9
Ind
p
Pedoman Pelaksanaan
Kewaspadaan Universal
di Pelayanan Kesehatan
616.9
Ind
p
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
jldDim-j .... nl Pemberantasan Penyaklt Menular dan Penyehatan Ungkungan
CatakanW
2010
It
It
I i\·U I ' . •
DE*,:
:. . . T ;, K. r.
K.J.:.::>W:iA r A r<.
It
616.9
It
Ind
It
p
It
It
Pedoman Pelaksanaan
•
It
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•e
e I
.1
e..
•• J'
K l
e di Pelayanan Kesehatan
w
a
s
p
a
d
a
a
n
U .............................
•
•
•
•
D
•
•
•
•
Kata Pengantar
•
(HospitalAcquired infections = HAl) yang
dikenal sebagai Kewaspadaan
Universal (Universal Precautions) telah banyak dikaji ulang akhir-akhir
•
ini. mengingat bahwa telah berjangkit banyak penyakit yang ditularkan
lewat darah (blood bom diseases) seperti misalnya AIDS, hepatitis-B.
•
hepatitis-C. Demikian pula halnya telah berkembang berbagai alat medis
baru dan perkernbangan rnasalah tanggung jawab petugas kesehatan
• Rumah Sakit Penyakii !nfeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso di .Jakarta, sebagai
•
pusat rujukan nasional dalam Penatalaksanaan penderita penyakit
menuJar dan infeksi lamnya.
•
Sulianti Saroso telah mengadopsi dan berupaya menerapkan
pelaksanaan Kewaspadaan Universal sebagai bagian penting dan upaya
pelayanan kesehatan. Berbagai bagian terlibat dalam penerapan
• Kewaspadaan
merencanakan
menerapkan
Universal, antara lain bagian pelatihan
pelatihan para petugas kesehatan agar mereka dapat
Kewaspadaan Universal dalam pelaksanaan
yang telah
tugasnya,
•
disamping itu pemantauan terhadap keterarnpilan dan kepatuhan para
petugas perlu dilaksanakan terus .uenerus serta penyediaan sarana
•
penunjang berupa penyediaan bah an dan alat kesehatan perlu
diperhatikan.
•
adaJah penyediaan perangkat lunaknya yang berupa buku pedoman
yang memadai. Untuk itu Rumah Sakit Penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti
Saroso Lelah menugaskan Tim Penyusun untuk menyusun buku
pecloman tersebut. Tim terse but telah berhasil menyusun Buku Pedoman
•
yang antara lain berisi kurikulum dan penjelasan dalam bentuk yang
pari puma, dengan menekankan segi praktek sehari-hari. Dalarn
•
membantu pelaksanaan tugas pokok para dokter dan paramedis, Buku
•
Pedoman tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dipelajari dan dimengerti.
•
Semoga buku ini bermanfaat dalarn upaya pengendalian infeksi
khususnya infeksi yang terjadi di Rumah Sakit di Indonesia.
•
•
Editor
•
•
•
t
Sambutan
Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
Dan Penyehatan Lingkungan
Penyakit infeksi dan penyakil menular masih merupakan masaJah kesehatan di
Indonesia. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dcngan tubuh
yang rentan. Pada umumnya di Indonesia pasien yang datang ke rumah sakit sudah
•
dalam keadaan lemah atau parah. Oleh karena itu seringkali diperlukan tindakan
'invasive' dan tindakan medis ini dapat memudahkan masuknya Mikroorganisme
•
penyebab infeksi ke dalam tubuh pasien. Keadaan ini akan semakin memperparah
penyakit yang diderita dan bahkan dapat menyebabkan kernatian.
lnfeksi silang (infeksi Nosokomial) dapat terjadi melalui penularan dan pasien
kepada petugas, dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien kepada pengunjung atau
keluarga maupun perugas kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui
peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh
•
lainnya.
•
Kewaspadaan Universal (Universal Precaution), Apalagi dengan mcrebaknya epidemi
HIV I AIDS dan hepatitis B, usaha pengendalian infeksi nosokomial semakin penting.
Upaya pencegahan ini melibatkan semua unsur, mulai dari unsur pimpinan sampai
kepada staf. Peran pimpinan yang diharapkan adalah menyiapkan sistern, sarana dan
prasarana penunjang lainnya di sarana kesehatan. Sedangkan peran staf adalah
sebagai pelaksana langsung daJam upaya pencegahan terjadinya infeksi silang terse but
harus memenuhi prosedur tetap yang telah ditentukan. .
•
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam merubah perilaku petugas
adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan
•
petugas. Sehingga perlu adanya penyediaan sarana penunjang untuk rneningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas seperti buku pedoman (S.oP) pelaksanaan
kewaspadaan universal di sarru:a kesehatan serta birnbingan dan monitoring.
•
•
F Achmadi
•
130520334
•
II
•
•
•
• Daftar lsi
•
•
KATA PENGANTAR 1
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR DAN I'ENYEIIA TAN LINGKU 'GAN , n
It
•
DAFTAR lSI III
OAFTAR TABEL V
• UAFTAR GAMBAR VI
•
DAFTAR PROSEDUR VII
DAFTAR KONTRIBUTOR VIII
DArrAH ISTILAH DAN SINGKATAN IX
• 1. PENDAHULUAN I
•
1.1. SEJARAH PERKEMBANGAN KEWASPADAAN UNIVf.R$AL ...............................•... I
1.2. ALASAN DA$AR PENERAPAN KEWA$PADIIAN UNIVERSAL 3
•
IA. KEII'ASPADAAN UNIVERSAL SEBAGAI BMiiAN DARI UPAYA
PENc.;I;ND.~UAN INFEKSI (PIN) DI SARANA KESEHATAN 5
•
Peron Tenaga Kesehatan do/am Pengendalian lnfeksi 6
Peron Pasien dan Keluarganya dalam Pengendalian lnfeksi 6
•
2. TUJUAN DAN SASARAN BUKU I'EDOMAN 8
•
3. KEWASPADAAN UNIVERSAL 9
3.1. cuel TANGAN 9
•
Indikasi Cuci Tongan 10
Sarana Cuci Tongan 10
•
Jcnis-Jenis Alat Pelindung 17
lndikasi Pemakaian A/at Pellndung 17
•
Dekontaminasi 29
Pencucian Alol _ 34
Disinfeksi dan Sterilisast 36
l'envimpanan Alat Kesehaian 57
3.4. p~'1G~!.o!.AANl..lMBAH 59
Pen/italian 61
Penanganan 61
•
Penompungan Semen/ora 61
Pembuangan I Pemusnahan 62
•
• III
•
•
•
•
Penataloksanoan Pajanan , " ,., 64
3.6. KEWASPADAAN KIIUSUS , ,71
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Udara 7J
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Percikan 72
4.
Kewaspadaan terhadap Penularan Melalui Kontak
KEWASl'ADAAN UNIVERSAL DENGAN SARANA TERBATAS
4.1. PENGIlNfJALiAN KONTA!( PERNAPASAN, LANGSUNG, dAN T A!( LANGSUNG
73
76
76
•
•
4.2. PlliliAN KEWASPADAAN SEBELUM DIAGNOSIS PASTI 77
S. PENGATURAN DAN TATA RUANG 78
5.1. SISTEMVENTILASI , 78
(leu = intensive
•
Ruang Rawat lntensi] care unit) 78
Ruang lsolast ..,., " 78
•
Bagian Onkologi , , , , 79
Ruang Operasi , ,.. , ,., , 79
5.2. LALUUNTAS MANUSIA " ,", " 80
Tempat-tempat yang Tidak Boleh Dikunjungi Tamu 82
6. KEW ASPADAAN UNIVERSAL Dl UNIT TERTENTU 83
6.1. BEDAB DAN ANESTESI
Persiapan
Pembagion
Lingkungan Komar Bedah
Daerah Sekitar Komar Operas!
"
83
84
85
•
•
Pembagian Daerah Dalam Kamar Bedah , , 85
Persiapan Petugas , " ,.. , 89
Persiapan Alat Kesehatan 89
•
•
Persiapan Pasien ", , , , ,", 90
6.2. UNIT KAMAR BERSALIN , 92
6.4.
RUANO RAWA')' PERlNATOLOGI
Unit Hemodialisis ,
,
,.,
97
100
•
6.3.
6.5. Pasien
RUANG dengan
RAWAT Daya Tahan, Tubuh ,Menurun
INTENSIF " , , , l 94
03
6.6. UNIT I'ELAYANAN PENYAKIT
PELA Y ANAN GIGI DAI.AM " 100
103
•
Alai Kesehatan dan Pengelolaannya : 104
6.7. UNIT PELAY ANAN LABORATORIUM " " ".108
•
Manajemen Keamanan Kerja Laboratorium. " "" I 11
Pengelolaan dan Pengiriman Spesimen ." " " " 115
6.8.
6.9.
6.10.
UNIT PEL" YANAN STERILISASI DAN DISlNFEKSI
UNIT ['EtAY ANAN BINATU ."
UNIT PEl.A YANAN GIZI " "
"" "
"
"
"
"
""
"
119
123
125
••
6.11. PEMlJLASARAAN JENAZAN " " " 127
6.12. AMBULANS GAII'AT DARURAT, PEMADAM KEBAKARAN, POLISI OAN
•
SARANA UMUM 130
•
7. RUJUKAN , 132
IV
•
•
•
•
•
t
t
•
•
Daftar Gambar
•
Garnbar 8' Cara Melepas Sarong Tangan 23
Gambar 9: Memakai Gaun Bedah Untuk Diri Sendiri 27
Gambar 10: Memakaikan Gaun Bcdah Pada Orang Lain 27
Gambar I I: Bagan Alur Pengelolaan Alat Kesehatan 28
•
Carnbar 12: Cara Menutup (recapping) Jarum dengan Satu Tangan 58
Garnbar 13: lnsinerator tipe Malaysia 63
Gambar 14: Cara Menimbun Sampah Medis
Gambar 15: Skema Dasar Pembagian Daerah Sekitar Operasi.
Gam bar 16: Garnbar Kemasan Spesimen Laboratorium
64
86
116
•
•
•
•
•
•
•
•
•
VI
•
•
•
•
•
•
•
•
Daftar Prosedur
•
Prosedur 3: Cuci Tangan Bedah 15
•
Prosedur 4: Alternatif Cuci Tangan Higienis 16
Prosedur 5: Pemakaian Sarung Tangan Steril.. 22
•
Prosedur 7: Penggunaan Gaun Pelindung 26
•
Proscdur 8: Dekontaminasi Alat Kesehatan 32
Prosedur 9: Dekontaminasi Tumpah Darah I Cairan l'ubuh 33
•
Prosedur 11: Dekontaminasi Khusus 34
•
Prosedur 12: Disinfeksi Tingkat Tinggi Dengan Merebus 45
Prosedur 13: OTT Dengan Bahan Kimia 46
•
Prosedur 15: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Bertekanan 49
•
Prosedur 16: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Kering 50
Prosedur 17: Sterihsasi Fisrk dengan Cairan 51
•
\
Prosedur 19: Tatalaksana Pajanan 65
•
Prosedur 20: Prosedur Kerja di Unit Pelayanan Gizi 126
Prosedur 21: Persia pan Untuk Pemindahan dan Penanganan Jenazah 128
•
•
•
•
•
•
•
• VIJ
•
•
•
•
•
•
•
HlV Human Immunodeficiency Virus
leu Intensive Care Unit, Unit perawatan intensif
IUD
K3
Intra Uterine Device = A1at ( seringkali berbentuk spiral) yang
dipasang dalam rahim digunakan dalam Keluarga Bercncana
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja
•
MRSA Methycillin ReSIstant Staphylococcus Aureus, kurnan yang
resisten terhadap metisilin
NICU Neonatal lntensive Care Unit
x
•
•
meningkatkan penularan penyaklt kepada dJrI mereka. 'paslen yan,l! dllayanl
<Ian masyarakai luas. yakm :
I. Cuct iangan yang tidak benar
2. Penl'(gunaan sarung tangan yang tldak tepat
3. Penulupan kernbali jarum sunUk secara udak arnan
4. Pembuangan peralatan tajam secara udak aman
5. Teknlk dekontaminast dan stertllsast peralatan lidak tepat
6. Praktek kebersthan ruangan yang belum mernadat
Hal tersebut dapat sala rnemngkatkan risiko petugas kesehatan tertular karena
iertusuk jarurn atau terpajan darah/catran lubuh yang tertnfekst, Sernenta ra
pasten dapat tertular melalui peralatan yang terkonlaminasi atau rnenenrna damh
.uau produk darah yang rnengandung virus.
PElAMU REHTAN
~;Pasa
-; ...... baIcar. Penyakl Man
khtonik; Bayi; lansia larvtan;
TI
TEMPAT MASUK 1'!'MP t.T KELUAR
Laplsan mukosa: lub; Sal. El<.sI<ret.1 ; SWot; Droplet
Cerna; Sal. Kemih; Sal. Nfas
•
••
•
•
•
•
lUBUH MANUSIA
(RESERVOIR)
•
•
•
pfjAMl)(petugas CAiran tubuh spt darah,
cairan vaQlna 5e,ret
kesehaUsn yang etau caltan manl
•
renlClI't)
• t..
•
Tusukan )aMn, luK.a dl
kullt, luka t~rk'ISI perclkan ke
permukaan mu);osa
•
•
Gambar 2 ; Rantai Penularan HIV I Hepatitis B I C
•
tahun 1980·an melalui Program di Sub.Direktorat Isolasi di bawah
Drr e ktor ar Epidemiologi dan lmunisasi Ditjen P3M saat itu. Dalam
•
tolok ukur akreditasi rurnah sakit (tolok ukur 12) di mana termasuk di
d alarnnya adalah penerapan Kewaspadaan Universal.
•
Dengan maraknya epidemi HIV/ AIDSdi Indonesia yang programnya dikelola
oleh Sub Direktorat AIDS dan PMS. maka kegiatan kewaspadaan universal
•
dipandang sangat strategik untuk mengendalikan infeksi HIV/ AIDS di saran a
pelayanan kesehatan, sebab kecuali memberikan perlindungan kepada pasien
•
lain di sarana pelayanan kesehatan terhadap bahaya infeksi HN/ AlDSjuga akan
melindungi petugas kesehatan sehingga tidak perlu khawatir dalam
•
mernberlkan pelayanan kepada semua pasien termasuk pasien yang
diketahui menderita HIV/AIDS. Hal ini akan meningkatkan pelayanan pasien
•
• 1.4 Kewaspadaan Universal Sebagai Bagian dari Upaya
•
Pengendalian lnfeksi di Sarana Kesehatan
Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian pengendalian infeksi
• yang tidak terlepas dari peran rhaslng-rnaslng pihak yang terlibat didalamnya
• 5
•
•
•
•
•
yaitu pimpinan terrnasuk staf administrasi, staf pelaksana pelayanan
termasuk star penunjangnya dan juga para pengguna pelayanan yaitu pasien
•
dan pengunjung sarana kesehatan tersebut, Program ini hanya dapat berjaJan
bila masmg-rnasing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan
masmg-rnasing.
6
t
•
It
It
mora) untuk memberitahukannya. Terutama bila terjadi kecelakaan kerja pada
It petugas misalnya luka tusuk atau terkena alat tajarn lain bekas pasien, maka
pasien seperti diatas sebaiknya memberi informasi atau izin untuk pemeriksaan
It darah guna membantu tindak lanjut bagi tenaga kesehatan yang mengalami
•
It
kecelakaan tersebut. Dalam hal ini petugas kesehatan wajib memberikan
penyuluhan yang jelas tentang penerapan kewaspadaan universal tanpa
berlebihan dan tidak menyinggung perasaan pasien agar dapat membangkitkan
rasa tanggung jawab pasien mengenai risiko yang sedang mereka hadapi.
Dengan demikian pasien akan dengan suka rela membuka diri, memberi
It informasi serta memberikan izin pemeriksaan yang diperlukan, lebih-Iebih
pada persia pan tindakan yang berisiko.
It
Ikatan kekerabatan di Indonesia dikenal sangat kuat. Bila salah satu
..
anggotanya ada yang dirawat, anggota keluarga yang lain akan membantu
dengan cara menunggu di rumah sakit ataupun dengan cara menjenguknya secara
••
teratur atau setiap saat. Para penunggu atau pengunjung terse but potensial untuk
menjadi sarana penyebaran infeksi, Dengan demikian peran keluarga dalam
pengendalian infeksi tersebut menjadi penting pula. Keluarga perlu dilibatkan
dalam setiap upaya penyembuhan ataupun upaya 'Iain yang terkait dengan
•
perawatan pasien. Banyak informasi yang dapat digali dari keluarga dalam
upaya memberikan pelayanan ataupun upaya pencegahan infeksi pada
•
umumnya. Anggota keluarga pasien berhak untuk tidak mendapatkan
penularan infeksi selarna mcreka menjalankan fungsi sosialnya, baik
sebagai penunggu ataupun sebagai pengunjung. Oleh karena itu mereka
berhak pula untuk mendapatkan informasi secukupnya agar dapat melindungi
•
diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien untuk tetap terjaga
kerahasiaannya.
••
•
•
•
•
•
•
••
•
•
• 7
•
•
2. Tujuan dan Saaaran Buku Pedoman
8
•
•
•
•
3. Kewaspadaan Universal
•
serta pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dalam hal pencegahan
•
infeksi, yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
•
menjaga higie ne sanitasi individu , higienc sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan rnenjadi 5 (lima) kegiatan pokok
• yaitu:
•
1. Cuci tangan guna rnencegah infcksi Silang,
2. Pemakaian alat pelindung di antaranya pcrnakaian sarung tangan guna
rnencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain,
•
3. Pengelolaan alat keschatan bekas pakai,
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan,
•
•
3.1 Cud Tanpn
•
Mikroorganisme pada kulit manusla dapat diklasifikasikan dalam dua
kelompok. yaitu nora .. siden dan nora tr an sien , Flora risiden adalah
•
mikroorgarusrne yang seeara konsisten dapat diisolasi dari tangan
manusia, ridak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis, yang telah
•
beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang juga
disebut nora transien atau nora kontamina.si, jenisnya tergantung dari
lingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat
•
sabun atau deterjen. Oleh karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan
infeksi yang sangat penting.
• Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
•
melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau ala!
pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada
•
di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan Iingkungan
terjaga dari infeksi. Taogan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarong
Iangan.
•
• 9
•
•
•
Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.
Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu :
•
I. Cuci tangan higienik atau rutin: mengurangi kotoran dan nora yang ada di
tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen
2. Cuci tangan aseptik : sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
•
•
menggunakan antiseptik
3. Cuci tangan bedah (surgical handscrub) : sebelum melakukan tindakan
•
bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
10
•
• I
MIL1K PR:?I'USTAKAANj
• DBP: KI:;.'>uHA T AM
•
•
•
•
•
•
•
Gambar 3 : Contoh Sarana Cuel Tangan
•
yaltu: sabun atau deterjen dan antlseptik
•
2. Sabun dan DeterJen
•
Bahan tersebut Udak membunuh mtkroorgaruame tetapt menghambat
dan mengurangt Jumlah mlkroorgantsme dengan Jalan mengumngl tegangan
•
pennukaan sehingga mfkrocrgarusme terlepas darl permukaan kullt dan mudah
terbawa oleh alr. Jumlhll mtkroorgarusme semakin berkurang dengan
•
men1ngkatnya fre.kuensl cuct tangan, namun dtlaln plhak dengan sertngnya
menggunakan sabun atau detetjen maka laplsan lemak kul.It akan b1Iang dan
•
membuat kuIlt menJadi kertng dan peeah-peeah. HUangnya laplsan lemak
akan member! peluang untuk tumbuhnya kembaU mtkroorgamsme.
• 3. larutan Antlseptlk
•
kuUt atau janngan htdup Ialnnya untu'k mcnghambat aktivttas atau membunuh
mtkroorgarusme pada kuUt.Antlseptlk mcmUtldbahan klmia yang memungk1nkan
•
untuk dtgunakan pada kullt dan seJaput mukosa. Antlseptik memtllld keragaman .
dalam hal efektlVltas. aktrvttas, akibat dan rasa pada Irulit seteJah dJpakal sesuai
•
dengan keragaman jenls antlsepttk tersebut dan reaksl kuJlt mastng-masing
IndJvidu.
• KuHt manusta
penurunan jumlah
tldak dapat dtstertlkan. TuJuan yang tngtn dicapat adalah
mikroorgan1sme pads kullt secara makslmal terutama kuman
•
I. Memllikl efek yang luas, menghambat atau merusak mtkroorgantsme
secara luas (gram posltlf dan gram negatlf. virus IIpofllik. basUus dan
•
tuberkulosts, fungi. endospora).
2. EfektlJltas
3. Kecepatan aktlfltas awal
• 4. Efek restdu,
pertumbuhan
aksl yang lama setelah pemakaJan untuk rneredam
• J1
•
•
•
•
5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit
6. Tidak menyebabkan alergi
•
7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang
•
•
8. Dapat diterima secara visual maupun estetik
Pada Tabel 1 di halaman berikut ini tertera bermacam jenis antiseptik yang
sering dipakai
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
12
•
•
•
•
•
•
...
•
~
IX
~ j
f
~
0
~ l::
Z "
E" E
j
•
c:
~ m x
il .s: X
il a
"" ii" c s ..
•
Ec " ~
~
x
-c a
.3 ..
0
• '" m c
'" ~~
a.~ F
,I
'5 j
f
~
~
e'"
..
li ..
s:
0
x
e
.. .E...
•
~
~
•
.10
c
ti ~~
~
~t
•
~
'6
>< <>
" .cD
~ ~§
s:S M
~~ c:
:<: ~:x
O.c
."t,
'"
c I..
•
~ '"
x
'"
2"
I
,hi
'''; § '!3
• ~
I
~
~2' ~
>c
.. ~
eo s: ~~ -!!1 .c ~
,';l !;
:<:
~~
:<:1l
a" "
~.8
1!1
:>: @ c
~ .,><
t'
•
~ .z
'" ., J i s
<>
u
III - .. 2' .. ~
a c. c. E '$
j ~
-
..
'"
v v .!3 (")
e E .. ..
~
• e. ~ .. .. +
.~
u
<0
.t: ~
.ill. .5. +
+
§
i
e + + +
,Q
:S- +
.... .. ..
•
~ 'ii
:E (:. +
VI
.... ..
•
~ <>
+ +
~' +
" + +
.. ..
• ..
~
+ + + + +
+
+ &
I!l + + +
•
+ +
•
'If:
...! '!'
0
0
<D
'#
0
-e-
#.
'"
if.
'"
~
N
;.; !J
•
<>
'6. ~. ~
i- 's"
• g
>< Il ~
a ~
..
z0, ~
c,
:I:
~
x
<;:
"1!'
- I
'is e:
~ ~ +
t! j
•
j
: iij2 s: ~
x
f~l
~
'0 .s §
i«; ~
-E :,: ~ a.
~~
•
s:
v:r
> <;:
•
~
~ ~
o e-
•
•
•
•
Prolledur 1 : Cud Tancan H1Cfent./Rutln •
I
•
•
a Sarana cud tangan dlSiapkan dl setlap ruang penderlta dan tempat lain misalnya ruang
bedah, koridor.
•
• Air bersih yang mengallr (dan kran, cere! atau Stlmber lain)
Sawn sebalknya dalam bentuk sabun calr
•
o
a Lap kertas atau kain yang leering
•
o Kuku dijaga selalu pendek
•
•
a Basahi tangan setlnggl pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
• Taruh sawn dl baglan telapak tangan yang telah basah. Buat busa 5eOJkupnya tanpa
•
percikan
•
•
Gerakan cud tangan terdin dari gosolcan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan
kanan diatas punggung tangan kin dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan dengan jali
•
saling mengait, gosok kedua Ibu jari dengan cara menggenggam dan memutar, gosok
pergelangan tangan
•
a Proses berlangsung selama 10·15 detik
• Bilas kemball dengan air sarTJpai berSih.
