Anda di halaman 1dari 30

BAB 5

Integral
A.Pengertian dan Sejarah Perkembangannya

Konsep Integral
Integral adalah sebuah konsep penjumlahan secara
berkesinambungan dalam matematika, dan bersama dengan inversnya
yaitu diferensiasi adalah satu dari dua operasi utama dalam kalkulus.
Integral dikembangkan menyusul dikembangkannya masalah dalam
diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah yang berkebalikan dengan solusi diferensiasi.
Integral juga merujuk pada antiturunan, mis. sebuah fungsi F memiliki
turunan yaitu fungsi f maka fungsi F adalah antiturunan dari fungsi f.
Integral dilambangkan dengan ∫ dan integral terdiri dari integral tentu
dan taktentu.

Integral tentu dinotasikan sebagai: dimana f adalah suatu


fungsi dari variabel x dengan interval [a, b]. Integral tentu tersebut
didefinisikan sebagai area yang dibatasi oleh kurva f, sumbu-x, sumbu-y
dan garis vertikal x = a dan x = b, dengan area yang berada di atas
sumbu-x bernilai positif dan area yang berada dibawah sumbu-x
bernilai negatif. Area tersebut diilustrasikan seperti pada gambar
dibawah ini.
Integral tak tentu dinotasikan sebagai: dimana f adalah
suatu fungsi dari variabel x tetapi f tidak dibatasi pada suatu interval
tertentu seperti pada pada integral tentu.
Prinsip-prinsip dan teknik integrasi dikembangkan terpisah oleh Isaac
Newton dan Gottfried Leibniz pada akhir abad ke-17. Melalui teorema
fundamental kalkulus yang mereka kembangkan masing-masing,
integral terhubung dengan diferensial: jika f adalah fungsi kontinu yang
terdefinisi pada sebuah interval tertutup [a, b], maka, jika antiturunan F
dari f diketahui, maka integral tertentu dari f pada interval tersebut

dapat didefinisikan sebagai:


