!!1 .c ~
,';l !;
:<:
~~
:<:1l
a" "
~.8
1!1
:>: @ c

~ .,><

t'

~ .z
'" ., J i s
<>

u
III - .. 2' .. ~
a c. c. E '$

j ~
-
..
'"
v v .!3 (")

e E .. ..
~
• e. ~ .. .. +

.~
u
<0
.t: ~
.ill. .5. +
+

§
i
e + + +
,Q
:S- +

.... .. ..

~ 'ii
:E (:. +
VI

.... ..

~ <>
+ +
~' +
" + +

.. ..
• ..
~
+ + + + +
+
+ &
I!l + + +


+ +


'If:
...! '!'
0

0
<D
'#
0
-e-
#.
'"
if.
'"
~
N
;.; !J

<>

'6. ~. ~

i- 's"
• g
>< Il ~
a ~

..
z0, ~
c,
:I:
~
x

<;:
"1!'

- I
'is e:
~ ~ +
t! j

j
: iij2 s: ~

x
f~l
~
'0 .s §
i«; ~

-E :,: ~ a.
~~


s:
v:r
> <;:


~
~ ~
o e-





Prolledur 1 : Cud Tancan H1Cfent./Rutln •
I



a Sarana cud tangan dlSiapkan dl setlap ruang penderlta dan tempat lain misalnya ruang
bedah, koridor.


• Air bersih yang mengallr (dan kran, cere! atau Stlmber lain)
Sawn sebalknya dalam bentuk sabun calr


o
a Lap kertas atau kain yang leering


o Kuku dijaga selalu pendek



a Basahi tangan setlnggl pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
• Taruh sawn dl baglan telapak tangan yang telah basah. Buat busa 5eOJkupnya tanpa


percikan


Gerakan cud tangan terdin dari gosolcan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan
kanan diatas punggung tangan kin dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan dengan jali


saling mengait, gosok kedua Ibu jari dengan cara menggenggam dan memutar, gosok
pergelangan tangan


a Proses berlangsung selama 10·15 detik
• Bilas kemball dengan air sarTJpai berSih.


• Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang berSih atau tisu atau handuk katun sekali
pakai
• Matikan kran dengan kerta.s atau tisu.



• Pada cud tangan aseptjk/bedato dlikuti larangan menyentIJh permukaan yang lldak steril.

~I~
_--
1
i· ..?
2
~
3
~

4
~

'-
5


~
~ ~
#-' M •

r
6 7 8 9 10


11 12

Gambar 4 : Prolledur Cuel Tanaan Higlenl.

14





Proaedur 2 : Cue! T"DITaD Aaeptik


Cuci tangan aseptik biasanya dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptik
pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita pada keadaan tertentu


misalnya penderita dengan imunitas rendah, Persiapan dan prosedur pada cuci
tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis


hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan anitseptik dan setelah
mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.

Proaedur 3 : Cuel tanltao bedah




o AI! mengalir
• Slkat SU!ri1 &. Spans steriI


o SabI.rl AIlIlseptil<. misafnya PQYIdon )'Odiool. ~
lap kaIn alllu handuk steril


o

• !(Uku dlJaga se!alu pendek dan bersihkan dengan alat berupa batang kayu kedl yang lunak


o Lepaskan semua peltliasan tangsn

• • Nyalalcan kran


• Basahl ta"9"" dan Iengan ~ dengan air
o Taruh sabun antisEptik di bagian telapak tangon yang telah basah. Suat busa secukupya tanpa pertikan.
o Sikat baglan bawah kuku dengan Sikat lembut


• Boat gerakan mcncuci tangan seperti CIJci tangon blasa dengan waklu leblh lama. GOSOk tangan dan
!eng"n saw per saw secara bergantian dengan gerakan mellngkar.


o Sikat tembut hanya digcnakan unt\lIt memberShkan kuku saja buIcan untuk menyikat IaJIlt yang lain oIeh


brena depot rneIukainya. IJnt1j( met IggOSOIt bAit depot df900akan spans 5Ief1I setcaII pakaI

• Ptoses cud tangan bedah betIangi50ng se!arna 3 Ilingga S menlt dengan pnnSip sependeI< rnungkin taIli


cuklJp memadai untuk mengurangl Jumlah bakter1 Y.:O\lITlef1!mpel ell ta"9""
• Sclarna cucI tangan jaga agar letak tangan lebih Hnggl dan slku agar air mengallr daM arah tangan ke


wastafel
• Jangan sentuh wastafel, kran atau gaun peUnclung

• KeringI<an tangan dengan IapSU!l1l


• GosoI< dengan all«lllol 70% atau c:ampuran al1<ohcI 70% dan Ido<IleIcsedin 0.5% seIama S menit dan
keMngkan kembaD

• • Kenakan gaun pelindung dan sarung rangan steriJ

• Calalan : kenakan sarung tangan setelah tangan be!uI·betul kering, jangan kenatan sarung langan


saat tangan maslh basah.


• 15









Proaedur 4 : Alternatif Cuei TaIlCaJ1 Hillenl.

Hanya mengganti cuci tangan higieniaj'rutin, tidak dapat menggantikan cuci




tangan bedah. Dikerjakan hanya bila tidak memungkinkan untuk rnelakukan
cuci tangan secara standar, misalnya tidak ada air mengalir.



• GosoIdah sedllclt cairan pada kedua tang"" secata merata






16
• •









.. • • • • • •

~

! •







akan rnenangani pasien yang lain. Hindari kontak pada benda-benda lain selain
yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan, misalnya

membuka pintu selagi masih memakai sarung tangan, dsb.


Beberapa jenis sarung tangan dapat dicuci dan didisinfeksi atau disterilkan
sebelum digunakan kembali, namun sarung tangan yang diproses kembali


dengan OIT atau disterilkan sebaiknya tidak dipakai ulang sampai lebih dan 3
kali. Pemrosesan berulang akan memperbesar terjadinya lubang pada sarung
tangan. Oleh karena itu setiap kali pencucian dilakukan pemilahan terhadap


sarung tangan yang bocor atau sarung tangan yang telah diproses untuk yang
ke tiga kalinya, untuk dibuang karena tidak lagi layak pakai.

Tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan rangkap bila tidak benar-




benar diperlukan karena tidak meningkatkan perlindungan, bahkan akan
meningkatkan risiko kecelakaan karena menurunkan kepekaan (raba).

Sarung tangan rumah tangga dapat dicuci dan digunakan berkali-kali untuk


membersihkan peralatan, pencucian linen, membersihkan ceceran darah atau
cairan tubuh lain, namun tidak dipakai untuk perawatan lainyang menyentuh
kulit pasien secara langsung.

Prosedur pernakaian dan pelepasan sarung tangan dapat dilihat pada




halaman 24 dan halaman 25


Kadang-kadang perlu dipakai sarung tangan ganda pada keadaan khusus,
seperti pada: .
1. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dan 60 menit) dan atau
melakukan tindakan operasi di area sempit dengan kemungkinan besar
robekan sarung tangan oleh alat tajam seperti jarum, gunting atau penjepit.

••
2. Tindakan ',yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan tubuh yang
banyak seperti operasi cecar, persalinan dll, <i'

3, Bila memakai sarung tangan pakai ulang yang seharuenya sekali pakai.
Sarung tangan tidak perlu dikenakan untuk tindakan tanpa kernungkinan
terpajan darah atau cairan tubuh lain, Contoh mernberi makan pasien,
membantu minum obat, membantu jalan, dll. •


•o

20







Proaedur 5 : Pemakala'nSa~1 Tangan Sterll
.. .,;


~II . . • .. <~.~
,
, . ,.:' .


• JeflIs san.ng tangan sesual !eM dndalcan
• Ku1cu dijaga agor seIalu peOdek

• teoas dndn don pernlasan lain



0lC:I tangon sesu<l1prosedur standar
-;-
.. ai_d. "
• 0.JCi tangon
• Siapkan area yang rukup luas, beIsih dan kerlng untuk membuka paket sarung tangan. Pema~kan
tempat menaruhnya (steril atau minimal OTT).
• Buka pembung1ws sarong tangan, minta bantuan peW,;i!S lair. untuk membulca pembungkus san.ng
Iangao), let.akkan sarong tango. dengan baglon te!apak tangon menghadap k. alas (1).
" Ambit salah satu sarung tangon dengan memegang pada slsl sebelah oaiam llpatannya, yoltu baglan
yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakal (2).
• Posisikan sarung tangan setInggt pinggang dan menggantung ke 1MtaI, sehInWa baglao lubang jaII.jaII
Iang ....nya teruka. MaSJJkkantang an Ooga saruno tangan supaya tetap tldax menyentuh pennukallll (3).
• Ambfl sarung tangan ke dlJa dengan cera menyellpkan Jart-Ja~ t.angan yong sudah memakal sarung
tangan xe baglan Ilpatan, yalw bagion yang tidax akan bersentuMn dengan twllt tangan saat dipakai
(~).
• Pasang sarung tangon yang kedua dengan car. memasukkan ja~.jaI1 tangan yang belum memakal
sarung tangan, xemudlon luruskan llpatan, dan atur posIsl sarung tangan sehlngga terasa pas dan coak
di tangon (5).

GaJnbar 7 : Can Memakai SaruDI Tang ... SterU

22




Prosedur 6 : MeJepaa Sarong Tangan
,

• ,
' ...I....n

• Larutan K1or1n0.5% cIalam wadah yang culwp be..ar

• • 5arana CUd tangan


• Kantung penampung Nmbah meds
Pranlfur

• Masuklcan 53""'9 tangan yang masih dipakal ke dalam larutan kIorin, 9OSOklcanuntuk mengangkat

• •
bercak darah atau calran ttlbuh lainnya yang menempel (1).


Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarlk ke arah ujung jari-jan tangan sehlngga baglan
dalam dan sanung pertama menjadi slslluar (2).

• " lang.n dibllka sampallerlepas sama sel<ali, blarkan sebaglan masih berada pad. tangan sebelum
meIepas sa~ Ian9an yang ke dua. Hal ini penting untu1< ~ terpajannya kullt langan yang
terbu1<a dengan permulCaan sebeIah Iuar sarung langan.


• BiaI1<an sarung tangan yang (ler1ama sampai disekJtar Iari·jari, lalu pegang sanung ttngan yang ke dua
pada lipatannya lalu IaMk ke arah ujung jad hlngga bagIan dalam sarung tangan menjadi sisliuar.


Demiklan dllakukan secara bergantlan (3).


Pada atNr setelah hllmlllr dl ujung jarl, maka secera be<samilan dan dengan sanga! hatl·haU sarung
tangan tad! d,lepas (4).


• ""00 diperlJatikan twlllWa tangan yang terbul<a hanya boIeh menyentuh bagian dalam sarong langan.
• CUd tangan selelah sarong langan diiepas, ada kem<Jngldnan sarong tangan ber1ubang namun sangat


k.eOI dan tidak terllllat. llndakan menax:i tangan setelah meIepas sarong tangan lni ibn mempet1cecil
riSiko terpajan.




• 1 2 3 4

• Gambar 8 : Can. MeJepu Sarong Tangan








• 23





2. Pelindung Wajah (masker dan kaca mata) •

Pelindung wajah terdiri dari dua macarn pelindung yaitu masker dan kaca
rnata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada yang terpisah dan ada pula


yang menjadi satu. Pemakaian pelindung wajah tersebut dimaksudkan untuk
melindungi selaput lendir hidung, mulut dan rnata selama melakukan tindakan


atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan
tubuh lain. termasuk tindakan bedab ortopedi atau perawatan gigi.
Jenis alat yang digunakan meliputi, masker, kacamata atau pelindung


wajah digunakan sesuai kemungkinan percikan darah selama tindakan
berlangsung. Masker, kacamata dan pelindung wajah digunakan sedemikian


rupa sehingga tidak mengganggu lapangan dan ketajaman pandangan.

Petugas yang rnelaksanakan tindakan berisiko tinggi terpajan lama oleh


darah dan cairan tubuh lainnya harus memperhatikan perlunya

••
perlindungan maksimal, lapangan pandangan dan kenyamanan kerja,

Masker tanpa kacamata hanya digunakan pada seat tertentu misalnya


merawat pasien tuberkolosis terbuka tanpa luka dibagian kulitj'perdarahan.


Masker digunakan bila berada dalam jarak I meter dan pasien.
Masker, kacamata dan pelindung wajah seeara bersamaan digunakan


petugas yang melaksanakan atau membantu melaksanakan tindakan berisiko
tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya an tara lain
pembersiban Iuka, membalut luka, mengganti kateter atau dekontaminasi alat
bekas pakai.
Bila ada indikasi untuk memakai ketiga macam alat pelindung tersebut,


maka masker selalu dipasang dahulu sebelum memakai gaun pelindung atau
sarung tangan, bahkan sebelum melakukan cuci tangan bedah.

Petugas yang menggunakan masker dan kaeamata/pelindung wajah




akan terlindung dari infeksi yang ditularkan lewat darah/cairan tubuh
lain serta infeksi yang ditularkan lewat udara

3. Penutup kepala

Tujuan pemakaian penutup kepala adalah mencegah jatuhnya


mlkroorganisme yang ada dirambut dan kulit kepala petugas terhadap atat-
alat/ daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala /rambut
petugas dari percikan bahan-bahan dan pasien.
Pada keadaan tertentu misalnya pada saat pembedahan atau di ruang rawat
intensif (ICU) petugas maupun pasien harus menggunakan penutup kepala
yang menutupi kepala dengan baik.
4. Gaun I Baju Pelindung

Gaun pelindung atau jubah atau celemek, rnerupakan salah satu jenis
pakaian kerja. Seperti diketahui babwa pakalan kerja dapat berupa seragam

24 G
Tabel 3 : Pcmllihan Alat Pellndung Sesuai Jenis Pajanan

I .., ; ,;Je!I" ' " " . .:.:.",.::.1. I .,:..,;~;~ ,_I .1


Rlsiko rendah
• I(ontal<dengan kulit 0 lnjelcsl • SaIUlg tanga~ tidak esenslal

· '- TIdak terpajan datah • Perawatan Iuka ringan

Risiko sedang
• Kemungkinan terpajan darah • l'emeliksaan pelvis 0 Sarung tangan
nernun ijdak ada clpratan • InsetSllUD 0 Mungkln perlu ~aun
• Melepas IUD pelindung atau celemek
• Pemasan9"n katetet intta vena
0 I'enan9"nan speslmen
laboratortum
0 Petawaton Iuka beral
0
G!re'an da"'"

Rlslko tinggl
• Kemungkinan terpajan darah 0 TIndakan bedah ma~ • Sarung tllloan
dan kemungklnan terdprat 0 8edah muM • celemek


• Perdarahan massif 0 Persallnan pervaglna • Kacamata peJlndung
• Masker

.~
Proaedur 7 : Penggunaan Gaung PeUndung

.:s=; c' ..., V~~:;,· " co:




,

a Hanya baglan luar gaun saja yang ten<ontaminasl, karena tujuan pemakaian 9"un untuk mellndungi
pemakai dari infeksi



u Hanya bagian depan atas gaun bedah (dl etas ping9ar,~) sala yang dJan99ap steri: dan baleh
bersinggungan dengan lapangan

•«
Cera memakal gaun bedah mengikuG proses tanpa singgung. yaltu dongan mengusahakan agar baglan
luar gaun tidak bersinogungan Iangsung dengan kul~ tubuh pemakai
• Gaun dapat dipakaf sendI~ oIeh pemakaf atau dlpakallcan oIeh cnng lain
0 Selalu di1<enakandalam kamat bedah dan tidak tibawa kelual ke<:uaIl untuk dicucl, tetmasuk ke ruang


makarl atau lalnnya
a Saw gaun pelindung dlkenakan untuk menanganl satu pasjen
Celemek kedap air dlpalUll dl sebelah dalam gaun pellndlJllg bedah


a

.-1,...';...:..:.:.::~T"i~:q~~:0;:";","" !!.),F;'. M~F5


~""pan.·~,,""".I..n "'~U#!I


0 Handul</Iap stern
• Gaun pelindung steril

•«
a Sarung !angan steril
0 COOtangan ~k
• Pembedahan
,

«
26


•«




• "a.lllur

• • Ket1ngkan tangan dan lengan satu per satu bergantlan dlmulal dali tangan kemudlan lengan bawah


memakai llaIlduk sterii.
o )1108 agar tangan tldak menyenllJh gaun pellndung steril. Taruh handuk bekas pada suatu wadah


• Ambil gaun pelindung dengan memegang baglan dalam yaltu pada bagian pundaJc. Siar1<an oaun
pe(ond<Jng _, masuIckan tangan-tangan ke daIam hJOang. PosIsI ~n dlletakkan ~ ctada,


menJauh dari tuboh.
• Gerakkan leng_n dan tang_n ke dalam lubal1g 90un pelindung

• • Baglan belakang gaun ditutup/dilkat dengan bantuan petugas lain yang tidak steril



••



• Gambar 9 : Memakaf Gaun Bedah



• . .

• if





Gambar 10 : Memakai GauD Bedah den&an Bantuan


• 27








3.3 Pengelolaan Alat Kesehatan

Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin a1at tersebut dalam kondisi steril

dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan kedalam
jaringan .di bawah kulit harus dalam keadaan ateril. Proses Penalalaksanaan


peralatan dilakukan melalui 4 (empat) tahap kegiatan yaitu :


I. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Sterillsasi atau OIT dan


4. Penyimpanan

Oekontlmln .. i
Rendam dalam IalVtan Idarin 0.5% S(>iama10 menlt

D
CUd berslh dan lirfskan
Pakal salVng tangan dan pellndung l~ap objek
tajam

D .o- ,-J
D
I, '*111fW111ngDt,....1
f ,"'''''.'' --i_ '
UlP Pemo_n -lOmilwl KlmlaWl U1p Rebut
.. rt.bn.n KlIrfng Rend.m IIOlam

Tlnggi-OWkl.,
110' C dlstnfelctln 10 -
larutan
Ilrut1n
rend"" dalam
_1 11
uap ,Ir
TutlJp dallm
.fT n14!rldl<jlh
BlINn dal.m
se.ma 60 24 )1m
121' C
106 kPI (I olm)
20-30_
ment AIlIu
GosEnl
..-
dlsWtlclJn 20
_mo20
me«
seamo 20
."...

D Pendlnolnan • Penyimponan
D
Slap paical

calalan :
1. Alat yang terbunglws dalam bungkusan !terll dapat d1simpan SM'pal saw
mInggu bila tetap k.eriIlg dan pemblllglws utuII
2_ AIat yang tIdak terbung!ws haNs disImpan dalam tempat (tromoI) S1eftJ
3. Alat yang diolah dengan dlslnfe!tsi tinglcat tinggl dislmpan dalam wadah
tertutup yang Udak mudah terbuka atau segera cfipakal

Gambar 11 : Baean AIm Pengelolaan Alat Keaehatan

28




kemudian setelah keamanan dan efektifltas terpenuhi. Yang dipertimbangkan
dalam hal keamanan adalah antisipasi terjadinya kecelakaan atau penyakit
pada petugas kesehatan yang mengelola benda-benda terkontaminasi dan
melakukan proses dekontaminasi. Kebanyakan. alat kesehatan tersebut

terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang membawa berbagai
organisme penyebab penyakit terutama HlV, virus hepatitis B, dan hepatitis C.
Oleh karena itu petugas kesehatan yang bekerja dengan risiko terpajan oleh
darah dan cairan tubuh harus mengenakan alat pelindung yang memadai,
melaksanakan prosedur kerja yang meminimalkan risiko pajanan terhadap
lapisan mukosa dan kontak parentral melalui bahan-bahan terkontaminasi.
lnstitusi yang bersangkutan dianjurkan untuk memberikan vaksinasi hepatitis
B kepada para petugasnya, dan melakukan tindak lanjut pada setiap pajanan
darah atau cairan tubuh yang terjadi.


Sedapat mungkin pemilahan dilakukan oleh si pemakai di tempat segera
setelah pemakaian, selagi mereka masih mengenakan alat pelindung yang


memadai seperti di ruang operasi, sehingga pajanan pada petugas dapat
diminimalkan. Apabila pemilahan harus dilakukan diluar tempat pemakai maka


harus dibatasi pada pemilihan antara alat yang akan di proses lebih lanjut dan
alat sekali pakai. Pemilahan meliputi pelepasan alat dari engsel dan kuncinya
agar mudah dibersihkan namun hams dijaga agar alat tersebut tetap berada
dalam satu bungkus untuk memudahkan pada pemasangan kembali kala akan


digunakan nanti.


Perhatian: jangan merendam alat dari logam anti karat didalam !arutan
NaCI atau larutan natrium hipoklorit terlalu lama. Ion klorit dari kedua
larutan terse but dapat menyebabkan korosi logam










30











~'~
'" .. .. . •

·lJ'I!PIeAW ~ • +
~lU


+ .. • .. + +
..~. 1fO


+ + +
• +

• ..
• :~ -,·~1W1d
-+ .. + + ..
• • •


,-- . IAIIII • + • •

• • •
+ + .. .. +

• • .
~ .. ....
.. ..
..

• •
• .. • .. + ~


+ .. ... -+


+ • +
to


.++-+ +

. .. .. .. ..




.....
• • •
.
.
.. + +I

• +

.. + +

+
• +

+ + +


Proaedur 11 : Dekontamioui Khusua
.

I~"'l;...nI.!l:AJji'~:;'", ~:~~~,i1~~,t@~~~;\i~'~
. • ...., .. , •. _. ,~:",;.;,.~~.v~
tt.:. .'1 .li ~;",~~\
" .. • •. , ... _', _/ ':L ...•.•_.... ",; .):

J.",m • Semprit Siaplcan"wadah yang !.than l\Isubn I~ dengan kiorln 0.5%, 1$1 jarum &. semprlt dengan
(sebaiknya jarum &. semprit larutan Idortn dan sem~n, lakukan $ebOnyak 3 kalt.
tldaJ( dlpakal wno) Renclam dalam Illrutan idorfn selama 10 m!nR. atau dllnsinerasf bersama wadahnya.
Slrung tlngen Sebetum melepa5 sarung tangan, celupkan [angan dal.3m larutan klortn O,S% untuk


_lain palotl : buang saruI10 membersihkan permukaan luir sanmg tiflgCln da" menghJla~kan darah dan @Irao
tangan bokas pikal dI tempat tubuh yang laIn
penampungan Ilmbah medls Lepas saruog tingan tanpa men't'entuh permukaan luamya deogan tangan telanjang
palall "lang: tilmp""o sarung dan 5egera cud tangan
.tan~n daam wildahsementara Rendam S&olVngtcIngan dalatlt iarutan klorin 0,5'% dan b1arkan selama 10 mena
yang b!rtUtIJp menunggu untuk sebelum dlald
dllal:l.bn delcontaml .. "
bel'Slma-sama Untvk mE!OClOgasha""o tongan robek dan ber1~ng selama proses dekOOOlmlnasl,
tempatkan $ar\l"9 tangan dalam wadah yang bei'beda deogao wadah yang dJpakal


untuk penlatan tajaM

Wadilh untuk Penyimp.:nan 1$1wadah dengan larutan )dOM 0,5% dan biatkan .selama 10 mef'lt sebelum


PerlJ.tan dlbM:Ihkan
Bllas dan CUd dengan segera
PIIInnuDan meja y.,ng tidak GunaJtan $arut)g tanga" rumah tan09a dan celemek k.eclap air sast menge!jakannya
berporJ
Siapkan IaNlan kiorln 0.05% d.lam .Ia' penyemprot (~I"'"


Semprottan larutan tersebOt pacSa oermukaan yang ak.lo cf:I deltontomlnaSl; blarkan 10
men~
Kemudl,n lap deng.n lap be sa h yao """'h borulang k.allhlngga Iaru'M ido<ln
'etangkat

PeocuoiaD Alat



Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah
penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka pada


umumnya proses disinfeksi atau sterilisasi selanjutnya menjadi tidak efektif.
Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan


reaksi pirogen bila masuk ke dalam tubuh pasien.
Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya
kursr roda, alat pengukur tekanan darah, infuse pump, dsb. cukup dilap


dengan larutan deterjen, namun apabila jelas terkontaminasi dengan dara:h
maka diperlukan disinfektan.
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala kotoran
yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau deterjen,
air dan sikat, Kecuali menghilangkan kotoran, pencucian 'akan semakin
menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi penyebab infeksi
melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, dan juga mempersiapkan
permukaan alat untuk kontak langsung dengan disinfektan atau bahan


sterilisasi sehingga proses dapat berjaJan secara sempuma. Jika tidak dicuci
lebih dahulu, proses sterilisasi atau OTTmenjadi tidak efektif.
Pada pencucian digunakan deterjen dan air. Pencucian harus dilakukan
dengan teliti sehingga datah aUiu cairan tubuh lain, janngan, bahau organik
dan kotoran betul-betul hilang dan permukaan alat tersebut. Peralatan ypng
sudah dicuci, dibilas dan dikeringkan dahulu sebelum diproses lebih Janjut.

34


I





Pencucian yang hanya menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein,
minyak dan partikel-partikel.

• Deterjen dipakai dengan cara mencampurkannya dengan air dan digunakan


untuk membersihkan partikel dan minyak serta kotoran lainnya.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cud biasa untuk
membersihkan peralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan
meninggalkan residu yang sulit dihilangkan. Hindarkan juga penggunaan abu


g090k karena akan menimbulkan goresan pada alar yang bisa menjadi tempat
bersembunyi mikroorganisme dan juga memudahkan terjadinya karat.

• Tabel 7 : Cara Pencuclan Perala tan Menurut Jenlsnya


• • Jarum & Semprit yang

dtpakal ufang


Pisahkan io"""
mengl'olangkan
& semprlt lolu cuci oengan deterjen dan air hangat untuk
semua parokel yang rndeI<at
BerslhI<an bekuan darah atau janngan dengan menggunakan kawa!