•
• Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang berSih atau tisu atau handuk katun sekali
pakai
• Matikan kran dengan kerta.s atau tisu.
•
•
• Pada cud tangan aseptjk/bedato dlikuti larangan menyentIJh permukaan yang lldak steril.
~I~
_--
1
i· ..?
2
~
3
~
4
~
'-
5
•
•
~
~ ~
#-' M •
•
r
6 7 8 9 10
•
11 12
•
Gambar 4 : Prolledur Cuel Tanaan Higlenl.
•
14
•
•
•
•
•
Proaedur 2 : Cue! T"DITaD Aaeptik
•
Cuci tangan aseptik biasanya dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptik
pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita pada keadaan tertentu
•
misalnya penderita dengan imunitas rendah, Persiapan dan prosedur pada cuci
tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis
•
hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan anitseptik dan setelah
mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
•
•
•
o AI! mengalir
• Slkat SU!ri1 &. Spans steriI
•
o SabI.rl AIlIlseptil<. misafnya PQYIdon )'Odiool. ~
lap kaIn alllu handuk steril
•
o
• !(Uku dlJaga se!alu pendek dan bersihkan dengan alat berupa batang kayu kedl yang lunak
•
o Lepaskan semua peltliasan tangsn
• • Nyalalcan kran
•
• Basahl ta"9"" dan Iengan ~ dengan air
o Taruh sabun antisEptik di bagian telapak tangon yang telah basah. Suat busa secukupya tanpa pertikan.
o Sikat baglan bawah kuku dengan Sikat lembut
•
• Boat gerakan mcncuci tangan seperti CIJci tangon blasa dengan waklu leblh lama. GOSOk tangan dan
!eng"n saw per saw secara bergantian dengan gerakan mellngkar.
•
o Sikat tembut hanya digcnakan unt\lIt memberShkan kuku saja buIcan untuk menyikat IaJIlt yang lain oIeh
•
brena depot rneIukainya. IJnt1j( met IggOSOIt bAit depot df900akan spans 5Ief1I setcaII pakaI
• Ptoses cud tangan bedah betIangi50ng se!arna 3 Ilingga S menlt dengan pnnSip sependeI< rnungkin taIli
•
cuklJp memadai untuk mengurangl Jumlah bakter1 Y.:O\lITlef1!mpel ell ta"9""
• Sclarna cucI tangan jaga agar letak tangan lebih Hnggl dan slku agar air mengallr daM arah tangan ke
•
wastafel
• Jangan sentuh wastafel, kran atau gaun peUnclung
•
• GosoI< dengan all«lllol 70% atau c:ampuran al1<ohcI 70% dan Ido<IleIcsedin 0.5% seIama S menit dan
keMngkan kembaD
• Calalan : kenakan sarung tangan setelah tangan be!uI·betul kering, jangan kenatan sarung langan
•
saat tangan maslh basah.
•
• 15
•
•
•
•
•
•
•
•
Proaedur 4 : Alternatif Cuei TaIlCaJ1 Hillenl.
•
•
• GosoIdah sedllclt cairan pada kedua tang"" secata merata
•
•
•
•
•
•
16
• •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
.. • • • • • •
•
~
! •
•
•
•
•
•
•
•
akan rnenangani pasien yang lain. Hindari kontak pada benda-benda lain selain
yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan, misalnya
•
membuka pintu selagi masih memakai sarung tangan, dsb.
•
Beberapa jenis sarung tangan dapat dicuci dan didisinfeksi atau disterilkan
sebelum digunakan kembali, namun sarung tangan yang diproses kembali
•
dengan OIT atau disterilkan sebaiknya tidak dipakai ulang sampai lebih dan 3
kali. Pemrosesan berulang akan memperbesar terjadinya lubang pada sarung
tangan. Oleh karena itu setiap kali pencucian dilakukan pemilahan terhadap
•
sarung tangan yang bocor atau sarung tangan yang telah diproses untuk yang
ke tiga kalinya, untuk dibuang karena tidak lagi layak pakai.
Sarung tangan rumah tangga dapat dicuci dan digunakan berkali-kali untuk
•
membersihkan peralatan, pencucian linen, membersihkan ceceran darah atau
cairan tubuh lain, namun tidak dipakai untuk perawatan lainyang menyentuh
kulit pasien secara langsung.
•
Kadang-kadang perlu dipakai sarung tangan ganda pada keadaan khusus,
seperti pada: .
1. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dan 60 menit) dan atau
melakukan tindakan operasi di area sempit dengan kemungkinan besar
robekan sarung tangan oleh alat tajam seperti jarum, gunting atau penjepit.
•
••
2. Tindakan ',yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan tubuh yang
banyak seperti operasi cecar, persalinan dll, <i'
3, Bila memakai sarung tangan pakai ulang yang seharuenya sekali pakai.
Sarung tangan tidak perlu dikenakan untuk tindakan tanpa kernungkinan
terpajan darah atau cairan tubuh lain, Contoh mernberi makan pasien,
membantu minum obat, membantu jalan, dll. •
•
•
•o
•
20
•
•
•
•
•
•
•
Proaedur 5 : Pemakala'nSa~1 Tangan Sterll
.. .,;
•
~II . . • .. <~.~
,
, . ,.:' .
•
• JeflIs san.ng tangan sesual !eM dndalcan
• Ku1cu dijaga agor seIalu peOdek
•
0lC:I tangon sesu<l1prosedur standar
-;-
.. ai_d. "
• 0.JCi tangon
• Siapkan area yang rukup luas, beIsih dan kerlng untuk membuka paket sarung tangan. Pema~kan
tempat menaruhnya (steril atau minimal OTT).
• Buka pembung1ws sarong tangan, minta bantuan peW,;i!S lair. untuk membulca pembungkus san.ng
Iangao), let.akkan sarong tango. dengan baglon te!apak tangon menghadap k. alas (1).
" Ambit salah satu sarung tangon dengan memegang pada slsl sebelah oaiam llpatannya, yoltu baglan
yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakal (2).
• Posisikan sarung tangan setInggt pinggang dan menggantung ke 1MtaI, sehInWa baglao lubang jaII.jaII
Iang ....nya teruka. MaSJJkkantang an Ooga saruno tangan supaya tetap tldax menyentuh pennukallll (3).
• Ambfl sarung tangan ke dlJa dengan cera menyellpkan Jart-Ja~ t.angan yong sudah memakal sarung
tangan xe baglan Ilpatan, yalw bagion yang tidax akan bersentuMn dengan twllt tangan saat dipakai
(~).
• Pasang sarung tangon yang kedua dengan car. memasukkan ja~.jaI1 tangan yang belum memakal
sarung tangan, xemudlon luruskan llpatan, dan atur posIsl sarung tangan sehlngga terasa pas dan coak
di tangon (5).
22
•
•
•
•
Prosedur 6 : MeJepaa Sarong Tangan
,
• ,
' ...I....n
•
• Kantung penampung Nmbah meds
Pranlfur
• Masuklcan 53""'9 tangan yang masih dipakal ke dalam larutan kIorin, 9OSOklcanuntuk mengangkat
• •
bercak darah atau calran ttlbuh lainnya yang menempel (1).
•
Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarlk ke arah ujung jari-jan tangan sehlngga baglan
dalam dan sanung pertama menjadi slslluar (2).
• " lang.n dibllka sampallerlepas sama sel<ali, blarkan sebaglan masih berada pad. tangan sebelum
meIepas sa~ Ian9an yang ke dua. Hal ini penting untu1< ~ terpajannya kullt langan yang
terbu1<a dengan permulCaan sebeIah Iuar sarung langan.
•
• BiaI1<an sarung tangan yang (ler1ama sampai disekJtar Iari·jari, lalu pegang sanung ttngan yang ke dua
pada lipatannya lalu IaMk ke arah ujung jad hlngga bagIan dalam sarung tangan menjadi sisliuar.
•
Demiklan dllakukan secara bergantlan (3).
•
•
Pada atNr setelah hllmlllr dl ujung jarl, maka secera be<samilan dan dengan sanga! hatl·haU sarung
tangan tad! d,lepas (4).
•
• ""00 diperlJatikan twlllWa tangan yang terbul<a hanya boIeh menyentuh bagian dalam sarong langan.
• CUd tangan selelah sarong langan diiepas, ada kem<Jngldnan sarong tangan ber1ubang namun sangat
•
k.eOI dan tidak terllllat. llndakan menax:i tangan setelah meIepas sarong tangan lni ibn mempet1cecil
riSiko terpajan.
•
•
•
• 1 2 3 4
•
•
•
•
•
•
•
• 23
•
•
•
•
2. Pelindung Wajah (masker dan kaca mata) •
•
Pelindung wajah terdiri dari dua macarn pelindung yaitu masker dan kaca
rnata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada yang terpisah dan ada pula
•
yang menjadi satu. Pemakaian pelindung wajah tersebut dimaksudkan untuk
melindungi selaput lendir hidung, mulut dan rnata selama melakukan tindakan
•
atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi percikan darah dan cairan
tubuh lain. termasuk tindakan bedab ortopedi atau perawatan gigi.
Jenis alat yang digunakan meliputi, masker, kacamata atau pelindung
•
•
wajah digunakan sesuai kemungkinan percikan darah selama tindakan
berlangsung. Masker, kacamata dan pelindung wajah digunakan sedemikian
•
rupa sehingga tidak mengganggu lapangan dan ketajaman pandangan.
•
Masker digunakan bila berada dalam jarak I meter dan pasien.
Masker, kacamata dan pelindung wajah seeara bersamaan digunakan
•
petugas yang melaksanakan atau membantu melaksanakan tindakan berisiko
tinggi terpajan lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya an tara lain
pembersiban Iuka, membalut luka, mengganti kateter atau dekontaminasi alat
bekas pakai.
Bila ada indikasi untuk memakai ketiga macam alat pelindung tersebut,
•
•
maka masker selalu dipasang dahulu sebelum memakai gaun pelindung atau
sarung tangan, bahkan sebelum melakukan cuci tangan bedah.
3. Penutup kepala
Gaun pelindung atau jubah atau celemek, rnerupakan salah satu jenis
pakaian kerja. Seperti diketahui babwa pakalan kerja dapat berupa seragam
24 G
Tabel 3 : Pcmllihan Alat Pellndung Sesuai Jenis Pajanan
Risiko sedang
• Kemungkinan terpajan darah • l'emeliksaan pelvis 0 Sarung tangan
nernun ijdak ada clpratan • InsetSllUD 0 Mungkln perlu ~aun
• Melepas IUD pelindung atau celemek
• Pemasan9"n katetet intta vena
0 I'enan9"nan speslmen
laboratortum
0 Petawaton Iuka beral
0
G!re'an da"'"
Rlslko tinggl
• Kemungkinan terpajan darah 0 TIndakan bedah ma~ • Sarung tllloan
dan kemungklnan terdprat 0 8edah muM • celemek
•
• Perdarahan massif 0 Persallnan pervaglna • Kacamata peJlndung
• Masker
.~
Proaedur 7 : Penggunaan Gaung PeUndung
a Hanya baglan luar gaun saja yang ten<ontaminasl, karena tujuan pemakaian 9"un untuk mellndungi
pemakai dari infeksi
•
•
u Hanya bagian depan atas gaun bedah (dl etas ping9ar,~) sala yang dJan99ap steri: dan baleh
bersinggungan dengan lapangan
•
•«
Cera memakal gaun bedah mengikuG proses tanpa singgung. yaltu dongan mengusahakan agar baglan
luar gaun tidak bersinogungan Iangsung dengan kul~ tubuh pemakai
• Gaun dapat dipakaf sendI~ oIeh pemakaf atau dlpakallcan oIeh cnng lain
0 Selalu di1<enakandalam kamat bedah dan tidak tibawa kelual ke<:uaIl untuk dicucl, tetmasuk ke ruang
•
makarl atau lalnnya
a Saw gaun pelindung dlkenakan untuk menanganl satu pasjen
Celemek kedap air dlpalUll dl sebelah dalam gaun pellndlJllg bedah
•
a
•«
a Sarung !angan steril
0 COOtangan ~k
• Pembedahan
,
«
26
•
•
•«
•
•
•
•
• "a.lllur
• • Ket1ngkan tangan dan lengan satu per satu bergantlan dlmulal dali tangan kemudlan lengan bawah
•
memakai llaIlduk sterii.
o )1108 agar tangan tldak menyenllJh gaun pellndung steril. Taruh handuk bekas pada suatu wadah
•
• Ambil gaun pelindung dengan memegang baglan dalam yaltu pada bagian pundaJc. Siar1<an oaun
pe(ond<Jng _, masuIckan tangan-tangan ke daIam hJOang. PosIsI ~n dlletakkan ~ ctada,
•
menJauh dari tuboh.
• Gerakkan leng_n dan tang_n ke dalam lubal1g 90un pelindung
• • Baglan belakang gaun ditutup/dilkat dengan bantuan petugas lain yang tidak steril
•
•
••
•
•
•
• Gambar 9 : Memakaf Gaun Bedah
•
•
• . .
• if
•
•
•
•
•
Gambar 10 : Memakai GauD Bedah den&an Bantuan
•
• 27
•
•
•
•
•
•
•
3.3 Pengelolaan Alat Kesehatan
•
Pengelolaan alat-alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui alat kesehatan, atau untuk menjamin a1at tersebut dalam kondisi steril
•
dan siap pakai. Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukkan kedalam
jaringan .di bawah kulit harus dalam keadaan ateril. Proses Penalalaksanaan
•
•
peralatan dilakukan melalui 4 (empat) tahap kegiatan yaitu :
•
I. Dekontaminasi
2. Pencucian
3. Sterillsasi atau OIT dan
•
•
4. Penyimpanan
Oekontlmln .. i
Rendam dalam IalVtan Idarin 0.5% S(>iama10 menlt
•
D
CUd berslh dan lirfskan
Pakal salVng tangan dan pellndung l~ap objek
tajam
D .o- ,-J
D
I, '*111fW111ngDt,....1
f ,"'''''.'' --i_ '
UlP Pemo_n -lOmilwl KlmlaWl U1p Rebut
.. rt.bn.n KlIrfng Rend.m IIOlam
Tlnggi-OWkl.,
110' C dlstnfelctln 10 -
larutan
Ilrut1n
rend"" dalam
_1 11
uap ,Ir
TutlJp dallm
.fT n14!rldl<jlh
BlINn dal.m
se.ma 60 24 )1m
121' C
106 kPI (I olm)
20-30_
ment AIlIu
GosEnl
..-
dlsWtlclJn 20
_mo20
me«
seamo 20
."...
D Pendlnolnan • Penyimponan
D
Slap paical
calalan :
1. Alat yang terbunglws dalam bungkusan !terll dapat d1simpan SM'pal saw
mInggu bila tetap k.eriIlg dan pemblllglws utuII
2_ AIat yang tIdak terbung!ws haNs disImpan dalam tempat (tromoI) S1eftJ
3. Alat yang diolah dengan dlslnfe!tsi tinglcat tinggl dislmpan dalam wadah
tertutup yang Udak mudah terbuka atau segera cfipakal
28
•
•
•
•
kemudian setelah keamanan dan efektifltas terpenuhi. Yang dipertimbangkan
dalam hal keamanan adalah antisipasi terjadinya kecelakaan atau penyakit
pada petugas kesehatan yang mengelola benda-benda terkontaminasi dan
melakukan proses dekontaminasi. Kebanyakan. alat kesehatan tersebut
•
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh yang membawa berbagai
organisme penyebab penyakit terutama HlV, virus hepatitis B, dan hepatitis C.
Oleh karena itu petugas kesehatan yang bekerja dengan risiko terpajan oleh
darah dan cairan tubuh harus mengenakan alat pelindung yang memadai,
melaksanakan prosedur kerja yang meminimalkan risiko pajanan terhadap
lapisan mukosa dan kontak parentral melalui bahan-bahan terkontaminasi.
lnstitusi yang bersangkutan dianjurkan untuk memberikan vaksinasi hepatitis
B kepada para petugasnya, dan melakukan tindak lanjut pada setiap pajanan
darah atau cairan tubuh yang terjadi.
•
Sedapat mungkin pemilahan dilakukan oleh si pemakai di tempat segera
setelah pemakaian, selagi mereka masih mengenakan alat pelindung yang
•
memadai seperti di ruang operasi, sehingga pajanan pada petugas dapat
diminimalkan. Apabila pemilahan harus dilakukan diluar tempat pemakai maka
•
harus dibatasi pada pemilihan antara alat yang akan di proses lebih lanjut dan
alat sekali pakai. Pemilahan meliputi pelepasan alat dari engsel dan kuncinya
agar mudah dibersihkan namun hams dijaga agar alat tersebut tetap berada
dalam satu bungkus untuk memudahkan pada pemasangan kembali kala akan
•
digunakan nanti.
•
Perhatian: jangan merendam alat dari logam anti karat didalam !arutan
NaCI atau larutan natrium hipoklorit terlalu lama. Ion klorit dari kedua
larutan terse but dapat menyebabkan korosi logam
•
•
•
•
•
•
•
•
•
30
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
~'~
'" .. .. . •
•
·lJ'I!PIeAW ~ • +
~lU
•
+ .. • .. + +
..~. 1fO
•
+ + +
• +
• ..
• :~ -,·~1W1d
-+ .. + + ..
• • •
•
,-- . IAIIII • + • •
• • •
+ + .. .. +
• • .
~ .. ....
.. ..
..
• •
• .. • .. + ~
•
+ .. ... -+
•
+ • +
to
•
.++-+ +
. .. .. .. ..
•
•
•
•
.....
• • •
.
.
.. + +I
• +
.. + +
+
• +
+ + +
•
•
Proaedur 11 : Dekontamioui Khusua
.
•
I~"'l;...nI.!l:AJji'~:;'", ~:~~~,i1~~,t@~~~;\i~'~
. • ...., .. , •. _. ,~:",;.;,.~~.v~
tt.:. .'1 .li ~;",~~\
" .. • •. , ... _', _/ ':L ...•.•_.... ",; .):
J.",m • Semprit Siaplcan"wadah yang !.than l\Isubn I~ dengan kiorln 0.5%, 1$1 jarum &. semprlt dengan
(sebaiknya jarum &. semprit larutan Idortn dan sem~n, lakukan $ebOnyak 3 kalt.
tldaJ( dlpakal wno) Renclam dalam Illrutan idorfn selama 10 m!nR. atau dllnsinerasf bersama wadahnya.
Slrung tlngen Sebetum melepa5 sarung tangan, celupkan [angan dal.3m larutan klortn O,S% untuk
•
_lain palotl : buang saruI10 membersihkan permukaan luir sanmg tiflgCln da" menghJla~kan darah dan @Irao
tangan bokas pikal dI tempat tubuh yang laIn
penampungan Ilmbah medls Lepas saruog tingan tanpa men't'entuh permukaan luamya deogan tangan telanjang
palall "lang: tilmp""o sarung dan 5egera cud tangan
.tan~n daam wildahsementara Rendam S&olVngtcIngan dalatlt iarutan klorin 0,5'% dan b1arkan selama 10 mena
yang b!rtUtIJp menunggu untuk sebelum dlald
dllal:l.bn delcontaml .. "
bel'Slma-sama Untvk mE!OClOgasha""o tongan robek dan ber1~ng selama proses dekOOOlmlnasl,
tempatkan $ar\l"9 tangan dalam wadah yang bei'beda deogao wadah yang dJpakal
•
untuk penlatan tajaM
Wadilh untuk Penyimp.:nan 1$1wadah dengan larutan )dOM 0,5% dan biatkan .selama 10 mef'lt sebelum
•
PerlJ.tan dlbM:Ihkan
Bllas dan CUd dengan segera
PIIInnuDan meja y.,ng tidak GunaJtan $arut)g tanga" rumah tan09a dan celemek k.eclap air sast menge!jakannya
berporJ
Siapkan IaNlan kiorln 0.05% d.lam .Ia' penyemprot (~I"'"
•
Semprottan larutan tersebOt pacSa oermukaan yang ak.lo cf:I deltontomlnaSl; blarkan 10
men~
Kemudl,n lap deng.n lap be sa h yao """'h borulang k.allhlngga Iaru'M ido<ln
'etangkat
PeocuoiaD Alat
•
•
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah
penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka pada
•
umumnya proses disinfeksi atau sterilisasi selanjutnya menjadi tidak efektif.
Kotoran yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan
•
reaksi pirogen bila masuk ke dalam tubuh pasien.
Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya
kursr roda, alat pengukur tekanan darah, infuse pump, dsb. cukup dilap
•
dengan larutan deterjen, namun apabila jelas terkontaminasi dengan dara:h
maka diperlukan disinfektan.
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala kotoran
yang kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau deterjen,
air dan sikat, Kecuali menghilangkan kotoran, pencucian 'akan semakin
menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi penyebab infeksi
melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, dan juga mempersiapkan
permukaan alat untuk kontak langsung dengan disinfektan atau bahan
•
sterilisasi sehingga proses dapat berjaJan secara sempuma. Jika tidak dicuci
lebih dahulu, proses sterilisasi atau OTTmenjadi tidak efektif.
Pada pencucian digunakan deterjen dan air. Pencucian harus dilakukan
dengan teliti sehingga datah aUiu cairan tubuh lain, janngan, bahau organik
dan kotoran betul-betul hilang dan permukaan alat tersebut. Peralatan ypng
sudah dicuci, dibilas dan dikeringkan dahulu sebelum diproses lebih Janjut.
34
•
•
I
•
•
•
•
•
Pencucian yang hanya menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein,
minyak dan partikel-partikel.
•
untuk membersihkan partikel dan minyak serta kotoran lainnya.
Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cud biasa untuk
membersihkan peralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan
meninggalkan residu yang sulit dihilangkan. Hindarkan juga penggunaan abu
•
g090k karena akan menimbulkan goresan pada alar yang bisa menjadi tempat
bersembunyi mikroorganisme dan juga memudahkan terjadinya karat.
•
• • Jarum & Semprit yang
dtpakal ufang
•
•
Pisahkan io"""
mengl'olangkan
& semprlt lolu cuci oengan deterjen dan air hangat untuk
semua parokel yang rndeI<at
BerslhI<an bekuan darah atau janngan dengan menggunakan kawa!
•
• Pasang """'ballj.rum & semprit dan bilas menggunakan air ber>ih
dengan cara dl semprotkan sedikitnya tig. kali
•
• Pem.tikan ujung )arum untuk mem.slikan bahwa seluruhnya lelah
berslh, uju09ny. tldak bengkok dan tidak rusak
•
• Keringkan jarum dan semprit dengan ell angio-angi .... n
•
• SanIng Tangan o Untuk menghIndatI robek, pertaWkan sarong tangon dengan hatl-hali.
langan gunakan slkat dan selalu pisahkan dan perolatan yang lain
•
• Cud sarung tangan dengan detet]eo dan air hangat
•
• Bilas denQill10lr ber>ih sampal semua deterjen hllang
o Cck adanya lubang pada sarung tangan deng.n menlupkan uda ... lalu
•
memega09ny. dalom air, atau mengisl sarung tangan dengan air 'olu
lihat apakah ada air yang keluar
•
• Keringkan bagian diJlom dan Ioar dengan handuk/kaln yang berslh atau
diangin-anginkan
• o Permukaan o Pennukaon meja, meja operasl, dlOOI09, lantai dan lalnnya vang
kernungkin.n terl<ontamlnaSi darah atau calran tubuh, harus segera
•,
dldekontaminasi deng"n larutan KI"rin 0,5% selama 10 menlt
• Setelah)O menlt lakukan pencucian dengan deterjen
• Bilas deng.n air sampal ber>ih, kerlngkan dengan kain bersih
•
•
•
• 35
~
•
•
Dlslnfeksl dan Sterill ... 1
Seperti telah diuraikan pada Bab I gam bar I dan 2 bahwa infeksi yang
terjadi di saran a kesehatan salah satu faktor risikonya adalah pengelolaan alat
kesehatan atau cara dekontarninasi dan disinfeksi yang kurang tepat. Meskipun
tidak semua alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan medis kepada
pasien harus disterilkan, tetapi pengelolaannya hams dengan cam yang benar
dan tepat, dalarn hal ini harus diidentifikasi apakah alat perlu dieuei saja, atau
harus didisinfeksi atau perlu disterilkan. Penentuan tersebut tergantung pada
bagaimana alat tersebut akan digunakan dan juga ketersediaan sumber daya,
termasuk biaya.
