Anda di halaman 1dari 4

Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia

Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa dengan berbagai
keanekaragaman hayati di dalamnya. Iklimnya yang tropis dan tanahnya yang subur, membuat
berbagai macam flora dan fauna hidup dengan “nyaman” di sini. Tak hanya makhluk
makroskopis saja, bahkan berbagai spesies dari makhluk hidup mikroskopis berkembang biak
dengan baik di Indonesia.
Di satu sisi, keanekaragaman hayati di Indonesia memang harus dilestarikan. Namun,
tak semua makhluk hidup yang berkembang biak membawa dampak positif bagi negeri ini,
khususnya mereka yang datang dari dunia mikroskopis yang membawa bibit penyakit. Dengan
temperatur yang hangat, mereka ̶ bakteri, jamur, dan virus ̶ dapat memperbanyak diri dengan
sangat cepat. Tak hanya itu, bahkan kerap kali muncul spesies baru yang berdampak membawa
wabah penyakit yang baru juga.
Pertumbuhan spesies pembawa bibit penyakit ini kiranya perlu mendapat perhatian
khusus, agar tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tetap terjaga baik. Selain dari diri kita
sendiri agar menjaga pola hidup sehat, pemerintah juga perlu berperan dalam menjaga tingkat
kesehatan masyarakatnya, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Perlu kita tahu, berdasarkan survei tahun 2016 tingkat kesejahteraan masyarakat
Indonesia dari sisi kesehatan mengalami penurunan. Selain itu, kerap kali dijumpai beberapa
kasus pasien Indonesia harus dilarikan ke rumah sakit di luar negeri akibat tidak mampunya
tenaga medis Indonesia untuk menangani penyakit pada pasien tersebut. Hal ini tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor, beberapa di antaranya seperti : 1. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit itu sendiri, 2. Tidak adanya peralatan medis yang menunjang penyembuhan
penyakit tersebut, 3. Kekhawatiran keluarga pasien terhadap layanan kesehatan di rumah sakit
yang mungkin dianggap kurang maksimal.
Untuk kasus pada poin 1, salah satu cara penanganannya adalah dengan melakukan riset
lebih lanjut oleh dokter dan akademisi yang berkaitan, terhadap penyebab penyakit tersebut.
Sehingga jika terdapat pasien dengan penyakit yang sama di masa yang akan datang, kasus
tersebut dapat ditangani dengan baik oleh tenaga medis.
Selanjutnya, yang perlu dijadikan PR bagi pemerintah Indonesia adalah faktor pada
poin 2, yaitu pengadaan peralatan medis yang cukup mumpuni untuk menangani penyakit-
penyakit yang sering terjadi. Karena jika tidak, maka faktor penyebab pada poin 2 memberi
pengaruh yang besar kepada poin 3. Perlu kita tahu, bahwa berdasarkan data tahun 2013,
belanja alat kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebesar 250 triliun rupiah.
Perlu digarisbawahi juga bahwa dari total belanja alat kesehatan tersebut, hanya 8 persen yang
berasal dari alat kesehatan lokal, dan itu pun peralatan yang hanya menggunakan teknologi
sederhana-menengah. Sedangkan 92 persen sisanya pemerintah Indonesia melakukan impor
alat kesehatan. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemampuan Indonesia dalam
pengadaan alat kesehatan yang canggih masih sangat kurang.
Namun, dibalik adanya suatu masalah, pasti selalu ada harapan dan jalan keluar yang
menyertai. Saya sebagai pemuda Indonesia, yang sedang mendalami ilmu-ilmu dalam Teknik
Biomedis, merasa yakin bahwa akan ada suatu masa di mana negara Indonesia ini akan
menemui jalan keluar dari masalah pengadaan alat kesehatan tersebut. Perlu kita ketahui
bersama bahwa salah satu tujuan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) Republik Indonesia membuka program studi Teknik Biomedis baru-baru
ini di beberapa perguruan tinggi, salah satunya ITB, adalah untuk menjawab tantangan
peningkatan pelayanan kesehatan, yaitu dengan melahirkan lulusan sarjana yang mampu
menguasai dan mengembangkan : peralatan dan metoda (biomedika) baru, teknologi nano dan
molekuler, serta teknologi untuk deteksi dini. Hal itu pula yang mendasari motivasi saya untuk
memilih jurusan Teknik Biomedis Institut Teknologi Bandung ini. Saya ingin menjadi salah
satu partisipan yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pengadaan alat kesehatan
untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.