• halus yang dima1c.<ulckanke dalam Jarum


• Pasang """'ballj.rum & semprit dan bilas menggunakan air ber>ih
dengan cara dl semprotkan sedikitnya tig. kali


• Pem.tikan ujung )arum untuk mem.slikan bahwa seluruhnya lelah
berslh, uju09ny. tldak bengkok dan tidak rusak

• • Valdnkan bahwa pengaman dan huruf pada semprlt masih terbaca


• Keringkan jarum dan semprit dengan ell angio-angi .... n


• SanIng Tangan o Untuk menghIndatI robek, pertaWkan sarong tangon dengan hatl-hali.
langan gunakan slkat dan selalu pisahkan dan perolatan yang lain


• Cud sarung tangan dengan detet]eo dan air hangat


• Bilas denQill10lr ber>ih sampal semua deterjen hllang
o Cck adanya lubang pada sarung tangan deng.n menlupkan uda ... lalu


memega09ny. dalom air, atau mengisl sarung tangan dengan air 'olu
lihat apakah ada air yang keluar


• Keringkan bagian diJlom dan Ioar dengan handuk/kaln yang berslh atau
diangin-anginkan

• o Permukaan o Pennukaon meja, meja operasl, dlOOI09, lantai dan lalnnya vang
kernungkin.n terl<ontamlnaSi darah atau calran tubuh, harus segera

•,
dldekontaminasi deng"n larutan KI"rin 0,5% selama 10 menlt
• Setelah)O menlt lakukan pencucian dengan deterjen
• Bilas deng.n air sampal ber>ih, kerlngkan dengan kain bersih




• 35

~


Dlslnfeksl dan Sterill ... 1

Seperti telah diuraikan pada Bab I gam bar I dan 2 bahwa infeksi yang
terjadi di saran a kesehatan salah satu faktor risikonya adalah pengelolaan alat
kesehatan atau cara dekontarninasi dan disinfeksi yang kurang tepat. Meskipun
tidak semua alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan medis kepada
pasien harus disterilkan, tetapi pengelolaannya hams dengan cam yang benar
dan tepat, dalarn hal ini harus diidentifikasi apakah alat perlu dieuei saja, atau
harus didisinfeksi atau perlu disterilkan. Penentuan tersebut tergantung pada
bagaimana alat tersebut akan digunakan dan juga ketersediaan sumber daya,
termasuk biaya.

Definisl dan Gambaran Umum

Seperti terlihat pada Tabel 4 dihalaman 31 tentang Pemilihan Cara


Pengelolaan Alat Kesehatan Sesuai Risiko Infeksi dan Jenis Penggunaan Alat di
halaman 29 dipaparkan bahwa pengelolaan alat dikategorikan menjadi 3, sesuai
risiko infeksinya yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Riaiko Tinggl

Suatu alat termasuk dalam kategori risiko tinggi karena penggunaan alat
tereebut berisiko tinggi untuk menyebabkan infeksi apabila alat tersebut
terkontaminasi oleh mikroorganisme, atau spora bakterial. Alat tersebut mutlak
perlu dalarn keadaan steril karena penggunaannya menembus jaringan atau
sistem pembuluh darah yang steril. yang masuk kategori ini melipuli alat
kesehatan bedah, kateter jantung dan alat yang ditanam (implanl). Alat-alat ini
harus dalarn keadaan steril pada saar pembelianya atau bila muogkin


disterilkan dengan otoklaf. Apabila alat tersebut tidak tahan panas maka
sterilisasi dilakukan dengan etilen oksida atau kalau terpaksa apabila cara lain
tidak memungkinkan, dilakukan sterilisasi kirniawi sepertt dengan
glutaraldehide 2% atau hidrogen peroksida 6%. Cara tersebut harus


memperhatikan persyaratan yang harus dipenuhi yaitu pencucian yang cermat
sebelumnya, kandungan zat organik, temperatur, dan pH.

Risiko Sedang

Alat yang digunakan untuk menyentuh lapisan mukosa atau kulit yang
tidak uruh, harus bebas dari semua mikroorganisme kecuali spora. Lapisan
•«
mukosa yang utuh pada umumnya dapat menahan infeksi spora tetapi tetap
rentan terhadap infcksi basil tuberkulosa, dan virus. Yang termasuk dalam «
•«
kategori risiko sedang antara lain alat untuk terapi pernapasan, alat anestesi,
endoskopi dan ring diafragma. Alat berisiko sedang memerlukan paling tidak
disinfeksi tingkat tinggi, baik secara pasteurisasi atau kimiawi. Pemilihan
proses disinfeksi harus mernperhatikan efek sampingnya, seperti klorin tidak

•«
dipakai karena sifat korosifnya.. Laparaskopi dan artroskopi yang dipakai
dengan menembus jaringan steril, idealnya harus disterilkan terlebih dahulu,
namun biasanya hanya dilakukan disinfeksi tingkat tinggi saja. Disarankan
agar sernua alat dibilas dengan air steril untuk menghindari kontaminasi
dengan mikroorganisme yang berasal dari air seperti mikobakteria
nontuberkulosa dan L.egionella. Bila tidak tersedia air steril dapat dengan air «
«
36
•«
•«



Masing-masing disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan
tidak dapat saling mengganti satu sarna lain. Oleb karena itu para pengguna
perlu meneari informasi dari maslng-masing disinfektan tersebut untuk
dipelajari agar dapat memilib dengan tepa! dan memperoleh efektifitas yang


optimal. Pemiliban yang kurang tepat akan disinfektan atau konsentrasi yang
digunakan akan mengakibatkan biaya yang terlalu tinggi dan efektifitas yang


rendah. Juga perlu dipertimbangkan penyakit kulit yang mungkin timbul pada
para pekerja akibat pajanan dengan diainfektan. seperti pada formaldehid,
glutaraldehid, klorin, sehingga perlu menggunakan alat pelindung yang dapat
meminimalkan pajanan terhadap disinfektan dan menurunkan risiko tersebut,

Karakteristik disinfektan yan, idea)



I. Bersektrurn !uas
2. Membunuh kuman secara cepat
3. Tidak dipengaruhi faktor lingl<ungan,
yaitu tetap aktif dengan adanya zat
6. MeninggaJkan lapisan
antimikrobiai pada permukaan
yang diproses
7. Mudah pemakaiannya

organik seperti darah, sputum, fesee, 8. Tidak berbau
tidak rusak oleb sabun, deterien, dan 9. Ekonomis
zat kimia lain yang mungkin digunakan lO.Larul dalarn air .
bersama. 11.Stabil daiam konsentrasi aktifnya


4. Tidak toksis 12.Mempunyai e[ek pembersih
5. Tidak korosif atau rnerusak bahan

A. Dlainfektan Kimiawi

a. Alkohol

Merupakan disinfektan yang juga antiseptik bisa dalam bentuk etil alkohol,
atau isopropil
fungisidal.
alkohol.
dan virusidal,
Bekerja cepat sebagai bakterisidal,
tetapi tidak membunuh spora
tuberkulosidal,
baktcrial pada •

konsentrasi 60 - 90% dan efektifitasnya menu run tajam di luar konsentrasi
tersebut. Cara bekerja alkohol adalah dengan cara denaturasi protein. Alkohol
absolut (100%) mempuyai efek bakterisidal lebih rendah dari alkohol yang
mengandung air dengan konsentrasi seperti di alas, oleh karena air akan
mempereepat proses denaturasi protein tersebut. Metilalkohol mempunyai efek
bakterisidal yang paling lemah, oleh karena itu tidak pemah digunakan sebagai
disinfektan.
Eti! alkohol atau isopropil alkohol kecuali merniliki efek bakterisidal juga
memiliki efek virusidal yang cukup kuat, yaitu dapat menginaktifasi virus dalam
waktu I menit. Isopropil a1kohol tidak efektif terhadap enterovirus non lipid. Eti!
alkohol maupun alkohol juga efektif untuk virus hepatitis B (HBV), herpes
simpleks (HSV), HIV, rotavirus, echovirus, dan astrovirus.

38


Alkohol tidak digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis atau bedab, oleh
karena tidak memihki efek sporisidal. Alkohol efektif untuk disinfeksi

••
termometer oral maupun rektal, juga serer optik endoskop. Tisu alkohol juga
sudah lama digunakan untuk mendisinfeksi permukaan kecil seperti tutup
karet botol obat dosis ganda, atau botol vaksin, sering juga dipakai pada
diainfeksi permukaan luar peralatan seperti stetoskop, ventilator, manekin
resusitasi-jantung-paru , atau dacrah suntikan. Perlu diperhatikan bahwa alat
halus seperti tonometer bila terus menerus diusap alkohol setiap kali akan


dipakai dapat rusak dan berbahaya bila dipakai. Alkohol adalah zat yang
mudah terbakar, oleh karena itu penyimpanan harus ditempat yang sejuk dan


berventilasi baik. Alkohol juga cepat menguap sehingga sullt mencapai waktu
kontak yang lama pada konsentrasi efektifnya.

•• b. 100M dan Ikatan 100M

Hipoklorit adalah disinfektan yang telah digunakan secara luas di rumah


sakit. tersedia dalam bentuk cairan (contohnya natrium hipoklorit] atau dalam
bentuk padat (contah: kalsium hipoklorit, natrium diklcroieoeianurat].


Hipoklorit memiliki aktivitas antimikrobial dengan spektrum cukup luas, murah
dan bekerja cepat. Sifat mikrobiosidal dari klorin dibawa oleh adanya klorin


bebas HOCI dan OCI. Larutan klorin yang berasal dari tablet natrium
dikloroi sosianu rat (NaDCC) beraifat lebih stabil dan memiliki aktivitas


mikrobiosidal lebih besar dibanding dengan larutan natrium hipoklorit.


Care kerja klorin dalam mcmbunuh bakteri belum sepenuhnya dapat
dijelaskan, diduga dengan cara menghambat reaksi ensimatik yang esensial di


dalam sci, denarurasi protein, dan dengan eara inaktivasi asam nukleat.
Konsentrasi aktif dari klorin dapat di lihat pada Tabel 5, Macarn-macam


Disinfektan dan Karakteristiknya di halarnan 3 L


Maeam-macam konsentrasi klorin dapat mcmiliki efek biosidal berbeda,
seperti tertera pada tabel dibawah.

• Tabel 8 : ECek lOorin daJam Konaentraal yang Berbeda


. ,
I,' MUuoo.;.~ e ~tn...,ektif w.ktu
,


klonn "
, ',.
• Mikoplasma dan bakterf 25 ppm Be~rapa detik


vegetatir « 5 ppm)

• Spora Badllus sUJcilN. 100 ppm 5 menit

• 0 Agen mlkotlk 1 jam


0 S_ aereus 100 ppm 10 merOt
0 Salmonella _esuIs

• • Pseudomonas ileroglnosa


• Beberapa macam virus 200 ppm 10 meni!
termasuk HIV, HOV.

• Mycobacterium tuberculOSis 1000 PPM 71


t

• 39

••

Sediaan klorin berupa cairan pernutih rumah tangga mengandung natrium
hipoklorit 5,25% atau 52.500 ppm klorin bebas, dengan pengenceran 1 : 999 41
akan rnendapatkan 50 ppm klorin bebas dan pengenceran 1 : 9 akan
menghasilkan 5000 ppm.
Klorin digunakan untuk dekontaminasi permukaan meja atau lantai sehari-


hari atau setiap saat diperlukan. Juga dapat dipakai untuk dekontaminaei
tonometer. Untuk pereikan darah dianjurkan menggunakan klorin dari bahan
pemutih 5,25% dengan pengenceran I: 10 sampai I: I00. Cara ini akan
meminimalkan risiko petugas kesehatan terpajan oleh darah atau cairan tubuh
melalui alat yang terkontaroinasi. Efektifitas hipoklorit atau disinfektan lain
diturunkan seeara bermakna oleh darah, maka dianjurkan darah atau cairan
tubuh lain dibersihkan dahulu dengan lap atau kertas yang menyerap sebelurn
di dekontaminasi dengan cairan hipoklorit 0,5%, atau 0.05%, atau
dekontaminasi dilakukan dua kali. Setidaknya diperlukan kontak dengar; 500
ppm klorin bebas selama 10 menit.
Sudah lama klorin digunakan untuk pengelolaan air (water treatmen~,
dengan cara hiperklorinasi untuk dapat membersihkan air limbah. Agar lebih
tahan lama maka larutan klorin disimpan dalam wadah plastik atau polietilin
yang kedap sinar.

c. Formaldehid
Formaldehid digunakan sebagai diainfektan dan juga untuk sterilisaei baik
dalam bentuk cair ataupun gas. Di pasar formaldehide dijual dalam bentuk t
cairan yang disebut formalin, yang mengandung formaldehid 37% dari beratnya.
Formaldehid memiliki daya bakterisidal, tuberkulosidal, Iungisidal, virusidal
dan sporisidal, namun juga bersifat karsinogenik, sehingga petugas kesehatan
harus membatasi din kontak dengan formaldehid tersebut. Keadaan tersebut
juga membatasi peranan forlmaldehide sebagai bahan disinfeksi ataupun
sterilisasi.
Cara kerja formaldehid adalah melalui reaksi alkilasi asam amino atau
protein. Mikroorganisme yang rentan terhadap formaldehid adalah virus polio
(dalam konsentrasi formaldehid 8% selama 10 menit), naroun kebanyakan virus
lain hanya perlu formaldehid 2%, M. tuberculosis, S typhi-(2 menit), Bacillus
anthracis (2 jam).

Meskipun formeldehid-alkohol dapat dipakai pada sterilisaei kimiawi dan


formaldehid pada disinfeksi tingkat tinggi, namun karena etek iritasi dan
karsinogeoik serta memberikan bau yang sangat merangsang maka tidak
lagi dipergunakan.

Penggunaan formaldehide saat ini terbatas pada pembuatan vaksin viral,


pembalsam jenazah,
kedokteran.
pengawet kadaver untuk praktikum mahasiswa •
Paraformaldehid, bentuk padat polimer dari formaldehid yang mudah
menyublim pada suhu tinggi, dipakai untuk dekontaminasi laminair flow dan
bicJlogicsafety cabinet pada saat-saat tertentu.

40
dalam kantung tersebut yang dapat mencemari lingkungan. Namun hal tersebut
temyata tidak mengurangi angka kejadian bakteriuri yang berhubungandengan
pemasangan kateter (infeksi nosokomial).
Meskipun H202 dalam konsentrasi 6-25% dapat digunakan untuk sterilisasi
tetapi tidak diterapkan pada endoskop karena akan merusak alat tersebut
akibat oksidasi yang terjadi. .

f. Yodofora

Dahulu dikenal larutan yodium atau tingtur sebagai antiseptik bagi kulit
atau jaringan, kini dikenal yodofora yang dapat dipakai sebagai antiseptik
maupun disinfektan.
Yodofora adalah kombinasi yodin dan zat pelarut, yang menghasilkan suatu
ikatan yang dapat melepas cadangan yodin secara berkelanjutan dengan sedikit
yod bebas dalam larutan air. Yang saat ini populer adaJah poviodin yodin, suatu
ikatan polivinilpirolidon dengan yodin. Larutan ini disukai karena tidak
meninggalkan bercak dan tidak toksik maupun iritatif.
Yodin dapat menembus dinding sel mikroorganisme secara cepat, terjadi
kerusakan protein dan asam nukleat sehingga sel mati.
Mikroorganisme yang rentan terhadap yodofora adalah bakteri, mikobakteria
dan virus, untuk fungi dan spora memerlukan waktu kontak yang lebih lama.
Selain sebagai disinfektan yodofor juga dipakai sebagai antiseptik namun
dalam konsentrasi yang lebih rendah.

g. A.am Parasetat

Asam parasetat atau asam peroksiasetat mernpunyai kemampuan


membunuh kuman seeara cepat termasuk spora daJam konsentrasi rendah.
Keuntungan dari asam parasetat ini adalah tidak ada zat sisa yang berbahaya
bagi lingkungan (asam asetat, air, oksigen dan hidrogen peroksida), tidak


meninggalkan residu serta tetap efektif meskipun ada zat organik dan spora,
dan dalam suhu rendah. Asaro parasetat dapat menimbulkan korosi atas
tembaga, kuningan, perunggu, baja, dan besi galvanis, namun efek dapat
dikurangi dengan mengubah pH lingkungan. Sayangnya tidak stabil, terutama
bila diencerkan, contohnya, larutan 1% akan kehilangan kekuatan hingga
separuh dalam waktu 6 hari sedang larutan 40% hanya kehilangan kekuatan
1-2% saja setiap bulannya .
. Cara kerja belum diketahui dengan pasti, namun diduga seperti zat oksidan
lain, yaitu dengan denaturasi protein, merusak permeabilitas dinding sel,
mengoksidasi ikatan sulfhidril - sulfur dalam protein, enzirn, dan metabolit lain.
Mikroorganisme yang rentan bakteria Gram-positif, bakteria Gram-negatif,
fungi, dan yeast (5 menit dalam 100 - 500 ppm), virus (12- 2250 ppm), spora (15
detik - 30 menit dalam 500 - 10.000 ppm).
Kombinasi asam parasetat dan hidrogen peroksida dipakai untuk disinfeksi
alat hemodialisis. Oi Amerika untuk disinfeksi alat kesehatan medis, bedah dan
gigi dipakai mesin otomatis yang menggunakan asarn parasetat.

42


••
h. Fenol
Fenol telah berperan lama dalam perumah sakitan, yaitu sejak Lister
mernpelopor i praktck bedah antisepsis. Nama yang dahulu populer adalah asma


karbol atau liso!. Namun telah banyak mengalami perkernbangan dengan
mengganti satu atom hiclrogen dari cincin aromatiknya dengan bahan aktif


seperti alkil, fenil, benzil, halogen. Derifat fenol yang banyak dipakai sebagai
disinfektan di rumah sakit adalah orto-fenil-fcncl dan orto-benzil-para-
klorofenol atau heksaklorofen yang merupakan disinfektan kuai.

•• Fencl dalam konsentrasi linggi bekerja sebagai zat racun yang menembus
protoplasma,
konsentrasi
merusak
rendah
dinding
turunan
sel dan menggumpalkan
(enol membunuh kuman
protein
dengan
seI. Pada
menghambat
kerja ezim dan menyebabkan kebocoran hasil metabolisme sel melalui dinding
sel.

• Turunen fenol efektif untuk semua


Efektifitas terhadap virus bervariasi,

HJV.
bentuk mlkroorganisme
contohnya fenol tidak
kecuali
efektif
spora,
untuk



• membunuh
untuk
virus

Kombinasi turunan
coxsackie 84, echovirus 1] dan virus polio 1, namun

fenol dengan deterjen digunakan untuk dekontaminasi


efektif

lingkungan rumah sakit, termasuk permukaan meja, lantai laboratorium dan


aiat kesehatan risiko rendah lainnya. Fencl tidak dianjurkan untuk disinfeksi
alat kesehatan risiko sedang dan linggi oleh karena meninggalkan residu, lebih-
lebih pada bahan yang berpori yang akan mengakibatkan iritasi kulit atau
jaringan meskipun telah dibilas dengan sebaik-baiknya.
Pemakaian deterjen fenol di kamar bayi juga patut dipertanyakan karena
sering menimbulkan hiperbilirubinemia pada bayi yang dirawat, sehingga tidak
dianjurkan untuk disinfeksi ember mandi, inkubator maupun meja rawat bayi.

•t Untuk pembersihan lantai harus diencerkan sesuai anjuran pabriknya

g. lkatan Amonlum Kuartemer


Ikatan amonium kuartemer adalah disinfektan tingkat rendah. lkatan ini
adalah bahan pembersih yang baik tetapi bahan tenun akan menyerap bahan
aktif yang ada sehingga menurunkan efektifitasnya secara bermakna. Beberapa
bahan kimia ikatan amonium yang biasa dipakai di rumah sakit adalah
t


alkildimetil-benzil-amonium-klonda, alkil-didesil-dimetil-amonium-klorida.
Ikatan ini mempunyai efek bakterisidal, fungisidal, dan virusidal (virus
lipofilik]. namun tidak ada efek sporisidal dan tuberkulosidal. Ikatan ini hanya
digunakan untuk kegiatan sanitasi lingkungan yang biasa seperti lantai,


. perabot rumah tangga, dan dinding.

B. Cara Dislnfeksi lain

•• Q. Radlasl dengan Sinar mtra Violet


Tidak ada data yang rnendukung efektifitas Radiasi I';inar ultra violet (UV)
diruang isolasi atau di kamar bedah. Dinys.takan bahwa angka kejadian infeksi


luka operasi tidak terpengaruh sarna sekali oleh penggunaan sinar UV tersebut.
Sinal' ultra violet (UV) merusak DNA. Efektifitas sinar UV dalam membunuh

~
43

~
mikroorganisme di pengarubi oleh panjang gelombangnya bahan organik, jenis
t
media, suhu, jenis mikroorganisme, dan intensitas sinar UV. lntensitas Sinar
UV sendiri di pengaruhi oleh jarak dan kebersihan tabung sinarnya. Panjang
gelombang yang paling efektif adalah 240-280 nm, yaitu panjang gelombang
yang maksimun diserap oleh DNA. Satuan enersi yang dipakai adalah dalam
mikrowat/luas pajanan, dan dosis yang diperlukan untuk dapat membunuh
bakteri adalah 1800 - 6500 mikrowatt/cm2. sernentara spora membutuhkan
dosis 10 kalinya. Sinar UV terutama hanya digunakan untuk mengeridalikan
infeksi yang ditularkan melalui udara pada ruangan kult.ur jaringan,
Sinar UV tidak dapat menernbus cairan dan mernpunyai efek sam ping
merusak retina dan sel berrnitosis sehingga tidak diperbolehkan bekerja di
bawah sinar UV. Selain itu sinar UV juga bersifat mutagenik.

b. Pasteurisasl
Pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi, tujuannya adalah merusak
mikroorganisme patogen yang rnungkin ada tanpa merusak spora bakteri, Suhu
dan waktu yang digunakan pasteurisasi biasanya adalah 77"C dalam 30 rnenit.
Sebagai alternatif dari disinfeksi kirniawi bagi alat terapi pernapasan dan
anestesi.
Disinfeksi dengan air panas ini ternyata efektif untuk alat anestesr yang
dipakai ulang. Di sarana kesehatan biasanya dilakukan dengan merebus pada
77'C.

c, Mesin Disinfektor (Flushing and Washer Disinfectors)


Mesin pencuci tersebut adalah alat yang dirancang untuk bekerja seeara
otomatik dan tertutup, biasa dipakai tl:ntuk mencuci atau mernbersihkan dan
disinfeksi alai dari pispot. waskom hingga alat kesehatan bedah dan pipa
anestesi. Benda seperti pispot dan urinal dapat di bersihkan dan di disinfeksi
dengan flushing disinfector {spoel hok} tersebut. Alat tersebut bekerja dalam
beberapa menit untuk setiap putarannya. Pertama pembersihannya dengan
guyuran air hangat, ada pula yang menggunakan deterjen kernudian disinfeksi
dengan air panas 90·C atau uap. Dengan demikian tidak perlu lagi menyentuh
perala tan seperti piSPOI dan urinal dengan tangan. Sehingga mernerlukan alat
sekali pakai atau zat disinfektan kimia lebih sedikit. Alat bedah dan anestesi
yang lebih sulit proses pembersiharmya dapat dikerjakan dengan menggunakan
Washer Disinfector dan bila menggunakan deterjen akan makan waktu sedikit
lebih lama kira-kira 20-30 menit. Mesin tersebut juga menggunakan air panas
kira-kira 90·C.

2. Dlslnfeksi Tingkat TiDggl (DTT)


Disinfeksi tingkat tinggi (OTI) merupakan altematif penatalaksanaan alat
kesehatan apabila sterilisator tidak tersedia atau tidak mungkin diJaksanakan.
DTI dapat membunuh semua mil<roorganisme termasuk virus hepatitis B dan
HIV, namun tidak dapat mernbunuh endospora dengan sempurna seperti
tetanus atau gas gangren. Pada situasi dirnana tetanus masih sering
diternukan, semua peralatan harus disterilisasi.
Selarna masih dapat melakukan sterilisasi jangan lakukan disinfeksi
tingkat tinggi (DTI)

44

Prosedur 13 : DIT dCDgkD Bkhan Kimia •
PeraIa""n _1iIi


Dekontaminasi clan CUd alat kesehiltan yang akan dI orr clan keriogkan ak dan alat kesehatan, karena

...
PrOMd"r

,~~.
olat yang basah dapat mengenceri<an

like menggunakan
.iI larullln desln(ektan clan dapat mengurangi cfektifitas.

larutan glutaraldehyde:
~ "" r,r;

Slapkan glutaraldehyde sesuai d<!ngan InstrukSl cIa~ pab<tk; atau gur>akan larutan yang sudah dlslapl<an
sebelumnya, sepanjang masih lampak jernlll (tldak ke",h) clan befum meJewati betas waktu efektif.
Tempall<an larutan clalam wadah ber>ih yang ada tutupnya. TlJIiskan tanggal penyfapanlarutan dan t~1


kedaluwarsanya.
llka mengllunakan larutan khlorln :

LaMan baru harus disiapkan setlap han (bahkan Iebih c:epa1. ~ka IanJtan menjadi keruh). Siapkan larutan


clalam wacIah yang ada turupnya.
• Pisahkan peralatan yang terdiri dan beberaJ'B baolan, buka tvtup (kalau ada). Rendam alat kesehatan
sedemlkian rupa, seIIlngga selun.hnya Wacla (libawall ~ukaan larutan. Tempall<an mangkuk dan


wadah menghadap ke etas, bukan ke bawah dan dilsllaruta.n.
• Tutup wadall dan bla",an alat kesehatan terendom selama 20 meniL langan mengambil etau


menambahkan peralatan dalam kurun waktu Inl.
• Keluarkan alat xesenatan dangan penjepit yang telall dl orr dan kenng.
• Bllas dang.n air yang te!ah dididihkan, unwk menghllangkan slsa-5Isa larutan klmla pada peralatan,
bahan resou Inl bersttat toI<sikterhadap kullt clan jarlngan.
• Gunakan peralatan segera atau disimpan clal.m wadah yang
wtIltup palong lama 1 mInggu.
telah di orr dalam keaclaan kenng dan

I Inll.t : larutan khlorin tidak bisa dlgunal<an untuk orr peralatan iaparosIoopI.
I










46








Prosedur 14: OTTSarung Tangan dengan Uap



• o lsi dandang paling bawah dengan air, tempatllan Mgsan I kukusan dlatasnya.


• Lipat sarung tangan berpasangan, baglan pangkal dlbai!k unwk menyatukan. lsi 5·15 pasang sarung
tangan pada satu nampan, jika dlatur daJam 2 lapisan atau leblh, tumpuk secara silang untuk

• memungkinkan aUran uap mengenai semua oermukaan.


o Letakkan nampak bensi sarung tangan dialas angsan.
... Tutup dandanq dan panaskan sampal rnendidih. Air mendidih dltandai dengan kctuamYiI vap dal\ tutup,


kecilkan api, jaga agar uap masih tetap keluar (Ianda masih mendidih).
o Pertahankan sampai 20 rnenit, gunakan timer untuk mencarat,
• lepaskan nampan yang beris> sarung tangan, govangkan untuk membuang keleblhan air. Jangan


meletakkan oamoan laogsung (selalu diatas namapan air) karena ada lobang yang memungklnkan
kontamlnasl.
• Gunakansegera, atau biarl<ankenng dludara selsma 4·6 Jam
It Penyimpanan : Simpan datam nampan yang ditutl:~, arau simcan dalam wadah yang telah di OTT dan
It gunakan paling lama 1 mlnggu.

It


It
3. Sterilisasi
SterUisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Sterilisasi
biasanya dilaksanakan di rumah sakit baik secara fisik maupun secara kimiawi.
Cara dan zat yang sering digunakan unt uk sterilisasi di rumah sakit adalah uap
It panas, bertekanan, pcmanasan kering. gas ctilin oksida, zat kimia cair. IsWah
steril rnengandung arti rnutlak berarti semua bentuk dan jenis mikroorganisme
It betul-betul musnah. Ada zar kirnia yang dapat rnernbunuh sernua jenis dan
bentuk mikroorganisme. Bila masa kontak dengan bahan kimia tersebut lebih
It singkat maka hanya sebagian mikroorganisme saja yang mati dan proses
tersebut disebut disinfeksi. Jadi tidak ada istilah 'semi steril".
It
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suaru alat atau bah an dengan tujuan
It mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi adaJab cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
It berbubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulil yang secara


normal bersifat steril.

t
t
t


• 47





- -

Macam-macam aterillsasl


Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara :


c fislk, seperti pemanasan atau radiasi, filtrasi

• klmlawl, menggunakan bahan kimis dengan cara merendam (mis.: dalam


larutan glutaraldehid) dan menguapi dengan gas kirnia (di antaranya dengan
gas etilin oksida)


A. SterUlsasl secara fisik


a. Pemanasan


Pemanasan basah - uap panas bertekanan tinggi (otoklaf). Sterilisasi terjadi
melalui koagulasi dan denaturasi protein. Perlu diingat di sini babwa
merebus bukan cara untuk sterilisasi, namun cara untuk disinfeksi.
Sterilisasi dengan otoklaf adalah cara yang paling efisien karena suhu yang


dicapai melebihi titik didih air, yaitu setinggi 121'C dengan membutuhkan
waktu sterilisasi selama 20 menit - 30 menit, dihitung sejak .tt:rcapainya
suhu 121·C. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi maka digunakan
indikator spora tahan panas seperti: Bacillus stearothennophilus. Sterilisator


harus dikalibrasi setiap 6 bulan.

Pemanasan kering-dryheat, menggunakan oven, sinar infra merah.


Sterilisasi terjadi melalui proses oksidasi dan denaturasi protein.
41
Pada pemanasan dengan oven dibutuhkan panas setinggi 150- 170·C dengan
waktu yang lebih lama dari otoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan t
spora dibutuhkan waktu 2 jam dengan suhu 180·C
t


Prosedur sterilisasi panas basah dan panas kering dapat dilihat di halaman
3·41·42

b. Radlasl

Radiasi dengan menggunakan sinar Gama, namun cara ini tidak sesuai
untuk sterilisasi skala kecil seperti rumah sakit, apalagi puskesrnaa karena

t
sangat mahal. Cara ini hanya digunakan untuk industri besar dalam jumlah
besar, seperti jarum suntik dan semprit sekali pakai, alat infus. t
e. Penyarln,gaD (Filtrasl)

Merupakan cara yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti
serum, plasma, atau vaksin. Sterilisasi ini menggunakan saringan atau filter
yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran penyaring untuk sterilisasi
adalah 0,22 11m,yang berarti lebih kecil dari bakteri.

48





Prosedur 16 : Sterillaaai Fisik dengan Uap panal kering



o Oven IIstrik
o Bahan pembu1l9kus da~ alimunJum fOil atau kaln katun


o Nampan tahan panas
a Hanya peratatan yang !:emua! dan kaca tahan panas dan logam yang dapat dlsterillsasl dengan cara inl.

i:p~lir ,.,
o Oekontamlnasl, 0Jd dan keringkan semua aJat kesehatan dan perolotan yang !kan dlsterllisasl


o Bungkus aJat kesehatan atau peralatan lain dengan allm\Rllum foil atau dua lapiS katon/kaln, atau taNh
peralatan yang tidak dlbungkus pade nampan, atau taNh peralatan pada Vladah logam.
a Karena sterilisasi panas bel<elja de1l9an menlngkatkan sohu saluM peralatan, maka tidek perlu uotuk



• Letakan alat kesehatan dalam oven dan panaskao sampat temperatur yang dilglnkan. Gunakan suhu dan

170"C (340'F)
160'C (3200f)
1 Jam
2Jam

150'C (3000f) 2,5 lam


140'C (28S'F) 3 lam


Katerancan


• Waktu dimaksud adalah lamanya panas mencapai tingkat yang dilnginkan. Pada
kenyatsan, untuk sterilisasi ini mungkin dibutuhkan waktu 2 kali lipat, yaitu waktu
untuk mencapai suhu yang diinginkan dan waktu yang dibutuhkan untuk
pendinginan.


• Jangan mensteritisasi jarum dan benda :s,jam lainnya pada sum, lebih dari 160·C
karena dapat membuat tumpul


• Biarkan alat kesehatan dan peralatan menjadl ding!n sebelum d!ambU. Ounakan alat
ateril untuk mengangkat peraletan yang tJdak dibungkua.
• Segera dlpakai atau disimpan


• Simpan alat kesehatan dalam wadah eteril, kerlng dan terrutup. Untuk peralatsn
yang dibungkus, tetsp sterll selama bungkuanya tetap utuh dan kering. Untuk


peralatsn yang tidak dibungku8 gunakan sebelum 1 mlnggU.




50








Prosedur 17 I BteriU.asl C1.ik dcngan Cairan

• PenlaPlin ,


a cairan (misalnya air) hanya c!apat dlsterilkall dongan otoklaf, Udak dapat dong"n panas kering atau
I

.
menggunal<anba han klmla,

" Cairan haNs <isterilkan terpisah c!arI peraiatan lain, mlsalnya alaI kesehatan dan linen


Prosedur it . ,.


TempatklJn calrsn dalam boItlI yang terouat dart kaca rahan panas (mlsaJnya Pyrex) dengan b.JtUp, clan
IakuIcan steriI1sasI pada temperaILl' dan lekanan yang bIasa digunalcan(121"(/25001) pada telcanan 106


kPa 11 atm).
• Waktu yang dlbutuhkan unwk melakulcan stcrlllS<lsldlpengar\Jhl o!eh banyak taktor, yang tcrpenting

• adalah VOlume<airan yang distl!rllkan.secera umum woktu yang cisaranl<an adalah sebago; benkul ;


Volume cal,.n Waktu StertU1U14


75·100 ml 20 mernt
250-500 mI 25 menlt


1.000 mI 30 menil
1.500 ml 35 menlt


2000 mI ~Omenll


• BegilUsterilisasl seIeSaI, telcanan dlturunkan dengan pertahan·lahan, paling S<!dlkldt alam 10·15 meoil
Penur\Jnan tekanan secara mendadok dopat menyebabkan calran mendidih dan dapat menyebabkan


IU!UPbotol ter1empar atau boto! meledak. Bulca tutup otoklat sedlklt dan blarkan calren menjadl dJngln


(kurang lebih )0 mentt) sebelum d,keluarkan.


B, SterUi ... i Idmiawi


Bahan kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi di antaranya adalah
larutan clutaraldehfd dan ,aI etUen ouida (ETC). Bahan-bahan ini sangat


mahal dan dipakai untuk mensterilkan bahan-bah an yang tidak tahan panas.

a. Glutaraldehid
Larutan glutaraldehid 2% digunakan urnuk merendam alat kesehatan [rnis.
Cidex ®) selama 8-10 jam, kemudian dibilas dengan air sterll. Selain
t glutaraldehide dapat pula menggunakan laru Ian formaJdehid 8% selama


minimal 24 jam. Harga formaldehid lebih murah tetapi lebih toksik. Kedua
maeam zat kimia tersebut juga mengiritasi kulit, mata dan juga saluran nafas,

• Cide,,"® (yang mengandung glutaraldehid) merupakan larutan yang umum


lersedia untuk proses sterilisasi. Ketika mensterilisasi dengan larutan ini
pakailah sarong tangan, batasi waktu kontak dan lakukan sterilisasi pada


ruangan dengan ventilasi yang baik. Umur efektif glutaraldchid yang tersedia
dipasaran berkisar antara 14·30 han (periksa instruksi dari pabrik}. Larutan
hams segera diganti setiap saar, begitu warnanya menjadi kcruh.



• 51


)

Beberapa hal yang perlu diingat dalam melakukan sterilisasi kimia, antara
lain formaldehid merupakan senyawa karsinogenik dan bersifat iritatif berat
terhadap kulit, mala, hidung, dan saluran pernafasan: Oleh karena iru
pemakaian rutin dari Iorrnaldehid untuk sterilisasi alat kesehatan atau
peralatan lain sudah tidak dianjurkan lagi.

Selalu gunakan sarung tangan ketika bekerja dcngan larutan kimia

Sterilisasi dengan cara perendaman dalam bahan kimia tidak dianjurkan


karena hasil aterilisasi tidak dapat dimonitor seeara biologis.

Alat yang telah disterilkan harus diperlakukan seeara khusus yaitu:


disentuh secara aseptik, dibilas dengan air steril, dikeringkan dengan
hand uk steril, harus segera dipakai kalau tidak dapat dibungkus atau
disirnpan dalam wadah steril

b. Gaa Etilln okaida

Etilin oksida adalah gas racun yang efektif unluk dipakai sebagai bahan
sterilisasi. Memerlukan pembersihan alat yang sangat teliti. sampai ke bagian
yang sekecil-kecilnya, juga harus betul-betul kering, karena kalau tidak maka
akan terbentuk lapisan etilin glikol yang sangat toksik di permukaan alat
tersebut. Diperlukan penghawaan yang cukup, minimal selama 12 jam sejak
selesai proses, guna membuang gas bebas yang toksis. Dapat digunakan pada
semua alat atau bahan yang tidak tahan panas. Alat yang biasa disterilisasi
dengan gas ETO tsb, adalah a1at yang terbuat dari bah an dari karet, poli-etilen
dan plastik, barang elektronik dan kabel, alat kesehatan optik dan suku cadang
mikroskop.

PersyarataD u,Dtuk sterWsasl gaa ETC


Kelembaban 20 - 40% kelernbaban relatif
Kepckatan : 540 mg/liter- 900 mg/liter
Ternperarur : 50·C
Siklus dan waktu penghawaan: 16 jam
f

«
«
«
52
•«
4







Proaedur 18 : Sterillsasi Kimla Glutaraldehld
",~~-
• R.... I.pan ,""- '
,

.;. - ";
~;-;-

·

OeI<onlamlnasi, cud dan kenngkan semua alaI _tan dan alai lain yang akan dlsterillsasi.
0 Air dart alat lcesehatan yang basall meogencerlcan 1<epekatan lorutan, sehingga dapat menurunkan

••
efektifitas proses sterilis"sl
• Larutan glutaraldehid atau larutDn klmla lalnnya
0 Wadah val1(l be<sih b<!rtutuo
Pros.dur • .., •.
~ • Y,'
'.;'

-


- .
0
Slapl<an glutaraklehid atau laMan Iomla I.. nnya sesuai dengan InstruIcsi dan pabril<, alau gunakan


laMan yang sudah clisiapkan sebelumnya, sepanjang masln tlImpak jemih (tidak keruh) dan belum
melewad batas waktu efektif

• · Te01patkan larutan dalam wadah berslh. Tuliskan tanggal penylapan larutan dan ta"9gal
kadaluwarsanya.

· Pisahluon peralalan yang lel'dlrt dM beberapa bagian. buka tIJlUpnya (kalau _)_


0 Rendam alaI kesehatan atau peratalM sedemw.n rupa. sehlngga sellIruhnya _a dibawah
permOOan larulan.


0 Tempatkan mangkuk dan wadah mer,~had~p ke atas, bukan ke bow"h dan dilsi larutan.
0 Lama perendaman disesuaikan dengan Instruksi pabrlk. Sec.no umum untuK larutan glutaraldehid, tutup


wadah dan blarkan peralatan Icrendam paling tldak selama 10 Jam.
0 Jangan menambahkan atau mer.gambll ala! kesehatan begllu perhltungan waktu suda" dlmulai.

·

AmbWalat keseilatan dengan menggunakari forsep yang sterU dan cukup besar,
0 BlIas dongan air steril van 9 diaUrlcan. untuk mengIliIangkan resldu yang dItinggalkan oIeh larutan kimla.
.- I'" be<sifat (Oksik untuk Wit dan jaringan 1aOmya.


catatan : air yang telah dldldlhkan bukan merupakan afr stertl, karena proses pendkllhan tidak
menjamln lerbunuhnya semua endospora.



PemlUhan Can Sterillanl

• Pemilihan cara sterilisasi bergantung pada jenis dan tujuan alat yang akan


disterilisasi, Contoh:
" Alat jenis keras dan digunakan intravena atau memasuki rongga tubuh


misalnya alat bedah, disterilisasi dengan uap bertekanan tinggi, ETO,
larutan glutaraldehid; Blat yang keras dan tidak mudah berkarat -


dengan larutan glutaraldehid 8-10 jam, larutan klorin dioksida 6 jam,
larutan hidrogen peroksida 6% atau asam parasetat,

• o ICateterjbahan karet dan plastik dengan ETO

• Cara steritisasi pemanasan basah dengan otoklaf atau dengan uap


bertekanan (dapat dilakukan dengan pressure cookerj, harus memperhatikan

• kering. Cara yang dianjurkan baik pada pemanasan baaah atau


kering tekanan, ternperatur dan lamanya. Beglru pula pada sterilisasi dengan
besar
pemanasan
tertera pada tabel berikut.


• 53







Tabel 9 : Cara sterillsui dengan uap bertekaflRn dan pemanasan kerlng


10 116 30
15 121 20


20 126 10
30 135 5

Sila steMl1sas1dengan pemanasan basah tidak memungkinkan, dapat dilakUk.an disinfeksi


tingkat tlnggl de~gan perebusan dalam air mendidih selarna 20 menit •

Peman.",," kering (conb)h : oven IIstrlk atau gas)

160 120
170 60
180 30

Keterangan:


• psi: pound per square Inch (Ib/sq In)
pada keIIngglan yang·leblh. lekanan yang terllhat pada alat uleurdapat leblh tlnggl darl pada tekanan pada


temperatur yang tertera pada lobel dlatas

• Seluruh waktu yang dibu!J.lhkan untuk ster\lIsast dengan otoklaf. tenmasuk waKtu Ufltuk mencapai
temperatur yang dlpersyaratkan "ntuk sterlllsa~. lama sterillsasl dan lama pendlnginan sebelum dibuka.
dapat mencapai leblh darl90 menll Sebaiknya 151otoklaf tldak leblh darl 75% kapasllos makslmtll.

Pemantauan Proses SterUi ... l



Pemantauan proses sterilisasi dapat dibagi dalam 3 cara yang berbeda:
Cara Meunis : gambar atau grafik suhu dan waktu, dalam bentuk tercetak


Cara Kimlawl : pita, bilah atau pi!. yang peka terhadap waktu/ suhu dan/
atau kelembaban
Cara Blologl. : bilah atau botol kecil berisi spora

Ada silang pendapat tentang pemantauan proses sterilisasi cairan, Pada saat


sekarang pemantauan secara biologis untuk proses sterilisasi cairan kimia
dengan menggunakan cara konvensional tidak mungkin dilakukan.

Pemantauan secara mekanis dan seeara kimiawi semata-rnata merupakan


indikator seeara visual bahwa waktu, temperatur, dan tekanan yang
dipersyaratkan untuk proses steril telah tercapai.

54
•«

Tabel 11 : Can Pencelolaan Alat Ke.ehatan tertentu
•«
Longklh c

-.-- • """"""n - cl<flgan air dan d<Iorjon

«
••
..
.,,_
BronkOSkOpi : N.. ..
- lUlU _

disinfeksf ttngbt UI\OOI- dengan dlrendlm datam di$nfe.t;mn


tJJo.miIosis, • ung""t Hoogl(glutaraldehid 2'M>.. ,.... 20 m<!nlt)
_lmiall1l* • Pembilasan - bUtts endoskopi dan p!P4nya dengan air sterl
&au Ik btl" dllMl dengan _,
• I'eflgo<tngon - Ilri dengan uelm bo<te_ .,.;alIA pij)a
• ~ - '*"4>In _ "._ _lndardan
pencemal'iJll kemball

LoPlro,I<opl dan • Semen_ Inl d"epalcatl cukup dengan dlslnl'el<slunokat unggl


II1I'OII<Dt> ,..;w <Ienoln proses ~ II ..... AQOknyl glubltaldehld 2%
0JIcup eltICtt ..... _ IoJmIn yong sortng ....

_n~
:c:IIIi'Jgma, alat
Tonometer, rtno •
tdMcMt\JS, HIV
Virus herpes Slmpleks, •

Ujung alat kO~t:an harus dit_apbers'~,
DIs:nfcksl se14m1t()-1S m~1t dengan sa"h satu dlsfnfekUln dl
bawall
C_Bdwl • ~ pen>Ic$Ida 3'10
· _5000 ppm
, etilllkollOl 70'110
• ISOJlf~ltllk_ 70%
• _ meta .. denoon air

-~
~ otoudlptkll

• Keduanva hIM dl!.1El1llsasJlcaseaap 1aI1i halliS lfipakal ltau


• AI.t nslko unggl cAb.uang. Alit"VJt)g tidak tahan panas d"n tktak dapat cJi@'p.lS
torseP. sca.lpd, sebalknYll Udlk dlp_ka~
dI/$<I, .<aIeI;bor • OiSlrltksl kI_1
_51
Udak dlanjUJ1<ln untuk perala .. n glgi. Yong


_,
-l'II:
AIM rtsIkD

semprtt air •
_. _1oom9-

cIIan)obft -
a1at~atMInl.
BIIn -. Ju9t 01_

panH"""_'

Alat yang Udlk .. No pano. haNS dldlSlnfeksi ""ap gand


paslE!tf
unwk_
_. uap

• -yong • AlItyong • Ilia cIIopIs d4ngIn _ tedop lit mo1aI selJIJung diIepao
..",., ....... H8V,
had·had digor<j _ ganti pageo. <lin n yang
tonPi Mup HIVdan M _terseb<Jt Ud_k perlu dld15lnr~ pad gaod
seperU tombol· tuMmlla$l$ pasieo namun hl.nJS tetap dk;il$lntek.sl pad, saat ilkhlr.
tombol, senter • DISinrekSltlngbt tll'llOl culwp oIel(tJf unruk membunuh kAt ago
J<!nIS Hi~nI5me
b!1>eb<Jt.

56

f
f
f


Perlu diperbatikan dengan cermat ketika menggunakan jarum suntik atau
benda tajam lainnya. Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum
dan alat tajam yang digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan paking,
.penggunaan, dekontaminasi hingga ke penampungan semen tarn yang berupa
wadah tahan tusukan, Untuk menjamin ketaatan prosedur tersebut maka perlu
t
rnenyediakan wadah limbah. t~am/tempat pembuangan alat tajam di setiap


ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau perawatan yang mudah dijangkau
oleh petugas.


Seperti prosedur pengelolaan alat kesehatan lainnya maka petugas harus
selalu mengenakan sarung tangan tebal, misalnya saat mencuci alat dan alat


~am.


Riaiko kecelakaan sering terjadi pada saat memindahkan alat tajam darl
satu orang ke orang lain, oleh karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat


tajam secara Iangsung, melainkan menggunakan teknik tanpa sentuh (hands
free) yaitu menggunakan nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas


mengambil sendiri dari tempatnya, terutama pada prosedur bedah. Risiko
perlukaan dapat ditekan dengan mengupayakan situasi kerja dimana perugas

•«
kesehatan mendapatkan pandangan. bebas tanpa haJangan, dengan cara
meletakkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan mengatur sumber
pencahayaan yang baik. Pada dasarnya adalah menjalankan prosedur kerja
yang legeartis, seperti pada penggunaan forsep atau pinset saat mengerjakan
penjahitan.
Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adaJah pada saat


petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam
tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup kembali


jarum suntik terse but melainkan langsung saja di buang ke tempat
penampungan sementaranya, tanpa menyentuh atau memaniputasi bagian


tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali (recappin9l, gunakanlah cara penutupan jarum


dengan saru tangan (single handed recapping met1wdj untuk mencegah jari
tertusuk jarum seperti di bawah ini.


••
1 2 3
• Bila IuIl4> sudah menu!\JP
u;.ng janan. gunaI<an tanoan


yang lain untuk
rnengencanglcana

Oambar 12 : ear. Menutup (nrcappfng) Jarum dengan Satu tancan



58 •
t





Sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir atau tempat pemusnahan,
maka diperlukan suatu wadah penampungan sementara yang bersifat kedap air


dan tidak mudah boeor serta tahan tusukan. Wadah penampung jarum suntik
bekas pakai hams dapat-dipergunekan dengan satu tangan, agar pada waktu


memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan yang lain. Wadah
tersebut ditutup dan diganti setelah 3/.


dapat dibuka kembali sehingga isi tidak tumpah. Hal tersebut dimaksudkan
bagian terisi, dan setelah ditutup tidak

untuk menghindari perlukaan pad a pengelolaan sampah selanjutnya. Limbah


tajam ditangani bersama Iimbah media. Wadah benda tajam merupakan limbah
medis dan hams dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum Insinerasi.


Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dlkaporisasi bersama Umbah lain. Apapun metode yang digunakan

• haruslah tidak memberikan kemungkinan perlukaan benda tajam,


Peeaban kaea


Peeahan kaca dikategorikan sebagai bend a tajam. Pecahan kaca potensial
mcnyebabkan perlukaan yang akan memudahkan kuman rnasuk ke datam


aliran darah. Untuk itu perlu diperlakukan seeara hati-hati dengan cara
pembuangan yang aman, seperti, menggunakan sarung tangan tebal pada seat


rnembersihkannya, ditambah dengan penggunaan kertas koran dan kertas tebal
untuk mengumpulkan dan meraup pecahan gelas tersebut. Untuk membawa


pccahan gelas dianjurkan dengan cara membungkusnya dalarn gulungan kertas.
yang digunakan untuk meraup sebelumnya dan memasukkannya ke dalam


kardus dan diberi label hati-hati peeahan kaca.

• 3.4 Pengelolaan Limbah ,


Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan Iimbah
padat. Limbah padat biasa disebut juga sampah, tidak semua sampah rumah


sakit berbahaya. Petugas yang menangani sampah ada kemungkinan terinfeksi,
terutama disebabkan karena luka benda tajam yang terkontaminasi.

• Limbah yang berasal dan rumah sekitj sarana kesehatan seeara umum


dibedakan atas:
1. Limbah rumah tangga, atau Iim~ non-media, yaitu limbah yang tidak


kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko
rendah.

• 2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah rumah sakitj sarana kesehatan


yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan
tubuh pasien dan dikategorikan sebagai Iimbah berisiko tinggi dan bersifat


menularkan penyakit. Limbah medis dapat berupa:
a. Limbah k1inis

• b. Limbah labolatorium



• 59




t




3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun,
Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, diainfektan obat-obatan


sitotoksik dan senyawa radio aktif.


Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi penanganan
limbah cair dan limbah padat (sampah). Adapun teknik penanganan sampah
meliputi pemisahan, penanganan, penampungan sementara dan pembuangan


1, Limbah umum atau Sampah Rumah Tangga


Semua limbah yang tidak kontak dengan tubuh pasien umumnya dikenal
sebagai sampah non-rnedik, yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari


kegiatan di '"\lang tunggu pasien atau pengunjung, ruang administrasi dan
kebun. Sampah jenis ini meliputi sisa makanan, sisa pembungkus makanan,


plastik dan sisa pembungkus obat. Sampah jenis ini dapat langsung dibuang
melalui pelayanan pengelolaan sampah kota.

