Anda di halaman 1dari 3

Civil Society yang berasal dari peradaban Barat, sudah lama tidak dibicarakan.

Ia kembali
menggema ketika gerakan solidaritas di Polandia melancarkan perlawanan terhadap dominasi
pemerintahan absolut-militer.

Dalam perlawanan tersebut, gerakan solidaritas menggunakan jargon Civil Societysebagai


dasar dan arah perjuangan melawan otoriterianisme negara. Maka pola perjuangan ini melebar
kebeberapa negara Eropa Timur (Chekoslovakia). Keberhasilan dari gerakan tersebut menjadi
pemicu ramainya perbincangan Civil Societydiberbagai negara, termasuk Indonesia

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa Civil Society berasal dari Eropa Barat, tumbuh dan
berkembang sejalan dengan kondisi sosio kulturalnya. Civil Society jika dipahami sepintas
merupakan format kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Hal ini dapat berlaku ketika negara dan
pemerintah tidak bisa demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam menjalankan roda
pemerintahannya. Sehingga masyarakat madani mampu mengadakan kontrol terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah, dan pada akhirnya cita-cita konsep hidup yang demokratis
dan menghargai hak-hak asasi manusia dapat tercapai.

Kami berpendapat bahwa konsep masyarakat sipil itu memiliki relevansi langsung pada Islam
dan politik Islam. Dengan menggunakan konsep dari Walzer, kami berpandangan bahwa
“kata civil society berarti suatu ruang asosiasi atau pengelompokan manusia yang tidak
dipaksakan dan juga suatu rangkaian jaringan hubungan yang diibentuk atas dasar keluarga,
keyakinan, kepentingan dan ideologi yang mengisi ruang ini”.
Beberapa unsur harus ada bagi keadaan masyarakat sipil. Selain ruang yang memisahkan
individu dari negara, masyarakat sipil meliputi dua komponen utama lain: (a) keberadaan dari
lembaga-lembaga otonom yang kompleks dan (b) keutamaan dari “keberadaban (civility)”
dalam tatanan sosial dan dalam hubungan antar individu. ]aringan kelembagaan-kelembagaan
otonom-keluarga, kelompok, suku, asosiasi, persatuan, klub, perkumpulan dan partai-partai-
membuat penghalang antara individu dan negara.
Dalam sejarah, budaya Islam telah memperhatikan isu pembatasan kuasaan otoritas politik
dengan membaginya di antara sejumlah lembaga-lembaga formal dan informal. Konsep asli
civil society dari dalam budaya Islam lebih merupakan konsep yang netral, bebas nilai dan
tanpa ada agenda tersembunyi.

Bagaimana prospek Civil Society di Indonesia ? Menjawab pertanyaan ini dapat dikembalikan
pada era Orde Lama dan era Orde Baru. Kedua periode kekuasaan ini banyak ditemukan
pelanggaran-pelanggaran demokrasi dan hak-hak asasi manusia -Apakah pembelengguan pers
atau cendekiawan yang merupakan lembaga kontrol. Secara umum pemikiran muslim ini
bertolak dari pandangan dasar bahwa misi utama Islam adalah kemanusiaan (= rahmatan lil
a’lamin). Islam harus menjadi satu kekuatan alternatif untuk pemecahan masalah-masalah
kemanusiaan di berbagai bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya. Demikian juga gerakan-
gerakan Islam (LSM) harus diorientasikan pada perubahan sosial ekonomi dan politik bagi
terciptanya masyarakat demokratis.
Civil Society Vs Islam
Civil Society sebagaimana diuraikan di depan berarti wilayah-wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (Voluntary) keswasembadaan (Self
Generating) dan keswadayaan (Self Supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan
negara, dan keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh
warganya. Dalam Civil Societyterkandung karakteristik antara lain :

1. Free Public Sphere, adalah adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana mengemukakan
pendapat.
2. Demokratis, adalah satu entitas yang menjadi penegak wacana Civil Society, dimana dalam
menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas
kesehariannya.
3. Toleran, adalah pengembangan dari Civil Society untuk menunjukkan aktivitas yang
dilakukan oleh orang lain.
4. Pluralisme, adalah pentalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban, bahkan
pluralisme merupakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check and balance).
5. Keadilan sosial, adalah untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara dalam segala aspek
kehidupan.

Demikian juga kesamaan arti antara Civil Society dengan masyarakat madani, yang di klaim
oleh kelompok Islam modernis di Indonesia. Lebih lanjut dikatakan masyarakat madani telah
muncul sejak jaman Nabi Saw. dan diyakini mampu melenyapkan sekat-sekat primordial yang
pada waktu itu sangat tidak mungkin untuk dihilangkan. Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi
merupakan manivestasi dari keinginan untuk menghargai perbedaan kemanusiaan. Bahkan
kelompok Al-Washliyah menganggap konsep “masyarakat Madani” jauh lebih unggul
dibanding dengan Civil Society yang sekuler karena konsep Barat. Sementara masyarakat
madani mengandung makna dan sifat spiritual.

Pada kesempatan lain ada dua sandaran normatif, al-Qur’an dan hadits Nabi (pidato Haji
Wada’), yang secara jelas menunjukkan kesamaan “derajat” bagi semua manusia, kecuali
taqwa pada tatanan sebuah masyarakat – negara seluruh komponen bangsa baik warga
negaranya maupun pejabatnya mempunyai kesamaan di muka hukum, mempunyai tugas dan
peran masing-masing sesuai dengan profesinya, tidak ada tekan-menekan antara satu dengan
yang lain saling mengisi antara kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tidak saling
mencurigai, mempunyai kesamaan tujuan yaitu adil dan makmur.

Paradigma dengan wacana masyarakat Madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota
ilahi, kota peradaban, atau masyarakat kota. Disisi lain pemaknaan masyarakat Madani yang
diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas, ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia,
secara difinitif berarti 2 komponen makna, yaitu masyarakat kota dan masyarakat yang
beradab. Dengan membandingkan karakteristik-karakteristik Civil Society pada tatanan
masyarakat modern dengan masyarakat yang dibangun dan dikomandani oleh Rasul di
Madinah, “nota bene berdasarkan Islam”, adalah mempunyai kesamaan roh atau jiwa
egalitarian serta mempunyai kesamaan tujuan yaitu kesejahteraan sosial. Untuk kasus
Indonesia, Civil Society cenderung dipegangi oleh muslim tradisional, sementara kelompok
modernis menggunakan istilah masyarakat madani.
Contoh Civil Society Di Indonesia :
Bila kita berpaling pada sejarah kota Ternate, maka mozaik kota hampir selalu
merupakan pergelaran seni social yang terbentuk dari berbagai rencana ragam
perorangan, masyarakat dan kelembagaan. Semua luluh jadi satu. Keterlibatan aktif
segenap pihak termasuk penghuni kota akan membuahkan hasil penampilan kota unik,
berpribadi dan mengesahkan sesuai visi dan misi kota ini. Penampilan yang di maksudkan
tidak sekedar dalam konotasi keindahan fisual belaka, melainkan menyentuh juga
kesejahteraan ekonomi dan keselarasan budayanya sehingga menjadikan Ternate
sebagai kota budaya menuju Masyarakat Madani yang memiliki jati diri.

Hambatan Civil Society di Indonesia :


1. Masyarakat Sipil dan Konsolidasi Internal: masing-masing Organisasi Masyarakat
Sipil (OMS) masih mengelola isu berdasarkan kepentingan masing-masing dan belum ada
kerjasama permanen dan konsisten
2. Masyarakat Sipil dan Profesionalisme: beberapa Organisasi Masyarakat Sipil yang
bekerja di ranah advokasi RSK hanya mengerti masalah mikro atau kurang menguasai
aspek makro.
3. Masyarakat Sipil dan Jaringan: Organisasi Masyarakat Sipil di daerah tidak merasa
terintegrasi, tersosialisasi dan kurang mengetahui perkembangan isu. Perlu ada
kerjasama dengan Organisasi di daerah.

Anda mungkin juga menyukai