Masalah lainnya adalah, bahwa eksistensi dari jurusan Teknik Biomedis ini saya rasa
masih kalah bersaing jika dibandingkan dengan jurusan-jurusan Teknik lainnya yang sudah
lama ada di kampus-kampus di Indonesia. Tercatat, dari pertama kali jurusan ini dibuka di ITB
pada tahun 2015, baru ada sekitar 90 mahasiswa yang memilih jurusan ini sampai pada
angkatan 2017. Hal ini serupa terjadi di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang juga
baru membuka program studi Teknik Biomedika pada tahun 2015. Padahal menurut data dari
pengenalan jurusan di ITB, dibutuhkan 9000 lulusan sarjana Teknik Biomedis dalam 5 tahun
ke depan.
Dari permasalahan tersebut, saya mengusulkan sebuah solusi bahwa perlu adanya
sosialisasi dan pengenalan program studi Teknik Biomedis ini ke siswa-siswi SMA di seluruh
Indonesia. Cara yang paling efektif adalah melalui kerjasama dan bantuan paguyuban-
paguyuban yang ada di kampus yang berkaitan. Dengan menyampaikan latar belakang masalah
yang terjadi dan tujuan dibukanya jurusan ini, akan memberikan pemahaman yang lebih jelas
pada siswa-siswa SMA mengenai program studi Teknik Biomedis ini, sehingga dapat
meningkatkan minat siswa untuk memilih program studi ini sebagai salah satu pilihan mereka
ketika lulus dari sekolah nanti.
Kemudian ada satu hal menarik yang seringkali terjadi pada lulusan sarjana Teknik.
Karena seorang mahasiswa Teknik selama empat tahun digembleng dengan berbagai mata
kuliah yang sangat menguras kinerja dari otak kiri, mayoritas dari mereka memiliki rasa empati
yang kurang terhadap lingkungan di sekitarnya akibat kurang terasahnya kerja otak kanan.
Padahal sebagai lulusan sarjana Teknik Biomedis ini, kita perlu peka terhadap masalah yang
terjadi pada kesehatan masyarakat Indonesia, karena kita adalah orang yang bekerja dibalik
dokter. Untuk itu, saya bersama rekan-rekan satu jurusan akan mengintensifkan kegiatan
pengabdian masyarakat guna mengasah kinerja otak kanan kami. Bentuk pengabdian
masyarakat yang dilakukan dapat berupa : penyuluhan dan sosialisasi mengenai pentingnya
menjaga kesehatan, pengabdian dengan membuat suatu alat sederhana yang berguna bagi
masyarakat, bekerja sama dengan puskesmas sekitar untuk mengadakan cek kesehatan gratis,
dan bentuk-bentuk lainnya. Sehingga pada saat kita terjun di dunia kerja nanti, dengan bekal
pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan, akan terbentuk suatu motivasi baru bahwa
kehadiran kita sebagai seorang sarjana Teknik Biomedis sangat penting di tengah-tengah
masyarakat. Kemajuan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya pada sektor
kesehatan juga berada pada bahu kita, sehingga perlu adanya sinergi yang baik antara tenaga
medis dengan bioengineer untuk bersama-sama meningkatkannya.
Setelah semua elemen saling bekerja sama dalam meningkatkan kesejahteraan
kesehatan masyarakat, selanjutnya dibutuhkan pula peran pemerintah Indonesia untuk ikut
andil terhadap penyelesaian masalah ini. Untuk mengurangi angka impor alat kesehatan yang
masih terbilang besar, perlu dibangun sebuah industri alat kesehatan yang mampu
menghasilkan peralatan medis berteknologi menengah-atas. Selain menambah angka produksi
alat kesehatan sendiri serta mengurangi angka impor Indonesia, dengan dibangunnya industri
peralatan medis baru, akan menambah jumlah industri yang ada di Indonesia, yang akhirnya
dapat memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia, sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan produktivitas Indonesia pada sektor
industri, di samping sektor pertanian yang menjadi sektor utama produktivitas Indonesia.
Saya percaya, dengan banyaknya generasi muda yang sama-sama peduli dengan
kondisi kesehatan serta kondisi peralatan medis penunjang kesehatan masyarakat Indonesia,
serta peran aktif pemerintah Indonesia dalam memfasilitasinya, kita dapat saling percaya,
saling memberi kontribusi pada negeri ini, memajukan peralatan dan pelayanan kesehatan
untuk masyarakat, serta mendukung Indonesia yang mandiri dalam industri kesehatan, untuk
Indonesia yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai