ii
RINGKASAN
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai di setiap proses dalam
Teknik Kimia. Dengan adanya kontak antara gas dan cairan, maka terjadi
perpindahan massa antara gas dan cairan.
Humidifikasi adalah proses perpindahan atau penguapan air dari fase cair
ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak
antara cairan yang suhu lebih tinggi dari campuran. Bilangan Schmidt merupakan
rasio momentum dan difusivitas massa. Bilangan Reynold adalah rasio antara gaya
inersia terhadap gaya viskos. Teori penetrasi dinyatakan oleh Trey Ball. Ketika
dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari ruangannya,sistem operasi merupakan
sistem adiabatik.
Bahan yang digunakan adalah udara dan air. Alat yang digunakan adalah
stopwatch dan thermometer. Variabel tetap adalah waktu kalibrasi air 10 detik,
volume wet gas meter adalah 10 ml, laju alir udara tetap adalah 800, 900, 1000,
1100, dan 1200 ml/s; laju alir air tetap adalah 40 50, 60, 70, dan 80 ml/s. Langkah
percobaan antara lain tahap persiapan yang terdiri dari kalibrasi rotameter udara
dan air. Selanjutnya yaitu tahap operasi yang terdiri dari mengalirkan air dan
mengalirkan udara pada penunjukan skala rotameter, lalu mengukur suhu wet bulb,
membaca dan mencatat suhu pada thermometer setelah 10 menit.
Dari data yang dihasilkan, didapatkan bahwa nilai kgl sebanding dengan
laju alir, nilai laju alir juga sebanding dengan bilangan Reynold baik air maupun
udara, dan nilai bilangan Reynold berbanding lurus dengan bilangan Sherwood.
Dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan laju alir, nilai koefisien
perpindahan massa juga bertambah, nilai laju alir sebanding dengan bilangan
Reynold, dan bilangan Reynold nilainya berbanding lurus dengan bilangan
Sherwood.
iii
SUMMARY
Mass transfer phase can be found in every process in Chemical
Engineering. Contact from air with liquid can make a mass transfer.
Humidification is a transfer process or evaporation water from liquid to
mixed gases that contains air and bubble air. It can be happened because of Commented [W1]: Ga di bold
contact from liquid higher with temperature than solution. Schmidt number is a
ratio momentum ratio per mass difution. Reynold number is a ratio inertia per
viscosity. Penetration theory is said by Treyball. When wall column is wetted an
isolated from operation system, the operation can called adiabatic operation.
Thw equipment that used is air and water, stopwatch, and thermometer.
The variabel for water rotameter calibration is 10 second, wet gas volume is 10
ml, rate of air 800, 900, 1000, 1100, 1200 ml/s. Rate of water is 40, 50, 60, 70, and
80 ml/s. The first step is calibration for water and air rotameter. Operation
process consist of draining the water and air, measuring temperature of wet bulb,
and take notes for each 10 minutes.
From the result, the value of kgl is proportional with flow rate and Reynold
number for water and air. Reynold number is proportional with Sherwood
number.
The conclusion and flow rate is proportional with Reynold number and flow
rate and Reynold number is proportional with Sherwood number.
iv
PRAKATA
Puji syukur dihaturkan kepada Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya Commented [W2]: Perpanjang prakata
dapat diselesaikan laporan resmi berjudul Wetted Wall Column. Laporan ini disusun
untuk memenuhi syarat praktikum.
Pada kesempatan ini diucapkn terima kasih kepada Ir. Hantoro Satriadi, M.T.
selaku dosen pembimbing materi Wetted Wall Column, serta semua pihak yang
terkait mulai dari penyusunan proposal hingga laporan resmi.