Sejarah Perkembangan Integral

Dalam sejarah matematika, integral lebih dikenal sebagai anti-diferensial


atau yang kita kenal juga sebagai anti-turunan. Dengan kata lain integral adalah
kebalikan dari turunan. Baik integral ataupun differensial, keduanya merupakan
bagian dari ilmu Kalkulus dalam Matematika. Menurut sejarah, tokoh yang
mengembangkan dan memperkenalkan konsep differensial dan anti-differensial
(integral) dalam ilmu matematika adalah Gottfried Wilhelm Leibniz, atau lebih
dikenal dengan Leibniz saja.
Lambang integral seperti cacing berdiri dahulunya dikenal dengan “Notasi
Leibniz”, karena Leibnizlah yang memperkenalkan konsep integral dalam
Matematika. Lambang integral seperti ini: ∫, diambil dari huruf pertama nama
Leibniz, yaitu huruf “L”, namun pada zaman dahulu orang menuliskan huruf “L”
dalam bentuk yang indah.
Sejak ilmu matematika berkembang dari abad sebelum masehi sampai abad
sesudah masehi juga sampai sekarang jaman modern. Ilmu tentang integral
mengalami perkembangan yang cukup bagus. Dari integral yang dikembangkan
oleh Leibnizh pada abad sesudah masehi sampai integral yang kembangkan oleh
Henstock-kurzweill jaman modern sekarang ini . menurut sejarahnya, orang yang
tercatat pertama kali mengemukakan ide tentang integral adalah Archimides,
seorang ahli matematika bangsa Yunani yang berasal dari Syracusa (287 – 212
SM). Ia menggunakan ide itu untuk menghitung luas daerah lingkaran, daerah
yang dibatasi parabola dan tali busur, dan sebagainya.
Hitung integral merupakan metode matematika dengan latar belakang
sejarah yang cukup unik. Banyak ilmuwan, baik matematika maupun non-
matematika, yang berminat terhadap perkembangan matematika hitung integral,
di antrannya sebagai berikut.
1. Archimedes (287-212 SM), seorang fisikawan sekaligus matematikawan dari
Syracuse, Yunani. Pada abad kedua sebelum masehi, Archimedes talah
menemukan ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daerah tertutup dan
volume dari benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen
parabola, volume bola, volume kerucut, serta volume benda putar yang lain. Ide
penjumlahan ini merupakan salah satu konsep dasar dari Kalkulus Integral.
2. Ibn Al-Haytham atau Alhazen (sekitar tahun 1000), seorang matematikawan
Irak. Ia menjadi orang pertama yang menurunkan rumus perhitungan hasil jumlah
pangkat empat dan dengan menggunakan induksi matematika, ia mengembangkan
suatu metode untuk menurunkan rumus umum dari hasil pangkat integral yang
sangat penting terhadap perkembangan kalkulus integral.
3. Isaac Newton (1642-1727 M), seorang matematikawan sekaligus fisikawan dari
Inggris. Isaac Newton dan Gottfried wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang
hampir bersamaan, meskipun bekerja sendiri-sendiri, telah menemukan hubungan
antara Kalkulus Differansial dan Kalkulus Integral. Walaupun konsep luas daerah
yang dibatasi oleh kurva tertutup (integral tertentu) telah lebih dahulu diketahui,
tetapi I Newton dan Leibniz merupakan dua tokoh terkemuka dalam sejarah
Kalkulus. Sebab, mereka mampu mengungkapkan hubungan yang erat antara
antiderivatif dengan intagral tertentu. Hubungan ini dikenal dengan Teorema
Dasar Kalkulus.
4. Gottfried wilhelm Leibniz (1646-1716 M), seorang ilmuwan jenius dari Leipzig,
Jerman. Leibniz seorang ilmuwan serba-bisa. Ia mendalami bidang hukum,
agama, filsafat, sejarah, politik, geologi, dan matematika. Selain Teorema Dasar
Kalkulus yang dikembangkan bersama Newton, Leibniz juga terkenal dengan
pemakaian lambang matematika. Lambang dx/dy bagi turunan dan lambang ∫ bagi
integral merupakan lambang-lambang yang diusulkan oleh Leibniz dalam Hitung
Differensial dan Hitung Integral.
5. George Friedrich Bernhard Riemann (1826-1866 M), seorang matematikawan
dari Gottingen, Jerman. Meskipun Teorema Dasar Kalkulus telah dikemukakan
oleh Newton, namun Riemann memberi definisi mutakhir tentang integral tentu.
Atas sumbangannya inilah integral tentu sering disebut sebagai Integral Riemann.

B. INTEGRAL TENTU DAN INTEGRAL TAK TENTU

Integral adalah kebalikan dari turunan (diferensial). Oleh karena itu integral
disebut juga anti diferensial. Ada 2 macam integral, yaitu integral tentu dan
integral tak tentu. Integral tentu yaitu integral yang nilainya tertentu,
sedangkan integral tak tentu, yaitu integral yang nilainya tak tentu. Pada
integral tentu ada batas bawah dan batas atas yang nanti berguna untuk
menentukan nilai integral tersebut. Kegunaan integral dalam kehidupan sehari-
hari banyak sekali, diantaranya menentukan luas suatu bidang, menentukan
voluem benda putar, menentukan panjang busur dan sebagainya. Integral tidak
hanya dipergunakan di matematika saja. Banyak bidang lain yang
menggunakan integral, seperti ekonomi, fisika, biologi, teknik dan masih
banyak lagi disiplin ilmu yang lain yang mempergunakannya.

1. INTEGRAL TAK TENTU

Karena integral merupakan kebalikan (invers) dari turunan, maka untuk


menemukan rumus integral kita beranjak dari turunan. Turunan suatu fungsi y
dy
= f(x) adalah y ‘ = f ‘ (x) atau , sedangkan notasi integral dari suatu fungsi
dx
y = f(x) adalah  y dx   f ( x) dx yang dibaca “ integral y terhadap x ”.

Turunan suatu fungsi konstan adalah 0 atau integral 0 adalah suatu fungsi
konstan, biasanya diwakili oleh notasi c.
a n 1
Rumus umum integral dari y  ax n adalah x  c atau ditulis :
n 1
a n 1
 ax dx  x c untuk n  1
n

n 1
Pengembangan Rumus Integral

Contoh soal : Tentukan :

 2x
3
a. dx

 5 x 
 3 x 3  6 x 2  7 x  2 dx
4
b.

Penyelesaian :
2 4 1
 2x dx  x  c  x4  c
3
a.
4 2

 5x  3 4 7
b. 4
 3x 3  6 x 2  7 x  2 dx  x 5  x  2x 3  x 2  2x  c
4 2

a. Integral Fungsi Aljabar

Pada integral tak tentu terdapat nilai konstanta c yang tidak tentu nilainya.
Untuk menentukan fungsi f dari suatu fungsi turunan, maka harus ada data
yang lain sehingga harga c dapat diketahui.

Contoh 1 : Diketahui f ‘(x) = 5x – 3 dan f(2) = 18. Tentukan f(x) !


Penyelesaian :
5 2
f ( x)   (5 x  3)dx  x  3x  c
2
5
f (2)  18  (2) 2  3.2  c  18
2

 10  6  c  18

 16  c  18

c2
5
Jadi f ( x)  x 2  3x  2
2
Contoh 2 : Jika gradien garis singgung di titik (x,y) pada sebuah kurva yang
dy
melalui titik (3,4) ditentukan  3 x 2  8 x  5 , maka tentukan persamaan
dx
kurva tersebut !

Penyelesaian :
f ( x)   (3x 2  8 x  5)dx  x 3  4 x 2  5 x  c
f (3)  4  33  4.3 2  5.3  c  4

 27  36  15  c  4

 c  2

Jadi f(x) = x 3  4 x 2  5 x  2

b. Integral Fungsi Trigonometri

Kita telah mempelajari turunan fungsi trigonometri yang secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut :
No F(x) F’(x) = f(x)
1 sin x cos x
2 cos x -sin x
3 tan x sec2 x
4 cotan x -cosec2 x
5 sec x tan x . sec x
6 cosec x -cotan x . cosec x

Maka di peroleh Rumus-Rumus Dasar Integral Fungsi Trigonometri sebagai


berikut:

∫ sin x dx = −cos x + C
∫ cos x dx = sin x + C
∫ sec2 x dx = tan x + C
∫ csc2 x dx = −cot x + C
∫ sec x . tan x dx = sec x + C
∫ csc x . cot x dx = −csc x + C
Untuk mengerjakan integral fungsi trigonometri akan digunakan kesamaan-
kesamaan sebagaiberikut ini:
1
1. sin2x +cos2x = 1 4. sinx. cosx = sin 2x
2
1 1
2. sin2x = (1-cos 2x) 5. 1 –cosx =2 sin2 2 x
2
1 1
3. cos2x = (1 + cos 2x ) 6. 1+cosx = 2 cos2 2 x
2

Perluasan Rumus

∫sinaxdx=−1acosax+C
∫sin(ax+b)dx=−1acos(ax+b)+C

Contoh : Tentukan :
a.  (5 sin x  2 cos x) dx
b.  (2 cos x  4 sin x  3) dx

Penyelesaian :
a.  (5 sin x  2 cos x) dx  5 cos x  2 sin x  c
b.  (2 cos x  4 sin x  3) dx  2 sin x  4 cos x  3x  c
Luas dan Volume
1) misalkan fungsi f terdefinisikan dalam interval tetutup [a,b] atau integral
tertentu f dari a ke b dilambangkan
2) dinyatakan dengan
=F(b) – F(a)
3) luas daerah di bawah kurva

a)
Dengan integral tetentu

=F(b) – F(a)

b)

4. Luas daerah diantara kurva

5. Volume benda putar


a. Pemutaran mengelilingi sumbu X

b. Pemutaran mengelilingi sumbu Y


Setelah difaktorkan diperloleh nilai a = 2. Jadi ½ a=1
2. INTEGRAL TENTU

Perhatikan gambar di bawah ini :


Y Y = f(x)

P Q

R S
f(x) f(x+h)

T h U X
0 a x x+h b

Luas daerah dari x = a hingga x = b adalah L(b) – L(a) ….. (1)


Luas RSUT  Luas RQUT  Luas PQUT
h.f(x)  L(x+h) – L(x)  h.f(x+h)
L ( x  h)  L ( x )
f ( x)   f ( x  h)
h

Untuk h  0 maka :
Lim Lim L( x  h)  L( x) Lim
f(x)   f(x+h)
h0 h0 h h0
f ( x )  L' ( x )  f ( x )  L' ( x )  f ( x )

L( x)   f ( x) dx  F ( x)  c

Dari (1) maka :


b
L   f ( x) dx  L(b)  L(a)  ( F (b)  c)  ( F (a)  c)  F (b)  F (a)
a

 f ( x) dx  F ( x)  F (b)  F (a)


b
Jadi : a
a

 (3x  x  1) dx
2
Contoh 1 : Hitunglah
1

Penyelesaian:
 
 4 x  1) dx  x 3  2 x 2  x 1  33  2.3 2  3  13  2.12  1  12
3

 (3x
2 3

C.Tehnik Pengintegralan
1. Integral dengan Substitusi

Cara menentukan integral dengan menggunakan cara substitusi-1 yaitu dengan


mengubah bentuk integral tersebut ke bentuk lain dengan notasi lain yang
lebih sederhana sehingga mudah menyelesaikannya. Cara ini digunakan jika
bagian yang satu ada kaitan turunan dari bagian yang lain.
Contoh 1 : Tentukan integral dari :

 2 x(4 x  1) dx
2 10
a.

 2 sin x cos x dx
5
b.

Penyelesaian :

a. Misal : u  4 x 2  1
Maka:
du
 8x
dx
du
 dx 
8x

Sehingga :

du 1 1 11 1
 2 x(4 x  1) 10 dx   2 x.u 10 .   u 10 du  u c (4 x 2  1)11  c
2

8x 4 4.11 44

b. Misal u = sin x
du
 cos x
dx
du
 dx 
cos x
Sehingga :
du 2 1
 2 sin x cos x dx   2u 5 . cos x   2u 5 du  u 6  c  sin 6 x  c
5

cos x 6 3

2. Integral Parsial

Bagaimana jika dua bagian pada suatu integral tidak ada kaitan turunan antara
bagian yang satu dengan bagian lainnya ? Untuk itu perlu ada cara lain untuk
menyelesaikannya yaitu dengan integral parsial.
Seperti telah kita ketahui pada turunan jika y = uv maka y ‘ =u ’ v + uv ’. Jika
kita integralkan kedua rua, maka akan didapat :

 y ' dx   u ' v dx   uv ' dx   uv ' dx  y   u ' v dx  uv   u ' v dx

Rumus di atas sering disingkat dengan :

 u dv  uv   v du
Pengintegralan parsial integral tak tentu: Pengintegralan parsial integraltertentu:

b b

 u v′ = uv -  u′v  u v′ = uv -b
a  u′v  u dv = uv -  v du
a a
b b

 u dv = uv -
b
a  v du
a a

Contoh 1 : Tentukan :

 2 x(5x  1)
6
a. dx
b.  x sin x dx
Penyelesaian : a. Misal 2x = u maka 2 dx = du

Misal dv = 5 x  1 6 dx  v  . 5 x  1 7 
1 1 1
(5 x  1) 7
5 7 35
1 1
 2 x(5 x  1) dx  2 x. (5 x  1) 2   (5 x  1)7 .2 dx
6

35 35
2x 2 1 1
 (5 x  1)7  . . (5 x  1)8  c
35 35 5 8
2x 1
 (5 x  1)7  (5 x  1)8  c
35 700

b. Misal x = u maka dx = du
Misal dv = sin x dx maka v = -cos x

 x sin x dx  x.  cos x    cos x dx   x cos x  sin x  c

Latihan
1.Hasil dari ∫(8x3 + 2x + 3) dx = ...
A. 24x2 + 2 + C
B. 8x2 + 2 + C
C. 2x4 + 2x2 + 3x + C
D. 2x4 + x2 + 3x + C
E. 3x4 + 2x2 + 3x + C

2.Hasil dari ∫(4x3 - 6x2 + 4x + 3) dx = ...


A. 4x4 - 3x3 + 4x2 + 3x + C
B. 4/3 x4 - 3x3 + 4x2 + 3x + C
C. 3/4 x4 - 2x3 + 2x2 + 3x + C
D. x4 - 2x3 + 2x2 + 3 + C
E. x4 - 2x3 + 2x2 + 3x + C

3.Hasil pengintegralan dari ∫(2x + 3)4 dx adalah...