Riaiko Tinggl
Suatu alat termasuk dalam kategori risiko tinggi karena penggunaan alat
tereebut berisiko tinggi untuk menyebabkan infeksi apabila alat tersebut
terkontaminasi oleh mikroorganisme, atau spora bakterial. Alat tersebut mutlak
perlu dalarn keadaan steril karena penggunaannya menembus jaringan atau
sistem pembuluh darah yang steril. yang masuk kategori ini melipuli alat
kesehatan bedah, kateter jantung dan alat yang ditanam (implanl). Alat-alat ini
harus dalarn keadaan steril pada saar pembelianya atau bila muogkin
•
disterilkan dengan otoklaf. Apabila alat tersebut tidak tahan panas maka
sterilisasi dilakukan dengan etilen oksida atau kalau terpaksa apabila cara lain
tidak memungkinkan, dilakukan sterilisasi kirniawi sepertt dengan
glutaraldehide 2% atau hidrogen peroksida 6%. Cara tersebut harus
•
memperhatikan persyaratan yang harus dipenuhi yaitu pencucian yang cermat
sebelumnya, kandungan zat organik, temperatur, dan pH.
Risiko Sedang
Alat yang digunakan untuk menyentuh lapisan mukosa atau kulit yang
tidak uruh, harus bebas dari semua mikroorganisme kecuali spora. Lapisan
•«
mukosa yang utuh pada umumnya dapat menahan infeksi spora tetapi tetap
rentan terhadap infcksi basil tuberkulosa, dan virus. Yang termasuk dalam «
•«
kategori risiko sedang antara lain alat untuk terapi pernapasan, alat anestesi,
endoskopi dan ring diafragma. Alat berisiko sedang memerlukan paling tidak
disinfeksi tingkat tinggi, baik secara pasteurisasi atau kimiawi. Pemilihan
proses disinfeksi harus mernperhatikan efek sampingnya, seperti klorin tidak
•«
dipakai karena sifat korosifnya.. Laparaskopi dan artroskopi yang dipakai
dengan menembus jaringan steril, idealnya harus disterilkan terlebih dahulu,
namun biasanya hanya dilakukan disinfeksi tingkat tinggi saja. Disarankan
agar sernua alat dibilas dengan air steril untuk menghindari kontaminasi
dengan mikroorganisme yang berasal dari air seperti mikobakteria
nontuberkulosa dan L.egionella. Bila tidak tersedia air steril dapat dengan air «
«
36
•«
•«
•
•
•
Masing-masing disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan
tidak dapat saling mengganti satu sarna lain. Oleb karena itu para pengguna
perlu meneari informasi dari maslng-masing disinfektan tersebut untuk
dipelajari agar dapat memilib dengan tepa! dan memperoleh efektifitas yang
•
optimal. Pemiliban yang kurang tepat akan disinfektan atau konsentrasi yang
digunakan akan mengakibatkan biaya yang terlalu tinggi dan efektifitas yang
•
rendah. Juga perlu dipertimbangkan penyakit kulit yang mungkin timbul pada
para pekerja akibat pajanan dengan diainfektan. seperti pada formaldehid,
glutaraldehid, klorin, sehingga perlu menggunakan alat pelindung yang dapat
meminimalkan pajanan terhadap disinfektan dan menurunkan risiko tersebut,
•
4. Tidak toksis 12.Mempunyai e[ek pembersih
5. Tidak korosif atau rnerusak bahan
A. Dlainfektan Kimiawi
a. Alkohol
Merupakan disinfektan yang juga antiseptik bisa dalam bentuk etil alkohol,
atau isopropil
fungisidal.
alkohol.
dan virusidal,
Bekerja cepat sebagai bakterisidal,
tetapi tidak membunuh spora
tuberkulosidal,
baktcrial pada •
•
konsentrasi 60 - 90% dan efektifitasnya menu run tajam di luar konsentrasi
tersebut. Cara bekerja alkohol adalah dengan cara denaturasi protein. Alkohol
absolut (100%) mempuyai efek bakterisidal lebih rendah dari alkohol yang
mengandung air dengan konsentrasi seperti di alas, oleh karena air akan
mempereepat proses denaturasi protein tersebut. Metilalkohol mempunyai efek
bakterisidal yang paling lemah, oleh karena itu tidak pemah digunakan sebagai
disinfektan.
Eti! alkohol atau isopropil alkohol kecuali merniliki efek bakterisidal juga
memiliki efek virusidal yang cukup kuat, yaitu dapat menginaktifasi virus dalam
waktu I menit. Isopropil a1kohol tidak efektif terhadap enterovirus non lipid. Eti!
alkohol maupun alkohol juga efektif untuk virus hepatitis B (HBV), herpes
simpleks (HSV), HIV, rotavirus, echovirus, dan astrovirus.
38
•
•
Alkohol tidak digunakan untuk sterilisasi alat-alat medis atau bedab, oleh
karena tidak memihki efek sporisidal. Alkohol efektif untuk disinfeksi
••
termometer oral maupun rektal, juga serer optik endoskop. Tisu alkohol juga
sudah lama digunakan untuk mendisinfeksi permukaan kecil seperti tutup
karet botol obat dosis ganda, atau botol vaksin, sering juga dipakai pada
diainfeksi permukaan luar peralatan seperti stetoskop, ventilator, manekin
resusitasi-jantung-paru , atau dacrah suntikan. Perlu diperhatikan bahwa alat
halus seperti tonometer bila terus menerus diusap alkohol setiap kali akan
•
dipakai dapat rusak dan berbahaya bila dipakai. Alkohol adalah zat yang
mudah terbakar, oleh karena itu penyimpanan harus ditempat yang sejuk dan
•
berventilasi baik. Alkohol juga cepat menguap sehingga sullt mencapai waktu
kontak yang lama pada konsentrasi efektifnya.
•
Hipoklorit memiliki aktivitas antimikrobial dengan spektrum cukup luas, murah
dan bekerja cepat. Sifat mikrobiosidal dari klorin dibawa oleh adanya klorin
•
bebas HOCI dan OCI. Larutan klorin yang berasal dari tablet natrium
dikloroi sosianu rat (NaDCC) beraifat lebih stabil dan memiliki aktivitas
•
mikrobiosidal lebih besar dibanding dengan larutan natrium hipoklorit.
•
Care kerja klorin dalam mcmbunuh bakteri belum sepenuhnya dapat
dijelaskan, diduga dengan cara menghambat reaksi ensimatik yang esensial di
•
dalam sci, denarurasi protein, dan dengan eara inaktivasi asam nukleat.
Konsentrasi aktif dari klorin dapat di lihat pada Tabel 5, Macarn-macam
•
Disinfektan dan Karakteristiknya di halarnan 3 L
•
Maeam-macam konsentrasi klorin dapat mcmiliki efek biosidal berbeda,
seperti tertera pada tabel dibawah.
•
. ,
I,' MUuoo.;.~ e ~tn...,ektif w.ktu
,
•
klonn "
, ',.
• Mikoplasma dan bakterf 25 ppm Be~rapa detik
•
vegetatir « 5 ppm)
•
0 S_ aereus 100 ppm 10 merOt
0 Salmonella _esuIs
• • Pseudomonas ileroglnosa
•
• Beberapa macam virus 200 ppm 10 meni!
termasuk HIV, HOV.
• 39
••
•
Sediaan klorin berupa cairan pernutih rumah tangga mengandung natrium
hipoklorit 5,25% atau 52.500 ppm klorin bebas, dengan pengenceran 1 : 999 41
akan rnendapatkan 50 ppm klorin bebas dan pengenceran 1 : 9 akan
menghasilkan 5000 ppm.
Klorin digunakan untuk dekontaminasi permukaan meja atau lantai sehari-
•
hari atau setiap saat diperlukan. Juga dapat dipakai untuk dekontaminaei
tonometer. Untuk pereikan darah dianjurkan menggunakan klorin dari bahan
pemutih 5,25% dengan pengenceran I: 10 sampai I: I00. Cara ini akan
meminimalkan risiko petugas kesehatan terpajan oleh darah atau cairan tubuh
melalui alat yang terkontaroinasi. Efektifitas hipoklorit atau disinfektan lain
diturunkan seeara bermakna oleh darah, maka dianjurkan darah atau cairan
tubuh lain dibersihkan dahulu dengan lap atau kertas yang menyerap sebelurn
di dekontaminasi dengan cairan hipoklorit 0,5%, atau 0.05%, atau
dekontaminasi dilakukan dua kali. Setidaknya diperlukan kontak dengar; 500
ppm klorin bebas selama 10 menit.
Sudah lama klorin digunakan untuk pengelolaan air (water treatmen~,
dengan cara hiperklorinasi untuk dapat membersihkan air limbah. Agar lebih
tahan lama maka larutan klorin disimpan dalam wadah plastik atau polietilin
yang kedap sinar.
c. Formaldehid
Formaldehid digunakan sebagai diainfektan dan juga untuk sterilisaei baik
dalam bentuk cair ataupun gas. Di pasar formaldehide dijual dalam bentuk t
cairan yang disebut formalin, yang mengandung formaldehid 37% dari beratnya.
Formaldehid memiliki daya bakterisidal, tuberkulosidal, Iungisidal, virusidal
dan sporisidal, namun juga bersifat karsinogenik, sehingga petugas kesehatan
harus membatasi din kontak dengan formaldehid tersebut. Keadaan tersebut
juga membatasi peranan forlmaldehide sebagai bahan disinfeksi ataupun
sterilisasi.
Cara kerja formaldehid adalah melalui reaksi alkilasi asam amino atau
protein. Mikroorganisme yang rentan terhadap formaldehid adalah virus polio
(dalam konsentrasi formaldehid 8% selama 10 menit), naroun kebanyakan virus
lain hanya perlu formaldehid 2%, M. tuberculosis, S typhi-(2 menit), Bacillus
anthracis (2 jam).
40
dalam kantung tersebut yang dapat mencemari lingkungan. Namun hal tersebut
temyata tidak mengurangi angka kejadian bakteriuri yang berhubungandengan
pemasangan kateter (infeksi nosokomial).
Meskipun H202 dalam konsentrasi 6-25% dapat digunakan untuk sterilisasi
tetapi tidak diterapkan pada endoskop karena akan merusak alat tersebut
akibat oksidasi yang terjadi. .
f. Yodofora
Dahulu dikenal larutan yodium atau tingtur sebagai antiseptik bagi kulit
atau jaringan, kini dikenal yodofora yang dapat dipakai sebagai antiseptik
maupun disinfektan.
Yodofora adalah kombinasi yodin dan zat pelarut, yang menghasilkan suatu
ikatan yang dapat melepas cadangan yodin secara berkelanjutan dengan sedikit
yod bebas dalam larutan air. Yang saat ini populer adaJah poviodin yodin, suatu
ikatan polivinilpirolidon dengan yodin. Larutan ini disukai karena tidak
meninggalkan bercak dan tidak toksik maupun iritatif.
Yodin dapat menembus dinding sel mikroorganisme secara cepat, terjadi
kerusakan protein dan asam nukleat sehingga sel mati.
Mikroorganisme yang rentan terhadap yodofora adalah bakteri, mikobakteria
dan virus, untuk fungi dan spora memerlukan waktu kontak yang lebih lama.
Selain sebagai disinfektan yodofor juga dipakai sebagai antiseptik namun
dalam konsentrasi yang lebih rendah.
g. A.am Parasetat
•
meninggalkan residu serta tetap efektif meskipun ada zat organik dan spora,
dan dalam suhu rendah. Asaro parasetat dapat menimbulkan korosi atas
tembaga, kuningan, perunggu, baja, dan besi galvanis, namun efek dapat
dikurangi dengan mengubah pH lingkungan. Sayangnya tidak stabil, terutama
bila diencerkan, contohnya, larutan 1% akan kehilangan kekuatan hingga
separuh dalam waktu 6 hari sedang larutan 40% hanya kehilangan kekuatan
1-2% saja setiap bulannya .
. Cara kerja belum diketahui dengan pasti, namun diduga seperti zat oksidan
lain, yaitu dengan denaturasi protein, merusak permeabilitas dinding sel,
mengoksidasi ikatan sulfhidril - sulfur dalam protein, enzirn, dan metabolit lain.
Mikroorganisme yang rentan bakteria Gram-positif, bakteria Gram-negatif,
fungi, dan yeast (5 menit dalam 100 - 500 ppm), virus (12- 2250 ppm), spora (15
detik - 30 menit dalam 500 - 10.000 ppm).
Kombinasi asam parasetat dan hidrogen peroksida dipakai untuk disinfeksi
alat hemodialisis. Oi Amerika untuk disinfeksi alat kesehatan medis, bedah dan
gigi dipakai mesin otomatis yang menggunakan asarn parasetat.
42
•
•
••
h. Fenol
Fenol telah berperan lama dalam perumah sakitan, yaitu sejak Lister
mernpelopor i praktck bedah antisepsis. Nama yang dahulu populer adalah asma
•
karbol atau liso!. Namun telah banyak mengalami perkernbangan dengan
mengganti satu atom hiclrogen dari cincin aromatiknya dengan bahan aktif
•
seperti alkil, fenil, benzil, halogen. Derifat fenol yang banyak dipakai sebagai
disinfektan di rumah sakit adalah orto-fenil-fcncl dan orto-benzil-para-
klorofenol atau heksaklorofen yang merupakan disinfektan kuai.
•• Fencl dalam konsentrasi linggi bekerja sebagai zat racun yang menembus
protoplasma,
konsentrasi
merusak
rendah
dinding
turunan
sel dan menggumpalkan
(enol membunuh kuman
protein
dengan
seI. Pada
menghambat
kerja ezim dan menyebabkan kebocoran hasil metabolisme sel melalui dinding
sel.
HJV.
bentuk mlkroorganisme
contohnya fenol tidak
kecuali
efektif
spora,
untuk
•
•
• membunuh
untuk
virus
Kombinasi turunan
coxsackie 84, echovirus 1] dan virus polio 1, namun
•
Ikatan amonium kuartemer adalah disinfektan tingkat rendah. lkatan ini
adalah bahan pembersih yang baik tetapi bahan tenun akan menyerap bahan
aktif yang ada sehingga menurunkan efektifitasnya secara bermakna. Beberapa
bahan kimia ikatan amonium yang biasa dipakai di rumah sakit adalah
t
•
alkildimetil-benzil-amonium-klonda, alkil-didesil-dimetil-amonium-klorida.
Ikatan ini mempunyai efek bakterisidal, fungisidal, dan virusidal (virus
lipofilik]. namun tidak ada efek sporisidal dan tuberkulosidal. Ikatan ini hanya
digunakan untuk kegiatan sanitasi lingkungan yang biasa seperti lantai,
•
. perabot rumah tangga, dan dinding.
•
luka operasi tidak terpengaruh sarna sekali oleh penggunaan sinar UV tersebut.
Sinal' ultra violet (UV) merusak DNA. Efektifitas sinar UV dalam membunuh
•
~
43
~
mikroorganisme di pengarubi oleh panjang gelombangnya bahan organik, jenis
t
media, suhu, jenis mikroorganisme, dan intensitas sinar UV. lntensitas Sinar
UV sendiri di pengaruhi oleh jarak dan kebersihan tabung sinarnya. Panjang
gelombang yang paling efektif adalah 240-280 nm, yaitu panjang gelombang
yang maksimun diserap oleh DNA. Satuan enersi yang dipakai adalah dalam
mikrowat/luas pajanan, dan dosis yang diperlukan untuk dapat membunuh
bakteri adalah 1800 - 6500 mikrowatt/cm2. sernentara spora membutuhkan
dosis 10 kalinya. Sinar UV terutama hanya digunakan untuk mengeridalikan
infeksi yang ditularkan melalui udara pada ruangan kult.ur jaringan,
Sinar UV tidak dapat menernbus cairan dan mernpunyai efek sam ping
merusak retina dan sel berrnitosis sehingga tidak diperbolehkan bekerja di
bawah sinar UV. Selain itu sinar UV juga bersifat mutagenik.
b. Pasteurisasl
Pasteurisasi bukanlah proses sterilisasi, tujuannya adalah merusak
mikroorganisme patogen yang rnungkin ada tanpa merusak spora bakteri, Suhu
dan waktu yang digunakan pasteurisasi biasanya adalah 77"C dalam 30 rnenit.
Sebagai alternatif dari disinfeksi kirniawi bagi alat terapi pernapasan dan
anestesi.
Disinfeksi dengan air panas ini ternyata efektif untuk alat anestesr yang
dipakai ulang. Di sarana kesehatan biasanya dilakukan dengan merebus pada
77'C.
44
•
Prosedur 13 : DIT dCDgkD Bkhan Kimia •
PeraIa""n _1iIi
•
Dekontaminasi clan CUd alat kesehiltan yang akan dI orr clan keriogkan ak dan alat kesehatan, karena
...
PrOMd"r
•
,~~.
olat yang basah dapat mengenceri<an
like menggunakan
.iI larullln desln(ektan clan dapat mengurangi cfektifitas.
larutan glutaraldehyde:
~ "" r,r;
Slapkan glutaraldehyde sesuai d<!ngan InstrukSl cIa~ pab<tk; atau gur>akan larutan yang sudah dlslapl<an
sebelumnya, sepanjang masih lampak jernlll (tldak ke",h) clan befum meJewati betas waktu efektif.
Tempall<an larutan clalam wadah ber>ih yang ada tutupnya. TlJIiskan tanggal penyfapanlarutan dan t~1
•
kedaluwarsanya.
llka mengllunakan larutan khlorln :
•
LaMan baru harus disiapkan setlap han (bahkan Iebih c:epa1. ~ka IanJtan menjadi keruh). Siapkan larutan
•
clalam wacIah yang ada turupnya.
• Pisahkan peralatan yang terdiri dan beberaJ'B baolan, buka tvtup (kalau ada). Rendam alat kesehatan
sedemlkian rupa, seIIlngga selun.hnya Wacla (libawall ~ukaan larutan. Tempall<an mangkuk dan
•
wadah menghadap ke etas, bukan ke bawah dan dilsllaruta.n.
• Tutup wadall dan bla",an alat kesehatan terendom selama 20 meniL langan mengambil etau
•
menambahkan peralatan dalam kurun waktu Inl.
• Keluarkan alat xesenatan dangan penjepit yang telall dl orr dan kenng.
• Bllas dang.n air yang te!ah dididihkan, unwk menghllangkan slsa-5Isa larutan klmla pada peralatan,
bahan resou Inl bersttat toI<sikterhadap kullt clan jarlngan.
• Gunakan peralatan segera atau disimpan clal.m wadah yang
wtIltup palong lama 1 mInggu.
telah di orr dalam keaclaan kenng dan
•
I Inll.t : larutan khlorin tidak bisa dlgunal<an untuk orr peralatan iaparosIoopI.
I
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
46
•
•
•
•
•
•
•
•
Prosedur 14: OTTSarung Tangan dengan Uap
•
•
• o lsi dandang paling bawah dengan air, tempatllan Mgsan I kukusan dlatasnya.
•
• Lipat sarung tangan berpasangan, baglan pangkal dlbai!k unwk menyatukan. lsi 5·15 pasang sarung
tangan pada satu nampan, jika dlatur daJam 2 lapisan atau leblh, tumpuk secara silang untuk
•
o Letakkan nampak bensi sarung tangan dialas angsan.
... Tutup dandanq dan panaskan sampal rnendidih. Air mendidih dltandai dengan kctuamYiI vap dal\ tutup,
•
kecilkan api, jaga agar uap masih tetap keluar (Ianda masih mendidih).
o Pertahankan sampai 20 rnenit, gunakan timer untuk mencarat,
• lepaskan nampan yang beris> sarung tangan, govangkan untuk membuang keleblhan air. Jangan
•
meletakkan oamoan laogsung (selalu diatas namapan air) karena ada lobang yang memungklnkan
kontamlnasl.
• Gunakansegera, atau biarl<ankenng dludara selsma 4·6 Jam
It Penyimpanan : Simpan datam nampan yang ditutl:~, arau simcan dalam wadah yang telah di OTT dan
It gunakan paling lama 1 mlnggu.
It
•
It
3. Sterilisasi
SterUisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Sterilisasi
biasanya dilaksanakan di rumah sakit baik secara fisik maupun secara kimiawi.
Cara dan zat yang sering digunakan unt uk sterilisasi di rumah sakit adalah uap
It panas, bertekanan, pcmanasan kering. gas ctilin oksida, zat kimia cair. IsWah
steril rnengandung arti rnutlak berarti semua bentuk dan jenis mikroorganisme
It betul-betul musnah. Ada zar kirnia yang dapat rnernbunuh sernua jenis dan
bentuk mikroorganisme. Bila masa kontak dengan bahan kimia tersebut lebih
It singkat maka hanya sebagian mikroorganisme saja yang mati dan proses
tersebut disebut disinfeksi. Jadi tidak ada istilah 'semi steril".
It
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suaru alat atau bah an dengan tujuan
It mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi adaJab cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
It berbubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulil yang secara
•
normal bersifat steril.
t
t
t
•
• 47
•
•
•
•
- -
Macam-macam aterillsasl
•
•
Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara :
•
c fislk, seperti pemanasan atau radiasi, filtrasi
•
A. SterUlsasl secara fisik
•
a. Pemanasan
•
Pemanasan basah - uap panas bertekanan tinggi (otoklaf). Sterilisasi terjadi
melalui koagulasi dan denaturasi protein. Perlu diingat di sini babwa
merebus bukan cara untuk sterilisasi, namun cara untuk disinfeksi.
Sterilisasi dengan otoklaf adalah cara yang paling efisien karena suhu yang
•
dicapai melebihi titik didih air, yaitu setinggi 121'C dengan membutuhkan
waktu sterilisasi selama 20 menit - 30 menit, dihitung sejak .tt:rcapainya
suhu 121·C. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi maka digunakan
indikator spora tahan panas seperti: Bacillus stearothennophilus. Sterilisator
•
harus dikalibrasi setiap 6 bulan.
•
Prosedur sterilisasi panas basah dan panas kering dapat dilihat di halaman
3·41·42
b. Radlasl
Radiasi dengan menggunakan sinar Gama, namun cara ini tidak sesuai
untuk sterilisasi skala kecil seperti rumah sakit, apalagi puskesrnaa karena
•
t
sangat mahal. Cara ini hanya digunakan untuk industri besar dalam jumlah
besar, seperti jarum suntik dan semprit sekali pakai, alat infus. t
e. Penyarln,gaD (Filtrasl)
Merupakan cara yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti
serum, plasma, atau vaksin. Sterilisasi ini menggunakan saringan atau filter
yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran penyaring untuk sterilisasi
adalah 0,22 11m,yang berarti lebih kecil dari bakteri.
48
•
•
•
•
•
Prosedur 16 : Sterillaaai Fisik dengan Uap panal kering
•
•
o Oven IIstrik
o Bahan pembu1l9kus da~ alimunJum fOil atau kaln katun
•
o Nampan tahan panas
a Hanya peratatan yang !:emua! dan kaca tahan panas dan logam yang dapat dlsterillsasl dengan cara inl.
i:p~lir ,.,
o Oekontamlnasl, 0Jd dan keringkan semua aJat kesehatan dan perolotan yang !kan dlsterllisasl
•
•
o Bungkus aJat kesehatan atau peralatan lain dengan allm\Rllum foil atau dua lapiS katon/kaln, atau taNh
peralatan yang tidak dlbungkus pade nampan, atau taNh peralatan pada Vladah logam.
a Karena sterilisasi panas bel<elja de1l9an menlngkatkan sohu saluM peralatan, maka tidek perlu uotuk
•
•
• Letakan alat kesehatan dalam oven dan panaskao sampat temperatur yang dilglnkan. Gunakan suhu dan
170"C (340'F)
160'C (3200f)
1 Jam
2Jam
•
150'C (3000f) 2,5 lam
•
140'C (28S'F) 3 lam
•
Katerancan
•
• Waktu dimaksud adalah lamanya panas mencapai tingkat yang dilnginkan. Pada
kenyatsan, untuk sterilisasi ini mungkin dibutuhkan waktu 2 kali lipat, yaitu waktu
untuk mencapai suhu yang diinginkan dan waktu yang dibutuhkan untuk
pendinginan.
•
• Jangan mensteritisasi jarum dan benda :s,jam lainnya pada sum, lebih dari 160·C
karena dapat membuat tumpul
•
• Biarkan alat kesehatan dan peralatan menjadl ding!n sebelum d!ambU. Ounakan alat
ateril untuk mengangkat peraletan yang tJdak dibungkua.
• Segera dlpakai atau disimpan
•
• Simpan alat kesehatan dalam wadah eteril, kerlng dan terrutup. Untuk peralatsn
yang dibungkus, tetsp sterll selama bungkuanya tetap utuh dan kering. Untuk
•
peralatsn yang tidak dibungku8 gunakan sebelum 1 mlnggU.
•
•
•
50
•
•
•
•
•
•
•
•
Prosedur 17 I BteriU.asl C1.ik dcngan Cairan
• PenlaPlin ,
•
a cairan (misalnya air) hanya c!apat dlsterilkall dongan otoklaf, Udak dapat dong"n panas kering atau
I
.
menggunal<anba han klmla,
" Cairan haNs <isterilkan terpisah c!arI peraiatan lain, mlsalnya alaI kesehatan dan linen
•
Prosedur it . ,.
•
•
TempatklJn calrsn dalam boItlI yang terouat dart kaca rahan panas (mlsaJnya Pyrex) dengan b.JtUp, clan
IakuIcan steriI1sasI pada temperaILl' dan lekanan yang bIasa digunalcan(121"(/25001) pada telcanan 106
•
kPa 11 atm).
• Waktu yang dlbutuhkan unwk melakulcan stcrlllS<lsldlpengar\Jhl o!eh banyak taktor, yang tcrpenting
• adalah VOlume<airan yang distl!rllkan.secera umum woktu yang cisaranl<an adalah sebago; benkul ;
•
Volume cal,.n Waktu StertU1U14
•
75·100 ml 20 mernt
250-500 mI 25 menlt
•
1.000 mI 30 menil
1.500 ml 35 menlt
•
2000 mI ~Omenll
•
• BegilUsterilisasl seIeSaI, telcanan dlturunkan dengan pertahan·lahan, paling S<!dlkldt alam 10·15 meoil
Penur\Jnan tekanan secara mendadok dopat menyebabkan calran mendidih dan dapat menyebabkan
•
IU!UPbotol ter1empar atau boto! meledak. Bulca tutup otoklat sedlklt dan blarkan calren menjadl dJngln
•
(kurang lebih )0 mentt) sebelum d,keluarkan.
•
B, SterUi ... i Idmiawi
•
Bahan kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi di antaranya adalah
larutan clutaraldehfd dan ,aI etUen ouida (ETC). Bahan-bahan ini sangat
•
mahal dan dipakai untuk mensterilkan bahan-bah an yang tidak tahan panas.
a. Glutaraldehid
Larutan glutaraldehid 2% digunakan urnuk merendam alat kesehatan [rnis.
Cidex ®) selama 8-10 jam, kemudian dibilas dengan air sterll. Selain
t glutaraldehide dapat pula menggunakan laru Ian formaJdehid 8% selama
•
minimal 24 jam. Harga formaldehid lebih murah tetapi lebih toksik. Kedua
maeam zat kimia tersebut juga mengiritasi kulit, mata dan juga saluran nafas,
•
lersedia untuk proses sterilisasi. Ketika mensterilisasi dengan larutan ini
pakailah sarong tangan, batasi waktu kontak dan lakukan sterilisasi pada
•
ruangan dengan ventilasi yang baik. Umur efektif glutaraldchid yang tersedia
dipasaran berkisar antara 14·30 han (periksa instruksi dari pabrik}. Larutan
hams segera diganti setiap saar, begitu warnanya menjadi kcruh.
•
•
• 51
•
)
•
Beberapa hal yang perlu diingat dalam melakukan sterilisasi kimia, antara
lain formaldehid merupakan senyawa karsinogenik dan bersifat iritatif berat
terhadap kulit, mala, hidung, dan saluran pernafasan: Oleh karena iru
pemakaian rutin dari Iorrnaldehid untuk sterilisasi alat kesehatan atau
peralatan lain sudah tidak dianjurkan lagi.
Etilin oksida adalah gas racun yang efektif unluk dipakai sebagai bahan
sterilisasi. Memerlukan pembersihan alat yang sangat teliti. sampai ke bagian
yang sekecil-kecilnya, juga harus betul-betul kering, karena kalau tidak maka
akan terbentuk lapisan etilin glikol yang sangat toksik di permukaan alat
tersebut. Diperlukan penghawaan yang cukup, minimal selama 12 jam sejak
selesai proses, guna membuang gas bebas yang toksis. Dapat digunakan pada
semua alat atau bahan yang tidak tahan panas. Alat yang biasa disterilisasi
dengan gas ETO tsb, adalah a1at yang terbuat dari bah an dari karet, poli-etilen
dan plastik, barang elektronik dan kabel, alat kesehatan optik dan suku cadang
mikroskop.
«
«
«
52
•«
4
•
•
•
•
•
•
Proaedur 18 : Sterillsasi Kimla Glutaraldehld
",~~-
• R.... I.pan ,""- '
,
.;. - ";
~;-;-
·
•
OeI<onlamlnasi, cud dan kenngkan semua alaI _tan dan alai lain yang akan dlsterillsasi.
0 Air dart alat lcesehatan yang basall meogencerlcan 1<epekatan lorutan, sehingga dapat menurunkan
••
efektifitas proses sterilis"sl
• Larutan glutaraldehid atau larutDn klmla lalnnya
0 Wadah val1(l be<sih b<!rtutuo
Pros.dur • .., •.
~ • Y,'
'.;'
•
-
•
- .
0
Slapl<an glutaraklehid atau laMan Iomla I.. nnya sesuai dengan InstruIcsi dan pabril<, alau gunakan
•
laMan yang sudah clisiapkan sebelumnya, sepanjang masln tlImpak jemih (tidak keruh) dan belum
melewad batas waktu efektif
• · Te01patkan larutan dalam wadah berslh. Tuliskan tanggal penylapan larutan dan ta"9gal
kadaluwarsanya.
· Pisahluon peralalan yang lel'dlrt dM beberapa bagian. buka tIJlUpnya (kalau _)_
•
0 Rendam alaI kesehatan atau peratalM sedemw.n rupa. sehlngga sellIruhnya _a dibawah
permOOan larulan.
•
0 Tempatkan mangkuk dan wadah mer,~had~p ke atas, bukan ke bow"h dan dilsi larutan.
0 Lama perendaman disesuaikan dengan Instruksi pabrlk. Sec.no umum untuK larutan glutaraldehid, tutup
•
wadah dan blarkan peralatan Icrendam paling tldak selama 10 Jam.
0 Jangan menambahkan atau mer.gambll ala! kesehatan begllu perhltungan waktu suda" dlmulai.
·
•
AmbWalat keseilatan dengan menggunakari forsep yang sterU dan cukup besar,
0 BlIas dongan air steril van 9 diaUrlcan. untuk mengIliIangkan resldu yang dItinggalkan oIeh larutan kimla.
.- I'" be<sifat (Oksik untuk Wit dan jaringan 1aOmya.
•
catatan : air yang telah dldldlhkan bukan merupakan afr stertl, karena proses pendkllhan tidak
menjamln lerbunuhnya semua endospora.
•
•
PemlUhan Can Sterillanl
• Pemilihan cara sterilisasi bergantung pada jenis dan tujuan alat yang akan
•
disterilisasi, Contoh:
" Alat jenis keras dan digunakan intravena atau memasuki rongga tubuh
•
misalnya alat bedah, disterilisasi dengan uap bertekanan tinggi, ETO,
larutan glutaraldehid; Blat yang keras dan tidak mudah berkarat -
•
dengan larutan glutaraldehid 8-10 jam, larutan klorin dioksida 6 jam,
larutan hidrogen peroksida 6% atau asam parasetat,
•
• 53
•
•
•
•
•
•
Tabel 9 : Cara sterillsui dengan uap bertekaflRn dan pemanasan kerlng
•
10 116 30
15 121 20
•
20 126 10
30 135 5
160 120
170 60
180 30
Keterangan:
•
• psi: pound per square Inch (Ib/sq In)
pada keIIngglan yang·leblh. lekanan yang terllhat pada alat uleurdapat leblh tlnggl darl pada tekanan pada
•
temperatur yang tertera pada lobel dlatas
• Seluruh waktu yang dibu!J.lhkan untuk ster\lIsast dengan otoklaf. tenmasuk waKtu Ufltuk mencapai
temperatur yang dlpersyaratkan "ntuk sterlllsa~. lama sterillsasl dan lama pendlnginan sebelum dibuka.
dapat mencapai leblh darl90 menll Sebaiknya 151otoklaf tldak leblh darl 75% kapasllos makslmtll.
Ada silang pendapat tentang pemantauan proses sterilisasi cairan, Pada saat
•
sekarang pemantauan secara biologis untuk proses sterilisasi cairan kimia
dengan menggunakan cara konvensional tidak mungkin dilakukan.
54
•«
•
Tabel 11 : Can Pencelolaan Alat Ke.ehatan tertentu
•«
Longklh c
«
••
..
.,,_
BronkOSkOpi : N.. ..
- lUlU _
_n~
:c:IIIi'Jgma, alat
Tonometer, rtno •
tdMcMt\JS, HIV
Virus herpes Slmpleks, •
•
Ujung alat kO~t:an harus dit_apbers'~,
DIs:nfcksl se14m1t()-1S m~1t dengan sa"h satu dlsfnfekUln dl
bawall
C_Bdwl • ~ pen>Ic$Ida 3'10
· _5000 ppm
, etilllkollOl 70'110
• ISOJlf~ltllk_ 70%
• _ meta .. denoon air
•
-~
~ otoudlptkll
•
_,
-l'II:
AIM rtsIkD
semprtt air •
_. _1oom9-
cIIan)obft -
a1at~atMInl.
BIIn -. Ju9t 01_
panH"""_'
• -yong • AlItyong • Ilia cIIopIs d4ngIn _ tedop lit mo1aI selJIJung diIepao
..",., ....... H8V,
had·had digor<j _ ganti pageo. <lin n yang
tonPi Mup HIVdan M _terseb<Jt Ud_k perlu dld15lnr~ pad gaod
seperU tombol· tuMmlla$l$ pasieo namun hl.nJS tetap dk;il$lntek.sl pad, saat ilkhlr.
tombol, senter • DISinrekSltlngbt tll'llOl culwp oIel(tJf unruk membunuh kAt ago
J<!nIS Hi~nI5me
b!1>eb<Jt.
56
•
f
f
f
•
Perlu diperbatikan dengan cermat ketika menggunakan jarum suntik atau
benda tajam lainnya. Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum
dan alat tajam yang digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan paking,
.penggunaan, dekontaminasi hingga ke penampungan semen tarn yang berupa
wadah tahan tusukan, Untuk menjamin ketaatan prosedur tersebut maka perlu
t
rnenyediakan wadah limbah. t~am/tempat pembuangan alat tajam di setiap
•
ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau perawatan yang mudah dijangkau
oleh petugas.
•
Seperti prosedur pengelolaan alat kesehatan lainnya maka petugas harus
selalu mengenakan sarung tangan tebal, misalnya saat mencuci alat dan alat
•
~am.
•
Riaiko kecelakaan sering terjadi pada saat memindahkan alat tajam darl
satu orang ke orang lain, oleh karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat
•
tajam secara Iangsung, melainkan menggunakan teknik tanpa sentuh (hands
free) yaitu menggunakan nampan atau alat perantara dan membiarkan petugas
•
mengambil sendiri dari tempatnya, terutama pada prosedur bedah. Risiko
perlukaan dapat ditekan dengan mengupayakan situasi kerja dimana perugas
•«
kesehatan mendapatkan pandangan. bebas tanpa haJangan, dengan cara
meletakkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan mengatur sumber
pencahayaan yang baik. Pada dasarnya adalah menjalankan prosedur kerja
yang legeartis, seperti pada penggunaan forsep atau pinset saat mengerjakan
penjahitan.
Kecelakaan yang sering terjadi pada prosedur penyuntikan adaJah pada saat
•
petugas berusaha memasukkan kembali jarum suntik bekas pakai ke dalam
tutupnya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan untuk menutup kembali
•
jarum suntik terse but melainkan langsung saja di buang ke tempat
penampungan sementaranya, tanpa menyentuh atau memaniputasi bagian
•
tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali (recappin9l, gunakanlah cara penutupan jarum
•
dengan saru tangan (single handed recapping met1wdj untuk mencegah jari
tertusuk jarum seperti di bawah ini.
•
••
1 2 3
• Bila IuIl4> sudah menu!\JP
u;.ng janan. gunaI<an tanoan
•
yang lain untuk
rnengencanglcana
•
dan tidak mudah boeor serta tahan tusukan. Wadah penampung jarum suntik
bekas pakai hams dapat-dipergunekan dengan satu tangan, agar pada waktu
•
memasukkan jarum tidak usah memeganginya dengan tangan yang lain. Wadah
tersebut ditutup dan diganti setelah 3/.
•
dapat dibuka kembali sehingga isi tidak tumpah. Hal tersebut dimaksudkan
bagian terisi, dan setelah ditutup tidak
•
tajam ditangani bersama Iimbah media. Wadah benda tajam merupakan limbah
medis dan hams dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum Insinerasi.
•
Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin dapat
dikubur dan dlkaporisasi bersama Umbah lain. Apapun metode yang digunakan
•
Peeaban kaea
•
Peeahan kaca dikategorikan sebagai bend a tajam. Pecahan kaca potensial
mcnyebabkan perlukaan yang akan memudahkan kuman rnasuk ke datam
•
aliran darah. Untuk itu perlu diperlakukan seeara hati-hati dengan cara
pembuangan yang aman, seperti, menggunakan sarung tangan tebal pada seat
•
rnembersihkannya, ditambah dengan penggunaan kertas koran dan kertas tebal
untuk mengumpulkan dan meraup pecahan gelas tersebut. Untuk membawa
•
pccahan gelas dianjurkan dengan cara membungkusnya dalarn gulungan kertas.
yang digunakan untuk meraup sebelumnya dan memasukkannya ke dalam
•
kardus dan diberi label hati-hati peeahan kaca.
•
Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan Iimbah
padat. Limbah padat biasa disebut juga sampah, tidak semua sampah rumah
•
sakit berbahaya. Petugas yang menangani sampah ada kemungkinan terinfeksi,
terutama disebabkan karena luka benda tajam yang terkontaminasi.
• Limbah yang berasal dan rumah sekitj sarana kesehatan seeara umum
•
dibedakan atas:
1. Limbah rumah tangga, atau Iim~ non-media, yaitu limbah yang tidak
•
kontak dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai risiko
rendah.
• 2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah rumah sakitj sarana kesehatan
•
yang berasal dari bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan
tubuh pasien dan dikategorikan sebagai Iimbah berisiko tinggi dan bersifat
•
menularkan penyakit. Limbah medis dapat berupa:
a. Limbah k1inis
• b. Limbah labolatorium
•
•
• 59
•
•
•
t
•
•
•
3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun,
Limbah jenis ini meliputi produk pembersih, diainfektan obat-obatan
•
sitotoksik dan senyawa radio aktif.
•
Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi penanganan
limbah cair dan limbah padat (sampah). Adapun teknik penanganan sampah
meliputi pemisahan, penanganan, penampungan sementara dan pembuangan
•
1, Limbah umum atau Sampah Rumah Tangga
•
Semua limbah yang tidak kontak dengan tubuh pasien umumnya dikenal
sebagai sampah non-rnedik, yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari
•
kegiatan di '"\lang tunggu pasien atau pengunjung, ruang administrasi dan
kebun. Sampah jenis ini meliputi sisa makanan, sisa pembungkus makanan,
•
plastik dan sisa pembungkus obat. Sampah jenis ini dapat langsung dibuang
melalui pelayanan pengelolaan sampah kota.
2. Limbah Klinis
Limbah klinis merupakan tanggung jawab rumah sakitj'sarana kesehatan
lain dan memerlukan perlakuan khusus. Karena berpotensi menularkan
penyakit, maka dikategorikan sebagai limbah berisiko tinggi. •
Llmbah kllnis antara lain:
o Darah atau cairan tubuh lainnya, material yang mengandung darah
kering seperti perban, kassa dan benda-benda dari kama.r bedah
o Sampah organik misalnyajaringan, potongan tubuh dan plasenta.
o Benda-benda tajam bekas pakai, misalnya jarum suntik, jarum jahit,
pisau bedah, tabung darah, pipet atau jenis gelas lainnya yang bersifat
infeksius (contoh, sediaan apus darah).
3. Llmbah laboratorlum
Setiap jenis limbah yang berasal dari labcratcrium dikelompokkan scbagai
limbah berisiko tinggi
60
•
•
•
•
•
o Gunakan wadah yang mudah dicuci, tidak mudah bocor, wadah dapat
dan jenis plastik atau yang paling baik logam galvanis sebab tidak
•
mudah bocor dan korosif.
o Dilengkapi dengan tutup, lebih baik jika tersedla wadah yang dilengkapi
dengan pedal pembuka.
t
o Tempatkan wadah limbah padat di tempatyang sesuai
•
a Kosongkan wadah setiap han atau saat 3/4 bagiannya audah penuh dan
jangan memungut limbah media tanpa menggunakan sarong tangan
o Cucilah wadah limbah medis den.gan larutan desinfektan dan bilas
dengan air setiap han atau lebih sering bila kelihatan kotoran/
kontaminan setelah dipakai
" Cucilah sarung tangan dan tangan setelah melakukan penanganan
limbah medis
Pembuaqan / Pemuanahan
Seluruh sampah yang dihasilkan pada akhltnya harus dilakukan
pembuangan atau pemusnahan. Sistem pemusnahan yang dianjurkan adalah
dengan pembakaran (insinerasi). Pembakaran dengan 81,1hu tinggi akan
membunuh mikroorganisme dan mengurangi volume sampah sampai 90%.
62
•
•
f
•
Paaar PenpIIWI
•
•
•
•
G1lmbu 14: Cart menlmbun aampah media
•
Apabila kecelakaan terjadi harus didokumentasikan dan dilaporkan kepada
atasan, kepada panitia Keseiamatan dan Kesehatan Kerja (K3)dan pada panitia
•
infeksi nosokomial secepatnya, sehingga dapat dilakukan tindakan seianjutnya.
imunisasi dapat dilakukan apabila tersedia, diberikan kepada semua staf yang
berisiko mendapat perlukaan karena benda tajam. Setelab terjadi kecelakaan
harus diberikan konseling.
•
Penatalak.anaan PaJanan
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum
•
auntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan
yang cermat dan tepat Berta efektif untuk mencegab semaksimal mungkin
terjadinya infeksi nosokomial yang tldak diinginkan. Yang terpenting dj sini
adalah segera mencucinya dengan sabun antiseptik, dan usahakan untuk
meminimalkan kuman yang masuk ke dalam aliran darah dengan menekan •
•
luka hingga darah keluar. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-
kumur dengan air beberapa kali, bila mengenai mata cucilah mata dengan air
•
mengalir (irigasi) atau garam fisiologis, atau bila percikan mengenai hidu.ng
bembuskan keluar hidung, dan bersihkan dengan air.
Tindakan pertama pads setiap pajanan adalah: eucl dengan air menCaUr
•
•
dan aabUD antUeptik
64 •
•
•
•
•
•
Status lnfelui
•
•
Tentukan status infelul sumber pajanan (bila belum diketahui]
" HbsAG Positif
•
e HCV positif
" HIV positif
•
" Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko yang linggi
alas ketiga infeksi di atas
e Jangan melakukan pemeriksaan [laboratorium) jarum bekas
Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan
•
e Pernahkan mendapat valcsinasi Hepatitis B
" Status serologi terhadap HBVbila pemah mendapatkan vaksin.
" Anti HCV dan ALT
" Antibody HIV
Langkah 3
•
Berlkan 'Profilakals Pa.ca P~anan (PPP) kepada terpajan yang bert.lko
tla.ggl mendapat InCelu1
• HBV - llhat tabel 12
•
•
e 8erikan PPP sesegera mungkin, terutama daJam 24 jam pertama
e PPP boleh diberikan juga kepada ibu hamU
•
• Hev· ppp tidak dianjurkan
• HIV
•
e Mulai PPP daJam beberapa jam seteJah pajanan berupa pemberian ARV
jangka pendek untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasea
pajanan.
e PPP merupakan bagian dari pelaksanaan paket Kewaspadaan Universal
•
yang merninimalkan risiko penularan dari bahan infeksius di tempat
kerja,
•
Pelakaanaan penanganan p~anan HIV d.l tempat kerja
• (informed consent).
Konseling tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV
•
e
serta menilai urutan pajanan yang mendahuluinya dengan cara penuh
perhatian dan tidak menghakimi.
o Perlu di buat laporan pajanan seperti yang telah di sebutkan pada
It
•
langkah I eli atas.
•
PembenaD Profilaluis Paaca P~anaDdeDgaD ARV
•
PPP di rnulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu 24
jam. Pengobatan kombinasi dianjurkan karena Iebih efektip daripada
•
sumber dan kemungkinan adanya resistensi silang dengan obat yang berbeda,
juga akan didasarkan atas tingkat keseriusan pajanan dan ketersediaan ARV.
•
Kombinasi dan dosis yang direkomendasi tanpa adanya resistensi terhadap
Zidovudinen (AZT) atau Lamivudine (3TC) pada pasien sumber adalah :.
•
• Lamividune 150 mg 2x per hari
•
hamill atau Nelfinavirs750 mg 3 x sehari
•
Sebaiknya pemberian ARV tersebut didasarkan pada protokol yang ada, dapat
juga disediakan satu "kit" yang berisi ARV yang direkomendasikan, atau
•
berdasar konsultasi dengan dokter ahli. Konsultasi dengan dokter ahli eangat
penting bila eli duga ada resistensi terhadap ARV.Penting sekali tersedia jumlah
•
ARVyang cukup untuk pernberian satu bulan penuh sejak awal pemberian PPP.
Pengobatan dianjurkan diberikan daJam jangka minimal 2 minggu dan paling
•
lama sampai 4 rninggu.
•
• 67
•
•
•
•
t
•
AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300 mg
•
•
3TC : 2 kali sehari @ ISO mg
'Indi-Van--ir-: 3-x-s-e-hari@800mgljamsebelumma.kanatau2jamsetelah
makan dan banyak minum, diet rendah lemah
•
•
[_ Nclfinavir : 3 kali schari @ 750 mg oral, bersama makanan atau snack
•• _. ~ Ket. : Mat tt($«}i(l di.!!ln~d!!..~
!!i.~ _j
Erell: Samping
Efek sam ping yang sering terjadi dengan pemberian ARV adalah mual dan
•
•
perasaaan book enak. Pengaruh lainnya kemungkinan sakit kepaJa, lelah,
mual, dan diare.