2. Limbah Klinis
Limbah klinis merupakan tanggung jawab rumah sakitj'sarana kesehatan
lain dan memerlukan perlakuan khusus. Karena berpotensi menularkan
penyakit, maka dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi. •
Llmbah kllnis antara lain:
o Darah atau cairan tubuh lainnya, material yang mengandung darah
kering seperti perban, kassa dan benda-benda dari kama.r bedah
o Sampah organik misalnyajaringan, potongan tubuh dan plasenta.
o Benda-benda tajam bekas pakai, misalnya jarum suntik, jarum jahit,
pisau bedah, tabung darah, pipet atau jenis gelas lainnya yang bersifat
infeksius (contoh, sediaan apus darah).

eara penanganaJ1 1imbah kUnIa:


e Sebelum dibawa ke tempat pembuangan -akhirj'pembakaran (insinerator)
semua jenis limbah klinis ditampung dalam kantong kedap air. biasanya
berwama kuning
o Ikat secara rapal kantong yang sudah berisi 2/3 peouh

3. Llmbah laboratorlum
Setiap jenis limbah yang berasal dari labcratcrium dikelompokkan scbagai
limbah berisiko tinggi

eara penanganan Ilmbah laboratorlum:


o Sebclum keluar dari ruang laboratorium dilakukan sterillsasl dengan
otoklaf selanjutnya ditangani secara prosedur pembuangan limbah klinis

60





o Gunakan wadah yang mudah dicuci, tidak mudah bocor, wadah dapat
dan jenis plastik atau yang paling baik logam galvanis sebab tidak


mudah bocor dan korosif.
o Dilengkapi dengan tutup, lebih baik jika tersedla wadah yang dilengkapi
dengan pedal pembuka.
t
o Tempatkan wadah limbah padat di tempatyang sesuai


a Kosongkan wadah setiap han atau saat 3/4 bagiannya audah penuh dan
jangan memungut limbah media tanpa menggunakan sarong tangan
o Cucilah wadah limbah medis den.gan larutan desinfektan dan bilas
dengan air setiap han atau lebih sering bila kelihatan kotoran/
kontaminan setelah dipakai
" Cucilah sarung tangan dan tangan setelah melakukan penanganan
limbah medis

Wadah Penampung Llmbah Benda TeJam


e Tahan bocor dan tahan tusukan
" Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
" Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
e Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
o Ditutup dan diganti setelah 3/4 bagian terisi dengan limbah
" Ditangani bersama limbah medis

Pembuaqan / Pemuanahan
Seluruh sampah yang dihasilkan pada akhltnya harus dilakukan
pembuangan atau pemusnahan. Sistem pemusnahan yang dianjurkan adalah
dengan pembakaran (insinerasi). Pembakaran dengan 81,1hu tinggi akan
membunuh mikroorganisme dan mengurangi volume sampah sampai 90%.

Pembuangan Limbah Cair


Pengelolaan Iimbah cair harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah dalam
pengelolaan (pembuangan) Iimbah cair antara lain :
o Sistem penyaluran harus tertutup.
D Kerniringan saluran 2°-4° untuk menjaga endapan dalam saluran
D Belokan (e/bow) saluran harus lebih besar dari 90·
a Bangunan penampung (septic tankj harus kedap air, kuat, dilengkapi
dengan mainhole dan lubang hawa (ventilaai).
o Penempatan lokasi harus mempertimbangkan keadaan muka air tanah
dan jarak dari sumber air.

62


f


Paaar PenpIIWI





G1lmbu 14: Cart menlmbun aampah media

3.5 Kecelakaan Kerja


Pajanan darah atau cairan tubuh dapat terjadi secara parenteral melalui
tusukan, luka, percikan pada mukosa rnata, hidung atau mulut dan percikan
pada kulit yang tidak utuh, misalnya pecah. terkikis atau kulit eksematosa.
Kejadian seperti tersebut harus dicegah dan kcselamatan petugas harus
diutamakan.


Apabila kecelakaan terjadi harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada
atasan, kepada panitia Keseiamatan dan Kesehatan Kerja (K3)dan pada panitia


infeksi nosokomial secepatnya, sehingga dapat dilakukan tindakan seianjutnya.
imunisasi dapat dilakukan apabila tersedia, diberikan kepada semua staf yang
berisiko mendapat perlukaan karena benda tajam. Setelab terjadi kecelakaan
harus diberikan konseling.


Penatalak.anaan PaJanan
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum


auntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan
yang cermat dan tepat Berta efektif untuk mencegab semaksimal mungkin
terjadinya infeksi nosokomial yang tldak diinginkan. Yang terpenting dj sini
adalah segera mencucinya dengan sabun antiseptik, dan usahakan untuk
meminimalkan kuman yang masuk ke dalam aliran darah dengan menekan •

luka hingga darah keluar. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-
kumur dengan air beberapa kali, bila mengenai mata cucilah mata dengan air


mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, atau bila percikan mengenai hidu.ng
bembuskan keluar hidung, dan bersihkan dengan air.

Tindakan pertama pads setiap pajanan adalah: eucl dengan air menCaUr


dan aabUD antUeptik

64 •





Status lnfelui


Tentukan status infelul sumber pajanan (bila belum diketahui]
" HbsAG Positif


e HCV positif
" HIV positif


" Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko yang linggi
alas ketiga infeksi di atas
e Jangan melakukan pemeriksaan [laboratorium) jarum bekas

Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan


e Pernahkan mendapat valcsinasi Hepatitis B
" Status serologi terhadap HBVbila pemah mendapatkan vaksin.
" Anti HCV dan ALT
" Antibody HIV

Langkah 3

Berlkan 'Profilakals Pa.ca P~anan (PPP) kepada terpajan yang bert.lko
tla.ggl mendapat InCelu1
• HBV - llhat tabel 12


e 8erikan PPP sesegera mungkin, terutama daJam 24 jam pertama
e PPP boleh diberikan juga kepada ibu hamU


• Hev· ppp tidak dianjurkan
• HIV


e Mulai PPP daJam beberapa jam seteJah pajanan berupa pemberian ARV
jangka pendek untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasea
pajanan.
e PPP merupakan bagian dari pelaksanaan paket Kewaspadaan Universal


yang merninimalkan risiko penularan dari bahan infeksius di tempat
kerja,

Perlu di ingat bahwa peneegahan pajanan yang tidak di inginkan merupakan




eara yang paling efektif untuk mengurangi rislko penularan HIV pada petugas
kesehatan. Prioritas utarna adaJah meningkatkan pemahaman petugas
kesehatan tentang kewaspadaan universal dan menyediakan saran a
peneegahan yang memadai. Petugas kesehatan diharapkam memiliki
pemaharnan tentang risiko mendapatkan infeksi HJV seeara bubungan seks,
tabu manfaat dan mudah mendapatkan kondom, serta pelayanan pengobatan
IMSyang bersifat rahasia.


Pelakaanaan penanganan p~anan HIV d.l tempat kerja

La.ksanakan langkah 1 dan 2 seperti tertera di atas, dan lihat dibawah.


e Sumber pajanan perlu di evaluasi untuk kemungkinan adanya infeksi
HIV. Tes HJV pada orang sumber hanya dapat di laksanakan setelah di
berikan konseling pra-tes dan mendapatkan persetujuan (informed
consent), dan tersedia runjukan untuk konseling serta dukungan
selanjutnya. Kerahasiaan harus dijaga.

66







• e EvaJuasi k1inik dan tes terhadap petugas yang terpajan hanya
clilaksanakan setelah diberikan konseling dan mendapatkan persetujuan

• (informed consent).
Konseling tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV


e
serta menilai urutan pajanan yang mendahuluinya dengan cara penuh
perhatian dan tidak menghakimi.
o Perlu di buat laporan pajanan seperti yang telah di sebutkan pada
It


langkah I eli atas.


PembenaD Profilaluis Paaca P~anaDdeDgaD ARV


PPP di rnulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu 24
jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan karena Iebih efektip daripada

• pengobatan tunggaJ. Pengobatan dua atau tigajenis obat sangat dianjurkan,

• Pengobatan didasarkan atas riwayat pengobatan sebelumnya pada pasien


sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan obat yang berbeda,
juga akan didasarkan atas tingkat keseriusan pajanan dan ketersediaan ARV.


Kombinasi dan dosis yang direkomendasi tanpa adanya resistensi terhadap
Zidovudinen (AZT) atau Lamivudine (3TC) pada pasien sumber adalah :.

• • ZOV250 - 300 mg 2x per hari


• Lamividune 150 mg 2x per hari

• Obat ketiga yang dapat ditambahkan:

• • Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari (tidak dianjurkan unruk wamta


hamill atau Nelfinavirs750 mg 3 x sehari


Sebaiknya pemberian ARV tersebut didasarkan pada protokol yang ada, dapat
juga disediakan satu "kit" yang berisi ARV yang direkomendasikan, atau


berdasar konsultasi dengan dokter ahli. Konsultasi dengan dokter ahli eangat
penting bila eli duga ada resistensi terhadap ARV.Penting sekali tersedia jumlah


ARVyang cukup untuk pernberian satu bulan penuh sejak awal pemberian PPP.
Pengobatan dianjurkan diberikan daJam jangka minimal 2 minggu dan paling


lama sampai 4 rninggu.

• Obat ARV untuk ProfUakaill Pasca ~anan

• • 2 Obat : AZT+ 3TC

• • 3 Obat : AZT + 3TC + indinavir atau. nelfinavir + EFV = Efavirius

• • NV? (nevirapin) tidak dianjurkan untuk PPP

• • Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis


• 67





t


AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300 mg


3TC : 2 kali sehari @ ISO mg
'Indi-Van--ir-: 3-x-s-e-hari@800mgljamsebelumma.kanatau2jamsetelah
makan dan banyak minum, diet rendah lemah


[_ Nclfinavir : 3 kali schari @ 750 mg oral, bersama makanan atau snack
•• _. ~ Ket. : Mat tt($«}i(l di.!!ln~d!!..~
!!i.~ _j

Erell: Samping
Efek sam ping yang sering terjadi dengan pemberian ARV adalah mual dan


perasaaan book enak. Pengaruh lainnya kemungkinan sakit kepaJa, lelah,
mual, dan diare.

Langkah4 I
Laksanakan Tea (Laboratorium) Lanjutan dan berikan Konseling
Sarankan untuk segera memeriksakan kesehatannya setiap terjadi gejala
penyakit apapun selama tindak lanjut tersebut

Tabel 12 : Protnakai. Pa.ca Pa.lanan (PPP) UDtuk RepaUti. B


Anti-NBS terpajan ~ Tldakperlu ppp Anti·NBS terpajan ..


I wkup· Ifdak cukup PPP I CiJkup - tidak cukup PPP
I tidak wkup - J dosis I tidak CiJkup- 1 dosis
HBfG + VilkSlil /xJsIer HBlG + VIIksin /xJsIer


~t.ra.&a-" :
• Or'.Q 161>9 _yd ".,.".h ~t ptJi; 8 tot." memllil<f k.keJMU. t~>«"p, <16. tkfitk pMJ
met>d.>P6(kM ~ ("sa P6jMMn (PPI')
~ Htpotltis 8 _ .. _
OosIs immlJfle VIobuIltlIfepilt/lJs 8: 0,0; ml/kQ /11_
$ ~.ng ~ «MIMI or61>9Yif19 _I kM/lr .fIIII>cd}' 1"fM1Ids • Y61>9<uk", c1I ddillm SMJm fYlilV .. If H8s >
10 mUlml); S«Mng non~ _ S«>taf19J'ifI9 ~.n _ kll~ pMIo pemberidn v_ f-'
.n/!body t_1I&sA9 ny. c 10 mU/mi

perlu dibM 2 dO$I$ H81G. Do5Is _m. _ i>/IJd"." dO. dO$I$ /fedIn pM. 1 /)<1"'" kem(!(//I.

§ /If1tuk /]iIf'1 _.~ JeIJf/J I1dI/r _ HBIG tIIn


v_ "'119 S«If. s&I bI/O _ bolum .."",., Jr¥I)"'_n
dosf k. J v_".sinYi, B>gl _ )'in9 ~"h menil6{»rJrIHJ_ .. d"" $«Ar. iMgk:1IPd.JtJ tfd6k
di_n

68







• r - .-


;;
CD
. ~ ~ •
II
8. 8.


C .,'
J<
~Q. .Q.
~ lIQ. lIQ.
:z:: I-Q. I-Q.
j

:l..,
~
D
0.
..
~
0.
..e;".,
.. •
'"


J< J<
.c
""~.o
-II .. ~
..""
~
.
-;


i. c
".":el ""
c c ,~

E~
~III ~Q.


>
..'"
1= ~~ EQ.

...
01

::lQ. ::lQ.
'Q.
Q.Q.

l:
:::I Q.Q.
II.Q. Q.o..
Cl.Cl.
..
.Q.

~'o ::;.~
..
C 01 t~·o -2 ::s
I
I :;
1;"1"6'-
1':1 " 8.9.
C


I.e". ~~
1':1

i
• -
~3
i
.><"'1
.5~
.=:z::
l~l:!
1':1
o
.'
.lC
VI
~~1l
"'~
~j 11 11 ::I'
.


'" ~€~ ftI


1':1 ~ ~~ ~

• -
Cl.
1= § 8.f § 8.! "
ftI
t
!! _-... . e
Q.
C
VI
I ~
._c
ftI


.Jt :!::N .!
IV III .. 0 ftI
~ e,

e .! "
;: ~

• ..
C
0111 8. Q.
8. R: ftI
Q,.lC Q.

>1:11

-
Q. 0..
ftI
Cl. ~ '" y
c:i
I'll
::::I ~.., '"
Ii li j ::I
:It
_c ~i j
:z::j::


1 y go
ftI
::I II)
-i <.., '"
I

....
.., 0..


C

.." ...
IV
e
" !
e

"r
0

C .. c: ; .... J• 0.. .., ""


::::I
I~
E


a,.lC j ! 0.. C
• 0.. ftI
e, >g' ~ I!

a, 0"
c 0..


C .0 xt= ~~ ~
tl .!!

- -E III
II
-~

"
.! :::I
.I
o
r Cl. '"
I
Cl. '"
:l

C
Q.
ftI
-
ftI

Cl.
.¥ • "
l!!


III C C
ftI
lD ..IC \..

... i'f

( I)
c
- ''i"' ! ~
Q.
c

• ..tIa
C '~ -III
•Q.
co
CD
e
!
._
ftI

GI ftI
.a C l!!
IV
01) :J
..
~ ftI

l-
·il! ~,
,
lJI: oJ Q.
'----"-' '-'-


~1 (/)


••
t
41
Tabel 14 ; Rejlmen ARVuntuk Profilakals Pascapajanan

.-.,/~
Rl!iko menengab (Kemungkinan ada Rejimen kombinnsi dua obat dasar, coetohnys: 41
Risiko terjadi infeksi) AZT 2 x 300 mg + 3TC 2 x 150 rng atau
41
d4T 2 x 400 mg + 3 TC 2 )( 150 mg
Atau
ddll x400 mg +d4T 41
Rlslko Iinggi Rejimen kombinasi 3 obat, contohnya:
CI
(Risiko lerjadi infeksi yang nyata, AZT/lTC + NNR TI (EPV I x 600 mg)2
misalnya pajanan dengan darah volume AZTI3TC NfV (3x750 mg) araa IDR (3 x 800 mg)
luka A2T/)TClIDV Ir
K.. "",,,,, :
I RejirntD P.P'Ppenu diKIuailcan dc:opn mmgunakaD abet yang tidak rcsisicn tcrbadap sumbcr paJIlNtQ (bib diketallui)

2 Ef.virem Jdrib. blik dari pacta NVP tapi tidak dii.qjurbn UnttIk pemn:puan bamil Telab di1apofbft 2 l:.t1nalian dati petups
kcscb.acan dcngan toksiw hati ),1IlI8 ICfbit dtnpn PPP YlAg l:'I!leogaDdungNVP. ~h brelJl itu ddl.1( diill\iurbn

3,6 Kewaapadaan Khu.ua

Seperti telah dikemukaan di Bab I bahwa upaya pencegahan infeksi di


rumah sakit terdiri dari penerapan 2 tingkat kewaspadaan, yaitu Kewaspadaan
Universal dan Kewaspadaan Khusus. Kewaspadaan khusus tersebut
merupakan tambahan pada kewaspadaan universal, yang terdiri dan tiga jenis
kewaspadaan, yaitu:
c Kewaapadaan terhadap penularan meWul udani (airbO.meJ
e Kewaapildaan terhadap penuiaran melalui percikan (droplet)
e Kew.. padaan terhadap penularan meWul kontak

Dalam penerapannya maka dapat berupa kombinasi dari kewaspadaan


universal dan salah satu jenis kewaspadaan khusus tersebut sesuai dengan
indikasinya
41
Kewaa}NI.datnel'had~p Penuluan Melalul Udara
Sebagai tambahan dan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan terhadap
Penularan Melalui·.Udara digunakan untuk pasien.yang diketahui atau diduga
menderita penyalcit serius dengan penuJaran melalui percikan halus di udara.

70

It


It
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan peoyakit melalui
udara, baik yang berupa bintik pereikan di udara (airborne droplet nuclei,

• ukuran 5 um. atou lebih kecin atau partikel debu yang berisi agcn infeksi.


Organisme yang ditularkan dengan cara ini dapat menyebar seeara luas
bersama dengan aliran udara.

Contoh penyaklt


a Cam pak
a Varisela (termasuk herpes zoster yang menyebar / diseminated)
o Tuberkulosis

•• Penempatan paalen :
Ternpatkan pasien pada tempat yang: (1) tekanan negatif yang terpantau, (2)
minimal pergantian udara enam kali setiap jam, dan (3) pembuangan udara

••
• keluar yang memadai. atau bila tidak terpasang pada ruang isolasi, gunakan

filler udara tingkat tinggi termonitor sebelum udara beredar ke seluruh


rumah sakit. Jagalah agar pimu tetap tertutup dan pasien tetap dalam
ruangan.

• Bila tidak ada tempat tersendiri, ternpatkan pasien dalam ruangan dengan


pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sarna tetapi tidak ada
infeksi lain.


It
Proteksi
Gunakan
respiresi
pelindung
diketahui atau diduga
:
pemapasan waktu masuk
mengidap tuberkulosis.
ke ruang
Jangan
pasien yang
masuk ruangan


pasien yang diketahui atau diduga menderita eampak atau varisela bagi
orang yang rentan terhadap infeksi tersebut.


It
Penganglrutan
Batasi pemindahan
pasien
atau pengangkutan pasieo hanya untuk hal-hal yang


penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien memang
diperlukan, hindari penyebaran droplet nukleus dengan memberi pasien
masker bedah.

It Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Percikan


Sebagai tambahan dari Kewaspadaan Universal, Kewaspadaan terhadap


Penularan Melalui Percikan ditujukan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui pereikan partikel besar.
Transmisi percikan terjadi bila partikel percikan yang besar (diameter >5 I'm)
dari orang yang terinfeksi rnengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau
konjungtiva mate orang yang reman.
It Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara, batuk, bersin


ataupun pada waktu pemeriksaan jalan napas seperti intubasi atau
bronkoskopi.
Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan transmisi penularan
It melalui udara karena pada transrnisi percikan memerlukan kontak yang dekat


It 71


It
antara sumber don penerima, karena percikan besar tidak dapat bertahan lama
di udara dan hanya dapat berpindah dan dan ke ternpat yang dekat.

Contoh penyakit :
I. H. influenzae invasif tipe B, tenn.asuk meningitis, pneumonia dan sepsis
2. N. meningitidis invasif, tennasuk meningitis, pneumonia dan sepsis
3. S. pneumoniae invasif multidtug resisten, tennasuk meningitis,
pneumonia, sinusitis, dan otitis media.
4. Bakteri infcksi saluran nafas lain dengan transmisi droplet:
a. Diphtheria (faringeal)
b. Mycoplasma pneumoniae
c. Pertusis
d. Pneumoniae plague
e. Streptococcal pharyngitis, pneumonia, atau scarlet fever pada bayi dan
anak
5. Infeksi virus serius dengan trasmisi percikan, termasuk
a. Adenovirus
b. Influenzae
c. Mumps
d. Parvovirus 819


e. Rubella

Penempatan pa.ien :
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
aktif organisme yang sarna dan tidak ada infeks! lain. Bila tidak ada kamar
tersendiri, tempatkan dalam ruangan aecara kohort, dan bila ruang untuk
kohort tidak mernungkinkan, buatlah jarak pemisah minimal )m antara
pasien terinfeksi dengan pasien lain dan pengunjung.

PemakpJ.n maeker :
Pakailah masker N95 bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 1m dan
pasien. .

Transport pa.ien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan mendesak.
Bila terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker bedah untuk pasien.

Kewaspadaan terhadap Penularan Melaluf Kontak


Sebagai tambahan dan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan terhadap
Penularan Melalui Kontak e1igunakan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit yang e1itularkan melalui kontak langsung (misalnya kontak
tangan atau kulit ke kulit) yang terjaeli selama perawatan rutin. atau kontak tak
langsung (persinggungan) dengan benda eli lingkungan pasien,

72




Pasien harus ditempatkan di ruang tersendiri bila mungkin. Bila tidak
tersedia, dapat di bangsal umum dengan pasien sejenis.

•• Sarung tangan hams dipakai sebagai pencegahan, sebagaimana


kewaspadaan universal terhadap kontak dengan darah dan bahan tubuh. Pada
kewaspadaan terhadap penularan
pada

melalui kontak ini sarung tangan harus


diganti setelah menyehtuh bahan yang mengandung mikroorganisme dengan
konsentrasi tinggi (misalnya tinja atau cairan luka). Sarung tangan harus


dibuka sebelum meninggalkan ruangan dan kernudian hams cuci tangan
dengan bahan pencuci antiseptik.


Gaun pelindung yang bersib dan nonsteril hams dipakai bila diduga terjadi
kontak yang cukup rapat dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan
buang air besar (inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak dapat
ditahan dengan pembalut. Gaun pelindung harus dilepas sebelum


meninggalkan ruangan.

Contoh penyakit :
I. lnfeksi gastrointestinal, respirasi, kulit atau luka atau kolonisasi bakteri


yang multidrug resistant sesuai pedoman program pemberantasan.


2. lnfeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau berkepanjangan
termasuk:

• a. Clostridium difficile


b. Enterohemorrhagic E. Coli, Shigella, hepatitis A, atau rota virus pada
pasien inkontinensla.
3. RSV. virus parainfluenza, atau infeksi enteroviral pada bay; dan anak-
anak

•• 4. lnfeksi kulit yang sangat


kering, termasuk :
a. Difteri (kulit)
menular atau yang bisa timbul pada kulit


b. Herpes simpleks (neonatus atau mukokutaneus)
c. Impetigo


d. Abseil besar, selulitis atau dekubitus
e. Pedikulosis
f. Skabies
g. Staphylococcal furunculosis pada bayi dan anak-anak

"• h. Staphylococcal scalded skin syndrome


i, Zoster (diseminata atau immunocompromised host)

• 5. Viral hemorrhagic conjunctivitis


6. Viral hemorrhagic fever (demam Lassa atau virus Marburg)


Penempatan paalen
Tempatkan pada kamar tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
aktif organisme yang sarna dan tanpa infeksi lain. Bila kamar tersendiri tidak
tersedia, tempatkan dalam ruangan seeara kohort.



• 73




Sarung tangan dan cud tangan :
Pakailah sarung tangan waktu masuk dan selama dalam ruang pasien.
Lepas kembali waktu akan meninggalkan ruangan, cud dan gosok tangan


dengan bah an anti septik. Setelah mcmbuka sarung tangan dan cuci langan,
usahakan agar tangan tidak menyentuh permukaan atau barang apapun yang
bcrpotensi terkoruaminasi.

Pemakaian gaun pelindung :


Pakailah gaun pelindung waktu masuk kamar pasien bila diperkirakan
(pakaian) seseorang yang masuk tersebut akan bersentuhan dengan paslen atau
dengan alat-alat di sekitar pasien, bila pasien yang dirawat diare, inkontinensia
atau pasien iliostomi, dan bila pasien yang dirawat luka basah tanpa pembalut.
Lepaslah gaun saat akan meninggalkan ruangan. Setelah membuka gaun
pelindung, usahakan agar pakaian tidak lagi menyentuh permukaan yang
berpotensi terkontaminasi.

Tramport paaten :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang penting. Bila
terpaksa harus memindahkan keluar karnar, usahakan tetap melaksanakan
kewaspadaan dengan mengenakan alat pelindung.

Parawatan lingkungan :
Usahakan agar alat perawatan pasien, peralatan di sekitar tempat tidur
pasien dan permukaan lain yang sering tersentuh dibersihkan setiap han.

Peralatan perawatan pulen


Bila mu ngkin , gunakan peralatan pasien non-kritis dan peralatan seperti
stetoskop, tensimeter, termometer rektaJ masing-masing satu untuk setiap
pasien atau sckelompok pasien kohort untuk menghindan pemakaian bersarna.
Bila pemakaian bersama tidak dapat dihindari, peralatan tersebut harus selalu


dibersihkan dan didisinfeksi sebelum dipakai untuk satu atau sekelompok
pasien lain.

74





4. Kewaspadaan Universal Dengan Sa.rana Terbata.s


Sarana kesehatan yang memiliki surnber daya terbatas, biasanya tidak
merniliki sarana cuci tangan, alat pelindung, alat kesehatan, tempat sampah


dan ruangan isolasi yang memadai. Hal ini sering menghabiskan banyak
surnber daya unruk tindakan pengendalian infeksi yang tidak efektif seperti


desinfeksi udara dengan menggunakan sinar ultraviolet, pengambilan sampel
udara bulanan, penyernprotan (fogging) ruang-ruang Isotasi dengan


formaldehida, pernakaian masker dan topi yang berlebihan di ruang perawatan
umum, penggunaan desmfektan dan antibiotik yang berlebihan. Dianjurltan


untuk tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif tersebut dan menitik
beratkan pada upaya perbaikan sarana cuci tangan, dengan deterjen carr dan


lap kertas atau kain lap kecil-kecil sekali pakai kemudian dicuci ulang. Para.
praktisi DALIN sebaiknya mengubah konsep yang lebih masuk aka! sehingga


sumber daya dapat digunakan dengan lebih efcktif dan efisien.


4.1 Pengendalian Kontak Pernapaslln, Langsung Dan Tak
Langsung

• Merujuk pada Bab 3.2 yang menjelaskan pentingnya ruang isolasi untuk


pelaksanaan pengendalian kontak pernatasan langsung dan tak langsung, make
apabila sarana isolasi ini lidak memadai, ada beberapa petunjuk pokok yang
haru s diinga I :



Untuk mcngendalikan kontak pernapasan :
1 TempaLkan pasien dl ruang rerpisah atau scjauh mungkul dan pasien


lamnya.
2. Pakailah masker atau kain penutup hidung dan rnulut bila berdekatan


dengan pas len ,


3, Buanglah sputum sesuai Bab 3
4. Instruksikan pada pasien untuk menutup mulut saar batuk.

• 5. Batasi pasien keluar dari ruang perawatan dan batasi pengunjung

• Untuk mcngendalikan kontak langsung


I. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2, Luka harus selalu tertutup

• 3, Pengelolaan alat kesehatan sekurang-kurangnya harus dilakukan diainfeksi


sesuai dengan prosedur di Bab 3 di atas.
4, Buanglah pembalut, cairan tubuh dengan cara yang arnan, yaitu sebagai


sampah medis,





• 75




~





Untulr; monlondaUk,n kol1tak tak langsung :
I. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dcngan pasien
2. Cud semua
dekontaminasi.
alat dan linen dengan baik dengan melalui proses

3. Jauhkan benda-benda yang berhubungan dengan pasien isalasi dari pasien-


pasien lain


4. Untuk mengendalikan kontak mel~ui vector
o Pakailah keJambu atau kawat nyamuk untuk kamar pasien
o Cegah adanya air tergenang dan air bersih pada alat-alat rumah tangga
yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk vektor malaria dan
vektor demam berdarah Dengue di seluruh sarana kesehatan.

4.2 PUlhan Kewaapaciaa.n Khuaull Sebelum Dlapoata Putl


Seperti telah diuraikan di bab terdahulu bahwa kewaspadaan universal
harus diterapkan secare konsisten kepada semua pasien yang datang meski
diagnosis belum ditegakkan, kalau ada indikasl ditambahkan penerapan
kewaspadaan khUSU8. Oi bawah ini tabel sebagai aeuan pemllihan
kewaspadaan kbusue sebelum diagnosis pasti ditegakkan, berdasarkan atas
gejaJa atau tanda klinlk yang dijumpai pada saat Itu.

76





Tabel 1S : Pillhan Kewaapadaan Khuaua Sebelum Diapoaia Paati Ditegaakan



Dlare
Ent6,Opatogen
" Diare akut. dengan kemungklnan Infe1<spiada PenUlaran melatui


paslen yang memakai popok atau penderlta kontak
Inkontinensia

• " Dalre pad. orang dewasa yang baru saja OostIfdium difficJ/e Penularan melalui


menggunakan antiblotfk kontak
Menl"llitis Neisseria meningitkJis Penularan melalul


perdkan


Ruam atau eksantem pada umumnya,
penyebab Udak dlketabul
0 Petekial/ekimosis dengan demam NeIsseria meningitldis PeIluiarall melalul
Perclkan
" Vesikuiar Varisela Penularan melalul Udara
dan kontak

• Makulcipapular dengan korisa dan demam Rubeola (measleS) Penularan melalui


e


udara
Intteksl pemapesan


e Batuk, demam, Infillra! lobus atas paru pada Myco/Jactetium Penularan meIalui
paslen HIV-senonegatif (paslen dengan fisiko tubercu!csis udara


rendah HIV)


" Batuk, demam, Infiltrat di senua baglan paru MyrobacJeriilm Penularan melalul
pada paslen tennrekS HIV (paslen clengan /vberctJJosis udara


rislko tinggl HIV)

" Batuk paroksismal·atau batuk parah yang terus 8cfrIeleUa perWsls PeIluwan melalui


menerus selama pertusis aktif udara
" InfeksI saluran naf es, tenutama bronklliolitis Rf!!;/J/faloty syndlialj Penularan Udara


dan coop pada bayl dan anak ke.iI viNS paralnnU806a


Ri.iko ad.nya mlkroorganl .... e yang kebal
terhadap barbagal obat


" pemah terinfeksi atau ter1<olonlsasloleh Baktert resiSten Penularan.melalul
organlsme yang kebal terhadap berbagal oba! kontak

• " InFeksIkull~ luka atau saluran kemlll pada Bakteri reslsten Penularan melalul
pasien yang baru dJrawal di rumah sakit yang


kontak
pemall dijumpal organlsme kebal obat


• Intelaii kulit alau lula! Sf4phrfrx:rx:r:vs
Abses atau luka yang terbuka 8IJ<I!US, group A
0
PeIlularan


slreptoctx;t;vs melalul kO<\tak



• 77








5. Pengaturan dan Tata Ruang

5.1 Sistem Ventilasi

Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu ;umber infeksi


nosokomial, misalnya Mycobacterium tuberculosis, Aspergilus sPP. virus campak
dan varisela, Sistem ventilasi yang dibutuhkan tcrgantung dan keadaan pasien


yang dirawat dan kualitas udara disekitar ruangan.

Ruang Rawat Intenalf (leU = Intensive c....e unit)



Faktor yang rnempengaruhi infeksi nosokomial terutarna pasien, sumber
daya manusia, Iingkungan dan prosedur pcnanganan pasien. Walaupun
ventilasi di ICU sulit dievaluasi, kebanyakan institusi


pengaruh menerapkan
aistern ventilasi, paling tidak menggunakan AC.


Tidak ada standar untuk sistem venblasi di ICU, tetapi untuk resirkulasi
udara dan pengadaan 100% udara segar ke dalam ruangan memakan banyak


biaya karena harus menggunakan filter HEPA (high-efficiency particulate air).


Meskipun 100% udara segar ke dalam ruangan memakan banyak biaya.
Demikian juga dengan resirkulasi udara, karena itu digunakan filter HEPA.

Filter HEPA adalah suatu filter yang dapat menghambat 99,97% partikel


dioktil phtalat yang dihembuskan dengan cara erosol berdiameter 0.3 1J1ll.
penggantian udara minimal 6 kali dalam satu jam juga menjamin udara bersih


dan partikel.

Ruang Isolaal

Sistem ventilasi dengan


terinfeksi virus, luberkulosis,

Tekanan
tekanan negatif diperlukan
virus campak dan varisela.
untuk pasien

negatif diciptakan dengan memasang "exhaust exceedinq supply"


yang


sekitar 15% atau 50 feet3/min. udara dari ruangan langsung dialirkan keluar.
Resirkulasi boleh dilakukan tetapi perlu filter HEPA sebelum masuk kembali ke
ruangan. Paling eedikit 6 kali pergantian udara per jam. Kebanyakan rumah
sakit mengganti udara sebanyak 12 kali per jam di ruang Isolasi, Tetapi setelah
12-15 kali penggantian tidak ada perbedaan terhadap kualitas udara.
f

Beberapa unit menggunakan 2 sistem ventilasi supaya bisa dirubah dan


tekanan negatif ke tekanan positif. Tetapi harus dijaga jangan sampai tekanan
berubah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.

Penggunaan sinar ultra violet mcrupakan pilihan tambahan untuk


mengurangi konsentrasi bakteri eli udara. Sinar ultra violet harus diarahkan
kedinding supaya tidak terkena mata petugas kesehatan, misalnya 2 meter dan
lantai.

78

4





Kegagalan dalam memelihara sistem keseimbangan udara akan
meningkatkan debu pada filter sehingga menghambat aJiran udara dan fungsi


exhaust berkurang, akibatnya sistem tekanan udara jadi positif.


Filter harus diganti dengan hati-hati tanpa menyebarkan sumber infeksi.
Filter jenis baru lebih cocok karena bisa diangkat semuanya. Manometer harus


berfungsi baik agar tahu kapan filter perlu diganti. Selain itu kipas, kumparan
pendingin dan kondensator harus mudah dibersihkan dan diperbaiki.

• Untuk mengantisipasi keadaan harus dibuat rencana yang baik misalnya


bila sistem tidak berfungsi atau sedang dalarn pemeliharaan. Pemeliharaan
harus diatur dengan baik supaya keamanan pasien maupun petugas terjaga.

• Jika kondisi tidak memungkinkan untuk membuat ruangan dengan


tekanan negatif bagi penderita tuberkulosis paru jangan gunakan AC, tetapi
pasien dirawat daJam ruangan dengan udara yang masuk dan jendela.

• Jika tidak tersedia ruang bertekanan negatif, maka dapat digunakan kamar


dengan satu tempat tidur atau ruangan bersama yang diisi pasien yang
mengidap penyakit sejenis. Ruangan tersebut bisa menggunakan AC. DaJamhal
ini penting diperhatikan adalah : pemakaian sarong tangan dan masker.



Bagian Onkologl

Pasien transplantasi tulang sum-sum biasanya dirawat dalam ruangan yang

• seluruh dindingnya diberi filter HEPA. Ruangan seperti itu biasanya mendapat
pergantian udara 100 kali perjam, sehingga ruangan nyaman dan tidak bising.

• Penggunaan ruangan semacam itu ter~atas karena biayanya mahal.

• A1ternatif adalah menggunakan sistem ventilasi dengan mengganti udara


sebanyak 15 kaJi perjam dalam ruangan tertutup dan menggunakan filter
HEPA, tekanan positif dan mengalirkan udara langsung ke koridor keluar.
Penyebar udara harus diletakan pada langit-langit dan mengarah langsung

• kebawah.



Organisme yang menyebarkan infeksi pada saat operasi biasanya berasal
dari pasietl itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi adalah umur, kondisi luka,


teknik bedah, panjangnya sayatan, lamanya prosedur operasi, keadaan nutrisi
pasien dan penyakit diabetes.

• Surnber infeksi dari luar pasien biasanya dikontrol dengan penerapan


prosedur yang tepat, seperti cuci tangan, pemakaian masker, sarung tangan
steril, gaun, topi dan sistern ventilasi yang baik. Desain ruang operasi harus


menjarnin terjaganya sterilitas ruang operasi.


A1iranudara harus selalu berasal dan ruangan yang bersih ke ruangan yang
kurang bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara (AC)harus terjamin dan


menciptakan kondisi udara yang nyaman bagi pasien, dokter dan staf.


• 79






Masuknya udara melalui diffuser (alat penyebar) pada ruangan. dan melalur
. exhaust yang berada di dinding, tepat di atas lantai, udara keluar, sistim
ventilasi harus mencakup persyaratan bcrikut :
e Temperatur berkisar antara 20 - 24' C
c Kelembaban udara antara 50 - 60%
o Tekanan udara dijaga agar tetap POSilif


c Alat yang menunjukkan tekanan udara dalarn ruangan. Seluruh
dinding, langit-langit maupun lantai benar-benar tertutup agar


tekanan udara tetap terjaga.
Ada indikator kelembaban dan termometer yang mudab dilihat


e

a Ada filter sekunder 211matau kurang dengan efisiensi 95% diletakan


di dalam sebuab kisi-kisi/lubang masuk ; terminal HEPA filler 0,3
u.m dengan efisiensi 99,7% untuk hasil sangat bersih seperu kamar


bedab onopaedi
a Suplai udara dari langit-langit disirkulasikan melaJui exhaust yang
letaknya paling tidak 75mm diatas lantai, Tipe diffuser sebaiknya
tipe satu arah. Hindari langit-langit dengan high induction atau
diffuser pada bagian dinding.


o Minimal udara diganti sebanyak 15 kaJi perjam untuk sistem udara
bersih 100%. Dan 25 kali perjam untuk sistem udara airkutasi.
a Kecepatan udara 0,1 - 0,3 mjdetik.


a Tekanan positif pada area disekrtarnya.


Pemeliharaan rutin sangat penting unruk menghindari kesalahan dalam
sistem ventilasi, Akumulasi debu pada filter menyebabkan udara tidak


seimbang, dan menurunkan kemampuan mengeluarkan udara, Hal ini bisa
merubah keseimbangan udara yang negatif menjadi positif.

Filter, kecepatan udara dan lain-lain harus selalu dipantau sccars rutin.


Harus telah disiapkan suatu rencana baku apabila sewaktu-waktu slstern tidak
berlungsi. misaJriya dlalapkan atat cadangan portabLe atau tnenghehtilUln


semen tara kegiatan merawat pasien sarnpai slstem berfungsi kembali.


Seluruh perneliharaan, perbaikan, konstruksi dan renovasi harus
dikoordinasikan untuk menjarnln terlaksananya standar perJindungan
kesehatan untuk pasien maupun personil rumah sakit

5.2 Lalulinta. Manu. La


Di tempat di mana banyak orang bertemu, risiko penyebaran infeksi dan
penyakit akan meningkat. Mikroba dengan cepat akan menyebar luas karena
konlak antar orang dengan orang. namun sulit sekali bahkan tidak mungJon


dapat mencan orang yang menjadi sumber penyebar organisme patologrs Oleh
karena itu lebih baik melakukan pengawasan dan pengendahan sebatas


kemungkinan jumlah orang yang melakukan kontak saru dengan yang Jam
dalam rumah sakit,

80








Oi lingkungan rumah sakit harus diadakan batas dan pernisahan antara
tempat yang bersih dan yang terkontaminasi. Panitia Infeksi Nosokomial harus
rnembuat pedoman ten tang pengawasan lalu-lintas orang. Harus dikembangkan
kebijakan yang mengatur lalulintas di rumah sakit. Jika peraturan ini dipatuhi


dengan ketal akan dapat membantu pengendallian penyebaran infeksi.
Pengunjung/tamu yang minum tidak memakai gelas pasien, tidak meletakan


pakaian diatas ternpat tidur pasien. atau duduk diatasnya karen a dapat
menularkan mikroorganisme dari luar rumah sakit kepada pasien. Perilaku


.semacarn ini sebaiknya ditegur dengan sopan tetapi tegas oleh petugas.


Peraturan Umum bagi Pengunjung/Tamu


Dalam mengembangkan kebijakan bagi para tamu/pengunjung, perlu
memperhatikan catatan dibawah ini:

• I. Tamu pengunjung setiap pasien perIu dibatasi jumIahnya. Ini merupakan


tindakan pencegahan yang baik. Kebijakan harus menentukan bahwa
jurnlah pengunjung untuk setiap tamu pada waktu bersamaan tidak boleh


lebih dari dua atau tiga tamu, namun perlu pula mempertimbangkan
keaneka-ragaman budaya pada daerah tertentu di negara ini.

• ,2. Anak-anak dibawah 12 tahun sebaiknya tidak diijinkan berkunjung ke


ruang atau unit perawatan. .
3. Waktu berkunjung sebaiknya dibatasi sesuai dengan ketentuan tentangjam


dan lama kunjungan yang diatur oleh masing-masing rumah sakit supaya
tidak mengganggu perawatan rutin dan gawat darurat terhadap pasien.

• 4. Untuk pasien tertentu dan unit- tertentu, jam kunjungan dapat berbeda


menurut dokter jaga atau sifat unltnya.


Ketentuan Tambahan Untuk Para Tamu


1. Sebaiknya para tamu mematuhi peraturan yang 'ditetapkan oleh rumah
sakit.


! 2. Sebaiknya para tamu dilarang merokok kecuali di luar rumah sakit.


3. Tidak dibenarkan seorang tamu duduk, apalagi merebahkan diri diatas
tempat tidur pasien, atau berkerumun di tempat perawatan pasien.


4. Tamu tidak dibenarkan membawa makanan atau minuman, kecuali bila
memang dianjurkan

• 5. Tarnu tidak dibenarkan rneletakan jaket, buku atau barang milik pribadi


lainnya di atas tempat tidur pasien
i 6. Perlengkapan pasien seperti gelas minum, tidak dibenarkan untuk dipakai


oleh tamu


7. Sedapat mungkin, tersedia toilet yang terpisah bagi pengunjung sehingga
tidak menggunakan toilet pasien.



• 81


It




- •
Te.mpat-Tempat Yang Tic1ak Boleh Di.kunjungi Tamu

harus
Pada tempat-tempat
dibatasi
jagajbertugas
dimana dilakukan perawatan
seminimaJ mungkin, dan harus
tertentu pengunjung
berdasarkan IJm dokter
atau perawat yang sedang bertugas. Ruang tersebut d.a.:

I. Ruang rawat intensif (ICU)

2. Unit terapi kimiawi kanker, unit luka baka&.-unit transportasi dan kamar


bedah/ operasi.
Orang yang tidak terkait langsung dengan tugas operasi tidak diijinkan


masuk kamar operasi. Juga kunjunge.n mendadak oleh petugas ahli rumah
sakit harus dilarang, kecuali ditempat pengamatanj observasi yang lerpisah
dari ruang operasi dengan dinding kaca. Demikian juga Kunjungan oleh
mereka yang tidak terlibat daJam perawatan pasien ke ruang pemulihan.

3. Unit sterilisasi sentraJ dan disinfeksi (CSSlJI

4. Ruang bayi biasanya hanya boleh dikunjungi oleh orang tua dari 8i bayi,
dan itupun bila bayi tidak dapat dibawa keluar dari ruang perawatan.

Kedua orang tua harus melakukan cud tangan yang seksama dan
mengenakan gaun pelindung yang disediakan khusus untuk itu sebelum


menyentuh bayi. Sedangkan tamu lalnnya hanya diperbolehkan untuk


melihat bayi lewat jendela.

5. Unit perawatan pasca persalinan dan ruang perawatan bayi biasanya hanya
boleh dikunjungi oleh keluarga dekat pasien, misalnya suami, orang tua dan
keluarga dekat lainnya. Perhatian 'khusus harus diberikan apabila sang bayi
sekarnar dengan ibunya. Ketentuan lain yang barns diperhatikan oleh
pengunjung ruang bersalin dan tempat perawatan bayi adaJah:

a. Sebelum masuk ruang perawatan harus mencuci tangan sampai siku




selama 2 menit dengan larutan antiseptic yang tersed.ia di ruang
perawat,
b. Sebelum mencuci tangan lengan baju harus dilipat sampai siku dan
perhiasan di tangan harua ditanggaJkan.
c. Pakai gaun pelindung.

6. Pasien anak biasanya boleh dilrunjungi oleh kedua orang tuanya tanpa
banyak larangan dan pembatasan. Tetapi saudara sekandung atau anak
lain dibawah umur 12 tidak diijinkan. Bila terpaksa, maka harus dibawah


pengawasan petugas.


82






6. Kewaspadaan Universal di Unit Tertentu

• 6.1 Bedah dan Anestesi

• Penerapan kewaspadaan universal mutlak harus dijalankan pada seluruh


kegiatan di unit Bedah untuk semua pasien. Pemeriksaan atau tes HIV dan
HBV tidak perlu diJakukan sebelurn tindakan bedah, karena
memberikan perlindungan yang sempuma mengingat:
tidak mampu

• c Tes lidak dapat mendeteksi infeksi HIV ataupun HBV 100%

• Banyak mikroorganisme patogen selain HIV dan HBV yang dapat


a
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.


Oleh sebab itu semua pasien harus dianggap berpotensi untuk menularkan
infeksi sehingga perlu diambil langkah pencegahan yang memadai. Sebaiknya


semua petugas yang karena tugasnya kemungkinan berkontak dengan darah
atau cairan tubuh harus mendapatkan imunisasi hepatitis B hingga mencapai


ambang titer antibodi yang memiliki daya lindung optimal.

Tindakan bedah mencakup semua tindakan invasif termasuk tindakan


diagnostik ataupun teraupetik yang melibatkan penetrasi dan fungsi kulit, atau


insersi suatu instrumen atau benda asing ke dalam jaringan, rongga atau organ
tubuh, an tara lain prosedur pernbedahan, prosedur intravenaj arterial, dialisis


ginjal, persalinan normal dan bedah sesar, aborsi atau prosedur obstetrik lainya
yang memungkinkan perdarahan,

• Kewaspadaan universal yang. harus diJaksanakan petugas adalah


mengantisipasi percikan darah. Tindakan dikerjakan secara legeartis untuk
menyediakan dan mempertahankan Jingkungan yang asepsis.

• Prinsip tindakan adalah memperlakukan darah dan cairan tubuh lainnya


sebagai bahan Infeksius

KetentUan Umum


c Oilarang makan, minum dan merokok di dalam kamar bedah
o Tangan: dilarang memakai cincin, jam tangan, gelang, kuku selalu


pendek dan bersih dan tanpa cat kuku


o Rambut panjang harus diikat dan ditutupi
o Cuci tangan sebelum bekerja, sebelum memakai sarung tangan, setelah


membuka sarong tangan dan sebelum keluar ruangan
o OiJarang bekerja bila menderita luka terbuka pacta kullt tangan dan

• lengan bawah,
diperkenankan
luke harus diobati sampai sembuh sebelum
bekerja. Luke lecet ringan harus ditutupi dengan plester


kedap air.


• 83








a Sunglrup muka, gudel airway yang dipakai untuk anestesi umum harus
didekontaminasi dengan meredam dalam larutan chlorine sebelum
dicuci untuk kemudian didisinfeksi dengan merendam dalam larutan
glutaraldehida selama . J 5 menit. Sebelum digunakan biJaslah dahulu

dengan air bersih (air matang) untuk mencegah iritasi.·
e Gagang laringoskop dibungkus dan bunglrusnya dicuci- dengan larutan
deterjen sebelum digunakan lagi pada pasien lain. Pisau laringoskop


didekontaminasi sebelum dicuci dan disinfeksi dengan larutan
glutaraldehida. Bilas dengan air bersih (air matang) sebelum digunakan,
a Pips endotrakheal atau alat lain yang digunakan pada lapisan mukosa
pasien sebaiknya digunakan sekaJi pakai atau dibuang setelah dipakai,
namun bila akan dipakai ulang hams melaJui proses pengelolaan yang
balk meJiputi dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi tingkat tinggi
dengan g1utaraJdehida atau disterilkan dengan otoklaf sebelum dipakai
lagi.

a Pips bergelombang
dekontaminasi
(non klngking) harus selaJu
dan didisinfeksi setiap ganti pasien
tercernar darah atau cairan tubuh lainnya.
diganti atau di
atau setiap kali •

a Internal circuit pada mesin aneeteei juga harus selalu dibersihkan
secara berkala,
hralapaa L1aeJruncu Kamar Bodah


a Kamar bedah, dirancang sedemikian rupa agar kemungkinan
kontaminasi dapat diperkecil yaltu:
Arus IaJU lintas diatur


Jumlah petugas dibatasi


Aliran udara diatur
a Dilarang menaruh barang pribadil milik pasien di dalam kamar bedah
" . Tumpahan bahanjcalTan harus

a
kembali dengan disinfektan
Sampah medis yaitu darah,
segera didekontaminasi

cairan tubuh
dan dibersihkan

dan jaringan serta kasa




terkontaminasi darah ditangani sesuai dengan prosedur dekontaminasi

. Pengertien "kamar operasi" adalah seluruh ruangan yang digunakan untuk


seluruh prosedur pembedahan dan pendukungnya, termasuk ruang persiapan,
ruang tunggu, administrasi bedah dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud
dengan "kamar bedah" ruangan tempat dUakukannya pembedahan itu sendiri,
yang hams dalam kondisi sucihama.



84





• Pembagian Oaerah Sekil:ar Kamar Operasl

Meskipun daerah atau ruangan-ruangan disekitar karnar operasi tidak


secara langsung dipakai untuk pembedahan, tetapi secara tidak langsung ikut

•..
dalam proses terse but. Daerah sekitar karnar operas; terbagi dalam

Daerah Publik

• Daerah ini misalnya : ruang tunggu, koridor, serarnbi depan kompleks kamar

• Daerah yang boleh dikunjungi oleh semua orang, tanpa ada syarat khusus.

operasi.


Oaerah Seml-Publik

Daerah yang hanya boleh dimasuki oleh orang tertentu, yaitu para petugas
it (biasanya tertulis: Dilarang Masuk Selain Petugas), dan sudah ada pembatas


temang jerus pakaian yang dipakai para petugas. Dacrah ini sudah berada
dalam tanggung jawab petugas khusus karnar operasi yang rnengawasi lalu


lintas orang yang rnemasr.kinya.


Daerah Aseptik


Daerah kamar bedah itu sendiri, yang hanya boleh dimasuki oleh orang-
orang yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembedahan saat itu.


Daerah ini harus dijaga kesterilannya. Daerah in; sermg juga. disebut daerah
• high aseptic' atau daerah lebih aseptik, yaitu lapangan operasi itu sendiri.

• Pembagian Daerab Datam Kamar Bedah

• Umumnya daerah ase otic ini terdiri dan

• 1. Daerah AsepUk-O yairu lapangan operasi, dacrah tempat dilakukannya


pembedahan.


2. Daerah Aseptik-l yaitu daerah tempat digunakannya gaun operasi, daerah
tempat duk/kain steril, tempat instrumen dan tempat para perawat
insrrumen mengarur dan mernpersiapkan alat,

• 3. Daerah Aseptik-2 yaitu tempat cuci tangan, koridor penderita masuk,


daerah sekitar ahli anastesi.




t



• 85


41
41


41
Lingkungan rumah sakit

Daerah sekitar kamar operas! (daerah publik)



41
Daerah kamar operas! (semi publik)

Kamar bedah (daerah aseptic)

Aseptik-l

Aseptik-O

Aseptlk-2





Gambar liS: Skema Duar Pemb-.Ian Daerah Seldtar Opera.'

PemeUharaan lramar bedah uepUk

o Tim operator harus menaruh perbatlan khusus atas peme1iharaan
lingkungan aseptik kamar bedah, tempat penampungan atau peletakan

benda-benda tereemar sedemikian rupa sebingga tidak berceceran dan
tidak mencemari lingJcungan, terutama sehubungan dengan

o
pembuangan dan penanganan benda-bend a yang tercemar darahjcairan
tubuh pasien, sepe-rti: semuajenis kasa bekas darah.
Sarung tangan bekas pakai harus langsung ditempatkan dalam wadah

penampung sampah medis yang tersedia dengan kantung plastik wama
kuning.
o A1at kesehatan bekas pakai harus dipilah-pilah dengan hati-hati untuk
didekontaminasi sebelum diproses lebih lanjut.
a Linen bekas pakai dilepas dan langsung dilrumpulkan daJam wadah
kedap air (ember besar) yang dilapisi kantong plastik, tutup dengan erat
dan segera dibawa keluar kamar bedah ke binatu untuk mendapatkan
penanganan layaknya linen tercernar.
a Bila diantisipasi ada Iimpahan darahycairan tubuh dalam jumlah
banyak ataupun sedikit, misalnya pada bedah sesar, bedah urologi,
bedah syaraf, maka harus dilakukan persiapan khusus sebelumnya
dengan menyediakan tempst penampungan sedemikian rupa sehingga
cairan tidak melimpah ke lantai kamar bedah tapi !angsung tertampung
daIam wadah tersebut yang telah diisi pula dengan cairan disinfektan
bila dianggap perlu.

86




• Pemeliha.raan perabotan dan alat


e Meja dan kursi pasien dsb, ditutup dengan plastik dan harus selalu
dilap dengan sabun dan air setiap ganti pasien


e Peralatan tidak boleh dipegang dengan sarung tangan yang juga dipakai
untuk melaksanakan rindakan invasif

• " Pernilahan sarnpnh atau limbah sesuai dengan pedornan pengelolaan


lirnbah.


Meja bedah
" MeJa bedah harus selalu dalam keadaan rapi dan bersih

• e Meja operasi dibersihkan dengan disinfektan sebelum dan sesudah


dipakai (natrium hipoklorit 0,05% atau larutan hidrogen peroksida 3%)
e Ceeeran darah atau eairan tubuh bila hanya scdikit di siram dulu


dengan larutan natrium hipoklorit 0.5% sampai 0.05% dan diamkan
selarna 10 menit. baru kemudian dibersihkan dan bilas dengan air biasa


dan sabun hlngga seluruh cairan klorin terangkat,


" Untuk tumpahan damh/cairan tubuh yang agak banyak diserap dulu
dengan kertas koran dan diperlakukan sebagai sampah medis,
kemudian lakukan disinfeksi seperti di atas dan cuci seluruh ruangan

• bedah dengan sabun dan air {tihat Prosedur Dckontaminasi Darah/


Cairan Tubub di Bab 3.

• D Pada akhir kegiatan setlap han seluruh ruangan dan lantai harus


drbersrnkandengan air dan sabun


Pemantauan mikrobioiol'ii
" Lakukan biakan secara berkala dari usap setiap perrnukaan yang

• mungkin menjadi sarang debu di kamar bedah, seperti: AC, meja


operasi, monitor, dan lampu.

• Korldor

• " Koridor sekitar kamar operas; yang memanjang di belakang kamar


bedah. terhubung dengan semua bagian dikomplek karnar operasi.
Sampah medis dari karnar bedah, linen dan benda kotor lain
dari kamar terse but. Koridor


dikeluarkan bedah melalui koridor
biasanya menunju pada serambi alat steril. Oleh karena itu daerob


tersebut harus pula dijaga konctisi aseptiknya. Petugas pengguna koridor
rersebut harus memakai gaun pelindung khusus yang ctipakai di daerah


kamar operasi dan ridak boleh dlpakai keluar, mereka udak boleh

bedah selalu kecuah saat barang


mcmasuki kamar bedah. Pintu yang menghubungkan koridor dan


kamar harus tertutup, mengeluarkan
dan ruangan bedah. Exhaust fan di korrdor kotor hams bekerja
.cpllnjllllR hari.




• 87







Pemel1haraan kamer bedah aeptik (bedah kotor) •
Bedah kotor dilaksanakan di ruang bedah lain yaitu khusus
kotor (bedah sepstik). Yang dianggap kasus septik misalnya.:
untuk bedah


a

a
Kasus yang bemanah
Kasus untuk debridement

a Kasus non elektif

Kamar bedah tersebut memitild sarana untuk ditutup rapat untuk


keperluan fumigasi. Bila kamar bedah tersebut sedang ditutup unruk a1asan
tertentu, maka kasus septik dikerjakan sebagai kasus paling akhir pada hari itu
di kamar bedah utama

Sebagai Iangkalr tambahan
a
yang harus
Gunakan peraJatan sesedikit mungkin.
dilakukan pada katnar bedah kotor:

a Keluarkan semua peralatan dan kamar bedah yang
dapat disterilkan atau didisinfeksi dengan baik, atau
sekiranya tidak
alat yang tidak

digunakan pada tindakan bedah.



a Ben alas atau tutup pada meja bedah dan sandaran tangan dcngan
pelapis plastik yang sesudahnya dibuang aebagai sampah medis setelah
pembedahan selesai.


a Sediakan wadab yang cukup untuk menampung semua benda kotor dari
kamar bedah tersebut

a Angkat semua pera!atan bekas pakai atau telah tersentuh sarung


tangan yang terpakai pada proses pembedahan, dengan forsep,
a Tempatkan seorar.g petugae yang siap di luar kamar bedab untuk


membantu mengeluarkan dan mengambil peraiatan tambahan yang
dibutuhkan.
o Setelah tindakan bedab usa! perawat tetap tinggal di kamar bedah
dengan tetap mengenakan sarung tangan dan memaetikan bahwa
semua benda kotor telah dikumpulkan dengan hati-hatl dan ditangani
dengan balk.


88

•..
..
..
Peralapan Pasien

Hal yang perlu disiapkan pada pasien adalah


..
a. Pencucian, pencukuran ram but dan disinfeksi kulit untuk
mernperkecil kemungkinan kontaminasi kuman patogen
b.
c.
Pembuatan lapangan steril
Prosedur pembedahan ..
d. Penutupan luka secara legeartis

a.
e. Sesudah

Pencukuran
operas;

daerah operasi
..
c Pencukuran di lakukan
sebelum operasi
pada han operasi, yaitu kurang dan 8 jam
..
" Bahan: gunting yang
kecil, handuk
tajam, sabun antiseptik, air hangar, waskom
..
c Cuci tangan, keringkan
..
e

c
Buka daerah yang akan dicukur,
kain untuk menjaga privasi
Basahi dan buat busa pada daerah
tutupi bagian

yang akan dicukur


tubuh lain dengan
..
" Gunting secara berurutan

•..
o Bilas kulit
c Keringkan dengan handuk
c Taruh dan bereskan kembaJi alat ketempatnya setelah
didekontaminasi dan disenfeksi seperlunya
e Disinfeksi kulit:
c

e
Usap daerah operasi dengan larutau betadin
Bersihkan lagi dengan larutan alkohol 70%
.
b. Pembuatan
e
lapangan atcril
Pasang kain steril diatas permukaan yang rata (meja dlL) ..
"
c
A1at steril diletakkan di atas kain oleh petugas tidak steril
Petugas steril menyusun alat
..
c Pasang kain steril di sekeliling lapangan pembedahan luka atau
tempat tindakan invasif
c. Prosedur pembedahan
c Petugas yang melakukan tindakan invasif termasuk menyuntik,
memasang infus, pipa endotrakeal harus memakai sarung tangan
steril

90

..



6.2 Unit Kamar Bers.alin •

Secara umum tindakan di kamar bersalin harus mengacu pada kamar
bedah karena kemungkinan kontak dcngan darah dan cairan tubuh sama besar
di kedua tempat tersebut. Setiap spesimen darah dan cairan tubuh harus
mendapat perlakuan sebagai bahan infeksius.

Prosedur kerja di kamar bersalin adalah sebagai berikut.:

" Perawatan alat rumah tangga harus teliti.




Lantai dipel minimal 4 kali dalarn 24 jam dengan menggunakan lisol,
o


dan minimal satu kali sehari dibersihkan dengan deterjen dan air yang
cukup.
a Setiap ada percikan atau tumpahan darah sedikit atau banyak harus
segera didekontaminasi dengan larutan klorin 0.5% selama 10 menit, •

lalu dilap bingga kering dan dipel kembali dengan deterjen dan air.
a Lingkungan dijaga selalu dalam keadal!-" bersihjdari debu.
a Setiap hari tempat tidur dUap dengan larutan klorin 0.05% dan dibilas
dengan air.
o Linen dijaga selalu bersih untuk setiap pasien, diganti bila tampak kotor
atau ganti pasien.
Cara kerja hlglenia eli kamar beraalln
Dilarang makan, minum dan mcrokok di dalam kamar bersalin •
••
o

a Rambut panjang harus diikat dan ditutupi


D Cuci tangan sebelum bekerja, sebelum memakai sarong tangan, setelah
membuka sarung tangan dan sebelum keluar ruangan
D Selalu memakai alat pelindung berupa sarung tangan steril, masker,
kaeamata dan gaun pelindung pacta saat menangani persalinan atau
tindakan lain


D Penggunaan alat tajam misalnya skalpel, jarum, gunting dilakukan
dengan posisi bagian runcing alat menjauhi tubuh petugas
" Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit. Luka harus
diobati sampai sembuh sebelum diperkenankan bekerja. Luka tergores


ringan hams ditutupi dengan plester kedap air.
Petugaa
D Patuh menerapkan kewaspadaan universal.
a Cuei tangan sebelum dan sesudah me1akukan tindakan.
a Petugas yang menderita luka terbuka atau lesi terbuka pada kulit tidak


boleh melakukan tirrdakan invasif kepada pasien.

92





6.3 Ruang Rawat Intensif

Desaln Ruangan



" Ruang antara tempat tidur harus cukup longgar untuk menernpatkan
pasien dan mudah untuk rnencapai peralatan

" Ruang kubikel


memerlukan
tertutup
isolasi, seperti
hanya digunakan
tuberkulosis
untuk
terbuka,
pasien yang
anthrax, demam
perut, kolera, kolonisasi atau infeksi MRSA, atau infeksi organisme lain
dengan resistensi obat multipel.

Harus menerapkan tatalaksanan rumah tangga dengan baik, seperti


pembersihan ruangan dan pengepelan lantai, perawatan alat,
penggantian linen dan gordin secara rutin. Pembersihan lantai minimal


4 kali sehari.
e Aturan umum yang harus diikuti oleh semua petugas:
Cuci tangan: masalah cud tangan perlu ditekankan t
Kewaspadaan universal: harus dipatuhi oleh semua petugas selama
merawat pasien dan menangani sediaan laboratorium. Memakai
gaun pelindung plastik dan sarung tangan untuk setiap tindakan.


Ganti dan buang segera sarung tangan untuk setiap pasien.
Gunakan selalu sarung tangan setiap kali kontak pasien. Selalu


pakai masker setiap kali memeriksa pasien dengan diagnosis yang
belum pastL

SterUiaasl dan dlslnfeksl

Lihat halaman 38 pada pembahasan sterilisasi dan disinfeksi dari buku


pedoman ini, dengan beberapa penekanan sebagai berikut :

o Sinar lampu ultraviolet diusahakan dapat mencapai setiap sudut dari


ruang isolasi selama 30 men it setiap kali akan digunakan oleh pasien
baru.

c Peralatan medis yang dipakai sebaiknya alat kesehatan sekali pakai.


o Termometer satu untuk setiap pasien, demikian pula dipakai alat
resusitaei yang berbeda untuk setiap pasien, dan harus didisinfeksi


setelah dipakai oleh pasien.


c Untuk tindakan yang dilakukan di ternpat (tidur) alat kesehatan yang
cukup diletakkan di atas kereta dorong (troli).
D Apabila ada sarana hemodialisis di ruang rawat intensif maka sebelum
mengisi tanki
tutupnya
air untuk
tertutup rapat
keperluan
serta
hemodialisis,
pastikan bahwa
pastikan
tankinya
didisinfeksi dengan baik dalam kurun waktu tidak "lebih dari 10 hari
bahwa
telah •

sebelumnya. Ada kemungkinan masih tertinggal lapisan hipoklorit di
dasar tanki, oleh karena itu perlu dibilas bersih dengan air. Periksa


kadar klorin dari bilasannya dan bila negatif isi tanki dengan air yang
sudah disaring dengan metode reverse osmosis (RQ).

94





a SeteJah selesai melaksanakan hemodialisis dengan lengkap, buang air
dari tanki dan seluruh pipa, tuangkan 20 liter larutan kJorin 2% ke


dalam tanki dan tutup. Pastikan bahwa seluruh katup tertutup rapat.


Cara dislnfeksl ta.nkl. a.ir hemodialisls dengan larutan klorin
Ta.nki diisi dengan 20 liter larutan klorin 2% dan biarkan selama 30-45


o
menit. Kemudian buka katupnya untuk membilas pipanya. Usahakan
larutan klorin tersebut menggenangi pipa selama 30-45 menit. Baru

• kemudian dibilas seluruhnya dengan air panas hingga 2-3 kali. Buang
dan bilas bersih seluruh tanki dan pipa.

• o Dalam keadaan tidak terpakai tanki dibiarkan terisi dengan 20 liter


larutan klorin 20%.


Ruailg Pullh
e Semua petugas di ruang pulih harus bebas dari penyakit yang menuJar


melalui pernapasari/ udara dan bebas dari luka terbuka.


o Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada
kewaspadaan terhadap penularan melalui darah,


o Sebelum memasuki ruang perawatan intensif semua petugas
diharuskan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang khusus dipakai


untuk kerja diruang intesif termasuk alas kaki. Pakaian tersebut tidak
diperbolehkan dibawa keluar ruangan, dan pakaian dari luar tidak
diperbolehkan dibawa rnasuk.


o Semua pengunjung diharuskan mengenakan gaun pelindung dan alas
kaki pelindung yang disediakan sebelum memasuki ruangan.
o Jalan masuk petugas lain seperti petugas binatu, gizi, pusat sterilisasi
rnelalui jalur khususuntuk keperluan tersebut.

•• Petugas diharuskan selalu cud tangan dengan sabun biasa atau dengan


setiap kali kontak dengan pasien.
c
antiseptik
Semua tindakan harus mengikuti prosedur asepsis.


o

o Pembersihan lantai dilakukan minimal 4 kali dalam 24 jam atau 6 jam


sekaJi.
a Seperti ruang rawat intensif, ruang putih juga dilakukan pemantauan


mikrobiologi rutin setiap bulan dengan mengumpulkan sample usap dari
tempat debu biasa menernpel seperti AC, monitor dan larnpu.

• Pedoman urnum
berikut:
dalam melaksanakan tindakan invasif adalah sebagai


It
a

o
Wajib cuci tangan sebelum dan di antara 2 tindakan mcdis atau pasien
Penerapan kewaspadaan universal harus cliikuti secara ketat pada setiap
tindakan medis invasif atau pernasangan alat yang menetap,


It


• 95




••

o Lakukan pemilahan dan pembuangan
dengan benar
limbah dari setiap tindakan medis •


Di.infekai ventUator clan pipa-pipanya

c Untuk pipa ventilator sebailmya diganti setiap 24 jam, sedang botol


humidifier di sterilkan dengan otoklaf setiap 12 jam


o Setiap pasien menggunakan Bain's circuit masing-masing yang
digunakan selama fisioterapi atau penghisapan endotrakeal. Alat-alat

o
tersebut diganti setiap hari dengan yang baru dan disterilisasi dengan
sterilisasi gas.
Kateter penghisap
baru setiap han.
yang sudah terpakai dibuang dan diganti dengan yang


Ruang tersendiri atau ruang isolasi kadang diperlukan untuk kasus
dengan penyakit menular atau diduga terinfeksi, seperti kasus sebagai
berikut:
Penyakit rnenular yang memerlukan tindakan operasi,
Infeksi usus dengan perforasi.
Luka basah dengan mikroorganisme patogen yang menular melalui


udara, staphylococcus dan beta-haemolytic streptococcus
Luka basah dengan infeksi proteus, E. coli atau Pseudomonas

Gas gangren
Infeksi hepatitis B / C yang memerlukan
Kasus tetanus
Abortus septik
dengan tindakan operatif
tindakan operasi.
..
Trauma
telah
multiple,
menerima
keberaihannya
misalnya pada kecelakaan lalullntas atau yang
tindakan dan luar yang tidak terjamin


Kasus kebidanan dengan komplikasi yang diberi tindakan di luar
yang tidak jelas. kebersihannya

Pemantauan .eeara mUuobiologia



Ruang rawat intensif dan ruang pulih memerlukan pemantauan


mikrobiologis secara berkala. Sediaan usap untuk biakan diambil dari tempat-
tempat debu biasa menempel dan dari alat pengatur udara (air conditioningj
minimal sekali setiap bulan. Pemeriksaan mikrobiologis secara berkala juga
dilakukan terhadap air dari alat reverse osmosis (RO).

96


••
Pablan Kelja

Pakaian pelindung dikenakan dalam ruang rawat saja dan tidak boleh
dipakai keluar. Sebaiknya pakaian kerja berlengan pendek agar dapat selalu
cuci Langan dengan mudah. Gaun pelindung berlengan panjang perlu
dikenakan pada saat mengangkal dan membawa bayi di ruang isolasi atau pada


saat tindakan invasif, Kewaspadaan universal perlu selalu diterapkan terutarna
pada saat menangani bah an berupa darah atau cairan tubuh lain.

PemeUharaan alat media

lnkubator harus disteriikan sebelum dipakai atau setiap ganti pasien


mengacu pada petunjuk dan pabrikoya. Apabila tidak tersedia sterilisator
untuk inkubator tersebut, maka paling tidak dicuci dan didekontaminasi

dengan disinfektan yang eukup balk. Hal tersebut dikeIjakan setiap ganti
pasien atau sedikitnya setiap 72 jam bila pasien dirawat lebih lama.

Demikian juga untuk ventilator harus didekontaminasi secara berkala.


Humidifier diganti setiap hari. Penyaring udara pada inkubator diganti setiap 3
bulan.

Formula Ma.kanan Bay!

Makanan formula disiapkan secara aseptik dan dilakukan pcmantauan


mikrobiologi seeara berkala (seliap 7 hari] untuk memastikan lidak terdapat
organisme '> 25/ml. termasuk botol dan alat.

Keber.lhan Dan Pembenihan



Pembersihan ruangan dilakukan setiap han minimal 4 kaIi dalam 24 jam


dengan lap pel basah. Pennukaan dilap dengan larutan disinfektan seperti
lazimnya dengan perhatian khusus sebagai berikut.:
o Tidak melakukan tindakan invasif pada saat dilakukan pembersihan
o Petugas kebersir.an mengenakan gaun pelindung
o Boks bayi dibersihkan setiap han dan dengan menggunakan larutan
lisol 7% sebelum dipakai oleh penghuni baru
o Sebaiknya kasur dijemur seminggu sekali, lebih baik lagi 2 kali
seminggu bila memungkinkan
o Setiap ganti petugas bak cue! tangan (wastafel) harus dicucl bersih
digosok dengan deterjen.
e Leman es penyiropan susu dicuci setiap han dan lemari lainnya dicuci
setiap minggu. Buang obat yang telah lama dan tidak dipakai, juga
spesimen, botol cairan serebrospinal yang tidak dipakai.
o Botol, air, dan pipa humidifier diganti dan dicuei setiap han, mesldpun
tidak dipakai, begitu juga bila akan dipakai bayi lain.

98

t


RuaD& bowl

Seharusnya tersedia ruang isolasi khusus di perawatan perinatologi, yang


digunakan apabila ibu atau bayinya didiagnosis penyakit inIeksi tertentu,
seperti:
e Varisela
.. Rubela kongenital


.. Herpes simpleks
.. Gastroenteritis neonatal
e lnfeksi stafilokokal yang luas

6.5 Unit Pelayanan Penyakit Dalam


Unit Hemodialials

Pada dasarnya penerapan Kewaspadaan Universal di unit dialJsis mutiak
hams dilaksanakan secara ketal. Pencegahan infeksi di unit dialisis dapat
dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu: •
Pencegahan terhadap penularan agen patogen melalui darah (IIIV,
Hepatitis B dan C) dati pasien ke pasien, dari pasien ke petugas dan
sebaliknya. Teknik hemodialisis sendiri dapat memJliki risiko terjadinya
penularan agen patogen, oleh karen a itu:
a. Petugas yang bekerja di unit hemodialisis harus mendapat imunlsasi
yang lengkap dengan vakaln hepatitis B dengan titer antibodi dratas
ambang daya Iindung.
b. Petugas harus mendapat pendidikan dan pelatihan yang cukup
tentang peneegahan penularan hepatitis B, C, dan HIV, dan


mendapat supervisi.
c. Petugas barus selalu mengenakan alat pelindung, seperti, sarung
tangan, masker dan gaun pelindung atau celemek selama merawat
pasien. Gunakan alat pelindung yang baru untuk setiap pasien.
Sarung tangan selalu dikenakan pada saat mengukur tekanan darah,
memberikan suntikan salin maupun heparin, atau pad a saar
menyentuh tombol mesln dialisis.
d. Cud tangan sebelum memakai dan setelah melepas alat pelindung.
e. Semua sediaan laboratorium yang berasal dari cairan tubuh pasien
dan darah diperlakukan sebagai bahan infeksius, dan dikemas
dengan label "Biohazard'
f. Hindari kecelakaan keIja seperti tusukan jarum suntik, percikan
darah atau cairan tubuh serta hindari kontak dengan lea; kulit
terbuka dari pasien.
g. BUa terjadi percikan atau tumpaban darah/cairan tubuh di
pennukaan, harus segera dilakukan dekontaminasi sesuai proaedur
(lihat prosedur dekontaminasi atau tumpahan darah/cairan tubuh di
halaman 35 Prosedur 9.

100




h. Mesin dialisis hams selalu dibersihkan dengan seksama setiap kali
selesai dan sebelum dipakai kembali oleh pasien yang lain.


i. Usahakan selalu memakai alat sekali pakai dan dibuang sesuai
prosedur, bends tajam dikumpulkan dalam wadah khusus tahan


rusukan.


j. Alar-alar akan dipakai ulang dikirirn dalam kantong kuning ke sentral
srerilisasi dan disinfeksi, sarung tangan tidak boleh dipakai ulang


dan dibuang sebagai sampah media dalam kantong kuning.
k. Tidak diperkenankan rnembawa rnakanan ataupun minuman di


ruangan hernodialisis.

Sebaiknya semua pasien yang akan menjalani hemodialis diperiksa HBsAG.


antibodi HCV dan antibodi HIV kecuali dalam keadaan darurat.Pasien yang


pos.t.f dapat diJayani di tempat dan alar yang terpisah oleh petugas yang
Juga HBsAG dan anti HBs positif. Untuk menghindari Lerjadinya
pemindahan virus secara tidak sengaja, perugas yang sedang melayani
pasien pengidap hepatitis B tidak diperkenankan melayani pasien lain yang


negatif pada waktu yang sarna.


Pasien yang negatif terhadap HBsAG sebaiknya diberikan imunisasi seeara
lengkap sesuai anjuran.

• Pasien pengidap HN biasanya tidak dianjurkan untuk menjalani


hemodialisis rurnatan. Namun bila terjadi gagal ginjal atau diperlukan
hemodialisis sebagai persiapan operasi maka dilakukan hemodialisis
suportif. Mungkin cara hemodialisis rumatan yang lebih sesuai bagi pen
gidap HN adalah CAPO. Bila perlu-dilakukan dialisis suportif pada seorang
pengidap HN maka hams mengikuti prosedur di bawah ini:


o Ben tanda pada semua dokumennya, seperti status, lembar pemantauan
diahsis, dsb. dengan stiker •Biohazard"


o Pisahkan pasien tersebut dengan menggunakan mesin tertentu yang
udak boleh digunakan oleh pasien lain sebelum dila1rukan


dekontaminasr dengan seksarna.
o


Tunjuk petugas khusus yang Lelah terampil, yang tidak melayani pasien
lain pad a saar yang Sarna.


o lkuti prosedur a) hingga k) di atas.


2 Pencegahan terhadap penyebaran infeksi mikrobial pada daerah pintasan
[cimino].

• Perhatian khusus terhadap infeksi Staphylococcus terutarna MRSA


mengingat mikroorgartisme tersebut merupakan 'penyebab infeks!
nosokomiaJ melalui akses vaskuler yang tersering di unit hemodialisis,
infeksi mungkin terjadi antar paaien. Untuk mencegah hal tersebut, perlu
dilakukan:


• 101




a. Pemakaian alat pelindung seperti masker, gaun pelindung, dan sarung
tangan pada saat merawat daerah pintasan dan dilakukan secara


aseptik
b. Cuci tangan aseptik sebelum membuka daerah pintasan atau sebelum
pindah ke pasien lain.
c. Tindakan dilakukan secara steril dengan membersihkan daerah tersebut
dengan antiseptik
d. Balut dengan kasa steril
e. Gunakan alat terspisah untuk setiap pasien


f. Bila pasien pernah didapatkan MRSApada pemeriksaan biakan, maka
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak harus diterapkan pada
pasien terse but.
Semua permukaan dan tempat tidur yang pernah tersentuh pasien
dibersihkan dengan disinfektan (larutan klorin 0.5%). linen direndam
klorin 0.5% sedildtnya 10 menit sebelum proses pencucian lebih lanjut.
Masker, sarung tangan tidak boleh dipakai ulang, dibuang sebagai
sampah medis ditampung da1am kantung plastik kuning. Petugas yang
melayani pasien tersebut tidak boleh melayani pasien lain pada waktu
yang sama. Petugas harus mandi dan ganti seluruh pakaiannya sebelum
melayani pasien berikutnya.

3. Pemeliharaan kualitas air dalam batas standar biologiyangaman.

Kualitas air harus terjaga baik secara mikrobiologismaupun secara kimiawi.


Perlu dipakai alat pemrosesan' air yang menggunakan cara penyaringan
dengan filter. softener dan metode reverse osmosis (RO) untuk menjaga
mutu air yang akan dipakai da1ampelayanan hemodialisis. Reverse osmosis
(RO)juga efektif untuk meminimalkan jumlah bakteri rnaupun endotoksin
dalam air. Namun penampungan, belokan dan lengkungan pipa-pipa,
penggunaan bikarbonat dan pemanasan hingga 37'C, meningkatkan risiko
kontaminasi air kembali.

Dianjurkan untuk mengikuti prosedur perawatan alat dari pabrik dengan


sebaik-baiknya sehingga pencemaran dapat diminimalkan, juga prosedur
seperti:
a. Menggunakan sinar UV(253,7 nm) sebagai bagian dari sistem
b. Pakai ultra filter pada ujung keluar dari sumber air dan pangkal
masuknya air ke da1am mesin dialisis.


c. Pembersihan dan disinfeksi mesin dialisis secara berkala termasuk
semua bagian pemrosesan airnya
d. Desain yang sesuai untuk menghindari tekukan mati dari pipa, sehingga
aliran air Iancar tidak ada air yang tertampung atau terbendung di satu
tempat.
e. Disinfeksi sistem saluran air secara rutin dan berkala, juga uji kualitas
air dengan biakan mikrobiologisecara berkala.

102


• Puleo dengan Daya Tahan Tubuh Menurun


Keadaan yang dimaksud adalah pasicn dcngan daya tahan tubuh menurun.
Kcadaan tersebut mcncakup pasien yang mengalami penurunan daya iahan


akibat suatu pengobatan. bag) penyakit utarnanya dan disebut supresi imun
(lmmunosuppresseal misalnya pengobatan streoid dosis tinggi, snostatika dan


lain-lain. Keadaan lainnya adalah pasien yang rnenderita penurunan daya tahan
akibat penyakitnya misalnya granulositopenia atau keadaan lain termasuk


AIDS. Kcdua kelompok pasien tersebu, memiliki risiko terinfeksi dari petugas
kesehatan atau pcngujung. Kategori pasien terse but adalah sebagai


compromised /tost infection precaution (CHIP).

Prosedur tetap perawatan pasien tersebut adalah sebagai berikut:



Pasien diternpatkan di ruangan terpisah dan pasien Jain yang telah
diketahui menderita penyakit menular atau infeksi
o Setiap petugas harus mencuci tangan sebelurn dan sesudah rnerawat
pasien


" Setiap petugas dan pengunjung yang mcnderita influenza dan herpes
dilarang masuk ruang rawat. Bila sangat perlu harus mengenakan


masker


e Perawat dinas tidak rnerangkap perawat dari isolaai lain
o Pelayanan penunjang bagi pasien didahulukan sebelum pasien lainnya

• a
Ruangan pasien dibersihkan
Kewaspadaan Universal.
secara rutin dengan mempcrhatikan

••
kaidah
o Alat makan, alat tenun, tensimeter, termometer, stetoskop. spuit, kasa
pembalut, spesimen laboratorium, buku atau rekam medik tidak perlu
tindakan khusus, ditangani sarna seperti pasien lain.

• 6.6 Unit Pelayanan Gigi

• Pelayanan gigi dan mulut merupakan tindakan yang berisiko terpajan


cairan tubuh pasien. Risiko tersebut sernakin jeJas dengan penemuan berbagai
mikroorganisme dan cairan oral. Petugas kesehatBn yang menangani daerah


gigj dan rnulut secara rutin mengalami pajanan yang beruJang terhadap
rnikroorganisrne yang ada dalam daran dan air liur. sehingga angka kejadian


penyakit infeksi tertentu lebih tinggi pada kalangan perugas kedokteran gigi dan
perawat gigi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

• Penularan mikroorganisme terjadi dengan cara

• D Koruak langsung
yang terinfeksi
dengan lesi terinfeksi atau dengan air liur atau darah

• " Penularan tidak Jangsung melalui alat terkontamlnsi


a Percikan atau tumpahan darah, air liur, sekret nasofaringeal langsung
pada kulit yang tidak utuh atau selaput lendir

• o Penularan lewat udara atau seeara aerosol

I
• 103

I


Penerapan kewaepadaan universal dl kUnile gig! tidak hanya melindungi
petugas darl rislko terpajan infeksi, namun juga melindung! pasien yang
mempunyal kecenderungan renlan torhadap segala macam infekei yang
mungkin terbawa oleh petugas. Termasuk mencegah infeksi lain yang
bersifat nosokomial, terutama untuk Infekai yang ditutarkan melalui
darah/cairan tubuh seperti Hepatitis S, Hepatitis C dll.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dl Klinik Oigi agar kewaspadaan


universal tetap terjaga adalah melaksanakan prosedur yang dianjurkan :

Pa.ieD
e Pemakaian gaun pelindung kedap air pada pasien
" Kumur sebelum diperiksa
" Pemberian antiseptik pada gigi yang akan diperiksa

Petu •••
a CUci tangan dengan sabun aelama 10-15 detik, kemudian keringkan
dengan handuk sekali.pakai atau diangin-anginkan.
" Ounakan a1at pelindung
• Sarung tangan
Ounakan aarung tangan beraih untuk sekali pakai dan diganti untuk
setiap paslen atau setelah dlpakai aelama 60 menlt dan tidak dipakai
uiang atau dlcuci.
,
CUci tangan selalu dila.kukan aetlap aebelum memakai dan setelah


melepas.kan sarung tangan.
• Pelindung wajah.
Pelindung mata dan masker yang menutup sampai ke dagu.
Digunakan untuk melindungi selaput mukosa mala, hldung dan
rnulut setama kegiatan perawatan pasien ber1angsung yang mungkin
dapat memberikan pajanan air ludah, darah, dll.
Gaun pelindung.
Gunakan gaun pelindung bersih untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kegiatan berlangsung.

A1at ke..,hataD daD pengelolaannya

SebeluDl tlndakaD

" Gelas untuk kumur didisinfeksi dan dicuci dengan alir mengalir
sebelum digunakan atau dipakai oleh pasien ben'kutnya
" Gunakan larutan hipokJorit 0,5% untuk dekontaminasi tumpahan
darah/cairan tubuh dan bilas dengan air menggunakan lap basah.

104







c Ounakan larutan hipoklorit 0,05% untuk dekontaminasi permukaan
meja periksa I permukaan lain yang tidak berpori.

• o Handpieces, lihat tabel dibawah.


c Pengelolaan alat kesehatan sezelah tindakan sesuai bagan alur
pengelolaan alat kesehatan bekas pakai eli halaman 28.

• e

o
Dekontarninasi (lihat prosedur]
Pembersihan dan pencucian, yang terbaik
menggunakan ultrasonic cleaning bila terseclia.
adalah dengan

• o Sterilisasi atau dismfeksi tingkat tinggi (lihat tabel dibawah].

• e Menggunakan saru alai pemeriksaan gigi untuk setiap pasien, atau


dekontammasi dan diaenfeksi dulu sebelum dipakai pada pasien

• lamnya.

••
e Jika harus meninggalkan ruangan, lepaskan sarung tangan dan
gami dengan yang baru ketika melanjutkan.
e Pastikan selama jam pelayanan ruangan dalam keadaan bersih.


c Sebelum klinik ditutup semua peralatan clipastikan dalam keadaan
steril dan tersimpan rapi dalam lad penyimpanan.
















• 105









Tabcl 16 : SterllJ.tuJ dan DlalDteb1lDatrumen. Baban daD Beberapa Alat
Jan., MriD, dJpabl pada PelayaDaD m,s.

- -.-., •

p Uq N' '3'
Nama.Al.t ~ Jr.odDf IIImInI otIId& IlIIDInI


IOftaI I: I

Angle .. ttaclunenl' + -+

..
-+ ++ -+


BUl1i
Carbon steel ++ ++ Buang


siee: + ++ ++ ++ Buan,
1Wlg.tOOl-carolde + ++ + ++ BU&l\l


Condenaor ++ ++ ++ ++
Dapen dlaiwl ++ • • ++ •

Endodontic lnatrumenl ++ ++ ++ ++


(broach_ lIlea. f"OIlJDeR)
StaJnI_ Steel banda -+ ++ ++ ++ +
f1uor1de gel tray

.. •


StaJnleaa oteeI w/pluUc bandte. ++ ++


++ x ++
++ ++ ++ +
Non-heat- ..... lalant pluUc x x ++ + BU&I\I 1+.)

H"'l-reslalant plaatlc

01•••• lab
Hand tnatrumenta


Carbon ItreU ++ ++ +.
1000kial de""", bahan IdmIawt (na1r'1UIl nJtrtte l'HI)
StaJnI... Steel ++ ++ ++ ++ -+
Handplc:ca (H)' I.)' ++ •
Contra-angela •• -+ ++ •
Prophyaxlx-angJea -+ • • ++ + BU&I\I 1+.1

..
fdlaposble prderredl

Aiumunlum "'etal ++ + ++
Chromo plated ++ ++ ++ ++ +
Custom acrylSc resin
Plasuc
x
x
x
x
x
x
-++
+-+
•+ Buang (_)
LdlIh_~I++)
Inal.rUment ++ + ++ ++ x
In Paclu; Paket KI:dI PaI<et KI:dI
'noll'UlDetll In<)' ee tup

..
_raUve or aUrgJcaI + + ++ x

Mfror
Needles
•• -++

DIsposable x x x x • Buang (++1


x
J.,.,.cIIpoJcaIlaI!J
106





TabcI 16 (lanJutan)

• 0I0kW ItmIaC ~
u.p aDell
0bIda
at M' ...........


n" ..

«)rea) • $ •

Nitrous Oxidt:


Noee sseeee (-I- x (++)- ++ (,+1"
Hoses I-I- x 1++)- ++ 1.1"


Orthodotk: pUers
Hlgh·quallty sUnk ... ++ ++ ++ ++


Low·qualIty stlnl ... .+ ++ ++
WIth plutlc paN
"+ x
"++ ++
•+

Plugger. and ConcIen8or ++ ++
wbeel and dJ,o); +
x


++

..
PoIJahIng ++ X

Gamet and cuttl. x ++


Rag ++ +
Rubber +
Prostheses, n:movabl.
..
• Rubber and eglpment ...

• rram .. .. +


• -
+


Carbon steel clam"" ++
Metal frames ++
Plasue +
Punches
eteei clam""
++
++
••
.+
StalnJ ... ++ ++ BuulgI++)
Rubber.tem BuulgI")
Prophllaxla cu""
Sallva cva<:Uatora. ejector (pIuUCI
<-eIWI

S""=' ++
psl<alI ++
Dlamond + ++
Pollahln& ++ + .+
••
• ..
Sharpening ++ ++
Surgical mstrumtnta
Sta_ ++


ateel ++ + ++
UttnsoDloe acaJlIng U"" • x ++ +-
Wa..,.. a1r ayrtnge U"" ++ ++ "++ Buangl-I

..
'n'ay equipment
PIuUc film bolder 1_)- x (+,- ++ +
CoDtmaHog devlcea x x +

• KetennpD:
• Oteb karena bahan yang d1pakai SBllgat banyak macamnya maka perlu kon1lrm.ui

• dengan pabJ1k penibuat alat tersebut terutama peralatan tangan dan alat
tambabannya
++ ; Cara yang eCeId1fdan dJutamakan
= earn yang eCektll dan d1perbolehkan

+


• •= earn yang eCeId1f tap! ber1aIko merusak ba.h.an
X = earn yang tldak eCeId1f dan merusak alaL

• Sumber : ADA InfecUon Control Reoomendatlon. 1992.


• 107






6.7 Unit Pelayanan Laboratorlum
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Iaboratorium sangat penting karena
laboratoriurn merupakan tempat yang berisiko tinggi untuk penularan infen!


HlV, hepatitis dan agen lainnya.


Ketentuan umum di laboratorium adalah mengan;;gap dan memper-
lakukan setiap spesimen sebagai bahan infeksius

Petugas laboratorium aering kali memiliki risiko terpajan yang paling tinggi.


Keinginan memperoleh hasil yang cepat, beban kerja yang besar dan rutinitaa
pekerjaan mendorong ke arah aituas! yang membahayakan k:arena kemudian
mengabaikan prosedur kerja yang benar. Maaih ada laboratorium yang tidak
memperhatikan atau memilild sarana keamanan kerja yang ba.ik dan lengkap.
Risika yang tinggi tersebut elitunjang pula oleh kurangnya kesadaran bAhwa
kegjatan eli Iaboratorium dapat member! bahaya bagi lingkungannya.

Cam mengurangi risiko infeksi ada1ab sebagai berlkut :



Can brja bJcleDfa
a Cue! tangan sebelum bekerja, aebelum memakai sarong tangan, setelah
membuka sarong tangan, dan sebelum keluar ruangan Iaboratorium

D Selalu memakai alat pelindung berupa sarung tangan dan gaun
pelindung! jas Iaboratorium serta masker pada saat menangani darah
atau cairan tubub 1ainnya. Bila persediaan sarung tangan tidak ada,
sarong tangan dapat clihapus dengan desinfektan sesering mungkin dan
eligunakan kembali sepanjang hari
D Pengbisapan c:fua.kukan secara mekanik, deng-m pipet atau pipa


pengbisap. Hindari terbentuknya aerosol, percikan dan tumpahan
o Hindari penggunaan alat ~am di laboratorium, misalnya skalpel, jarum,
gunting
o Jarum suntik dan benda ~am lainnya diletakkan daIam wadah tahan
tuauk. Jangan menutup, membengkokkan atau mematahkan jarum


secara manual.
D Spesimen dikirim ke laboratorium dalam wadah yang kua\ (enamel tray,
racks)
o Spesimen rujukan harue diberi label yang jelas, dibungkus dua lapis
atau elitempatkan dalam wadah kedua yang tertutup rapat, tahan
tusukan dan anti boeor.

Tata tertib dJ daJa.m Jaboratorium

o Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam 1aboratorium


Rambut panjang harus cliikat dan ditutupi


a

4
108





Tatuuan& daD auaua dl laboratorlulD


Rualle:1Ul


o Seluruh ruangan laboratorium harus mudah dibenlihkan
a Pertemuan antara dua dinding atau antara dinding dan lantai dibuat


melengkung


o Permukaan meja kerja harus kedap air, tahan asam, bua, larutan
organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat lengJru.ng.(bulatl
a

a
Perabot yang digunakan harus terbuat dan bahan yang kuat.
Ada jarak antara
dibersihkan.
meja kerja. lemari dan alat sehiJlgga mudah •
a Ada dinding pernisah antara ruang pasien dan ruang .aboratorium
a Penerangan harus cukup
a Permukaan dinding, lantai dan langit-langit harus rata dan agar mudah
dibersihkan di1apisi dengan bahan kedap air dan tahan terhadap
disinfektan
a TeT8Cdia bak cud tangan dengan air mengaJir di setlap ruang
laboratorlum yang mudah dijangkllu/didekat pintu keluar
o Pintu laboratorlum sebaiknya dUengkapi dengan aJat penutup pintu
otomatla dan diberl label BAHAYAlNPEKSI (BIOHAZARD)P . intu untuk
maauk dan untuk keluar harua terpisah dan diberi tanda yang jew
sehingga tidak terjadi tabrakan
c Denah ruang laboratorium lengkap menggambarkan letak telepon, a1at
pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, digantunglcan di beberapa
tempat yang mudah dilihat
c Tersedia ternpat sarnpah bertutup dilcngkapl kantung plaatik dan
dlpisahkan antara sampah media dan aampab rumah tangga Iainnya
dengan warna yang eesuai dan letak mudah dijangiQl.u
o Tidak diperkenankan ada tanaman dan hewan peliharaan di ruang
laboratorium

Roddor. ,ane, lantaJ dan tan"a


o Lantai harus beraih, kering tidak licin.
o Koridor dan gang harus bebae halangan dengan penerangan yang cukup
dan tidak dipakai untuk menyimpan atau menimbun harang
e Tangga yang lebih dari 4 anak tangga harua dilengkapi dengan pegangan
tangan dengan permukaan anak tangga yang rata dan tidak licin

110





KeweJlban Petueu/Tim Keamanan Kcrja daJam Laboratorium

Petugas/ttrn keamanan. kerja dalam laboratorium rnernpunyai kewajiban


sebagai berikut :

L Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkaJa terhadap


metodej prosedur dan pelaksanaan bahan habis pakai dan peraJatan
kerja, terrnasuk untuk kegiatan penelitian.
2. Memastikan sernua perugas laboratorium memahami dan dapat


menghindari bahaya infeksius.
3. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan eli dalam laboratorium yang


mernungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan
infektif.
4. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan
dekontaminasi telah diJakukan jika ada tumpahanJpercikan bahan
infektif.


5. Memastikan bahwa tindakan desinfeksi telah elilakukan terhadap
peraJatan laboratorium yang akan eliperbaiki.
6. Menyediakan kepustakaan/rujukan keamanan kerja yang sesuai dan
infonnasi untuk petugas laboratorium ten tang perubahan prosedur,

metoda teknis dan pengenaJan pada aJat yang baru.


7. Menyusun jadwaJ dan kegiatan pemeliharaan kesehatan petugas
laboratorium.
8. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen jika hal tersebut
mungkin berhubungan dengan pekerjaan di Iaboratorium dan

rnelaporkannya pada pimpinan laboratorium.
9. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman setelah menjalani proses dekontaminasi sebelumnya.
•..
10. Mengembangkan sistem peneatatan : tanda terima, perjalanan dan
pernbuangan bahan patogenik dan mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan
infektif yang baru didalam laboratorium.

11. Mcmberitahu kepala petugas laboratorium mengenai keberadaan setiap


mikroorganisme yang harus diJaporkan kepada pejabat kesehatan
setempat ataupun nasional dan badan tertentu.
12. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul eli luar jam
kerja.

Sistem Pencatatan dan PeJaporan adanya bahaya di dalam Laboratorlum t


Jika teJjadi bahaya akibat pekerjaan di laborarorium, perugas laboratorium t
memberitahukan kepada penanggung jawab harian dan Tim Keamanan KeIja
Laboratorium, untuk segera dilaporkan kepada Kepala Laboratorium. Tim t
Keamanan Kerja Laboratorium harus meneatat secara rinci setiap kccelakaan
kerj~ yang terjadi di Laboratorium Genis spesimen, identitas' pasien dan petugas
t

112

t








TiU>e118 : Peralatan Laborntorium, bahayo. d&D cara meocataainya

Penllatan
8~haya CaraMe!)gatul 1


Laboratorium - -
Jarum semprit Tusukan, • Gunakan jarum semprit deng<.n sistem pengund untuk


aerosol, mencegah tet1epasnya jarum clarl semprit, Jlka n1Ungkin
tumpahan gUllilkan alat sunbk sekaIi pakal. Sedot bahan pemeriksa


dengan hall-hat! untuk mengul1lngl gelembung udara.
Ungkarl Jarum dengan kapas dlsinfektan seat menarlk )arum
clan botol scesimeo. Jlka mungkln, lakukan clalam biosafety
cabinet. Semprit harus steriUcan dengan otoklaf sebeJum
dibuang, )arum sebalknya dibakar cWlgan 1nsInetator.
Sentrif1Jsala! Aerosol, • Jika dlduga ada tabung pecah s.lat sentrifugasi, matikan
pemusing perdkan, tabung mesin dan Jangan dibuka setama 30 menit. llka tabung
pecah pecah selama mesln berhentl, sentrifus harus dltutup
kemball dan biarkan selama 30 menit. llIpockan kejadlan Inl
kepada petugas keamanan ~a. Gonakan s.lrung tangan
kare! lebal dan forsep untuk mengambll pecahan kaca.
Tabung yang pecah, pecahan gelas dan selongsong serta
rotor harus dldlSlnfeksl. Tabung tldak pecall dldeslnfeksi
secara terplsall. Ruang clalam sentrifus (Chamber)
dldesinteksi, dlblarlcan s.ltu malam. !!jlas cWlgan air clan
kerlngkan.
Alat
homogenlsbs
Aernsol,
keboool1ln
• Gunakan ala! homogenesasl yang temuat darl Teflon.
Tabung dan tutup alat harus dalam keadaan balk. Saat
clan atat bei<etja, tutup alat cWlgan plastik. Sebaiknya peketjaan
pengaduk (stIrre<) dilakukan dalam tJiosdf~ cabinee.
Alai pemecah AerOsol, • Operator harus memakai sarung tangan dan alat dipegang
ja rlngan (g" nder) keboooran dengan bahan absorben yang lunak.

atat penggUnalng
Aerosol, Gonakan tabung yang tertutup rapat, dilengkapi der>gan
(shaker)
perdkan fi~er pada mulut tabung.
Alat IIofolls.lsi
Aerosol, kontak
langsung, • Gunakan filter untuk udara antara pompa dan claerall
hampa udara. Gunakan konekto< berbentuk andn 0 untuk
kontaminasi rnenutup seluruh unit Lengkapl dengan penyartng
kelembaban yang terbuat clan iogam. Peril<sa semua saluran
hampa udara yang teIt>uat dan gelas, terhadap adanya
kerusakan. Gunakan hanya alat gelas yang dlrancang untuk
alat Inl. Pakal dislnfektan yang balk seperti diSlr.fektan Idmlll.
Penangas air
( waf6t»tll)
Pertumbuhan
mlkroorganlsme
• Lalwkan dislnfeksl (jangan gunakan distnrektan yang
bersifat koroslf) clan penggantlan air seca13 beri<ala. Tabung
haNS tertutup lika menggun&k.>n penangas air berguncang
(shaking watertlath)
Ultraslntrifus MrosoI, blbung
peeah
• Pasang "Iter HEPA dlantllra sent""'s clan pompa vakum.
euat buku catabln untuk mencatat jam penggunaan setlap
rotor dIn tlndakan pemellharaan a!at, untuk mengurangl
risike kegagalan mekanl\(
Alat sonlnkaSl Ganoouan
pendengaran
• Pilsang Inwlator peredam wara untuk mellndungl terhadap
ketldak keblsingan suar.

Sumber : Laboratory BIosafety Manual, 2....edltlon, WHO Geneva 1993

1 14





Pengemallan, Pemberlan Label dan Dokumentaal untuk keperluan
tl'ansporaal

Syarat kernasan menurut rekornendasi dari UN adalah rnenganut basic triple


packaging system atau sistem kemasan tiga lapis. Sistern kernasan tersebut
dapat dijurnpai di pasaran.

Kemaaan

terdiri ataa.
dan Dokumentaal

Sistern kernasan tersebut terdiri dari tiga lapis yahg dari dalam ke luar
••
I. Wadah lapis pertama, adalah suatu wadahjbotol berisi spesimen,
berlabel yang kedap air, tertutup rapat dan anti bocor. Wadah tersebut
kemudian dibungkus seluruhnya dengan bahan yang bersifat rnenyerap


air, untuk menjaga kernungkinan wadah pecah. .
2. Wadah lapis kedua, suatu wadah yang keras, awet, tertutup rapat, anti
bocor. Di dalamnya berisi wadah lapis pertama yang terbungkus oleh
bantalan absorben yang cukup banyak untuk rnenghisap semua cairan
spesimen yang mungkin bocor.
3. Wadah kernasan luar. Wadah untuk melindungi isi kernasan terhadap
pengaruh luar, seperti kerusakan oleh karena benturan fisik dari hiar
atau air selama dalam perjalanan. Oleh karen itu wadah luar terse but
terdiri dan suatu wadah bertutup rapat anti pecah dan anti bocor.
Pada kernasan luar tertempel label biohazard, alamat tujuan, dan alamat
pengirirn.

Gambar 16: Kem.asan Spesimen Laboratorium


(triple packaging system)

t
116





Bahan infeksius dikategorikan sebagai bahan berbahaya Kemasan berisi
bahan tersebut harus diberi label yang jelas. Salinan dan formulir berisi data


ten tang spesimen, sural atau informasi lain yang menerangkan tentang jenis
spesimen, alamat pengirim dan penerima ditempel pada bagian luar wadah


kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirirn kepada laboratorium
penerima dan arsip si pengirirn. Hal ini memungkinkan laboratorium penerima
untuk mengidentifakasi spesimen dan menentukan cara menangani dan
memeriksanya.

• Jika bahan terkirim dalam nitrogen cair atau dengan pelindung lain


terhadap suhu tinggi. semua wadah harus dapat menahan suhu rendah.
Kemasan pertama dan kedua harus dapat menahan perbedaan tekanan sampai


98 kPa danperbedaan suhu antara ·40·C dan +50'C,


Jika bahan mudah rusak, cantumkan peringatan pada dokumen pengiring,
rmsalnya SIMPANDALAMKEADAAN DlNGIN.ANTARA +2'C dan +4 ·C.

• Ada beberapa label yang dapat dicantumkan pada kemasan tersebut sesuai


dengan jenis spesimen dan perlakuan yang diinginkan terhadap spesirnen
tersebut, sebagai berikut:


• Label untuk bahan infeksius


1.





2. Label untuk spesimen yang
disertai C02 beku (dry ice):



• 3. Label untuk cairan nitrogen






• 117





4. Label untuk bahan biakan cair,
yang memberi petunjuk arah
bagian atas kemasannya



Ukuran label paling kecil 100 x 100 mm atau 50 x 50 mm untuk kemasan
kecil dengan warna hitam putih.

Penilrlmlln

Pengiriman bahan infeksius membutuhkan koordinasi yang baik antara


pengirim, pemberi jasa transportasi dan laboratorium penerima, untuk
menjamin bahwa spesimen dapat diterirna dengan aman dan dalam keadaan
baik.

Sebelum mengirimkan spesimen maka perlu melaksanakan langkah-


langkah sebagai berikut:
a. Hubungi pemberi jasa transportaai dan pihak penerima (lewat telepon
atau fax) untuk menjamin agar spesimen diantar dan diperiksa segera.
b. Siapkan dokumen pengiriman. , I
c. Atur rute pengiriman, jika " mungkin menggunakan penerbangan
langsung.
d. Kirimkan informasi secara rinci ten tang semua data transportasi kepada
pihak penerima.

Bahan infeksius seharusnya tidak dikirim sebelum ada kesepakatan di


antara pengirim, pemberi jasa transportasi dan penerima atau sebelum pihak
penerirna memastikan dengan yang berwenang bahwa bahan tersebut boleh
dimasukkan ke daerah tersebut dengan sah serta tidak akan terjadi
keterlambatan dalarn pengiriman paket ke tujuannya.

Tanggungjawab dari penerima adalah:


a. Mendapatkan izin yang diperlukan dan yang berwenang'.
b. Mengirimkan izin impor, surat yang diperlukan.atau dokumen lain yang


di syaratkan oleh pejabat dan tempat asal spesimen.
c. Segera mernberitahukan pihak pengirim jika bahan kiriman telah
diterima.

118






Kecelakaan yang berhubungan dengan tranportaai: cara penanganan
dan pengamanan pada keadaan darurat.

• Jika kernasan yang bensi bahan infeksius rusak dalam pengmman atau


diduga bocor atau cara pengcrnasan yang digunakan salah, maka pemberi jasa
transportasi harus menghubungi pihak pengirim dan pejabat yang berwenang.
Pada sear yang sama, lakukan tindakan pengamanan sementara terhadap paket
dengan prosedur sebagai bcrikut

•• a. Jika terlihat pecahan gelas atau

b
serokan debut sikat / forsep.
Gunakan
obyek tajam, kumpulkan

sarung tangan dan ambil kema san tersebut, tempatkan


dengan

dalam


kanrong plastik yang ukurannya mernadai.


c. Buang sarong tangan yang telah dipakai kedalam kantong plastik yang
sarna.

• d. Tutup kamong plastik tersebut.


e. Cuci tangan dengan baik,
f. Hubungi pengirim atau penerima untuk mengurus paket.


g. Jika tidak dapat dihubungi, kirimkan paket ke laboratorium terdekat
yang dapat menangani paket tersebut,



6.8 Unit Pelayanan Sterilisasi dan Dislnfeksl

Tujuan dari unit sterilisasi dan disinfeksi adalah menyediakan sernua bahan
stern yang diperlukan untuk perawatan pasien, baik di ruang rawat atau di


ruang bedah.


Fungsi unit sterilisasr dan disinfeksi meliputi pengumpulan dan penerimaan
bahan dan alat bekas pakai pada perawatan pasien, dekontaminasi,
pemrosesan, mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikannya ke seluruh

•t bagran di rumah sakit,

eenda benda
adalah seperti:
steril yang biasa dikelola di unit sterilisasi dan disinfeksi

• o Sernprit

•t
e Jarum suntik
o Paket alat untuk operasi minor/ mayor
o Sarung tangan


o Kasa stern, kasa pembalut, dab


Sterilisasi semua a1at bedah, linen, peralatan lain untuk keperluan
perawatan pasien merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam pencegahan
infeksi nosokomial. Namun penyediaan alat-alat steri! untuk pasien tidak hanya
tergantung dari efektifitas proses sterilisasi itu sendiri, namun juga tergantung
I


• 119

I

pada sebaik apa sarana di rancang, perilaku petugas kesehatan dalam
pengendalian infeksi, kendali mutu yang efektif, aspek lain pada pemrosesan
bahan dan alat kesehatan sebelum, seJama dan sesudah sterilisasi. Lebih
lanjut, teknologi, tingkat pendidikan sumber daya manusianya, keamanan dan
produktifitas juga memegang peranan penting dalam operasionalisasi unit
sterilisasi dan disinfeksi secara efisien.

Unit sterilisas! dan disinfeksi terdiri atas beberapa area, seperti, area
penerirnaan, area untuk pembersihan dan dekontaminasi, penyiapan dan
pembungkusan, area untuk sterilisasi danpenyimpanan. Penataan ruangan dari
unit sterilisasi dan disinfeksi tergantung sistem distribusi yang akan dianut. Di
negara rnaju sistem distribusi dapat menggunakan conveyor veritakal atau
horisontal, pernakaian mesin-mesin dapat mengurangi jumlah petugas yang
tentu saja akan mengurangi risiko kontaminasi dan kecelakaan kerja. Namun di
Indonesia kebanyakan masih dikerjakan secara manual.

Suhu di ruangan kerja sebaiknya dapat dijaga sekitar 18 . 22' C dengan


ke!embaban relatif sekitar 35 - 70%. Sistem ventilasi dirancang sedemikian rupa
hingga aliran udara terjadi dan daerah bersih kearah area yang relatif lebih
kotor dan dikeluarkan dengan melalui filtered partial circulating system dengan
aliran udara tidak kurang dan 6 kali putaran per jam.

Letak sarana cuci tangan harus senyaman mungkin atau dekat dengan area
dekontarninasi penyiapan, sterilisasi dan penyimpanan bahan dan alat steril.

Keaelamatan Petugas Unit Sterilisas! dan DI.s!nfeka!

Perlu diperhatikan risiko petugas untuk mendapatkan infeksi nosokomial,


seperti HIV, hepatitis B, hepatitis G dan penyakit lain yang ditularkan melalui
darah dan cairan tubuh lainnya, mengingat petugas di unit ini selalu
berhubungan dengan alae-alat yang terpajan.

Risiko tidak hanya datang dari aspek mikrobiologis tap' Juga dan aspek
kimia sehubungan dengan penggunaan zat-zat kimia pada proses disinfeksi dan
sterilisasi. Etilin dioksid sebagai zat pensteril dikenal sebagai zat yang cukup
toksik, oleh karena itu harus diperlakukan secara aman, hindarkan pajanan
kronik terhadap zat terse but bagi pekerja ataupun lingkungan dengan alat-alat
pelindung yang rnernadai, dan jaga kemungkinan kebocoran alat, api dan
ledakan.

Residu yang tertinggal pada alat kesehatan yang disteriJkan dengan gas
etilen dioksida dapat membahayakan pasien, oleh karena itu dalam prosesnya
perlu aerasi (penganginan) yang cukup agar uapnya tidak mengering dan
menempel pada alat kesenatan tersebut. Untuk menjaga keselamatan kerja,
maka cara aerasi dilakukan secara mekanik dalam kabinet yang tertutup yang
dilengkapi dengan a1at yang mengatur suhu dan aliran udara secara amen
langsung keluar ruangan. Lama dan suhunya tergantung dari banyak hal,
seperti, jenis alat yang disterilkan, pembungkusan, jumlah dan berat alat dsb.
Agar amannya maka prosedur yang tertulis dalam buku manual alat sterilisasi
dengan g9;setilen dioksida harus dipelajari dan diilruti dengan seksama,

120



G


Tempat Penyimpanan


Tempat penyimpanan bahan-alat steril sebaiknya dekat dengan tempat
sterilisator, namun terpisah, tempat tertutup, jalan masuk yang terbatas,


dengan ventilasi yang cukup, serta terlindung dari debu, kelembaban, serangga
atau binatang lain. Terjaga dari suhu dan derajat kelembaban yang ekstrem,


suhu berkisar antara 18' -22'C, sedang derajat kelembaban yang dianjurkan
adalah 35 - 50%, untuk menghlndari pengeringan yang berlebihan dan
kerusakan alat atau bungkusnya.


Peletakan bahan-alat steril pada rak atau lernari tertentu yang sebaiknya
berjarak 20-30 em dj atas lantai dan 50 em di bawah langit-langit, serta 10 em
dan dinding sebelah luar. Letakkan bahan alat terse but sedemikian rupa
sehingga tidak sating menumpuk, tidak tertekuk, saling berdesakan, saling
menusuk sehingga sterilitasnya dapat terjamin. Jangan menyimpan di luar
tempat yang telah ditentukan, seperti di atas lantai, di jendela atau lainnya.

Rak dapat terbuka atau tertutup bahkan dalam bentuk laci, namun bila


dalam lad harus dijaga jangan sampai bahan-alat atau bungkusnya rusak atau
tereepit. Setiap bungkus perlu diberi label yang berisi nomor kode yang
menunjukkan eara sterilisasi yang dipakai, tanggal disterilkan dan tanggal
batas kedaluwarsa. Dalam hal tanggal kedaluwarsa tidak ada patokan yang


jelas untuk macam-macam jenis steril.isasi, oleh karena semua tergantung dari
cara pembungkusan, bahan pembungkus yang dipakal, suhu, kelembaban dan


faktor lain. Hal yang perlu !diperhatikan adalah setiap kerusakan dari
pembungkus harus dianggap telah terjadi kontaminasi sehingga perlu


disterilisasi ulang terutama bahan-al~t' untuk keperluan tindakan bedah atau
invasif.

Pengangkutan bahan-alat steril ke kamar bedah atau ke tempat pelayanan




lain harus dilengkapi dengan selubung tambahan yang dibuka persis pada saat
mau masuk kamar bedah agar debu yang terbawa sepanjang perjalanan tidak


terbawa ke dalam ruang steril. Semua perlengkapan untuk pengangkutan ini
disediakan oleh unit sterilisasi dan disinfeksi.

Pemellharaan

Hal yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan alat-alat yang dipakai
pada unit stertlisasi dan disinfeksi. Alat-alat dan me sin harus dirawat secara


rutin oleh petugas yang mahir dengan menggunakan pedoman dari pabrik
sebagai rujukan. Sterilisator harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari atau


secara berkala sesuai anjuran pabrik, untuk menghindari penumpukan residu
kimia yang mungkin terjadi di dalam tankinya. Alat pemantau suhu dan
tekanan uap harus dikalibrasi setiap kali habis diperbaiki, atau sedikitnya
setiap 6 bulan sekali.

411


411

122
t
t
t
t





Linen yang tercemar oleh darahj cairan tubuh berisiko menularkan Hlv,
hepatitis B dan ·C. MRSAdsb. dapat dikontaminasi dengan merendam larutan
klorin 0.5-1% selama 5-10 menit, dan pastikan bahwa linen terendam
seluruhnya. Bila tidak tersedia larutan klorin dapat dengan larutan lisol 7%


selama sedikitnya I jam, baru kemudian pemilahan dapat dilakukan oleh
petugas yang mengenakan alat pelindung yang memadai,

Perendaman dila~kan dalam bak dan dengan memasukkan kantong




kanvas atau kantong plastik yang sudah dibuka ikatannya sehinga cairan
perendam dapat rnasuk dengan rata.

Pencuctan

Proses pencucian yang baik dapat menghilangkan noda dan mengurangi


jurnlah mikroorganisme hingga batas normal. Narnun demikian, belum ada

standar yang dapat dipakai sebagai patokan. Walter dan Schillinger mengatakan
bahwa yang disebut dengan bersih dari patogen adalah : bila linen mengandung
maksimum 20 koloni per 100 ems, sedangkan Christian dan kawan-kawan


berpendapat bahwa penurunan jumlah hingga 106 - 107 dapat dikatakan efektif.


Dalam keadaan biasa, penilaian tingkat mikroorganisme pada linen bersih
secara berkala tidaklah perlu, kecuali bila ada kejadian luar biasa yang ada


hubungannya dengan linen.


Pada saat ini, mencuci dengan temperatur tinggi banyak dilakukan di
rumah sakit. Beberapa penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan
. suhu rendah ditambah dengan bahan kimia, jumlah mikroorganisme yang
dihiJangkan sama dengan bila menggunakan temperatur tinggi.

Pada suhu 220C dapat dihilangkan 3-log bakteri dan dapat dihilangkan 3-


log lagi dengan pembilasan pemutih 50-150 ppm.


Pengurangan jumlah bakteri bukan saja tergantung pada tiogginya suhu.
Faktor-faktor lainnya yang memberikan efek tambahan adalah : pengadukan,
pengenceran, penarnbahan pemutih dan pengeringan.

Jadi pencucian dengan temperatur rendah ditambab dengan bahan kimia


untuk membilas, sama amannya dengan pencucian temperatur tinggi dan dapat
menghemat energi dan biaya. t
Penyimpanan

Tempat penyimpanan linen; bersih harus selalu dalam keadaan bersih.
Leman, dinding dan lantai harus bebas dm debu, oleh karena itu harus
dibersihkan setiap han dengan earn dipel atau dengan penyedot debu. Linen


bersih hendaknya diberi penutup atau dibungkus selama pengangkutan urrtuk
mencegah kontaminasi. Demildan pula tempat penyimpanan linen di setiap


ruang perawatan harus dijaga selalu bersih. Linen dalam penyimpanan
hendaknya diberi pelindung sampai dengan digunakan oleh pasien.


124

t







o Karyawan gi.zi harus terlatlh mengenal hygiene perorangan agar ttdak
mencernart makanan yang dikelolanya, AJat pellndung harus tersedla
dan dikenakan dengan patuh dan selaJu dlpantau.


Proses rinel dapat dtlthat di bawah Inl.


Prosedur 20 : Prosedur Kerja di Unit Pelayanan Gizi


Tujuon
o Menycdiakan malcanan yang aman bag! pasien dan p8l5(M1iI Nmall salOl dengan m8I1jage kebersihan.
sani1asl dan tel1\Pal penyimpenan dan peralatan yang tepat uotUK menangani suplai makanan,
• Unluk mengurangi kontamina.1 makenan dan mlnuman 010". Mlkrooroanisme dan bah.n klmla yang bisa
menyebabkan keracunan maknnan,


Alai yang dlperlukan
• Bahan pemberslh (soda, delergon dan laln·laln)


o Ail panas dan cflngin
• Oa.rah k.~. yang cukup Iuas


• Kompor yang tidal< berasap
• Pando walen. bald. peralatan masak dan laln·laln

o Cud panel, wa)an peralatan masak dan bal<i dei1gan . ..- menggynal<an air dan detergen
o Segera hlclangkan makanan se.elah _ dimasak
o Hindari konlal< rangen dengan makanan, harus menggunakan petalatan yang sasual untuk menyiapkan
makanan dan menyajjkan
• Jangan blorl<an karyawan yang mengldap penyakit menular sopertf sakit cemaoasan. infaksi kullt
roonanganl makanan dan pcralalan. Atur ladwal untuk pemorlkaaan karyawan yang bOka~a dl dapur
• S<!diakan tempa. yang cukUp unluk menylmpan makanan. Sisekan 1001S em dlatas tantal .OM lanlai bIsa
cibersihkan
• Ciptakan prooedur pembarslhan yang bail< untuk daorah penyimpanan makanan dan .bahan unlUl<
mencegah kontaminasi oleh tikus. "rangga dan keJembaban.
"" Jangan gUr\8kan 181ur yang (elak etau busuk un1uk menghJndarl kontaminasi Sa1monella
a Penanganon bakl dan peroJatan dan pasien yang punya pcnyakl1 mcnutar h~rlJJ, t'l.jlakukan tMpisah.

Gunakan do,lnf.lrtan yang mengandung Idorin bebas sebagol perondam,


a Buang aemua Slsa. makanan
o Gunakan kompor yang tidal< bcrasaP un!uk menc:egab k8Iyawan .orIcena kornpIibsI pemapasan.

126
Prosedur 21 : Peralapan unto Pemlndahan dan PeJUUlganan Jenuah

e Sarung tangan latok. unwk .. mua yang akaI1 menanganllonuah


o Gaunpe1indung
• KaIn b6csIh penurup Jonazah
• Klem dan gunting
CI Plester kedap air

" Kapas atau kasa absorbon


'" Pembalul
• Wadah barang barllarga
• Brankat )8naull

Prosecrur .

• CUd tangan
o Semua pelugal dill koluarga yang al<an menangan1 lenauh Iwua mengenakan aarung langan dan gaun
pol1ndung kedap II,
• Kanal<an muke, clan pallndung mala bill Ida kemungklnan I.~adl perclk."


• Lapaskan .. lang Intul dan· •• Iang laltlnya dar! tubuh, blla pertu monggunakan klam dan gunllng, buang dl
wadah khu.u. unluk ...nIplh medl. bart label 'bahan Intlkelull"


• Luka baku .. lang Intul dl"'tup deng." p1osta, kedap ai,
• L.~ paJcalItI 1<0101, dan tempall<an dalam Wldah untuk anonlpekaian kotor



Lepukan pembalUliuka, dan I&ruh ell dalam _
Tarull ka&a ~UI
aampah media bersama banda ' ' '"'"IamI ....
oe.o<t>en dl doera.' ;""'' 8' 111. ro.. tkan dengan pI8SIer kedap at,
Lallld<an IlIIIZ8h dltam poaIllletleniang deogan IltIg8n dlllll ltau ta/lipal dl dacla
Ialnnya

••
••
• Teruh handuk koell dl blwlh kepata uotuk .... nampung i.."blaan daroh
• TUI"p kelopak mata lee"a par!ahan-Iahan, alau IUIUpldlngan kapaa lembab, lUIup lellnga dan mul"1
dongan kapal den ....
• B6I8ihkan jenazah
• TuIup1 jenaZah dengan ga"n dan kaIn batIlh unlUk dl.... lken kaluarga


• Selolah keluatV& mlnyaka1k&n 1_, gaun dapli dllepu
o paaang III:IeIpeng«>aI peda pergelangan kaklatau Ibu lart !WI jenazah


• TempaIk&n jenazah datam bronke, dan anlarkan ka kamII jenauh
• CUci langen .. I.'ah .... lepel aa,ung tangan.







128








Pro.edur22 : Pcmuluaran JellU!h dJ Kemar Jenazah


-; .v


o Alat pelindung untuk $<Imua petugas a Waskom bcrisi air dan sab4Jn
a Sarung tang"" katel yang panjang sampai sil<u 0 Pleste, ke<1ap air
o Sebail<nya memakaJ _IU bot sampai krtut 0 Kapas


c 1.1_ penlllUp mulul dan hldung 0 Pe-
c Kacamat8 a Sisw atau sikel


o Gaunlcotemeklshort 0 Pewangl
a T empat mandi }onazah 0 Wadah be,eng berharga

• o Waslap Branka, Jenazeh


0


o Handuk

tanoan dengan


o Mencuci aabun sebelum memakal sarung tangan
• Petugas memekal peUnc!ung


• Jenazah dimendiken oloh petugas kamar jenazah yang lalah memehaml cara membersihkanlmemandiken
jenazah. dengan mamperhatlken beberape hal :


a Cuci tangan dongon sabun sebelum dan sesooan memakel .arung langan


Segera moneuel kulil dan permukeaJllain ~.ngan ai, blla ter1<enadarah atau cairan tubuh lain
.)
• Setelah selesal dimandlkan keringken dengall handuk


o Ganti pembalut _ dl daerah perineum dengan yang baN dan kering. rekellOltt dengan "",st .. kedap
air


• Ganci lUIup kelopak mOlll, juga letioga dan _ deOOaJl kepes dan kess, kemuclian tuIup dengall plaster
kedap air yang tranoparan

• • Letakken [enazah dalam poolsl tarlentang dongan tang .. dl slsl atau lertipal dl dada


o T~ruh handuk keeil dl bawah kepela untuk menampung rembesan darah
• Sampeh dan bahan larkonlamlnasllainnya ditempalkan dalam tas plasUk


p Pembuangan &ampah dan bahan lerkontaminasi dilaJwkan aesuaJ dengan tujuan mencegah 1"1aksl
a Satiap percikan ltaU tumpehan darah dI pennukean aeoara dibersihkan dengan taMan Idorin 0,5%


a Petalallin yang akan cigunakan kernball horus dprooes dengan UMan : dekontamOnasl. pembersihan.
d!sintel<si dan sl8rU!sul


• Bungkus jenazah dengan kefan ateu kain pembunokus lain sesuai dengan kepen;ayaan f agamanya


o Cuci tangan setatah membuke atal pelindung dan sarung langan.


Calalan:
Jenazah yang tel8h dlbungkus lidak bol<>hdibuka lagl.


Jenazah Udak boleh dibaJsam. dlsuntlk uotuk pengawetan stau diolQllSi kecuaO oIeh petugu khusus.
Dalam hallertontu oropll hanya dapal dilalwkan ael6lah mendapel persaluluan dan p;mpinan Rumah Said'.



• 129





6.12 Ambulans Gawat Darurat, Pemadam Kebakaran, Polisi, dan
Sarana UmlHD

Pajanan darah dan cairan tubuh lain dapat juga terjadi pada petugas lain
yang bekerja di ambulans gawat darurat, petugas pemadam kebakaran, polisi,
petugas penjaga pantai, wasit pada cabang olah raga tertentu, pramuka,


penjaga keamanan, petugas hotel dan lain-lain. Untuk mengurangi risiko
terinfeksi maka para petugas tersebt juga harus menerapkan kaidah


Kewaspadaan Universal.


Penanganan pasien dilakukan dengan memperlakukan darah dan cairan
tubuh sebagai bahan infeksius.

Cara kerja hicicai.



o Dilarang makan, minurn, dan merokok di dalam ambulans,
pemadam kebakaran dan kendaraan dinas polisi
Selalu memakai alat pelindung pada saat menangani pasienjkorban
kendaraan


o
minimal sarung tangan steri! dan kacamata. Dalam keadaan darurat
tangan dapat dilindungi plastik. bahan tidak tembus cairan lainnya
o Cuei tangan sebelum bekerja, sebelum memakai sarung tangan dan
setelah membuka sarung tangan
Dilarang menoJong pasienj korban bila menderita luka sayat terbuka


o
pada kulit. Luka harus obati sampai sembuh sebelurn diperkenankan
bekerja. Luka lecet ringan harus ditutupi dengan plester kedap air.
o Petugas yang be ram but p~jang harue- rnengikat rambut dan menutupi


dengan topi

Pakaian kerja petugaa


o Setiap kali dinas selalu memakai pakaian kerja yang bersih
c Pakaran kerja digariti bila terkena kotoran, darah, dan eairan tubuh

Kendaraan ambulana, pemadam kebakaran, dan polisl


c Digunakan selalu dalarn keadaan rapih dan bersih
o Bagian belakang. penumpang, brankar harus dibersihkan dengan
desinfektan sebelum dan selesai digunakan
o Tumpahan bahanj cairan harus segera didekontaminasi dan setelah itu
41
di bersihkan kern bali dengan desinfektan
41
o Perlengkapan P3K dan Ambu-bag tersedia dalam ambulans dan


pemadam kebakaran. Untuk kendaraan dinas polisi minimal tersedia
perJengkapan P3 K
e Bila perlu resusitasl sedapatnya lakukan dengan ambu-bag, tidak
dilakukan tindakan mulut ke mulut, bila terpaksa mulut penolong dan
penderita harus dibatasi kain

130



Suudah mcnolong pulen I korban


e Lakukan dekontaminasi pada alat sekali pakai kemudian dikubur atau
segera dibakar dalarn insinerator, sesuai prosedur penanganan sampah


medis


e Lakukan dekontaminasi untuk alat yang akan dipakai kembali dan
dilakukan sterilisasi

• " Pakaian kerja yang tercennar darah direndam dalam larutan disinfektan


30 menit atau larutan klorin 0.5% selarna 10 menit ciicuci sesuai
prosedur.



••



• •











•• 131

.
M1LCK PBRPUSTAKAAN
DEP; KBS.8HA TAN

7. RUJUKAN

1. Bartelett JG. Gallant JE. 2()()()'200J Medical Management of HlV infection.


Baltimore, Maryland: John Hopkins University School of Medicine, 2000
2. Oepartemen Kesehatan RI. Kurikulum dan Mcdu1 Pelatihan Kewaspadaan
UrUversal. Jakarta: Direktorat Jenderal PPM & PL, 2000
3. .Depanemen of Community Serdces and Health. Infection Control Guideline. AIDS
and related condition. Australian National Council on AIDS Bulletin NO.7
1997.


4. Ojojosugito MA, Roeshadi 0, Pusponegoro AD. Supardi I. Buku marwaI
Penqendalian tnfeksi Nosokomialdi Rumah Saki!. Jakarta: IKABl, 2001


5. Komite Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS. Subpokja Pengobatan dan
Perawatan. Pedontan. Penatalaksanaan, Perau.atan, Pengobatan Dalam
Rangka ~lallgaJ'lAIDS. Jakarta: Oepartemen Kesehatan RI. 1997
o. Mayhall CG. Editor. Hospital E:pidemJlogy And Infection Control. Baltimore:
William and Wilkins. 1996


7. Shaeffer SO, Garzon LS Heroux OL, Korniewicz OM. Infection Prevention And
SaJe Practice. St. Louis: Mosby Year Book Co., 1996
8. Sidemen A, Alchosih HY,Tries Anggraini, Sugeng Purwanto 0, Eddy Rahrujo HR,
Sutanto OS, Dharmayanda R. Pedoman Pelaksanaan Universal


Precautions di Puskesmas. Boston: Initiatives Inc., 2000
9. Sutoto, Lis Surachmiati, Sri Pandam, dkk. Prosedur Slandar Keu.ospodaan
UrU..ersal terha.dap in/eksi HlV/ AIDS dan Lainnya di Sarona Kesehatan


di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendersl PPM & PLP Depkes Rl., 1998


Universal dalam Pelayanan Kesehatan: Irian Jays: Departemen
10. Suwahyudi, Budi Santoso. Editor. Pedomon Pelaksano:an Kewaspadaan

11. Vijay Samuel


Kesehatan , Kantor WiJayah Propinsi Irian jaya, 1997
Richard, Elisabeth Mathai, Thomas Cherian, et al, editor, Hospital •

infeaior: Control Manual. Vellore, Tamil Nadu, South India: Hospital
Infection control Committee, Christian Mec:licalCollege & Hospital, 2000


12. World Health Orgaruzauon. Guideline for the Safe TrwtSport of Infectious
Subtanoes and DiagnDSnc Specimens. CAvision oj Emerging and Other


ComtnullIcable DIseases Surveillance and Control WHO/EM/97.3, 1997
13. World Health Organization. Guideline For Preventing HlV, HBV, and Other
lnfeaion ill the Health Core Semng. New Delhi, India: Regional office for
South- East Asia, 1996
14. Mehtar, S. Hospifallnfection Control, Setting Up A Cost·
Oxford University Press, New York. 1992
Effective Programme.


IS. Health Canada, Laboratory Centre for Disease Control. Hand washing, Qeaning,
Disinfecrion and Slerilizatian in Health Care, Infection Control Guidelines.
Canada Communicable Disease Report, Vol 24S8, Supplement, 1998, •

t
132


t
4
. I»-
.,
j

,. .

PERPUSTAKAAN
DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

1111111111111111111111111111
002004932

Anda mungkin juga menyukai