A. 1/5 (2x + 3)5 + C
B. -1/5 (2x + 3)5 + C
C. 1/10 (2x + 3)5 + C
D. -1/10 (2x + 3)5 + C
E. (2x + 3)5 + C
3
4.Hasil dari ∫1 (3𝑥 2 – 2x + 2)dx adalah
A. 4
B. 8
C. 18
D. 20
E. 22
3
5.∫𝑝 (3𝑥 2 – 2x + 2)dx = 40
Maka nilai 1/2 p adalah...
A. 2
B. 1
C. -1
D. -2
E. -4
6.Hasil dari ∫5 sin 5x dx = ...
A. 3/5 cos 5x + C
B. -3/5 cos 5x + C
C. -3/5 sin 5x + C
D. 3/5 sin 5x + C
E. - cos 5x + C

7.Hasil dari ∫ cos x (x2 + 1) dx = …

A. x2 sin x + 2x cos x + C

B. (x2 – 1)sin x + 2x cos x + C

C. (x2 + 3)sin x – 2x cos x + C

D. 2x2 cos x + 2x2 sin x + C

E. 2x sin x – (x2 – 1)cos x + C


8.Hasil dari ∫ cos5 x dx = …
1
A. – cos6 x sin x + C
6

1
B. cos6 x sin x + C
6

2 1
C. –sin x + sin3 x + sin5 x + C
3 5

2 1
D. sin x – sin3 x + sin5 x + C
3 5

2 1
E. sin x + sin3 x + sin5 x + C
3 5

3 1
9.Diketahui ∫𝑎 (3𝑥 2 + 2x + 1) dx = 25 Nilai a = …
2

A. – 4

B. – 2

C. – 1

D. 1

E. 2
 
2 2
10. Hitunglah  cos 2 x dx=  1 (1  cos 2 x) dx =
0
2 0

𝜋
A.
4

B. 2
C. 3
D. 0
E. 8

11. Volume benda putar jika daerah yang dibatasi kurva y = − x2 + 4


dan y = − 2x + 4 diputar 360° mengelilingi sumbu Y adalah.....
A. 8 π satuan volume
B. 13/2 π satuan volume
C. 4 π satuan volume
D. 8/3 π satuan volume
E. 5/4 π satuan volume

12. Perhatikan gambar diarsir di samping!

Jika daerah yang diarsir diputar mengelilingi sumbu Y, maka volume


benda putar yang terjadi adalah….
A. 6 2/5 π satuan volume
B. 8 π satuan volume
C. 13 2/3 π satuan volume
D. 15 1/3 π satuan volume
E. 25 3/5 π satuan volume
13. Volume benda putar yang terbentuk dari daerah yang di kuadran I
yang dibatasi oleh kurva x = 2√2 y2, sumbu Y, dan lingkaran x2 + y2 =
9, diputar mengelilingi sumbu Y adalah....
A. 106/15 π satuan volume
B. 124/15 π satuan volume
C. 146/15 π satuan volume
D. 164/15 π satuan volume
E. 248/15 π satuan volume

Pembahasan :
NO.1

∫(8x3 + 2x + 3) dx = 8/4 . x4 + 2/2 x2 + 3/1 x1 + C


∫(8x3 + 2x + 3) dx = 2x4 + x2 + 3x + C
Jawaban: D

No.2
∫(4x3 - 6x2 + 4x + 3) dx = 4/4 . x4 - 6/3 x3 + 4/2 x2 + 3/1 x1 + C
∫(4x3 - 6x2 + 4x + 3) dx = x4 - 2x3 + 2x2 + 3x + C
Jawaban: E
No.3
Misal U = 2x + 3 maka dU/dx = 2 sehingga dx = dU/2

∫(2x + 3)4 dx = 1/10 (2x + 3)5+ C


Jawaban: C
No.4

[3/3 x3 – 2/2 x2 + 2/1 x1]


[x3 – x2 + 2x] = 40 (ganti x = 3 dan dikurang x = 1)
[33 – 32 + 2 . 3] - [13 – 12 + 2 . 1] = [27 - 9 + 6] - [1 - 1 + 2]
= 24 - 2 = 22
Jawaban: E

No.5
3
∫𝑝 (3𝑥 2 – 2x + 2) dx = x3 – x2 + 2x

40 = (33 – 32 + 6) – (p3 – p2 + 2p)

p3 – p2 + 2p = 27 – 9 + 6 – 40

p3 – p2 + 2p + 16 = 0

(p + 2)(p2 + p + 7) = 0

p = -2 atau p2 + p + 7 = 0
1
jadi p = -1
2

JAWABAN : C

No.6
Misal U = 5x maka dU/dx = 5 atau dx = dU/5
∫5 sin 5x dx = ∫5 sin U dU/5 = ∫sin U dU = - cos U + C
Ganti U = 5x
∫5 sin 5x dx = - Cos 5x + C
Jawaban: E

No.7

u = x2 + 1 ⟹ du = 2x dx

dv = cos x dx ⟹ v = sin x

∫ u dv = uv – ∫ v du

= sin x (x2 + 1) –∫ sin x 2x dx

m = 2x ⟹ dm = 2 dx

dn = sin x dx ⟹ n = -cos x

= sin x (x2 + 1) – (2x (-cos x) – ∫ -cos x 2 dx)

= sin x (x2 + 1) – (-2x cos x + 2 sin x) + C

= sin x (x2 + 1) + 2x cos x – 2 sin x + C

= sin x (x2 – 1) + 2x cos x + C

Jawaban : B

No.8

∫ cos5 x dx = ∫ cos x (cos2 x)2 dx

= ∫ cos x (1 – sin2 x)2 dx

= ∫ cos x (1 – 2 sin2 x + sin4 x) dx


misal u = sin x ⟹ du = cos x

= ∫ (1 – 2u2 + u4) du
2 1
= u – u3 + u5 + C
3 5

substitusi u = sin x,
2 1
= sin x – sin3 x + sin5 x + C
3 5

JAWABAN : D

No.9
3
∫𝑎 (3𝑥 2 + 2x + 1) dx = x3 + x2 + x

25 = (33 + 32 + 3) – (a3 + a2 + a)

a3 + a2 + a = 27 + 9 + 3 – 25

a3 + a2 + a – 14 = 0

(a – 2)(a2 + a + 7) = 0

a = 2 atau a2 + a + 7 = 0
1
jadi a = 1
2

JAWABAN : D

No.10
 
2 2
1
 cos x dx=  2 (1  cos 2 x) dx
2

0 0

1 1 2
=  2 x  4 sin 2 x 
 0

1  
=  1 . 
1  
 sin 2( ) = 1
(  0)  (0  0) 
2 2 4 2  2 2 4 4

Jawaban : A

Essay

1. Jika di Ketahui Maka Carilah Integralnya.!

Jawab :

2. Jika di Ketahui Maka Tentukanlah Integralnya .!

Jawab:

3. Jika Diketahui Maka Tentukanlah Integralnya.!


Jawab:

4. Jika Di Ketahui Maka Tentukanlah Integralnya.!

Jawab :

5. Jika Diketahui (Akar Tiga) Maka Tentukanlah


Integralnya.!

Jawab :
6. 2 3(x + 1)(x − 6) dx

adalah ….

Jawab:
Fungsi yang diintegral kita kalikan dulu.

3(x + 1)(x − 6)
= 3(x2 − 5x − 6)
= 3x2 − 15x − 18

Dengan demikian, integral di atas menjadi:


Batas x = 0 tidak perlu kita masukkan karena pasti akan menghasilkan
nol. Dengan memasukkan x = 2 diperoleh:

= 23 − (15)/2 ∙ 22 − 18 ∙ 2
= 8 − 30 − 36
= −58

7.Tentukan  x 2 sin x dx!


Penyelesaian:
dengan menggunakan rumus  u dv = uv -  v du

Misal : u = x2,  du  2xdx

dv = sin x dx  v   sin xdx = - cosx

sehingga diperoleh,  x 2 sin x dx=x2. (-cosx) -  ( cos x)2 xdx

= x2. (-cosx)+  cos x.2 xdx

= - x2.cosx + 2 (x.sinx -  sin xdx )

= - x2. cos x + 2x. sinx +2 cosx + C


8.Tentukan  2 x( x 2  3) 4 dx !
Penyelesaian:
du du
Misalkan u = x2  3 , maka  2x atau dx 
dx 2x
4 du
Sehingga diperoleh,  2 x( x 2  3) 4 dx =  2x u 2x
=  u 4 du
1 5
= u C
5
1 2
= ( x  3) 5  C
5

9.Tentukan  sin 3 x.cos x dx !


Penyelesaian:
du du
Misalkan u = sin x, maka  cos x atau dx 
dx cos x

Sehingga diperoleh,  sin 3 x.cos x dx =  u 3 cos x du


cos x

=  u 3 du
1 4
= u C
4
1
= sin 4 x  C
4
2
1 3 2
2
10.  ( x 2  4 x) dx =  3 x  2 x 
0 0

1 3 2 1 3 2
=  3 (2)  2(2)    3 (0)  2(0) 

2
= (8/3 + 8 ) – ( 0 + 0 ) = 10
3

11. Langkah pertama yang biasa ditempuh adalah membuat sketsa


grafik kurva-kurva yang terlibat agar nampak batas-batas yang akan
diambil,

Kurva pertama bentuknya persamaan kuadrat,


y = −x2 + 4

Cari titik potong pada sumbu x, berarti y diberi harga nol, y = 0


y = −x2 + 4
0 = −x2 + 4
0 = 4 −x2
Faktorkan,
0 = (x + 2)(x − 2)
x = − 2 atau x = 2

Titik-titik yang diperoleh dari langkah ini adalah (2, 0) dan titik (−2, 0)
Titik potong pada sumbu y, berarti x diberi harga nol, x = 0
y = −x2 + 4
y = −02 + 4
y=4

Titik yang diperoleh dari langkah ini adalah (0, 4)

Kurva Kedua berbentuk persamaan linier


y = − 2x + 4

Titik potong sumbu x, berarti y = 0


y = − 2x + 4
0 = − 2x + 4
2x = 4
x = 4/2 = 2
Diperoleh titik (2, 0)

Titik potong sumbu y, berarti x = 0


y = − 2x + 4
y = − 2(0) + 4
y=4
Diperoleh titik (0, 4)

Grafik selengkapnya sebagai berikut

Menentukan Batas-batas
Jika diputar pada sumbu x, terlihat dari gambar batas-batasnya adalah 0
dan 2
Jika diputar pada sumbu y, terlihat batas-batasnya adalah 0 dan 4

Kali ini akan dihitung untuk putar sumbu y, sehingga batas yang
diambil 0 dan 4

Dari rumus volume benda putar pada sumbu y untuk dua buah kurva:

V = π a∫b ( [f1(y)]2 − [f2(y)]2 ) dy


atau

V = π a∫b ( [x1]2 − [x2]2 ) dy

→ Ubah bentuk "y =... " menjadi "x =..." atau "x2 =..." ,

y = −x2 + 4
x2 = 4 − y

y = − 2x + 4
2x = 4 − y
x = 2 − 1/2 y
x2 = 4 −2y + y2/4

sehingga

V = π a∫b ( [x1]2 − [x2]2 ) dy


V = π 0∫4 ( [4 − y] − [4 −2y + y2/4] ) dy
V = π 0∫4 ( 4 − y − 4 + 2y − y2/4 ) dy
V = π 0∫4 (y − y2/4 ) dy
V = π [ 1/2 y2 − y3/12]04
V = (1/2 . 16 − 64/12)π − (0) π = 8/3 π
12. Pembahasan
y = √x
y2 = x
y4 = x2
x2 = y4

Dari rumus volume benda putar pada sumbu y untuk satu buah kurva:
V = π o∫2 x2 dy
V = π o∫2 y4 dy
V = π [ 1/5 y5 ]02 = 1/5 π [ y5 ]02
V = 1/5 π [ (25) − (05) ] = 32/5 π = 6 2/5 π satuan volume

13. Pembahasan
Volume benda putar pada sumbu Y.

Kurva I
x = 2√2 y2
x2 = 8y4

Kurva II
x2 + y2 = 9
x2 = 9 − y
Tentukan titik potongnya dulu
8y4 = 9 − y2
8y4 + y2 − 9 = 0

Faktorkan
(8y2 + 9)(y2 - 1) = 0
Ambil y2 - 1 = 0
y2 = 1→ y = ± 1

Sketsa kasar grafiknya sebagai berikut:

Terlihat Volumenya

Anda mungkin juga menyukai