Langkah4 I
Laksanakan Tea (Laboratorium) Lanjutan dan berikan Konseling
Sarankan untuk segera memeriksakan kesehatannya setiap terjadi gejala
penyakit apapun selama tindak lanjut tersebut
•
~t.ra.&a-" :
• Or'.Q 161>9 _yd ".,.".h ~t ptJi; 8 tot." memllil<f k.keJMU. t~>«"p, <16. tkfitk pMJ
met>d.>P6(kM ~ ("sa P6jMMn (PPI')
~ Htpotltis 8 _ .. _
OosIs immlJfle VIobuIltlIfepilt/lJs 8: 0,0; ml/kQ /11_
$ ~.ng ~ «MIMI or61>9Yif19 _I kM/lr .fIIII>cd}' 1"fM1Ids • Y61>9<uk", c1I ddillm SMJm fYlilV .. If H8s >
10 mUlml); S«Mng non~ _ S«>taf19J'ifI9 ~.n _ kll~ pMIo pemberidn v_ f-'
.n/!body t_1I&sA9 ny. c 10 mU/mi
perlu dibM 2 dO$I$ H81G. Do5Is _m. _ i>/IJd"." dO. dO$I$ /fedIn pM. 1 /)<1"'" kem(!(//I.
68
•
•
•
•
•
•
•
• r - .-
•
;;
CD
. ~ ~ •
II
8. 8.
•
C .,'
J<
~Q. .Q.
~ lIQ. lIQ.
:z:: I-Q. I-Q.
j
:l..,
~
D
0.
..
~
0.
..e;".,
.. •
'"
•
J< J<
.c
""~.o
-II .. ~
..""
~
.
-;
•
i. c
".":el ""
c c ,~
E~
~III ~Q.
•
>
..'"
1= ~~ EQ.
...
01
::lQ. ::lQ.
'Q.
Q.Q.
l:
:::I Q.Q.
II.Q. Q.o..
Cl.Cl.
..
.Q.
~'o ::;.~
..
C 01 t~·o -2 ::s
I
I :;
1;"1"6'-
1':1 " 8.9.
C
•
I.e". ~~
1':1
i
• -
~3
i
.><"'1
.5~
.=:z::
l~l:!
1':1
o
.'
.lC
VI
~~1l
"'~
~j 11 11 ::I'
.
•
'" ~€~ ftI
•
1':1 ~ ~~ ~
• -
Cl.
1= § 8.f § 8.! "
ftI
t
!! _-... . e
Q.
C
VI
I ~
._c
ftI
•
.Jt :!::N .!
IV III .. 0 ftI
~ e,
e .! "
;: ~
• ..
C
0111 8. Q.
8. R: ftI
Q,.lC Q.
>1:11
-
Q. 0..
ftI
Cl. ~ '" y
c:i
I'll
::::I ~.., '"
Ii li j ::I
:It
_c ~i j
:z::j::
•
1 y go
ftI
::I II)
-i <.., '"
I
....
.., 0..
•
C
.." ...
IV
e
" !
e
"r
0
•
a,.lC j ! 0.. C
• 0.. ftI
e, >g' ~ I!
a, 0"
c 0..
•
C .0 xt= ~~ ~
tl .!!
- -E III
II
-~
"
.! :::I
.I
o
r Cl. '"
I
Cl. '"
:l
C
Q.
ftI
-
ftI
Cl.
.¥ • "
l!!
•
III C C
ftI
lD ..IC \..
... i'f
•
( I)
c
- ''i"' ! ~
Q.
c
• ..tIa
C '~ -III
•Q.
co
CD
e
!
._
ftI
GI ftI
.a C l!!
IV
01) :J
..
~ ftI
l-
·il! ~,
,
lJI: oJ Q.
'----"-' '-'-
•
~1 (/)
•
••
t
41
Tabel 14 ; Rejlmen ARVuntuk Profilakals Pascapajanan
.-.,/~
Rl!iko menengab (Kemungkinan ada Rejimen kombinnsi dua obat dasar, coetohnys: 41
Risiko terjadi infeksi) AZT 2 x 300 mg + 3TC 2 x 150 rng atau
41
d4T 2 x 400 mg + 3 TC 2 )( 150 mg
Atau
ddll x400 mg +d4T 41
Rlslko Iinggi Rejimen kombinasi 3 obat, contohnya:
CI
(Risiko lerjadi infeksi yang nyata, AZT/lTC + NNR TI (EPV I x 600 mg)2
misalnya pajanan dengan darah volume AZTI3TC NfV (3x750 mg) araa IDR (3 x 800 mg)
luka A2T/)TClIDV Ir
K.. "",,,,, :
I RejirntD P.P'Ppenu diKIuailcan dc:opn mmgunakaD abet yang tidak rcsisicn tcrbadap sumbcr paJIlNtQ (bib diketallui)
2 Ef.virem Jdrib. blik dari pacta NVP tapi tidak dii.qjurbn UnttIk pemn:puan bamil Telab di1apofbft 2 l:.t1nalian dati petups
kcscb.acan dcngan toksiw hati ),1IlI8 ICfbit dtnpn PPP YlAg l:'I!leogaDdungNVP. ~h brelJl itu ddl.1( diill\iurbn
70
•
It
•
It
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan penularan peoyakit melalui
udara, baik yang berupa bintik pereikan di udara (airborne droplet nuclei,
• ukuran 5 um. atou lebih kecin atau partikel debu yang berisi agcn infeksi.
•
Organisme yang ditularkan dengan cara ini dapat menyebar seeara luas
bersama dengan aliran udara.
Contoh penyaklt
•
a Cam pak
a Varisela (termasuk herpes zoster yang menyebar / diseminated)
o Tuberkulosis
•• Penempatan paalen :
Ternpatkan pasien pada tempat yang: (1) tekanan negatif yang terpantau, (2)
minimal pergantian udara enam kali setiap jam, dan (3) pembuangan udara
••
• keluar yang memadai. atau bila tidak terpasang pada ruang isolasi, gunakan
• Bila tidak ada tempat tersendiri, ternpatkan pasien dalam ruangan dengan
•
pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sarna tetapi tidak ada
infeksi lain.
•
It
Proteksi
Gunakan
respiresi
pelindung
diketahui atau diduga
:
pemapasan waktu masuk
mengidap tuberkulosis.
ke ruang
Jangan
pasien yang
masuk ruangan
•
pasien yang diketahui atau diduga menderita eampak atau varisela bagi
orang yang rentan terhadap infeksi tersebut.
•
It
Penganglrutan
Batasi pemindahan
pasien
atau pengangkutan pasieo hanya untuk hal-hal yang
•
penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien memang
diperlukan, hindari penyebaran droplet nukleus dengan memberi pasien
masker bedah.
•
Penularan Melalui Percikan ditujukan untuk pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui pereikan partikel besar.
Transmisi percikan terjadi bila partikel percikan yang besar (diameter >5 I'm)
dari orang yang terinfeksi rnengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau
konjungtiva mate orang yang reman.
It Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara, batuk, bersin
•
ataupun pada waktu pemeriksaan jalan napas seperti intubasi atau
bronkoskopi.
Transmisi melalui percikan besar berbeda dengan transmisi penularan
It melalui udara karena pada transrnisi percikan memerlukan kontak yang dekat
•
It 71
•
It
antara sumber don penerima, karena percikan besar tidak dapat bertahan lama
di udara dan hanya dapat berpindah dan dan ke ternpat yang dekat.
Contoh penyakit :
I. H. influenzae invasif tipe B, tenn.asuk meningitis, pneumonia dan sepsis
2. N. meningitidis invasif, tennasuk meningitis, pneumonia dan sepsis
3. S. pneumoniae invasif multidtug resisten, tennasuk meningitis,
pneumonia, sinusitis, dan otitis media.
4. Bakteri infcksi saluran nafas lain dengan transmisi droplet:
a. Diphtheria (faringeal)
b. Mycoplasma pneumoniae
c. Pertusis
d. Pneumoniae plague
e. Streptococcal pharyngitis, pneumonia, atau scarlet fever pada bayi dan
anak
5. Infeksi virus serius dengan trasmisi percikan, termasuk
a. Adenovirus
b. Influenzae
c. Mumps
d. Parvovirus 819
•
e. Rubella
Penempatan pa.ien :
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
aktif organisme yang sarna dan tidak ada infeks! lain. Bila tidak ada kamar
tersendiri, tempatkan dalam ruangan aecara kohort, dan bila ruang untuk
kohort tidak mernungkinkan, buatlah jarak pemisah minimal )m antara
pasien terinfeksi dengan pasien lain dan pengunjung.
PemakpJ.n maeker :
Pakailah masker N95 bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 1m dan
pasien. .
Transport pa.ien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan mendesak.
Bila terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker bedah untuk pasien.
72
•
•
•
•
Pasien harus ditempatkan di ruang tersendiri bila mungkin. Bila tidak
tersedia, dapat di bangsal umum dengan pasien sejenis.
•
dibuka sebelum meninggalkan ruangan dan kernudian hams cuci tangan
dengan bahan pencuci antiseptik.
•
Gaun pelindung yang bersib dan nonsteril hams dipakai bila diduga terjadi
kontak yang cukup rapat dengan pasien, bila pasien tidak dapat menahan
buang air besar (inkontinensia) atau bila ada luka basah yang tidak dapat
ditahan dengan pembalut. Gaun pelindung harus dilepas sebelum
•
meninggalkan ruangan.
Contoh penyakit :
I. lnfeksi gastrointestinal, respirasi, kulit atau luka atau kolonisasi bakteri
•
yang multidrug resistant sesuai pedoman program pemberantasan.
•
2. lnfeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau berkepanjangan
termasuk:
• a. Clostridium difficile
•
b. Enterohemorrhagic E. Coli, Shigella, hepatitis A, atau rota virus pada
pasien inkontinensla.
3. RSV. virus parainfluenza, atau infeksi enteroviral pada bay; dan anak-
anak
•
b. Herpes simpleks (neonatus atau mukokutaneus)
c. Impetigo
•
d. Abseil besar, selulitis atau dekubitus
e. Pedikulosis
f. Skabies
g. Staphylococcal furunculosis pada bayi dan anak-anak
•
6. Viral hemorrhagic fever (demam Lassa atau virus Marburg)
•
Penempatan paalen
Tempatkan pada kamar tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
aktif organisme yang sarna dan tanpa infeksi lain. Bila kamar tersendiri tidak
tersedia, tempatkan dalam ruangan seeara kohort.
•
•
• 73
•
•
•
Sarung tangan dan cud tangan :
Pakailah sarung tangan waktu masuk dan selama dalam ruang pasien.
Lepas kembali waktu akan meninggalkan ruangan, cud dan gosok tangan
•
dengan bah an anti septik. Setelah mcmbuka sarung tangan dan cuci langan,
usahakan agar tangan tidak menyentuh permukaan atau barang apapun yang
bcrpotensi terkoruaminasi.
Tramport paaten :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang penting. Bila
terpaksa harus memindahkan keluar karnar, usahakan tetap melaksanakan
kewaspadaan dengan mengenakan alat pelindung.
Parawatan lingkungan :
Usahakan agar alat perawatan pasien, peralatan di sekitar tempat tidur
pasien dan permukaan lain yang sering tersentuh dibersihkan setiap han.
•
dibersihkan dan didisinfeksi sebelum dipakai untuk satu atau sekelompok
pasien lain.
74
•
•
•
•
•
4. Kewaspadaan Universal Dengan Sa.rana Terbata.s
•
Sarana kesehatan yang memiliki surnber daya terbatas, biasanya tidak
merniliki sarana cuci tangan, alat pelindung, alat kesehatan, tempat sampah
•
dan ruangan isolasi yang memadai. Hal ini sering menghabiskan banyak
surnber daya unruk tindakan pengendalian infeksi yang tidak efektif seperti
•
desinfeksi udara dengan menggunakan sinar ultraviolet, pengambilan sampel
udara bulanan, penyernprotan (fogging) ruang-ruang Isotasi dengan
•
formaldehida, pernakaian masker dan topi yang berlebihan di ruang perawatan
umum, penggunaan desmfektan dan antibiotik yang berlebihan. Dianjurltan
•
untuk tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif tersebut dan menitik
beratkan pada upaya perbaikan sarana cuci tangan, dengan deterjen carr dan
•
lap kertas atau kain lap kecil-kecil sekali pakai kemudian dicuci ulang. Para.
praktisi DALIN sebaiknya mengubah konsep yang lebih masuk aka! sehingga
•
sumber daya dapat digunakan dengan lebih efcktif dan efisien.
•
4.1 Pengendalian Kontak Pernapaslln, Langsung Dan Tak
Langsung
• Merujuk pada Bab 3.2 yang menjelaskan pentingnya ruang isolasi untuk
•
pelaksanaan pengendalian kontak pernatasan langsung dan tak langsung, make
apabila sarana isolasi ini lidak memadai, ada beberapa petunjuk pokok yang
haru s diinga I :
•
•
Untuk mcngendalikan kontak pernapasan :
1 TempaLkan pasien dl ruang rerpisah atau scjauh mungkul dan pasien
•
lamnya.
2. Pakailah masker atau kain penutup hidung dan rnulut bila berdekatan
•
dengan pas len ,
•
3, Buanglah sputum sesuai Bab 3
4. Instruksikan pada pasien untuk menutup mulut saar batuk.
•
I. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2, Luka harus selalu tertutup
•
sesuai dengan prosedur di Bab 3 di atas.
4, Buanglah pembalut, cairan tubuh dengan cara yang arnan, yaitu sebagai
•
sampah medis,
•
•
•
•
• 75
•
•
•
~
•
•
•
•
Untulr; monlondaUk,n kol1tak tak langsung :
I. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dcngan pasien
2. Cud semua
dekontaminasi.
alat dan linen dengan baik dengan melalui proses
•
3. Jauhkan benda-benda yang berhubungan dengan pasien isalasi dari pasien-
•
•
pasien lain
•
4. Untuk mengendalikan kontak mel~ui vector
o Pakailah keJambu atau kawat nyamuk untuk kamar pasien
o Cegah adanya air tergenang dan air bersih pada alat-alat rumah tangga
yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk vektor malaria dan
vektor demam berdarah Dengue di seluruh sarana kesehatan.
76
•
•
•
•
•
Tabel 1S : Pillhan Kewaapadaan Khuaua Sebelum Diapoaia Paati Ditegaakan
•
•
Dlare
Ent6,Opatogen
" Diare akut. dengan kemungklnan Infe1<spiada PenUlaran melatui
•
paslen yang memakai popok atau penderlta kontak
Inkontinensia
• " Dalre pad. orang dewasa yang baru saja OostIfdium difficJ/e Penularan melalui
•
menggunakan antiblotfk kontak
Menl"llitis Neisseria meningitkJis Penularan melalul
•
perdkan
•
Ruam atau eksantem pada umumnya,
penyebab Udak dlketabul
0 Petekial/ekimosis dengan demam NeIsseria meningitldis PeIluiarall melalul
Perclkan
" Vesikuiar Varisela Penularan melalul Udara
dan kontak
•
udara
Intteksl pemapesan
•
e Batuk, demam, Infillra! lobus atas paru pada Myco/Jactetium Penularan meIalui
paslen HIV-senonegatif (paslen dengan fisiko tubercu!csis udara
•
rendah HIV)
•
" Batuk, demam, Infiltrat di senua baglan paru MyrobacJeriilm Penularan melalul
pada paslen tennrekS HIV (paslen clengan /vberctJJosis udara
•
rislko tinggl HIV)
" Batuk paroksismal·atau batuk parah yang terus 8cfrIeleUa perWsls PeIluwan melalui
•
menerus selama pertusis aktif udara
" InfeksI saluran naf es, tenutama bronklliolitis Rf!!;/J/faloty syndlialj Penularan Udara
•
dan coop pada bayl dan anak ke.iI viNS paralnnU806a
•
Ri.iko ad.nya mlkroorganl .... e yang kebal
terhadap barbagal obat
•
" pemah terinfeksi atau ter1<olonlsasloleh Baktert resiSten Penularan.melalul
organlsme yang kebal terhadap berbagal oba! kontak
• " InFeksIkull~ luka atau saluran kemlll pada Bakteri reslsten Penularan melalul
pasien yang baru dJrawal di rumah sakit yang
•
kontak
pemall dijumpal organlsme kebal obat
•
• Intelaii kulit alau lula! Sf4phrfrx:rx:r:vs
Abses atau luka yang terbuka 8IJ<I!US, group A
0
PeIlularan
•
slreptoctx;t;vs melalul kO<\tak
•
•
• 77
•
•
•
•
•
•
•
5. Pengaturan dan Tata Ruang
•
5.1 Sistem Ventilasi
•
Mikroorganisme yang ada di udara merupakan salah satu ;umber infeksi
•
•
nosokomial, misalnya Mycobacterium tuberculosis, Aspergilus sPP. virus campak
dan varisela, Sistem ventilasi yang dibutuhkan tcrgantung dan keadaan pasien
•
yang dirawat dan kualitas udara disekitar ruangan.
•
•
Faktor yang rnempengaruhi infeksi nosokomial terutarna pasien, sumber
daya manusia, Iingkungan dan prosedur pcnanganan pasien. Walaupun
ventilasi di ICU sulit dievaluasi, kebanyakan institusi
•
pengaruh menerapkan
aistern ventilasi, paling tidak menggunakan AC.
•
Tidak ada standar untuk sistem venblasi di ICU, tetapi untuk resirkulasi
udara dan pengadaan 100% udara segar ke dalam ruangan memakan banyak
•
biaya karena harus menggunakan filter HEPA (high-efficiency particulate air).
•
Meskipun 100% udara segar ke dalam ruangan memakan banyak biaya.
Demikian juga dengan resirkulasi udara, karena itu digunakan filter HEPA.
Filter HEPA adalah suatu filter yang dapat menghambat 99,97% partikel
•
•
dioktil phtalat yang dihembuskan dengan cara erosol berdiameter 0.3 1J1ll.
penggantian udara minimal 6 kali dalam satu jam juga menjamin udara bersih
•
dan partikel.
Ruang Isolaal
Tekanan
tekanan negatif diperlukan
virus campak dan varisela.
untuk pasien
•
sekitar 15% atau 50 feet3/min. udara dari ruangan langsung dialirkan keluar.
Resirkulasi boleh dilakukan tetapi perlu filter HEPA sebelum masuk kembali ke
ruangan. Paling eedikit 6 kali pergantian udara per jam. Kebanyakan rumah
sakit mengganti udara sebanyak 12 kali per jam di ruang Isolasi, Tetapi setelah
12-15 kali penggantian tidak ada perbedaan terhadap kualitas udara.
f
78
4
•
•
•
•
•
Kegagalan dalam memelihara sistem keseimbangan udara akan
meningkatkan debu pada filter sehingga menghambat aJiran udara dan fungsi
•
exhaust berkurang, akibatnya sistem tekanan udara jadi positif.
•
Filter harus diganti dengan hati-hati tanpa menyebarkan sumber infeksi.
Filter jenis baru lebih cocok karena bisa diangkat semuanya. Manometer harus
•
berfungsi baik agar tahu kapan filter perlu diganti. Selain itu kipas, kumparan
pendingin dan kondensator harus mudah dibersihkan dan diperbaiki.
•
bila sistem tidak berfungsi atau sedang dalarn pemeliharaan. Pemeliharaan
harus diatur dengan baik supaya keamanan pasien maupun petugas terjaga.
•
tekanan negatif bagi penderita tuberkulosis paru jangan gunakan AC, tetapi
pasien dirawat daJam ruangan dengan udara yang masuk dan jendela.
• Jika tidak tersedia ruang bertekanan negatif, maka dapat digunakan kamar
•
dengan satu tempat tidur atau ruangan bersama yang diisi pasien yang
mengidap penyakit sejenis. Ruangan tersebut bisa menggunakan AC. DaJamhal
ini penting diperhatikan adalah : pemakaian sarong tangan dan masker.
•
•
Bagian Onkologl
• seluruh dindingnya diberi filter HEPA. Ruangan seperti itu biasanya mendapat
pergantian udara 100 kali perjam, sehingga ruangan nyaman dan tidak bising.
•
sebanyak 15 kaJi perjam dalam ruangan tertutup dan menggunakan filter
HEPA, tekanan positif dan mengalirkan udara langsung ke koridor keluar.
Penyebar udara harus diletakan pada langit-langit dan mengarah langsung
• kebawah.
•
•
Organisme yang menyebarkan infeksi pada saat operasi biasanya berasal
dari pasietl itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi adalah umur, kondisi luka,
•
teknik bedah, panjangnya sayatan, lamanya prosedur operasi, keadaan nutrisi
pasien dan penyakit diabetes.
•
prosedur yang tepat, seperti cuci tangan, pemakaian masker, sarung tangan
steril, gaun, topi dan sistern ventilasi yang baik. Desain ruang operasi harus
•
menjarnin terjaganya sterilitas ruang operasi.
•
A1iranudara harus selalu berasal dan ruangan yang bersih ke ruangan yang
kurang bersih. Sistem ventilasi dan pengatur udara (AC)harus terjamin dan
•
menciptakan kondisi udara yang nyaman bagi pasien, dokter dan staf.
•
• 79
•
•
•
•
•
Masuknya udara melalui diffuser (alat penyebar) pada ruangan. dan melalur
. exhaust yang berada di dinding, tepat di atas lantai, udara keluar, sistim
ventilasi harus mencakup persyaratan bcrikut :
e Temperatur berkisar antara 20 - 24' C
c Kelembaban udara antara 50 - 60%
o Tekanan udara dijaga agar tetap POSilif
•
c Alat yang menunjukkan tekanan udara dalarn ruangan. Seluruh
dinding, langit-langit maupun lantai benar-benar tertutup agar
•
tekanan udara tetap terjaga.
Ada indikator kelembaban dan termometer yang mudab dilihat
•
e
•
bedab onopaedi
a Suplai udara dari langit-langit disirkulasikan melaJui exhaust yang
letaknya paling tidak 75mm diatas lantai, Tipe diffuser sebaiknya
tipe satu arah. Hindari langit-langit dengan high induction atau
diffuser pada bagian dinding.
•
o Minimal udara diganti sebanyak 15 kaJi perjam untuk sistem udara
bersih 100%. Dan 25 kali perjam untuk sistem udara airkutasi.
a Kecepatan udara 0,1 - 0,3 mjdetik.
•
a Tekanan positif pada area disekrtarnya.
•
Pemeliharaan rutin sangat penting unruk menghindari kesalahan dalam
sistem ventilasi, Akumulasi debu pada filter menyebabkan udara tidak
•
seimbang, dan menurunkan kemampuan mengeluarkan udara, Hal ini bisa
merubah keseimbangan udara yang negatif menjadi positif.
Filter, kecepatan udara dan lain-lain harus selalu dipantau sccars rutin.
•
Harus telah disiapkan suatu rencana baku apabila sewaktu-waktu slstern tidak
berlungsi. misaJriya dlalapkan atat cadangan portabLe atau tnenghehtilUln
•
semen tara kegiatan merawat pasien sarnpai slstem berfungsi kembali.
•
Seluruh perneliharaan, perbaikan, konstruksi dan renovasi harus
dikoordinasikan untuk menjarnln terlaksananya standar perJindungan
kesehatan untuk pasien maupun personil rumah sakit
•
dapat mencan orang yang menjadi sumber penyebar organisme patologrs Oleh
karena itu lebih baik melakukan pengawasan dan pengendahan sebatas
•
kemungkinan jumlah orang yang melakukan kontak saru dengan yang Jam
dalam rumah sakit,
80
•
•
•
•
•
•
•
•
Oi lingkungan rumah sakit harus diadakan batas dan pernisahan antara
tempat yang bersih dan yang terkontaminasi. Panitia Infeksi Nosokomial harus
rnembuat pedoman ten tang pengawasan lalu-lintas orang. Harus dikembangkan
kebijakan yang mengatur lalulintas di rumah sakit. Jika peraturan ini dipatuhi
•
dengan ketal akan dapat membantu pengendallian penyebaran infeksi.
Pengunjung/tamu yang minum tidak memakai gelas pasien, tidak meletakan
•
pakaian diatas ternpat tidur pasien. atau duduk diatasnya karen a dapat
menularkan mikroorganisme dari luar rumah sakit kepada pasien. Perilaku
•
.semacarn ini sebaiknya ditegur dengan sopan tetapi tegas oleh petugas.
•
Peraturan Umum bagi Pengunjung/Tamu
•
Dalam mengembangkan kebijakan bagi para tamu/pengunjung, perlu
memperhatikan catatan dibawah ini:
•
tindakan pencegahan yang baik. Kebijakan harus menentukan bahwa
jurnlah pengunjung untuk setiap tamu pada waktu bersamaan tidak boleh
•
lebih dari dua atau tiga tamu, namun perlu pula mempertimbangkan
keaneka-ragaman budaya pada daerah tertentu di negara ini.
•
ruang atau unit perawatan. .
3. Waktu berkunjung sebaiknya dibatasi sesuai dengan ketentuan tentangjam
•
dan lama kunjungan yang diatur oleh masing-masing rumah sakit supaya
tidak mengganggu perawatan rutin dan gawat darurat terhadap pasien.
• 4. Untuk pasien tertentu dan unit- tertentu, jam kunjungan dapat berbeda
•
menurut dokter jaga atau sifat unltnya.
•
Ketentuan Tambahan Untuk Para Tamu
•
1. Sebaiknya para tamu mematuhi peraturan yang 'ditetapkan oleh rumah
sakit.
•
! 2. Sebaiknya para tamu dilarang merokok kecuali di luar rumah sakit.
•
3. Tidak dibenarkan seorang tamu duduk, apalagi merebahkan diri diatas
tempat tidur pasien, atau berkerumun di tempat perawatan pasien.
•
4. Tamu tidak dibenarkan membawa makanan atau minuman, kecuali bila
memang dianjurkan
• 5. Tarnu tidak dibenarkan rneletakan jaket, buku atau barang milik pribadi
•
lainnya di atas tempat tidur pasien
i 6. Perlengkapan pasien seperti gelas minum, tidak dibenarkan untuk dipakai
•
oleh tamu
•
7. Sedapat mungkin, tersedia toilet yang terpisah bagi pengunjung sehingga
tidak menggunakan toilet pasien.
•
•
• 81
•
It
•
•
•
•
- •
Te.mpat-Tempat Yang Tic1ak Boleh Di.kunjungi Tamu
•
harus
Pada tempat-tempat
dibatasi
jagajbertugas
dimana dilakukan perawatan
seminimaJ mungkin, dan harus
tertentu pengunjung
berdasarkan IJm dokter
atau perawat yang sedang bertugas. Ruang tersebut d.a.:
•
I. Ruang rawat intensif (ICU)
2. Unit terapi kimiawi kanker, unit luka baka&.-unit transportasi dan kamar
•
•
bedah/ operasi.
Orang yang tidak terkait langsung dengan tugas operasi tidak diijinkan
•
masuk kamar operasi. Juga kunjunge.n mendadak oleh petugas ahli rumah
sakit harus dilarang, kecuali ditempat pengamatanj observasi yang lerpisah
dari ruang operasi dengan dinding kaca. Demikian juga Kunjungan oleh
mereka yang tidak terlibat daJam perawatan pasien ke ruang pemulihan.
4. Ruang bayi biasanya hanya boleh dikunjungi oleh orang tua dari 8i bayi,
dan itupun bila bayi tidak dapat dibawa keluar dari ruang perawatan.
•
Kedua orang tua harus melakukan cud tangan yang seksama dan
mengenakan gaun pelindung yang disediakan khusus untuk itu sebelum
•
•
menyentuh bayi. Sedangkan tamu lalnnya hanya diperbolehkan untuk
•
melihat bayi lewat jendela.
5. Unit perawatan pasca persalinan dan ruang perawatan bayi biasanya hanya
boleh dikunjungi oleh keluarga dekat pasien, misalnya suami, orang tua dan
keluarga dekat lainnya. Perhatian 'khusus harus diberikan apabila sang bayi
sekarnar dengan ibunya. Ketentuan lain yang barns diperhatikan oleh
pengunjung ruang bersalin dan tempat perawatan bayi adaJah:
6. Pasien anak biasanya boleh dilrunjungi oleh kedua orang tuanya tanpa
banyak larangan dan pembatasan. Tetapi saudara sekandung atau anak
lain dibawah umur 12 tidak diijinkan. Bila terpaksa, maka harus dibawah
•
•
pengawasan petugas.
•
82
•
•
•
•
•
6. Kewaspadaan Universal di Unit Tertentu
•
a
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
•
Oleh sebab itu semua pasien harus dianggap berpotensi untuk menularkan
infeksi sehingga perlu diambil langkah pencegahan yang memadai. Sebaiknya
•
semua petugas yang karena tugasnya kemungkinan berkontak dengan darah
atau cairan tubuh harus mendapatkan imunisasi hepatitis B hingga mencapai
•
ambang titer antibodi yang memiliki daya lindung optimal.
•
insersi suatu instrumen atau benda asing ke dalam jaringan, rongga atau organ
tubuh, an tara lain prosedur pernbedahan, prosedur intravenaj arterial, dialisis
•
ginjal, persalinan normal dan bedah sesar, aborsi atau prosedur obstetrik lainya
yang memungkinkan perdarahan,
•
mengantisipasi percikan darah. Tindakan dikerjakan secara legeartis untuk
menyediakan dan mempertahankan Jingkungan yang asepsis.
•
sebagai bahan Infeksius
KetentUan Umum
•
c Oilarang makan, minum dan merokok di dalam kamar bedah
o Tangan: dilarang memakai cincin, jam tangan, gelang, kuku selalu
•
pendek dan bersih dan tanpa cat kuku
•
o Rambut panjang harus diikat dan ditutupi
o Cuci tangan sebelum bekerja, sebelum memakai sarung tangan, setelah
•
membuka sarong tangan dan sebelum keluar ruangan
o OiJarang bekerja bila menderita luka terbuka pacta kullt tangan dan
• lengan bawah,
diperkenankan
luke harus diobati sampai sembuh sebelum
bekerja. Luke lecet ringan harus ditutupi dengan plester
•
kedap air.
•
• 83
•
•
•
•
•
•
•
a Sunglrup muka, gudel airway yang dipakai untuk anestesi umum harus
didekontaminasi dengan meredam dalam larutan chlorine sebelum
dicuci untuk kemudian didisinfeksi dengan merendam dalam larutan
glutaraldehida selama . J 5 menit. Sebelum digunakan biJaslah dahulu
•
dengan air bersih (air matang) untuk mencegah iritasi.·
e Gagang laringoskop dibungkus dan bunglrusnya dicuci- dengan larutan
deterjen sebelum digunakan lagi pada pasien lain. Pisau laringoskop
•
didekontaminasi sebelum dicuci dan disinfeksi dengan larutan
glutaraldehida. Bilas dengan air bersih (air matang) sebelum digunakan,
a Pips endotrakheal atau alat lain yang digunakan pada lapisan mukosa
pasien sebaiknya digunakan sekaJi pakai atau dibuang setelah dipakai,
namun bila akan dipakai ulang hams melaJui proses pengelolaan yang
balk meJiputi dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi tingkat tinggi
dengan g1utaraJdehida atau disterilkan dengan otoklaf sebelum dipakai
lagi.
•
a Pips bergelombang
dekontaminasi
(non klngking) harus selaJu
dan didisinfeksi setiap ganti pasien
tercernar darah atau cairan tubuh lainnya.
diganti atau di
atau setiap kali •
•
a Internal circuit pada mesin aneeteei juga harus selalu dibersihkan
secara berkala,
hralapaa L1aeJruncu Kamar Bodah
•
•
a Kamar bedah, dirancang sedemikian rupa agar kemungkinan
kontaminasi dapat diperkecil yaltu:
Arus IaJU lintas diatur
•
•
Jumlah petugas dibatasi
•
Aliran udara diatur
a Dilarang menaruh barang pribadil milik pasien di dalam kamar bedah
" . Tumpahan bahanjcalTan harus
a
kembali dengan disinfektan
Sampah medis yaitu darah,
segera didekontaminasi
cairan tubuh
dan dibersihkan
•
•
84
•
•
•
•
• Pembagian Oaerah Sekil:ar Kamar Operasl
•..
dalam proses terse but. Daerah sekitar karnar operas; terbagi dalam
Daerah Publik
• Daerah ini misalnya : ruang tunggu, koridor, serarnbi depan kompleks kamar
• Daerah yang boleh dikunjungi oleh semua orang, tanpa ada syarat khusus.
operasi.
•
Oaerah Seml-Publik
Daerah yang hanya boleh dimasuki oleh orang tertentu, yaitu para petugas
it (biasanya tertulis: Dilarang Masuk Selain Petugas), dan sudah ada pembatas
•
temang jerus pakaian yang dipakai para petugas. Dacrah ini sudah berada
dalam tanggung jawab petugas khusus karnar operasi yang rnengawasi lalu
•
lintas orang yang rnemasr.kinya.
•
Daerah Aseptik
•
Daerah kamar bedah itu sendiri, yang hanya boleh dimasuki oleh orang-
orang yang berhubungan langsung dengan kegiatan pembedahan saat itu.
•
Daerah ini harus dijaga kesterilannya. Daerah in; sermg juga. disebut daerah
• high aseptic' atau daerah lebih aseptik, yaitu lapangan operasi itu sendiri.
•
pembedahan.
•
2. Daerah Aseptik-l yaitu daerah tempat digunakannya gaun operasi, daerah
tempat duk/kain steril, tempat instrumen dan tempat para perawat
insrrumen mengarur dan mernpersiapkan alat,
•
daerah sekitar ahli anastesi.
•
•
•
t
•
•
• 85
•
•
41
41
•
41
Lingkungan rumah sakit
Aseptik-l
•
Aseptik-O
•
Aseptlk-2
•
•
•
•
•
Gambar liS: Skema Duar Pemb-.Ian Daerah Seldtar Opera.'
•
PemeUharaan lramar bedah uepUk
•
o Tim operator harus menaruh perbatlan khusus atas peme1iharaan
lingkungan aseptik kamar bedah, tempat penampungan atau peletakan
•
benda-benda tereemar sedemikian rupa sebingga tidak berceceran dan
tidak mencemari lingJcungan, terutama sehubungan dengan
•
o
pembuangan dan penanganan benda-bend a yang tercemar darahjcairan
tubuh pasien, sepe-rti: semuajenis kasa bekas darah.
Sarung tangan bekas pakai harus langsung ditempatkan dalam wadah
•
penampung sampah medis yang tersedia dengan kantung plastik wama
kuning.
o A1at kesehatan bekas pakai harus dipilah-pilah dengan hati-hati untuk
didekontaminasi sebelum diproses lebih lanjut.
a Linen bekas pakai dilepas dan langsung dilrumpulkan daJam wadah
kedap air (ember besar) yang dilapisi kantong plastik, tutup dengan erat
dan segera dibawa keluar kamar bedah ke binatu untuk mendapatkan
penanganan layaknya linen tercernar.
a Bila diantisipasi ada Iimpahan darahycairan tubuh dalam jumlah
banyak ataupun sedikit, misalnya pada bedah sesar, bedah urologi,
bedah syaraf, maka harus dilakukan persiapan khusus sebelumnya
dengan menyediakan tempst penampungan sedemikian rupa sehingga
cairan tidak melimpah ke lantai kamar bedah tapi !angsung tertampung
daIam wadah tersebut yang telah diisi pula dengan cairan disinfektan
bila dianggap perlu.
86
•
•
•
•
• Pemeliha.raan perabotan dan alat
•
e Meja dan kursi pasien dsb, ditutup dengan plastik dan harus selalu
dilap dengan sabun dan air setiap ganti pasien
•
e Peralatan tidak boleh dipegang dengan sarung tangan yang juga dipakai
untuk melaksanakan rindakan invasif
•
lirnbah.
•
Meja bedah
" MeJa bedah harus selalu dalam keadaan rapi dan bersih
•
dipakai (natrium hipoklorit 0,05% atau larutan hidrogen peroksida 3%)
e Ceeeran darah atau eairan tubuh bila hanya scdikit di siram dulu
•
dengan larutan natrium hipoklorit 0.5% sampai 0.05% dan diamkan
selarna 10 menit. baru kemudian dibersihkan dan bilas dengan air biasa
•
dan sabun hlngga seluruh cairan klorin terangkat,
•
" Untuk tumpahan damh/cairan tubuh yang agak banyak diserap dulu
dengan kertas koran dan diperlakukan sebagai sampah medis,
kemudian lakukan disinfeksi seperti di atas dan cuci seluruh ruangan
• D Pada akhir kegiatan setlap han seluruh ruangan dan lantai harus
•
drbersrnkandengan air dan sabun
•
Pemantauan mikrobioiol'ii
" Lakukan biakan secara berkala dari usap setiap perrnukaan yang
• Korldor
•
bedah. terhubung dengan semua bagian dikomplek karnar operasi.
Sampah medis dari karnar bedah, linen dan benda kotor lain
dari kamar terse but. Koridor
•
dikeluarkan bedah melalui koridor
biasanya menunju pada serambi alat steril. Oleh karena itu daerob
•
tersebut harus pula dijaga konctisi aseptiknya. Petugas pengguna koridor
rersebut harus memakai gaun pelindung khusus yang ctipakai di daerah
•
kamar operasi dan ridak boleh dlpakai keluar, mereka udak boleh
•
kamar harus tertutup, mengeluarkan
dan ruangan bedah. Exhaust fan di korrdor kotor hams bekerja
.cpllnjllllR hari.
•
•
•
• 87
•
•
•
•
•
•
Pemel1haraan kamer bedah aeptik (bedah kotor) •
Bedah kotor dilaksanakan di ruang bedah lain yaitu khusus
kotor (bedah sepstik). Yang dianggap kasus septik misalnya.:
untuk bedah
•
a
a
Kasus yang bemanah
Kasus untuk debridement
•
a Kasus non elektif
•
•
a Ben alas atau tutup pada meja bedah dan sandaran tangan dcngan
pelapis plastik yang sesudahnya dibuang aebagai sampah medis setelah
pembedahan selesai.
•
a Sediakan wadab yang cukup untuk menampung semua benda kotor dari
kamar bedah tersebut
•
membantu mengeluarkan dan mengambil peraiatan tambahan yang
dibutuhkan.
o Setelah tindakan bedab usa! perawat tetap tinggal di kamar bedah
dengan tetap mengenakan sarung tangan dan memaetikan bahwa
semua benda kotor telah dikumpulkan dengan hati-hatl dan ditangani
dengan balk.
•
•
•
88
•
•..
..
..
Peralapan Pasien
a.
e. Sesudah
Pencukuran
operas;
daerah operasi
..
c Pencukuran di lakukan
sebelum operasi
pada han operasi, yaitu kurang dan 8 jam
..
" Bahan: gunting yang
kecil, handuk
tajam, sabun antiseptik, air hangar, waskom
..
c Cuci tangan, keringkan
..
e
c
Buka daerah yang akan dicukur,
kain untuk menjaga privasi
Basahi dan buat busa pada daerah
tutupi bagian
•..
o Bilas kulit
c Keringkan dengan handuk
c Taruh dan bereskan kembaJi alat ketempatnya setelah
didekontaminasi dan disenfeksi seperlunya
e Disinfeksi kulit:
c
e
Usap daerah operasi dengan larutau betadin
Bersihkan lagi dengan larutan alkohol 70%
.
b. Pembuatan
e
lapangan atcril
Pasang kain steril diatas permukaan yang rata (meja dlL) ..
"
c
A1at steril diletakkan di atas kain oleh petugas tidak steril
Petugas steril menyusun alat
..
c Pasang kain steril di sekeliling lapangan pembedahan luka atau
tempat tindakan invasif
c. Prosedur pembedahan
c Petugas yang melakukan tindakan invasif termasuk menyuntik,
memasang infus, pipa endotrakeal harus memakai sarung tangan
steril
90
..
•
•
•
6.2 Unit Kamar Bers.alin •
•
Secara umum tindakan di kamar bersalin harus mengacu pada kamar
bedah karena kemungkinan kontak dcngan darah dan cairan tubuh sama besar
di kedua tempat tersebut. Setiap spesimen darah dan cairan tubuh harus
mendapat perlakuan sebagai bahan infeksius.
•
dan minimal satu kali sehari dibersihkan dengan deterjen dan air yang
cukup.
a Setiap ada percikan atau tumpahan darah sedikit atau banyak harus
segera didekontaminasi dengan larutan klorin 0.5% selama 10 menit, •
•
lalu dilap bingga kering dan dipel kembali dengan deterjen dan air.
a Lingkungan dijaga selalu dalam keadal!-" bersihjdari debu.
a Setiap hari tempat tidur dUap dengan larutan klorin 0.05% dan dibilas
dengan air.
o Linen dijaga selalu bersih untuk setiap pasien, diganti bila tampak kotor
atau ganti pasien.
Cara kerja hlglenia eli kamar beraalln
Dilarang makan, minum dan mcrokok di dalam kamar bersalin •
••
o
•
D Cuci tangan sebelum bekerja, sebelum memakai sarong tangan, setelah
membuka sarung tangan dan sebelum keluar ruangan
D Selalu memakai alat pelindung berupa sarung tangan steril, masker,
kaeamata dan gaun pelindung pacta saat menangani persalinan atau
tindakan lain
•
D Penggunaan alat tajam misalnya skalpel, jarum, gunting dilakukan
dengan posisi bagian runcing alat menjauhi tubuh petugas
" Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit. Luka harus
diobati sampai sembuh sebelum diperkenankan bekerja. Luka tergores
•
ringan hams ditutupi dengan plester kedap air.
Petugaa
D Patuh menerapkan kewaspadaan universal.
a Cuei tangan sebelum dan sesudah me1akukan tindakan.
a Petugas yang menderita luka terbuka atau lesi terbuka pada kulit tidak
•
boleh melakukan tirrdakan invasif kepada pasien.
92
•
•
•
•
•
6.3 Ruang Rawat Intensif
Desaln Ruangan
•
•
" Ruang antara tempat tidur harus cukup longgar untuk menernpatkan
pasien dan mudah untuk rnencapai peralatan
•
4 kali sehari.
e Aturan umum yang harus diikuti oleh semua petugas:
Cuci tangan: masalah cud tangan perlu ditekankan t
Kewaspadaan universal: harus dipatuhi oleh semua petugas selama
merawat pasien dan menangani sediaan laboratorium. Memakai
gaun pelindung plastik dan sarung tangan untuk setiap tindakan.
•
•
Ganti dan buang segera sarung tangan untuk setiap pasien.
Gunakan selalu sarung tangan setiap kali kontak pasien. Selalu
•
pakai masker setiap kali memeriksa pasien dengan diagnosis yang
belum pastL
•
setelah dipakai oleh pasien.
•
c Untuk tindakan yang dilakukan di ternpat (tidur) alat kesehatan yang
cukup diletakkan di atas kereta dorong (troli).
D Apabila ada sarana hemodialisis di ruang rawat intensif maka sebelum
mengisi tanki
tutupnya
air untuk
tertutup rapat
keperluan
serta
hemodialisis,
pastikan bahwa
pastikan
tankinya
didisinfeksi dengan baik dalam kurun waktu tidak "lebih dari 10 hari
bahwa
telah •
•
sebelumnya. Ada kemungkinan masih tertinggal lapisan hipoklorit di
dasar tanki, oleh karena itu perlu dibilas bersih dengan air. Periksa
•
kadar klorin dari bilasannya dan bila negatif isi tanki dengan air yang
sudah disaring dengan metode reverse osmosis (RQ).
94
•
•
•
•
a SeteJah selesai melaksanakan hemodialisis dengan lengkap, buang air
dari tanki dan seluruh pipa, tuangkan 20 liter larutan kJorin 2% ke
•
dalam tanki dan tutup. Pastikan bahwa seluruh katup tertutup rapat.
•
Cara dislnfeksl ta.nkl. a.ir hemodialisls dengan larutan klorin
Ta.nki diisi dengan 20 liter larutan klorin 2% dan biarkan selama 30-45
•
o
menit. Kemudian buka katupnya untuk membilas pipanya. Usahakan
larutan klorin tersebut menggenangi pipa selama 30-45 menit. Baru
• kemudian dibilas seluruhnya dengan air panas hingga 2-3 kali. Buang
dan bilas bersih seluruh tanki dan pipa.
•
larutan klorin 20%.
•
•
Ruailg Pullh
e Semua petugas di ruang pulih harus bebas dari penyakit yang menuJar
•
melalui pernapasari/ udara dan bebas dari luka terbuka.
•
o Prosedur kewaspadaan universal harus dipatuhi dengan merujuk pada
kewaspadaan terhadap penularan melalui darah,
•
o Sebelum memasuki ruang perawatan intensif semua petugas
diharuskan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang khusus dipakai
•
untuk kerja diruang intesif termasuk alas kaki. Pakaian tersebut tidak
diperbolehkan dibawa keluar ruangan, dan pakaian dari luar tidak
diperbolehkan dibawa rnasuk.
•
o Semua pengunjung diharuskan mengenakan gaun pelindung dan alas
kaki pelindung yang disediakan sebelum memasuki ruangan.
o Jalan masuk petugas lain seperti petugas binatu, gizi, pusat sterilisasi
rnelalui jalur khususuntuk keperluan tersebut.
•• Petugas diharuskan selalu cud tangan dengan sabun biasa atau dengan
•
setiap kali kontak dengan pasien.
c
antiseptik
Semua tindakan harus mengikuti prosedur asepsis.
•
o
•
sekaJi.
a Seperti ruang rawat intensif, ruang putih juga dilakukan pemantauan
•
mikrobiologi rutin setiap bulan dengan mengumpulkan sample usap dari
tempat debu biasa menernpel seperti AC, monitor dan larnpu.
• Pedoman urnum
berikut:
dalam melaksanakan tindakan invasif adalah sebagai
•
It
a
o
Wajib cuci tangan sebelum dan di antara 2 tindakan mcdis atau pasien
Penerapan kewaspadaan universal harus cliikuti secara ketat pada setiap
tindakan medis invasif atau pernasangan alat yang menetap,
•
It
•
• 95
•
•
•
••
•
o Lakukan pemilahan dan pembuangan
dengan benar
limbah dari setiap tindakan medis •
•
•
Di.infekai ventUator clan pipa-pipanya
•
o Setiap pasien menggunakan Bain's circuit masing-masing yang
digunakan selama fisioterapi atau penghisapan endotrakeal. Alat-alat
o
tersebut diganti setiap hari dengan yang baru dan disterilisasi dengan
sterilisasi gas.
Kateter penghisap
baru setiap han.
yang sudah terpakai dibuang dan diganti dengan yang
•
•
Ruang tersendiri atau ruang isolasi kadang diperlukan untuk kasus
dengan penyakit menular atau diduga terinfeksi, seperti kasus sebagai
berikut:
Penyakit rnenular yang memerlukan tindakan operasi,
Infeksi usus dengan perforasi.
Luka basah dengan mikroorganisme patogen yang menular melalui
•
udara, staphylococcus dan beta-haemolytic streptococcus
Luka basah dengan infeksi proteus, E. coli atau Pseudomonas
Gas gangren
Infeksi hepatitis B / C yang memerlukan
Kasus tetanus
Abortus septik
dengan tindakan operatif
tindakan operasi.
..
Trauma
telah
multiple,
menerima
keberaihannya
misalnya pada kecelakaan lalullntas atau yang
tindakan dan luar yang tidak terjamin
•
•
Kasus kebidanan dengan komplikasi yang diberi tindakan di luar
yang tidak jelas. kebersihannya
96
•
•
••
Pablan Kelja
Pakaian pelindung dikenakan dalam ruang rawat saja dan tidak boleh
dipakai keluar. Sebaiknya pakaian kerja berlengan pendek agar dapat selalu
cuci Langan dengan mudah. Gaun pelindung berlengan panjang perlu
dikenakan pada saat mengangkal dan membawa bayi di ruang isolasi atau pada
•
•
saat tindakan invasif, Kewaspadaan universal perlu selalu diterapkan terutarna
pada saat menangani bah an berupa darah atau cairan tubuh lain.
98
t
•
•
RuaD& bowl
•
.. Herpes simpleks
.. Gastroenteritis neonatal
e lnfeksi stafilokokal yang luas
•
mendapat supervisi.
c. Petugas barus selalu mengenakan alat pelindung, seperti, sarung
tangan, masker dan gaun pelindung atau celemek selama merawat
pasien. Gunakan alat pelindung yang baru untuk setiap pasien.
Sarung tangan selalu dikenakan pada saat mengukur tekanan darah,
memberikan suntikan salin maupun heparin, atau pad a saar
menyentuh tombol mesln dialisis.
d. Cud tangan sebelum memakai dan setelah melepas alat pelindung.
e. Semua sediaan laboratorium yang berasal dari cairan tubuh pasien
dan darah diperlakukan sebagai bahan infeksius, dan dikemas
dengan label "Biohazard'
f. Hindari kecelakaan keIja seperti tusukan jarum suntik, percikan
darah atau cairan tubuh serta hindari kontak dengan lea; kulit
terbuka dari pasien.
g. BUa terjadi percikan atau tumpaban darah/cairan tubuh di
pennukaan, harus segera dilakukan dekontaminasi sesuai proaedur
(lihat prosedur dekontaminasi atau tumpahan darah/cairan tubuh di
halaman 35 Prosedur 9.
100
•
•
•
•
h. Mesin dialisis hams selalu dibersihkan dengan seksama setiap kali
selesai dan sebelum dipakai kembali oleh pasien yang lain.
•
i. Usahakan selalu memakai alat sekali pakai dan dibuang sesuai
prosedur, bends tajam dikumpulkan dalam wadah khusus tahan
•
rusukan.
•
j. Alar-alar akan dipakai ulang dikirirn dalam kantong kuning ke sentral
srerilisasi dan disinfeksi, sarung tangan tidak boleh dipakai ulang
•
dan dibuang sebagai sampah media dalam kantong kuning.
k. Tidak diperkenankan rnembawa rnakanan ataupun minuman di
•
ruangan hernodialisis.
•
pos.t.f dapat diJayani di tempat dan alar yang terpisah oleh petugas yang
Juga HBsAG dan anti HBs positif. Untuk menghindari Lerjadinya
pemindahan virus secara tidak sengaja, perugas yang sedang melayani
pasien pengidap hepatitis B tidak diperkenankan melayani pasien lain yang
•
negatif pada waktu yang sarna.
•
Pasien yang negatif terhadap HBsAG sebaiknya diberikan imunisasi seeara
lengkap sesuai anjuran.
•
hemodialisis rurnatan. Namun bila terjadi gagal ginjal atau diperlukan
hemodialisis sebagai persiapan operasi maka dilakukan hemodialisis
suportif. Mungkin cara hemodialisis rumatan yang lebih sesuai bagi pen
gidap HN adalah CAPO. Bila perlu-dilakukan dialisis suportif pada seorang
pengidap HN maka hams mengikuti prosedur di bawah ini:
•
o Ben tanda pada semua dokumennya, seperti status, lembar pemantauan
diahsis, dsb. dengan stiker •Biohazard"
•
o Pisahkan pasien tersebut dengan menggunakan mesin tertentu yang
udak boleh digunakan oleh pasien lain sebelum dila1rukan
•
dekontaminasr dengan seksarna.
o
•
Tunjuk petugas khusus yang Lelah terampil, yang tidak melayani pasien
lain pad a saar yang Sarna.
•
o lkuti prosedur a) hingga k) di atas.
•
2 Pencegahan terhadap penyebaran infeksi mikrobial pada daerah pintasan
[cimino].
•
mengingat mikroorgartisme tersebut merupakan 'penyebab infeks!
nosokomiaJ melalui akses vaskuler yang tersering di unit hemodialisis,
infeksi mungkin terjadi antar paaien. Untuk mencegah hal tersebut, perlu
dilakukan:
•
• 101
•
•
•
a. Pemakaian alat pelindung seperti masker, gaun pelindung, dan sarung
tangan pada saat merawat daerah pintasan dan dilakukan secara
•
•
aseptik
b. Cuci tangan aseptik sebelum membuka daerah pintasan atau sebelum
pindah ke pasien lain.
c. Tindakan dilakukan secara steril dengan membersihkan daerah tersebut
dengan antiseptik
d. Balut dengan kasa steril
e. Gunakan alat terspisah untuk setiap pasien
•
f. Bila pasien pernah didapatkan MRSApada pemeriksaan biakan, maka
kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak harus diterapkan pada
pasien terse but.
Semua permukaan dan tempat tidur yang pernah tersentuh pasien
dibersihkan dengan disinfektan (larutan klorin 0.5%). linen direndam
klorin 0.5% sedildtnya 10 menit sebelum proses pencucian lebih lanjut.
Masker, sarung tangan tidak boleh dipakai ulang, dibuang sebagai
sampah medis ditampung da1am kantung plastik kuning. Petugas yang
melayani pasien tersebut tidak boleh melayani pasien lain pada waktu
yang sama. Petugas harus mandi dan ganti seluruh pakaiannya sebelum
melayani pasien berikutnya.
•
c. Pembersihan dan disinfeksi mesin dialisis secara berkala termasuk
semua bagian pemrosesan airnya
d. Desain yang sesuai untuk menghindari tekukan mati dari pipa, sehingga
aliran air Iancar tidak ada air yang tertampung atau terbendung di satu
tempat.
e. Disinfeksi sistem saluran air secara rutin dan berkala, juga uji kualitas
air dengan biakan mikrobiologisecara berkala.
102
•
•
• Puleo dengan Daya Tahan Tubuh Menurun
•
Keadaan yang dimaksud adalah pasicn dcngan daya tahan tubuh menurun.
Kcadaan tersebut mcncakup pasien yang mengalami penurunan daya iahan
•
akibat suatu pengobatan. bag) penyakit utarnanya dan disebut supresi imun
(lmmunosuppresseal misalnya pengobatan streoid dosis tinggi, snostatika dan
•
lain-lain. Keadaan lainnya adalah pasien yang rnenderita penurunan daya tahan
akibat penyakitnya misalnya granulositopenia atau keadaan lain termasuk
•
AIDS. Kcdua kelompok pasien tersebu, memiliki risiko terinfeksi dari petugas
kesehatan atau pcngujung. Kategori pasien terse but adalah sebagai
•
compromised /tost infection precaution (CHIP).
•
Pasien diternpatkan di ruangan terpisah dan pasien Jain yang telah
diketahui menderita penyakit menular atau infeksi
o Setiap petugas harus mencuci tangan sebelurn dan sesudah rnerawat
pasien
•
" Setiap petugas dan pengunjung yang mcnderita influenza dan herpes
dilarang masuk ruang rawat. Bila sangat perlu harus mengenakan
•
masker
•
e Perawat dinas tidak rnerangkap perawat dari isolaai lain
o Pelayanan penunjang bagi pasien didahulukan sebelum pasien lainnya
• a
Ruangan pasien dibersihkan
Kewaspadaan Universal.
secara rutin dengan mempcrhatikan
••
kaidah
o Alat makan, alat tenun, tensimeter, termometer, stetoskop. spuit, kasa
pembalut, spesimen laboratorium, buku atau rekam medik tidak perlu
tindakan khusus, ditangani sarna seperti pasien lain.
•
cairan tubuh pasien. Risiko tersebut sernakin jeJas dengan penemuan berbagai
mikroorganisme dan cairan oral. Petugas kesehatBn yang menangani daerah
•
gigj dan rnulut secara rutin mengalami pajanan yang beruJang terhadap
rnikroorganisrne yang ada dalam daran dan air liur. sehingga angka kejadian
•
penyakit infeksi tertentu lebih tinggi pada kalangan perugas kedokteran gigi dan
perawat gigi dibandingkan dengan kelompok lainnya.
• D Koruak langsung
yang terinfeksi
dengan lesi terinfeksi atau dengan air liur atau darah
•
a Percikan atau tumpahan darah, air liur, sekret nasofaringeal langsung
pada kulit yang tidak utuh atau selaput lendir
I
• 103
I
•
•
Penerapan kewaepadaan universal dl kUnile gig! tidak hanya melindungi
petugas darl rislko terpajan infeksi, namun juga melindung! pasien yang
mempunyal kecenderungan renlan torhadap segala macam infekei yang
mungkin terbawa oleh petugas. Termasuk mencegah infeksi lain yang
bersifat nosokomial, terutama untuk Infekai yang ditutarkan melalui
darah/cairan tubuh seperti Hepatitis S, Hepatitis C dll.
Pa.ieD
e Pemakaian gaun pelindung kedap air pada pasien
" Kumur sebelum diperiksa
" Pemberian antiseptik pada gigi yang akan diperiksa
Petu •••
a CUci tangan dengan sabun aelama 10-15 detik, kemudian keringkan
dengan handuk sekali.pakai atau diangin-anginkan.
" Ounakan a1at pelindung
• Sarung tangan
Ounakan aarung tangan beraih untuk sekali pakai dan diganti untuk
setiap paslen atau setelah dlpakai aelama 60 menlt dan tidak dipakai
uiang atau dlcuci.
,
CUci tangan selalu dila.kukan aetlap aebelum memakai dan setelah
•
melepas.kan sarung tangan.
• Pelindung wajah.
Pelindung mata dan masker yang menutup sampai ke dagu.
Digunakan untuk melindungi selaput mukosa mala, hldung dan
rnulut setama kegiatan perawatan pasien ber1angsung yang mungkin
dapat memberikan pajanan air ludah, darah, dll.
Gaun pelindung.
Gunakan gaun pelindung bersih untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kegiatan berlangsung.
SebeluDl tlndakaD
" Gelas untuk kumur didisinfeksi dan dicuci dengan alir mengalir
sebelum digunakan atau dipakai oleh pasien ben'kutnya
" Gunakan larutan hipokJorit 0,5% untuk dekontaminasi tumpahan
darah/cairan tubuh dan bilas dengan air menggunakan lap basah.
104
•
•
•
•
•
•
c Ounakan larutan hipoklorit 0,05% untuk dekontaminasi permukaan
meja periksa I permukaan lain yang tidak berpori.
•
c Pengelolaan alat kesehatan sezelah tindakan sesuai bagan alur
pengelolaan alat kesehatan bekas pakai eli halaman 28.
• e
o
Dekontarninasi (lihat prosedur]
Pembersihan dan pencucian, yang terbaik
menggunakan ultrasonic cleaning bila terseclia.
adalah dengan
• lamnya.
••
e Jika harus meninggalkan ruangan, lepaskan sarung tangan dan
gami dengan yang baru ketika melanjutkan.
e Pastikan selama jam pelayanan ruangan dalam keadaan bersih.
•
c Sebelum klinik ditutup semua peralatan clipastikan dalam keadaan
steril dan tersimpan rapi dalam lad penyimpanan.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
• 105
•
•
•
•
•
•
•
•
Tabcl 16 : SterllJ.tuJ dan DlalDteb1lDatrumen. Baban daD Beberapa Alat
Jan., MriD, dJpabl pada PelayaDaD m,s.
- -.-., •
•
p Uq N' '3'
Nama.Al.t ~ Jr.odDf IIImInI otIId& IlIIDInI
•
IOftaI I: I
Angle .. ttaclunenl' + -+
..
-+ ++ -+
•
•
BUl1i
Carbon steel ++ ++ Buang
•
siee: + ++ ++ ++ Buan,
1Wlg.tOOl-carolde + ++ + ++ BU&l\l
•
•
Condenaor ++ ++ ++ ++
Dapen dlaiwl ++ • • ++ •
Endodontic lnatrumenl ++ ++ ++ ++
•
•
(broach_ lIlea. f"OIlJDeR)
StaJnI_ Steel banda -+ ++ ++ ++ +
f1uor1de gel tray
.. •
•
StaJnleaa oteeI w/pluUc bandte. ++ ++
•
++ x ++
++ ++ ++ +
Non-heat- ..... lalant pluUc x x ++ + BU&I\I 1+.)
H"'l-reslalant plaatlc
01•••• lab
Hand tnatrumenta
•
Carbon ItreU ++ ++ +.
1000kial de""", bahan IdmIawt (na1r'1UIl nJtrtte l'HI)
StaJnI... Steel ++ ++ ++ ++ -+
Handplc:ca (H)' I.)' ++ •
Contra-angela •• -+ ++ •
Prophyaxlx-angJea -+ • • ++ + BU&I\I 1+.1
..
fdlaposble prderredl
Aiumunlum "'etal ++ + ++
Chromo plated ++ ++ ++ ++ +
Custom acrylSc resin
Plasuc
x
x
x
x
x
x
-++
+-+
•+ Buang (_)
LdlIh_~I++)
Inal.rUment ++ + ++ ++ x
In Paclu; Paket KI:dI PaI<et KI:dI
'noll'UlDetll In<)' ee tup
•
..
_raUve or aUrgJcaI + + ++ x
Mfror
Needles
•• -++
• 0I0kW ItmIaC ~
u.p aDell
0bIda
at M' ...........
•
n" ..
«)rea) • $ •
Nitrous Oxidt:
•
Noee sseeee (-I- x (++)- ++ (,+1"
Hoses I-I- x 1++)- ++ 1.1"
•
Orthodotk: pUers
Hlgh·quallty sUnk ... ++ ++ ++ ++
•
Low·qualIty stlnl ... .+ ++ ++
WIth plutlc paN
"+ x
"++ ++
•+
•
Plugger. and ConcIen8or ++ ++
wbeel and dJ,o); +
x
•
++
•
..
PoIJahIng ++ X
• rram .. .. +
•
• -
+
•
Carbon steel clam"" ++
Metal frames ++
Plasue +
Punches
eteei clam""
++
++
••
.+
StalnJ ... ++ ++ BuulgI++)
Rubber.tem BuulgI")
Prophllaxla cu""
Sallva cva<:Uatora. ejector (pIuUCI
<-eIWI
S""=' ++
psl<alI ++
Dlamond + ++
Pollahln& ++ + .+
••
• ..
Sharpening ++ ++
Surgical mstrumtnta
Sta_ ++
•
ateel ++ + ++
UttnsoDloe acaJlIng U"" • x ++ +-
Wa..,.. a1r ayrtnge U"" ++ ++ "++ Buangl-I
..
'n'ay equipment
PIuUc film bolder 1_)- x (+,- ++ +
CoDtmaHog devlcea x x +
• KetennpD:
• Oteb karena bahan yang d1pakai SBllgat banyak macamnya maka perlu kon1lrm.ui
• dengan pabJ1k penibuat alat tersebut terutama peralatan tangan dan alat
tambabannya
++ ; Cara yang eCeId1fdan dJutamakan
= earn yang eCektll dan d1perbolehkan
•
+
•
• •= earn yang eCeId1f tap! ber1aIko merusak ba.h.an
X = earn yang tldak eCeId1f dan merusak alaL
•
• 107
•
•
•
•
•
6.7 Unit Pelayanan Laboratorlum
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Iaboratorium sangat penting karena
laboratoriurn merupakan tempat yang berisiko tinggi untuk penularan infen!
•
HlV, hepatitis dan agen lainnya.
•
Ketentuan umum di laboratorium adalah mengan;;gap dan memper-
lakukan setiap spesimen sebagai bahan infeksius
Petugas laboratorium aering kali memiliki risiko terpajan yang paling tinggi.
•
•
Keinginan memperoleh hasil yang cepat, beban kerja yang besar dan rutinitaa
pekerjaan mendorong ke arah aituas! yang membahayakan k:arena kemudian
mengabaikan prosedur kerja yang benar. Maaih ada laboratorium yang tidak
memperhatikan atau memilild sarana keamanan kerja yang ba.ik dan lengkap.
Risika yang tinggi tersebut elitunjang pula oleh kurangnya kesadaran bAhwa
kegjatan eli Iaboratorium dapat member! bahaya bagi lingkungannya.
•
secara manual.
D Spesimen dikirim ke laboratorium dalam wadah yang kua\ (enamel tray,
racks)
o Spesimen rujukan harue diberi label yang jelas, dibungkus dua lapis
atau elitempatkan dalam wadah kedua yang tertutup rapat, tahan
tusukan dan anti boeor.
•
a
4
108
•
•
•
•
•
Tatuuan& daD auaua dl laboratorlulD
•
Rualle:1Ul
•
o Seluruh ruangan laboratorium harus mudah dibenlihkan
a Pertemuan antara dua dinding atau antara dinding dan lantai dibuat
•
melengkung
•
o Permukaan meja kerja harus kedap air, tahan asam, bua, larutan
organik dan panas yang sedang. Tepi meja dibuat lengJru.ng.(bulatl
a
a
Perabot yang digunakan harus terbuat dan bahan yang kuat.
Ada jarak antara
dibersihkan.
meja kerja. lemari dan alat sehiJlgga mudah •
a Ada dinding pernisah antara ruang pasien dan ruang .aboratorium
a Penerangan harus cukup
a Permukaan dinding, lantai dan langit-langit harus rata dan agar mudah
dibersihkan di1apisi dengan bahan kedap air dan tahan terhadap
disinfektan
a TeT8Cdia bak cud tangan dengan air mengaJir di setlap ruang
laboratorlum yang mudah dijangkllu/didekat pintu keluar
o Pintu laboratorlum sebaiknya dUengkapi dengan aJat penutup pintu
otomatla dan diberl label BAHAYAlNPEKSI (BIOHAZARD)P . intu untuk
maauk dan untuk keluar harua terpisah dan diberi tanda yang jew
sehingga tidak terjadi tabrakan
c Denah ruang laboratorium lengkap menggambarkan letak telepon, a1at
pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, digantunglcan di beberapa
tempat yang mudah dilihat
c Tersedia ternpat sarnpah bertutup dilcngkapl kantung plaatik dan
dlpisahkan antara sampah media dan aampab rumah tangga Iainnya
dengan warna yang eesuai dan letak mudah dijangiQl.u
o Tidak diperkenankan ada tanaman dan hewan peliharaan di ruang
laboratorium
110
•
•
•
•
•
KeweJlban Petueu/Tim Keamanan Kcrja daJam Laboratorium
•
metodej prosedur dan pelaksanaan bahan habis pakai dan peraJatan
kerja, terrnasuk untuk kegiatan penelitian.
2. Memastikan sernua perugas laboratorium memahami dan dapat
•
•
menghindari bahaya infeksius.
3. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan eli dalam laboratorium yang
•
mernungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan
infektif.
4. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan
dekontaminasi telah diJakukan jika ada tumpahanJpercikan bahan
infektif.
•
•
5. Memastikan bahwa tindakan desinfeksi telah elilakukan terhadap
peraJatan laboratorium yang akan eliperbaiki.
6. Menyediakan kepustakaan/rujukan keamanan kerja yang sesuai dan
infonnasi untuk petugas laboratorium ten tang perubahan prosedur,
•
metoda teknis dan pengenaJan pada aJat yang baru.
•
•
7. Menyusun jadwaJ dan kegiatan pemeliharaan kesehatan petugas
laboratorium.
8. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen jika hal tersebut
mungkin berhubungan dengan pekerjaan di Iaboratorium dan
•
rnelaporkannya pada pimpinan laboratorium.
9. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang
secara aman setelah menjalani proses dekontaminasi sebelumnya.
•..
10. Mengembangkan sistem peneatatan : tanda terima, perjalanan dan
pernbuangan bahan patogenik dan mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan
infektif yang baru didalam laboratorium.
•
11. Mcmberitahu kepala petugas laboratorium mengenai keberadaan setiap
•
•
mikroorganisme yang harus diJaporkan kepada pejabat kesehatan
setempat ataupun nasional dan badan tertentu.
12. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul eli luar jam
kerja.
112
•
t
•
•
•
•
•
•
•
TiU>e118 : Peralatan Laborntorium, bahayo. d&D cara meocataainya
Penllatan
8~haya CaraMe!)gatul 1
•
•
Laboratorium - -
Jarum semprit Tusukan, • Gunakan jarum semprit deng<.n sistem pengund untuk
•
aerosol, mencegah tet1epasnya jarum clarl semprit, Jlka n1Ungkin
tumpahan gUllilkan alat sunbk sekaIi pakal. Sedot bahan pemeriksa
•
dengan hall-hat! untuk mengul1lngl gelembung udara.
Ungkarl Jarum dengan kapas dlsinfektan seat menarlk )arum
clan botol scesimeo. Jlka mungkln, lakukan clalam biosafety
cabinet. Semprit harus steriUcan dengan otoklaf sebeJum
dibuang, )arum sebalknya dibakar cWlgan 1nsInetator.
Sentrif1Jsala! Aerosol, • Jika dlduga ada tabung pecah s.lat sentrifugasi, matikan
pemusing perdkan, tabung mesin dan Jangan dibuka setama 30 menit. llka tabung
pecah pecah selama mesln berhentl, sentrifus harus dltutup
kemball dan biarkan selama 30 menit. llIpockan kejadlan Inl
kepada petugas keamanan ~a. Gonakan s.lrung tangan
kare! lebal dan forsep untuk mengambll pecahan kaca.
Tabung yang pecah, pecahan gelas dan selongsong serta
rotor harus dldlSlnfeksl. Tabung tldak pecall dldeslnfeksi
secara terplsall. Ruang clalam sentrifus (Chamber)
dldesinteksi, dlblarlcan s.ltu malam. !!jlas cWlgan air clan
kerlngkan.
Alat
homogenlsbs
Aernsol,
keboool1ln
• Gunakan ala! homogenesasl yang temuat darl Teflon.
Tabung dan tutup alat harus dalam keadaan balk. Saat
clan atat bei<etja, tutup alat cWlgan plastik. Sebaiknya peketjaan
pengaduk (stIrre<) dilakukan dalam tJiosdf~ cabinee.
Alai pemecah AerOsol, • Operator harus memakai sarung tangan dan alat dipegang
ja rlngan (g" nder) keboooran dengan bahan absorben yang lunak.
•
atat penggUnalng
Aerosol, Gonakan tabung yang tertutup rapat, dilengkapi der>gan
(shaker)
perdkan fi~er pada mulut tabung.
Alat IIofolls.lsi
Aerosol, kontak
langsung, • Gunakan filter untuk udara antara pompa dan claerall
hampa udara. Gunakan konekto< berbentuk andn 0 untuk
kontaminasi rnenutup seluruh unit Lengkapl dengan penyartng
kelembaban yang terbuat clan iogam. Peril<sa semua saluran
hampa udara yang teIt>uat dan gelas, terhadap adanya
kerusakan. Gunakan hanya alat gelas yang dlrancang untuk
alat Inl. Pakal dislnfektan yang balk seperti diSlr.fektan Idmlll.
Penangas air
( waf6t»tll)
Pertumbuhan
mlkroorganlsme
• Lalwkan dislnfeksl (jangan gunakan distnrektan yang
bersifat koroslf) clan penggantlan air seca13 beri<ala. Tabung
haNS tertutup lika menggun&k.>n penangas air berguncang
(shaking watertlath)
Ultraslntrifus MrosoI, blbung
peeah
• Pasang "Iter HEPA dlantllra sent""'s clan pompa vakum.
euat buku catabln untuk mencatat jam penggunaan setlap
rotor dIn tlndakan pemellharaan a!at, untuk mengurangl
risike kegagalan mekanl\(
Alat sonlnkaSl Ganoouan
pendengaran
• Pilsang Inwlator peredam wara untuk mellndungl terhadap
ketldak keblsingan suar.
1 14
•
•
•
•
•
Pengemallan, Pemberlan Label dan Dokumentaal untuk keperluan
tl'ansporaal
•
packaging system atau sistem kemasan tiga lapis. Sistern kernasan tersebut
dapat dijurnpai di pasaran.
Kemaaan
terdiri ataa.
dan Dokumentaal
Sistern kernasan tersebut terdiri dari tiga lapis yahg dari dalam ke luar
••
I. Wadah lapis pertama, adalah suatu wadahjbotol berisi spesimen,
berlabel yang kedap air, tertutup rapat dan anti bocor. Wadah tersebut
kemudian dibungkus seluruhnya dengan bahan yang bersifat rnenyerap
•
air, untuk menjaga kernungkinan wadah pecah. .
2. Wadah lapis kedua, suatu wadah yang keras, awet, tertutup rapat, anti
bocor. Di dalamnya berisi wadah lapis pertama yang terbungkus oleh
bantalan absorben yang cukup banyak untuk rnenghisap semua cairan
spesimen yang mungkin bocor.
3. Wadah kernasan luar. Wadah untuk melindungi isi kernasan terhadap
pengaruh luar, seperti kerusakan oleh karena benturan fisik dari hiar
atau air selama dalam perjalanan. Oleh karen itu wadah luar terse but
terdiri dan suatu wadah bertutup rapat anti pecah dan anti bocor.
Pada kernasan luar tertempel label biohazard, alamat tujuan, dan alamat
pengirirn.
t
116
•
•
•
•
•
Bahan infeksius dikategorikan sebagai bahan berbahaya Kemasan berisi
bahan tersebut harus diberi label yang jelas. Salinan dan formulir berisi data
•
ten tang spesimen, sural atau informasi lain yang menerangkan tentang jenis
spesimen, alamat pengirim dan penerima ditempel pada bagian luar wadah
•
kedua. Dua lembar salinan lain masing-masing dikirirn kepada laboratorium
penerima dan arsip si pengirirn. Hal ini memungkinkan laboratorium penerima
untuk mengidentifakasi spesimen dan menentukan cara menangani dan
memeriksanya.
• Jika bahan terkirim dalam nitrogen cair atau dengan pelindung lain
•
terhadap suhu tinggi. semua wadah harus dapat menahan suhu rendah.
Kemasan pertama dan kedua harus dapat menahan perbedaan tekanan sampai
•
98 kPa danperbedaan suhu antara ·40·C dan +50'C,
•
Jika bahan mudah rusak, cantumkan peringatan pada dokumen pengiring,
rmsalnya SIMPANDALAMKEADAAN DlNGIN.ANTARA +2'C dan +4 ·C.
• Ada beberapa label yang dapat dicantumkan pada kemasan tersebut sesuai
•
dengan jenis spesimen dan perlakuan yang diinginkan terhadap spesirnen
tersebut, sebagai berikut:
•
• Label untuk bahan infeksius
•
1.
•
•
•
•
2. Label untuk spesimen yang
disertai C02 beku (dry ice):
•
•
• 3. Label untuk cairan nitrogen
•
•
•
•
•
• 117
•
•
•
•
4. Label untuk bahan biakan cair,
yang memberi petunjuk arah
bagian atas kemasannya
•
•
Ukuran label paling kecil 100 x 100 mm atau 50 x 50 mm untuk kemasan
kecil dengan warna hitam putih.
•
Penilrlmlln
•
di syaratkan oleh pejabat dan tempat asal spesimen.
c. Segera mernberitahukan pihak pengirim jika bahan kiriman telah
diterima.
118
•
•
•
•
•
Kecelakaan yang berhubungan dengan tranportaai: cara penanganan
dan pengamanan pada keadaan darurat.
• Jika kernasan yang bensi bahan infeksius rusak dalam pengmman atau
•
diduga bocor atau cara pengcrnasan yang digunakan salah, maka pemberi jasa
transportasi harus menghubungi pihak pengirim dan pejabat yang berwenang.
Pada sear yang sama, lakukan tindakan pengamanan sementara terhadap paket
dengan prosedur sebagai bcrikut
b
serokan debut sikat / forsep.
Gunakan
obyek tajam, kumpulkan
dalam
•
kanrong plastik yang ukurannya mernadai.
•
c. Buang sarong tangan yang telah dipakai kedalam kantong plastik yang
sarna.
•
e. Cuci tangan dengan baik,
f. Hubungi pengirim atau penerima untuk mengurus paket.
•
g. Jika tidak dapat dihubungi, kirimkan paket ke laboratorium terdekat
yang dapat menangani paket tersebut,
•
•
6.8 Unit Pelayanan Sterilisasi dan Dislnfeksl
Tujuan dari unit sterilisasi dan disinfeksi adalah menyediakan sernua bahan
stern yang diperlukan untuk perawatan pasien, baik di ruang rawat atau di
•
ruang bedah.
•
Fungsi unit sterilisasr dan disinfeksi meliputi pengumpulan dan penerimaan
bahan dan alat bekas pakai pada perawatan pasien, dekontaminasi,
pemrosesan, mensterilkan, menyimpan dan mendistribusikannya ke seluruh
eenda benda
adalah seperti:
steril yang biasa dikelola di unit sterilisasi dan disinfeksi
• o Sernprit
•t
e Jarum suntik
o Paket alat untuk operasi minor/ mayor
o Sarung tangan
•
o Kasa stern, kasa pembalut, dab
•
Sterilisasi semua a1at bedah, linen, peralatan lain untuk keperluan
perawatan pasien merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam pencegahan
infeksi nosokomial. Namun penyediaan alat-alat steri! untuk pasien tidak hanya
tergantung dari efektifitas proses sterilisasi itu sendiri, namun juga tergantung
I
•
• 119
I
•
pada sebaik apa sarana di rancang, perilaku petugas kesehatan dalam
pengendalian infeksi, kendali mutu yang efektif, aspek lain pada pemrosesan
bahan dan alat kesehatan sebelum, seJama dan sesudah sterilisasi. Lebih
lanjut, teknologi, tingkat pendidikan sumber daya manusianya, keamanan dan
produktifitas juga memegang peranan penting dalam operasionalisasi unit
sterilisasi dan disinfeksi secara efisien.
Unit sterilisas! dan disinfeksi terdiri atas beberapa area, seperti, area
penerirnaan, area untuk pembersihan dan dekontaminasi, penyiapan dan
pembungkusan, area untuk sterilisasi danpenyimpanan. Penataan ruangan dari
unit sterilisasi dan disinfeksi tergantung sistem distribusi yang akan dianut. Di
negara rnaju sistem distribusi dapat menggunakan conveyor veritakal atau
horisontal, pernakaian mesin-mesin dapat mengurangi jumlah petugas yang
tentu saja akan mengurangi risiko kontaminasi dan kecelakaan kerja. Namun di
Indonesia kebanyakan masih dikerjakan secara manual.
Letak sarana cuci tangan harus senyaman mungkin atau dekat dengan area
dekontarninasi penyiapan, sterilisasi dan penyimpanan bahan dan alat steril.
Risiko tidak hanya datang dari aspek mikrobiologis tap' Juga dan aspek
kimia sehubungan dengan penggunaan zat-zat kimia pada proses disinfeksi dan
sterilisasi. Etilin dioksid sebagai zat pensteril dikenal sebagai zat yang cukup
toksik, oleh karena itu harus diperlakukan secara aman, hindarkan pajanan
kronik terhadap zat terse but bagi pekerja ataupun lingkungan dengan alat-alat
pelindung yang rnernadai, dan jaga kemungkinan kebocoran alat, api dan
ledakan.
Residu yang tertinggal pada alat kesehatan yang disteriJkan dengan gas
etilen dioksida dapat membahayakan pasien, oleh karena itu dalam prosesnya
perlu aerasi (penganginan) yang cukup agar uapnya tidak mengering dan
menempel pada alat kesenatan tersebut. Untuk menjaga keselamatan kerja,
maka cara aerasi dilakukan secara mekanik dalam kabinet yang tertutup yang
dilengkapi dengan a1at yang mengatur suhu dan aliran udara secara amen
langsung keluar ruangan. Lama dan suhunya tergantung dari banyak hal,
seperti, jenis alat yang disterilkan, pembungkusan, jumlah dan berat alat dsb.
Agar amannya maka prosedur yang tertulis dalam buku manual alat sterilisasi
dengan g9;setilen dioksida harus dipelajari dan diilruti dengan seksama,
120
•
•
•
G
•
Tempat Penyimpanan
•
Tempat penyimpanan bahan-alat steril sebaiknya dekat dengan tempat
sterilisator, namun terpisah, tempat tertutup, jalan masuk yang terbatas,
•
dengan ventilasi yang cukup, serta terlindung dari debu, kelembaban, serangga
atau binatang lain. Terjaga dari suhu dan derajat kelembaban yang ekstrem,
•
suhu berkisar antara 18' -22'C, sedang derajat kelembaban yang dianjurkan
adalah 35 - 50%, untuk menghlndari pengeringan yang berlebihan dan
kerusakan alat atau bungkusnya.
•
Peletakan bahan-alat steril pada rak atau lernari tertentu yang sebaiknya
berjarak 20-30 em dj atas lantai dan 50 em di bawah langit-langit, serta 10 em
dan dinding sebelah luar. Letakkan bahan alat terse but sedemikian rupa
sehingga tidak sating menumpuk, tidak tertekuk, saling berdesakan, saling
menusuk sehingga sterilitasnya dapat terjamin. Jangan menyimpan di luar
tempat yang telah ditentukan, seperti di atas lantai, di jendela atau lainnya.
Rak dapat terbuka atau tertutup bahkan dalam bentuk laci, namun bila
•
•
dalam lad harus dijaga jangan sampai bahan-alat atau bungkusnya rusak atau
tereepit. Setiap bungkus perlu diberi label yang berisi nomor kode yang
menunjukkan eara sterilisasi yang dipakai, tanggal disterilkan dan tanggal
batas kedaluwarsa. Dalam hal tanggal kedaluwarsa tidak ada patokan yang
•
jelas untuk macam-macam jenis steril.isasi, oleh karena semua tergantung dari
cara pembungkusan, bahan pembungkus yang dipakal, suhu, kelembaban dan
•
faktor lain. Hal yang perlu !diperhatikan adalah setiap kerusakan dari
pembungkus harus dianggap telah terjadi kontaminasi sehingga perlu
•
disterilisasi ulang terutama bahan-al~t' untuk keperluan tindakan bedah atau
invasif.
•
terbawa ke dalam ruang steril. Semua perlengkapan untuk pengangkutan ini
disediakan oleh unit sterilisasi dan disinfeksi.
Pemellharaan
Hal yang tidak kalah penting adalah pemeliharaan alat-alat yang dipakai
pada unit stertlisasi dan disinfeksi. Alat-alat dan me sin harus dirawat secara
•
rutin oleh petugas yang mahir dengan menggunakan pedoman dari pabrik
sebagai rujukan. Sterilisator harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari atau
•
secara berkala sesuai anjuran pabrik, untuk menghindari penumpukan residu
kimia yang mungkin terjadi di dalam tankinya. Alat pemantau suhu dan
tekanan uap harus dikalibrasi setiap kali habis diperbaiki, atau sedikitnya
setiap 6 bulan sekali.
411
•
411
122
t
t
t
t
•
•
•
•
•
Linen yang tercemar oleh darahj cairan tubuh berisiko menularkan Hlv,
hepatitis B dan ·C. MRSAdsb. dapat dikontaminasi dengan merendam larutan
klorin 0.5-1% selama 5-10 menit, dan pastikan bahwa linen terendam
seluruhnya. Bila tidak tersedia larutan klorin dapat dengan larutan lisol 7%
•
selama sedikitnya I jam, baru kemudian pemilahan dapat dilakukan oleh
petugas yang mengenakan alat pelindung yang memadai,
Pencuctan
•
berpendapat bahwa penurunan jumlah hingga 106 - 107 dapat dikatakan efektif.
•
Dalam keadaan biasa, penilaian tingkat mikroorganisme pada linen bersih
secara berkala tidaklah perlu, kecuali bila ada kejadian luar biasa yang ada
•
hubungannya dengan linen.
•
Pada saat ini, mencuci dengan temperatur tinggi banyak dilakukan di
rumah sakit. Beberapa penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan
. suhu rendah ditambah dengan bahan kimia, jumlah mikroorganisme yang
dihiJangkan sama dengan bila menggunakan temperatur tinggi.
Pada suhu 220C dapat dihilangkan 3-log bakteri dan dapat dihilangkan 3-
•
•
log lagi dengan pembilasan pemutih 50-150 ppm.
•
Pengurangan jumlah bakteri bukan saja tergantung pada tiogginya suhu.
Faktor-faktor lainnya yang memberikan efek tambahan adalah : pengadukan,
pengenceran, penarnbahan pemutih dan pengeringan.
•
ruang perawatan harus dijaga selalu bersih. Linen dalam penyimpanan
hendaknya diberi pelindung sampai dengan digunakan oleh pasien.
•
124
•
t
•
•
•
•
•
•
o Karyawan gi.zi harus terlatlh mengenal hygiene perorangan agar ttdak
mencernart makanan yang dikelolanya, AJat pellndung harus tersedla
dan dikenakan dengan patuh dan selaJu dlpantau.
•
Proses rinel dapat dtlthat di bawah Inl.
•
Prosedur 20 : Prosedur Kerja di Unit Pelayanan Gizi
•
Tujuon
o Menycdiakan malcanan yang aman bag! pasien dan p8l5(M1iI Nmall salOl dengan m8I1jage kebersihan.
sani1asl dan tel1\Pal penyimpenan dan peralatan yang tepat uotUK menangani suplai makanan,
• Unluk mengurangi kontamina.1 makenan dan mlnuman 010". Mlkrooroanisme dan bah.n klmla yang bisa
menyebabkan keracunan maknnan,
•
Alai yang dlperlukan
• Bahan pemberslh (soda, delergon dan laln·laln)
•
o Ail panas dan cflngin
• Oa.rah k.~. yang cukup Iuas
•
• Kompor yang tidal< berasap
• Pando walen. bald. peralatan masak dan laln·laln
o Cud panel, wa)an peralatan masak dan bal<i dei1gan . ..- menggynal<an air dan detergen
o Segera hlclangkan makanan se.elah _ dimasak
o Hindari konlal< rangen dengan makanan, harus menggunakan petalatan yang sasual untuk menyiapkan
makanan dan menyajjkan
• Jangan blorl<an karyawan yang mengldap penyakit menular sopertf sakit cemaoasan. infaksi kullt
roonanganl makanan dan pcralalan. Atur ladwal untuk pemorlkaaan karyawan yang bOka~a dl dapur
• S<!diakan tempa. yang cukUp unluk menylmpan makanan. Sisekan 1001S em dlatas tantal .OM lanlai bIsa
cibersihkan
• Ciptakan prooedur pembarslhan yang bail< untuk daorah penyimpanan makanan dan .bahan unlUl<
mencegah kontaminasi oleh tikus. "rangga dan keJembaban.
"" Jangan gUr\8kan 181ur yang (elak etau busuk un1uk menghJndarl kontaminasi Sa1monella
a Penanganon bakl dan peroJatan dan pasien yang punya pcnyakl1 mcnutar h~rlJJ, t'l.jlakukan tMpisah.
126
Prosedur 21 : Peralapan unto Pemlndahan dan PeJUUlganan Jenuah
Prosecrur .
• CUd tangan
o Semua pelugal dill koluarga yang al<an menangan1 lenauh Iwua mengenakan aarung langan dan gaun
pol1ndung kedap II,
• Kanal<an muke, clan pallndung mala bill Ida kemungklnan I.~adl perclk."
•
• Lapaskan .. lang Intul dan· •• Iang laltlnya dar! tubuh, blla pertu monggunakan klam dan gunllng, buang dl
wadah khu.u. unluk ...nIplh medl. bart label 'bahan Intlkelull"
•
• Luka baku .. lang Intul dl"'tup deng." p1osta, kedap ai,
• L.~ paJcalItI 1<0101, dan tempall<an dalam Wldah untuk anonlpekaian kotor
•
•
Lepukan pembalUliuka, dan I&ruh ell dalam _
Tarull ka&a ~UI
aampah media bersama banda ' ' '"'"IamI ....
oe.o<t>en dl doera.' ;""'' 8' 111. ro.. tkan dengan pI8SIer kedap at,
Lallld<an IlIIIZ8h dltam poaIllletleniang deogan IltIg8n dlllll ltau ta/lipal dl dacla
Ialnnya
••
••
• Teruh handuk koell dl blwlh kepata uotuk .... nampung i.."blaan daroh
• TUI"p kelopak mata lee"a par!ahan-Iahan, alau IUIUpldlngan kapaa lembab, lUIup lellnga dan mul"1
dongan kapal den ....
• B6I8ihkan jenazah
• TuIup1 jenaZah dengan ga"n dan kaIn batIlh unlUk dl.... lken kaluarga
•
• Selolah keluatV& mlnyaka1k&n 1_, gaun dapli dllepu
o paaang III:IeIpeng«>aI peda pergelangan kaklatau Ibu lart !WI jenazah
•
• TempaIk&n jenazah datam bronke, dan anlarkan ka kamII jenauh
• CUci langen .. I.'ah .... lepel aa,ung tangan.
•
•
•
•
•
•
128
•
•
•
•
•
•
•
•
Pro.edur22 : Pcmuluaran JellU!h dJ Kemar Jenazah
•
-; .v
•
o Alat pelindung untuk $<Imua petugas a Waskom bcrisi air dan sab4Jn
a Sarung tang"" katel yang panjang sampai sil<u 0 Pleste, ke<1ap air
o Sebail<nya memakaJ _IU bot sampai krtut 0 Kapas
•
c 1.1_ penlllUp mulul dan hldung 0 Pe-
c Kacamat8 a Sisw atau sikel
•
o Gaunlcotemeklshort 0 Pewangl
a T empat mandi }onazah 0 Wadah be,eng berharga
•
o Handuk
tanoan dengan
•
o Mencuci aabun sebelum memakal sarung tangan
• Petugas memekal peUnc!ung
•
• Jenazah dimendiken oloh petugas kamar jenazah yang lalah memehaml cara membersihkanlmemandiken
jenazah. dengan mamperhatlken beberape hal :
•
a Cuci tangan dongon sabun sebelum dan sesooan memakel .arung langan
•
•
Segera moneuel kulil dan permukeaJllain ~.ngan ai, blla ter1<enadarah atau cairan tubuh lain
.)
• Setelah selesal dimandlkan keringken dengall handuk
•
o Ganti pembalut _ dl daerah perineum dengan yang baN dan kering. rekellOltt dengan "",st .. kedap
air
•
• Ganci lUIup kelopak mOlll, juga letioga dan _ deOOaJl kepes dan kess, kemuclian tuIup dengall plaster
kedap air yang tranoparan
• • Letakken [enazah dalam poolsl tarlentang dongan tang .. dl slsl atau lertipal dl dada
•
o T~ruh handuk keeil dl bawah kepela untuk menampung rembesan darah
• Sampeh dan bahan larkonlamlnasllainnya ditempalkan dalam tas plasUk
•
p Pembuangan &ah dan bahan lerkontaminasi dilaJwkan aesuaJ dengan tujuan mencegah 1"1aksl
a Satiap percikan ltaU tumpehan darah dI pennukean aeoara dibersihkan dengan taMan Idorin 0,5%
•
a Petalallin yang akan cigunakan kernball horus dprooes dengan UMan : dekontamOnasl. pembersihan.
d!sintel<si dan sl8rU!sul
•
• Bungkus jenazah dengan kefan ateu kain pembunokus lain sesuai dengan kepen;ayaan f agamanya
•
o Cuci tangan setatah membuke atal pelindung dan sarung langan.
•
Calalan:
Jenazah yang tel8h dlbungkus lidak bol<>hdibuka lagl.
•
Jenazah Udak boleh dibaJsam. dlsuntlk uotuk pengawetan stau diolQllSi kecuaO oIeh petugu khusus.
Dalam hallertontu oropll hanya dapal dilalwkan ael6lah mendapel persaluluan dan p;mpinan Rumah Said'.
•
•
• 129
•
•
•
•
6.12 Ambulans Gawat Darurat, Pemadam Kebakaran, Polisi, dan
Sarana UmlHD
Pajanan darah dan cairan tubuh lain dapat juga terjadi pada petugas lain
yang bekerja di ambulans gawat darurat, petugas pemadam kebakaran, polisi,
petugas penjaga pantai, wasit pada cabang olah raga tertentu, pramuka,
•
penjaga keamanan, petugas hotel dan lain-lain. Untuk mengurangi risiko
terinfeksi maka para petugas tersebt juga harus menerapkan kaidah
•
Kewaspadaan Universal.
•
Penanganan pasien dilakukan dengan memperlakukan darah dan cairan
tubuh sebagai bahan infeksius.
•
o
pada kulit. Luka harus obati sampai sembuh sebelurn diperkenankan
bekerja. Luka lecet ringan harus ditutupi dengan plester kedap air.
o Petugas yang be ram but p~jang harue- rnengikat rambut dan menutupi
•
dengan topi
•
pemadam kebakaran. Untuk kendaraan dinas polisi minimal tersedia
perJengkapan P3 K
e Bila perlu resusitasl sedapatnya lakukan dengan ambu-bag, tidak
dilakukan tindakan mulut ke mulut, bila terpaksa mulut penolong dan
penderita harus dibatasi kain
130
•
•
•
Suudah mcnolong pulen I korban
•
e Lakukan dekontaminasi pada alat sekali pakai kemudian dikubur atau
segera dibakar dalarn insinerator, sesuai prosedur penanganan sampah
•
medis
•
e Lakukan dekontaminasi untuk alat yang akan dipakai kembali dan
dilakukan sterilisasi
• " Pakaian kerja yang tercennar darah direndam dalam larutan disinfektan
•
30 menit atau larutan klorin 0.5% selarna 10 menit ciicuci sesuai
prosedur.
•
•
••
•
•
•
• •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•• 131
.
M1LCK PBRPUSTAKAAN
DEP; KBS.8HA TAN
7. RUJUKAN
•
4. Ojojosugito MA, Roeshadi 0, Pusponegoro AD. Supardi I. Buku marwaI
Penqendalian tnfeksi Nosokomialdi Rumah Saki!. Jakarta: IKABl, 2001
•
5. Komite Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS. Subpokja Pengobatan dan
Perawatan. Pedontan. Penatalaksanaan, Perau.atan, Pengobatan Dalam
Rangka ~lallgaJ'lAIDS. Jakarta: Oepartemen Kesehatan RI. 1997
o. Mayhall CG. Editor. Hospital E:pidemJlogy And Infection Control. Baltimore:
William and Wilkins. 1996
•
7. Shaeffer SO, Garzon LS Heroux OL, Korniewicz OM. Infection Prevention And
SaJe Practice. St. Louis: Mosby Year Book Co., 1996
8. Sidemen A, Alchosih HY,Tries Anggraini, Sugeng Purwanto 0, Eddy Rahrujo HR,
Sutanto OS, Dharmayanda R. Pedoman Pelaksanaan Universal
•
•
Precautions di Puskesmas. Boston: Initiatives Inc., 2000
9. Sutoto, Lis Surachmiati, Sri Pandam, dkk. Prosedur Slandar Keu.ospodaan
UrU..ersal terha.dap in/eksi HlV/ AIDS dan Lainnya di Sarona Kesehatan
•
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendersl PPM & PLP Depkes Rl., 1998
•
Universal dalam Pelayanan Kesehatan: Irian Jays: Departemen
10. Suwahyudi, Budi Santoso. Editor. Pedomon Pelaksano:an Kewaspadaan
•
12. World Health Orgaruzauon. Guideline for the Safe TrwtSport of Infectious
Subtanoes and DiagnDSnc Specimens. CAvision oj Emerging and Other
•
ComtnullIcable DIseases Surveillance and Control WHO/EM/97.3, 1997
13. World Health Organization. Guideline For Preventing HlV, HBV, and Other
lnfeaion ill the Health Core Semng. New Delhi, India: Regional office for
South- East Asia, 1996
14. Mehtar, S. Hospifallnfection Control, Setting Up A Cost·
Oxford University Press, New York. 1992
Effective Programme.
•
IS. Health Canada, Laboratory Centre for Disease Control. Hand washing, Qeaning,
Disinfecrion and Slerilizatian in Health Care, Infection Control Guidelines.
Canada Communicable Disease Report, Vol 24S8, Supplement, 1998, •
•
t
132
•
•
t
4
. I»-
.,
j
,. .
•
PERPUSTAKAAN
DEPARTEMEN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1111111111111111111111111111
002004932