Laporan resmi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat khususnya untuk mahasiswa Teknik Kimia.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
SUMMARY ....................................................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ....................................................................... 1
1.4 Manfaat Praktikum ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Humidifikasi ............................................................................... 2
2.2 Wetted Wall Column ................................................................... 3
2.3 Bilangan Tak Berdimensi ........................................................... 4
2.4 Pengertian Tentang Koefisien Perpindahan Massa .................... 5
2.5 Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column .......................... 8
2.6 Teori Penetrasi ............................................................................ 11
2.7 Teori Film ................................................................................... 12
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Rancangan Percobaan ................................................................. 14
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan ................................................ 15
3.3 Gambar Rangkaian Alat.............................................................. 15
3.4 Prosedur Praktikum..................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Laju Alir Air dan Udara terhadap Koefisien Perpindahan
Massa .......................................................................................... 16
4.2 Hubungan Laju Alir Air dan Udara terhadap Bilangan Reynold 18
4.3 Hubungan Antara Bilangan Reynold dan Bilangan Sherwood .. 19
vi
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................... 20
Daftar Pustaka .................................................................................................. 21
Lampiran
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Wetted wall column ..................................................................... 3
Gambar 2.2 Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke cair atau dari
fase cair ke gas.......................................................................... 6
Gambar 2.3 Penampang Membujur dari wetted wall column untuk bagian
dima8na perpindahan massa fasa diukur telaah ....................... 8
Gambar 2.4 Teori penetrasi ............................................................................ 11
Gambar 2.5 Teori film .................................................................................... 12
Gambar 3.1 Alat praktikum WWC ................................................................. 13
Gambar 4.1 Hubungan laju alir air terhadap koefisien perpindahan massa ... 16
Gambar 4.2 Hubungan laju alir udara terhadap koefisien perpindahan massa 16
Gambar 4.3 Hubungan laju alir air terhadap bilangan Reynold ..................... 17
Gambar 4.4 Hubungan laju alir udara terhadap bilangan Reynold ................ 18
Gambar 4.5 Hubungan bilangan Reynold terhadap bilangan Sherwood pada laju
alir air tetap ............................................................................... 18
Gambar 4.6 Hubungan bilangan Reynold terhadap bilangan Sherwood pada laju
alir udara tetap .......................................................................... 19
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan sementara ........................................................................................... A-1
Lembar perhitungan ......................................................................................... B-1
Referensi Commented [W3]: Dikasi nomer halaman
ix
Wetted Wall Column
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai di setiap proses dalam
teknik kimia, sebagai contoh: ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi,
pengeringan, dan pendinginan.
Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi dalam berbagai cara,
misalnya: peristiwa dimana cairan dilewatkan ke dalam bentuk lapisan film
yang bergerak melalui cairan gas dilewatkan melalui tray tower.
Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi
perpindahan massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu, diperlukan
koefisien perpindahan massa dari fase gas ke cairan (kgg) atau sebaliknya
(kgl).
1.2 Perumusan Masalah
Praktikum WWC (Wetted Wall Column) merupakan praktikum yang
membahas tentang perpindahan massa antar fasa, yaitu gas dan cairan. Pada
praktikum ini akan didapatkan besarnya koefisien perpindahan massa (kgl),
kondisi operasi (temperature, tekanan, laju alir udara, dan laju alir air) yang
mempengaruhi besarnya kgl dan nilai bilangan tak berdimensi yaitu pengaruh
bilangan Reynold terhadap bilangan Sherwood.
1.3 Tujuan Praktikum
1. Menentukan besarnya kgl pada berbagai variabel operasi.
2. Menentukan pengaruh bilangan tak erdimensi bilangan Reynold
terhadap bilangan Sherwood.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui kondisi operasi yang mempengaruhi kgl.
2. Mengetahui fenomena yang terjadi pada saat praktikum wetted wall
column.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpiindahan atau penguapan air dari fase
cair ke dalam campurangas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya
kontak antara cairan yang temperaturenya lebih tinggi dengan campurannya.
Dalam proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, di antaranya:
Temperature dry bulb
Temperature dry bulb adalah temperature yang terbaca
pada thermometer terkena udara bebas namun terlindung dari
radiasi dan kelembapan. Temperature dry bulb sering disebut
sebagai temperature udara, sehingga tidak menunjukkan adanya
jumlah uap air di udara.
Temperature wet bulb
Temperature wet bulb adalah temperature kesetimbangan
yang dicapai apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam
jumlah besar campuran uap gas yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature
wet bulb adalah dengan menggunakan thermometer yang
diselubungi kapas atau kaiin basah kekmudian dialirkan gas yang
mempunyai properties T dry dan humidity H. Pada keadaan
steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas atau
kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan.
Suhu inilah yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet
bulb digunakan untuk menentukan humidity dari campuran air-
udara.
Dew point
Dew point adalah temperature udara saat saturasi atau
temperature dimana uap ar mulai mengembun ketika campuran
udara dan uap air didinginkan.
Enthalpi
Enthalpi adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam
udara setiap satuan massa.
Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol
uap dengan raksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang
sama (%).
Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam
udara kering.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)
%ℎ𝑢𝑚𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟
× 100%
Humidity dinyatakan dengan y. nilai y dapat dicari dengan
menggunakan diagram psikometrik, dengan mengetahui nilai
temperature dry bulb dan temperature wet bulb.
2.2 Wetted Wall Column
Dimana:
vs : kecepatan fluida
L : panjang karakteristik
μ : viskositas absolut fluida dinamis
v : viskositas kinematic fluida: v=μ/ρ
ρ : kerapatan (densitas) fluida
Bilangan Schmidt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan
difusivitas massa. Bilangan ini digunakan untuk menentukan sifat
aliran-aliran fluida dimana pada aliran tersebut proses konveksi-
difusi momentum dan massa berlangsung secara simultan.
Dengan perumusan sebagai berikut.
𝑉 𝜇
𝑆𝑐 = =
𝐷 𝜌𝐷
Dimana:
V : viskositas kinematis (μ/ρ) dalam satuan unit (m2/s)
D : difusivitas massa (m2/s)
μ : viskosistas dinamis dari aliran fluida (N.s/m2)
ρ : densitas dari fluida (kg/m3)
Bilangan Sherwood
Bilangan Sherwood (Nusslet) merupakan bilangan tak
berdimensi yang digunakan untuk mengetahui besarnya koefisien
transfer massa (kgl) dimana merupakan rasio dari koefisien
konveksi transfer massa dengan difusivitas transfer massa.
𝐾. 𝐿
𝑆ℎ =
𝐷
Dimana:
L : panjang kolom perpindahan massa (m)
D : difusivitas massa (m2/s)
K : koefisien transfer massa (m/s)
2.4 Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa
XA : fraksi mol uap air di fase gas yang merupakan fungsi dari y dan
z
JAy : fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler
(gram mol/cm2 detik)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut:
NAy – XA (NAy + NBy) = JAy................................................................. (2)
Menurut Hukum Fich pertama, maka
JAy = -C DAB XA/y .............................................................................. (3)
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya JAy
memerlukan persyarat bahwa XA/y diketahui terlebih dulu. Guna
memecahkan persoalan-persoalan yang rumit pada alirannya, maka
penggunaan persamaan (3) akan sangat menyulitkan. Oleh karena itu,
didefinisikan koefisien perpindahan massa sebagai berikut:
JAyα=kg. loC (XAo-XA) ............................................................ (4)
Dimana (XAo-XA) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan
dengan fraksi mol dalam arah perpindahan massa y. Pendefinisian
(XAo-XA) ini menentukan definisi yang tepat dari kg.loC (tanda LoC
dari fase fas diganti huruf g). pernyataan lokal di sini dimaksudkan
untuk menunjukkan bahwa kg dapat berbeda-beda dari satu posisi lain
pada permukaan bidang selang dimana perpindahan massa terjadi.
Agar lebih memudahkan pemakaian, maka didefinisikan kg rata-
rata yang dinyatakan dengan kgl sebagai berikut:
𝑠 𝑘𝑔.𝐿𝑜𝐶 𝑑𝑠
𝑘𝑔𝑙 = ∫𝑠 𝑠 ...................................................................(5)
𝑜 ∫𝑠 𝑑𝑠
𝑜
Ruas kiri adalah definisi kgl sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat
dengan mudah diintegrasikan.
𝑘𝑔𝑙.𝐷𝑋 𝐿
𝑘𝑔𝑙 = = 𝑓(𝑁𝑅𝑒 , 𝑁𝑆𝑐 , ) ......................................................... (12)
𝐶.𝐷𝐴𝐵 𝐷
massa adalah untuk mengontakkan luas area antara dua fase sehingga dapat
dihitung dengan tepat.
Koefisien transfer massa konvektif untuk jatuhnya liquid film
dikorelasikan oleh Vivian dan pecamenet denga korelasi:
1
1
𝐾𝐿 𝑍 𝜌2 𝑔𝑍 3 6
= 0,433(𝑆𝑐) [2 ] (𝑅𝑒)0,4 .................................................. (17)
𝐷𝐴𝐵 𝜇2
Dimana:
Z : panjang
DAB : diffusivitas massa antara komponen A dan B
ρ : densitas liquid B
μ : viskositas liquid B
g : percepatan gravitasi
Sc : Schmidt number (dievaluasikan pada temperature liquid film)
Re : Reynold number
2.6 Teori Penetrasi
Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak dua
fluida. Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang
mengabsorbsi gas. Partikel liquid mula-mula berada di puncak gelembung
dimana partikel liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar
(b) terlihat dimana liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus Eddy
constant.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hubungan Laju Alir Air dan Udara terhadap Koefisien Perpindahan
Massa (kgl)
-9.1
-1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
-9.2
y = 0.8614x - 8.4483
-9.3
log Nsh
-9.4
-9.5
-9.6
-9.7
-9.8
log Nre
Gambar 4.1 Hubungan laju alir air terhadap koefisien perpindahan massa
-7.3
2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.85
-7.4
-7.5
-7.6
log Nsh
-7.7
y = 1.6612x - 12.104
-7.8
-7.9
-8
-8.1
-8.2
log Nre
Gambar 4.2 Hubungan laju alir udara terhadap koefisien perpindahan massa
Berdasarkan grafik yang dihasilka ndapat dikatakan bahwa semakin
besar laju alir air atau laju alir udara makanilai koefisien perpindahan massa
(kgl) jug semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besar laju alir air
atau dara maka kontak fase antara gas dan cairan bertambah, sehingga jumlah
gas yang dapat berpindah dari fase gas ke fase cairan juga semakin besar
(Kumoro, 2000).
Pada variabel laju alir udara, pengaruh laju alir terhadap nilai koefisien
perpindahan massa (kgl) dapat diketahui dari persamaan:
𝑄𝑢. 𝜌𝑢
𝑊=
𝐵𝑀𝑢. (1 + 𝑦 ′ )
𝑊 ln 𝑋𝐴1′ − 𝑋𝐴1
𝑘𝑔𝑙 = ×
𝜋. 𝐷. 𝐿 𝑋𝐴2′ − 𝑋𝐴2
Dimana:
kgl : koefisien transfer massa udara (mol/m3s)
W : laju alir gas (mol/s)
D : diameter kolom (meter)
L : panjang kolom (meter)
Qu : laju alir volumetrik (m3/s)
ρu : densitas udara (kg/m3)
BMu : berat molekul udara (kg/mol)
y' : Td in saturasi (100% humidity)
Jika dilihat dari persamaan , semakin besar laju alir volumetric udara
(Qu) maka laju alir gas (W) semakin besar, maka nilai koefisien transfer massa
(kgl) juga semakin besar.
4.2 Hubungan Laju Alir Air dan Udara terhadap Bilangan Reynold (NRe)
0.0003
0.00025
0.0002
kgl
0.00015
Rotameter Udara
0.0001
0.00005
0
0 0.00000020.00000040.00000060.00000080.000001
Laju alir
0.16
0.14
0.12
0.1
Nre
0.08
Rotameter Udara
0.06
0.04
0.02
0
0 0.00000020.00000040.00000060.00000080.000001
Laju alir
0.00025
0.0002
kgl
0.00015
Rotameter Udara
0.0001
0.00005
0
0 0.00000020.00000040.00000060.00000080.000001
Laju alir
Gambar 4.5 Hubungan NRe dan NSh pada laju alir air tetap
0.0035
0.003
0.0025
0.002
kgl
0.001
0.0005
0
0 0.000005 0.00001 0.000015 0.00002 0.000025
Laju alir
Gambar 4.6 Hubungan NRe dan NSh pada laju alir udara tetap
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan ketika laju alir naik maka nilai
NRe dan NSh juga bertambah. Hubungan antara NRe dan NSh dapat dirumuskan
sebagai dengan:
𝑁𝑆ℎ = 𝑎 (𝑁𝑅𝑒 )𝑏
Nilai a dan b didapatkan dengan metode Least square.
Maka, untuk laju alir air tetap didapatkan persamaan:
𝑁𝑆ℎ = 4,2105 × 10−9 (𝑁𝑅𝑒 )0,8975
Untuk laju alir udara tetap didapatkan persamaan:
𝑁𝑆ℎ = 7,8705 × 10−13 (𝑁𝑅𝑒 )1,6612
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan dapat disimpulkan:
1. Semakin besar laju alir, maka nilai koefisien perpindahan massa semakin
besar.
2. Hubungan laju alir dengan bilangan Reynold adalah berbanding lurus.
3. Hubungan bilangan Reynold dengan bilangan Sherwood adalah
berbanding lurus, dan dari percobaan didapatkan:
a. Persamaan untuk laju alir udara tetap adalah
𝑁𝑆ℎ = 4,2105 × 10−9 (𝑁𝑅𝑒 )0,8975
b. Persamaan untuk laju alir air tetap adalah
𝑁𝑆ℎ = 7,8705 × 10−13 (𝑁𝑅𝑒 )1,6612
5.2 Saran
1. Saat melakukan pengukuran Td dan tw usahakan thermometer tidak
bersentuhan.
2. Thermometer diusahakan tidak menyentuh dinding pipa.
3. Kapas basah diganti setiap pengukuran variabel.
DAFTAR PUSTAKA
A-1
A. KALIBRASI ROTAMETER
ROTAMETER UDARA
Volume Waktu
Skala (ml) (sekon)
800 10 47.3
900 10 36
1000 10 19
1100 10 14
1200 10 11
ROTAMETER AIR
Volume Waktu
Skala (ml) (sekon)
40 98 10
50 146.7 10
60 180 10
70 210 10
80 245 10
B. PERHITUNGAN Td dan Tw
ROTAMETER UDARA
Skala Td in Td out Tw in Tw out
800 29 26 25.4 26
900 30.5 26.3 25.5 26.1
1000 31 26.5 25.6 26
1100 30.5 26.5 25.7 26
1200 31.4 26.9 25.7 26.7
ROTAMETER AIR
Skala Td in Td out Tw in Tw out
40 31.5 26.4 26.2 27
50 31.8 27.1 26.2 26.9
60 31.9 27.7 26.1 26.3
70 32 27.4 26 26.6
80 31.9 27.4 26.3 26.6
Semarang, 13 Maret 2017
Praktikan Asisten
A-2
LEMBAR PERHITUNGAN
Diameter kolom : 0,06 meter
Panjang kolom : 0,65 meter
Densitas air : 995,6 kg/m3
Densitas udara : 1,165 kg/m3
Viskositas air : 0,00083 kg/m.s
Viskositas udara : 0,00018 kg/m.s
A. Perhitungan Ym dan Yk
- Rotameter udara
Skala Td in Td out Tw in Tw out Ym=Xa1 Yk=Xa2
800 29 26 25.4 26 0.03074 0.03412
900 30.5 26.3 25.5 26.1 0.03042 0.03509
1000 31 26.5 25.6 26 0.02994 0.0346
1100 30.5 26.5 25.7 26 0.0301 0.0346
1200 31.4 26.9 25.7 26.7 0.02929 0.03557
- Rotameter air
Skala Td in Td out Tw in Tw out Ym=Xa1 Yk=Xa2
40 31.5 26.4 26.2 27 0.03122 0.0367
50 31.8 27.1 26.2 26.9 0.03074 0.03637
60 31.9 27.7 26.1 26.3 0.03058 0.03428
70 32 27.4 26 26.6 0.03058 0.03621
80 31.9 27.4 26.3 26.6 0.03042 0.03621
B. Perhitungan Quk dan Qum
- Rotameter udara
Skala Volume Waktu Quk Qum
800 10 47.3 2.1142E-07 2.3504E-07
900 10 36 2.7778E-07 3.20685E-07
1000 10 19 5.2632E-07 6.12913E-07
1100 10 14 7.1429E-07 8.18522E-07
1200 10 11 9.0909E-07 1.05474E-06
- Rotameter air
Skala Volume Waktu Quk Qum
40 98 10 0.0000098 1.16315E-05
50 146.7 10 0.00001467 1.71207E-05
60 180 10 0.000018 2.0655E-05
B-1
70 210 10 0.000021 2.43922E-05
80 245 10 0.0000245 2.83642E-05
B-2
E. Perhitungan kgl
- Rotameter udara
Skala kgl PA1 PA2 Pm (Nsh)h
800 6.51104E-05 2025.61 2219.8 52474835.16 1.90667E-10
900 7.76647E-05 2025.61 2219.8 52474835.16 2.2743E-10
1000 0.000150864 2035.34 2219.8 55240010.53 4.65064E-10
1100 0.000205983 2035.34 2219.8 55240010.53 6.34976E-10
1200 0.000243419 2035.34 2269.14 43550912.95 5.91596E-10
- Rotameter air
Skala kgl PA1 PA2 Pm (Nsh)h
40 0.001352642 2190.76 2298.73 -94196398.12 -7.11034E-09
50 0.002173741 2190.76 2298.73 -94196398.12 -1.14265E-08
60 0.002187408 2190.76 2219.8 -350530406.5 -4.27886E-08
70 0.003261008 2190.76 2279.01 -115277446.9 -2.09782E-08
80 0.004055695 2200.45 2279.01 -129502704.5 -2.93101E-08
F. Perhitungan NSh dan persen error
- Rotameter udara
Skala log Nre (x) logh Nsh (y)
800 -1.48190771 -9.719725491
900 -1.34697065 -9.64315209
1000 -1.06565048 -9.332487433
1100 -0.94001934 -9.197242403
1200 -0.82990517 -9.22797489
-9.1
-1.6 -1.4 -1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
y = 0.8614x - 8.4483
-9.2
-9.3
log Nsh
-9.4
-9.5
-9.6
-9.7
-9.8
log Nre
B-3
Skala Nshp logh Nshh %error
800 2.1E-10 -9.719725491 1.98455
900 2.8E-10 -9.64315209 4.22264
1000 4.9E-10 -9.332487433 0.94006
1100 6.3E-10 -9.197242403 0.22004
1200 7.8E-10 -9.22797489 6.53403
- Rotameter air
Skala log Nre (x) logh Nsh (y)
800 2.396992106 -8.148109806
900 2.572196144 -7.942084959
1000 2.661038536 -7.368671553
1100 2.727985325 -7.678230921
1200 2.794932115 -7.532983004
-7.3
2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.85
-7.4
y = 1.6612x - 12.104
-7.5
-7.6
log Nsh
-7.7
-7.8
-7.9
-8
-8.1
-8.2
log Nre
B-4
PROSEDUR ANALISA
Dari percobaan didapatkan data waktu untuk 1 kali putaran jarum wet gas meter
(sekon), volume air selama 10 detik (ml), Td dan Tw pada input, serta Td dan Tw
pada output
1. Dengan menggunakan persamaan berikut:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑄𝑢𝑘 =
𝑡
𝑉𝑚
𝑄𝑢𝑚 = . 𝑄𝑢𝑘
𝑉𝑘
𝑇𝑑𝑖𝑛 1
𝑉𝑚 = . . (1 + 𝑌𝑚). 22,4
273 𝑃𝑘
𝑇𝑑𝑜𝑢𝑡 1
𝑉𝑘 = . . (1 + 𝑌𝑘). 22,4
273 𝑃𝑘
Dalam persamaan ini:
Quk : debit air keluar (m3/s)
Qum : debit air masuk (m3s)
Vm : volume udara masuk (m3)
Vk : volume udara keluar (m3)
Tdin : suhu dry bulb masuk (K)
Tdout : suhu dry bulb keluar (K)
Pm : tekanan udara masuk (N/m2)
Pk : tekanan udara keluar (N/m2)
Ym : molal humidity udara masuk (mol air/mol udara kering)
Yl : molal humidity udara keluar (mol air/mol udara kering)
Karena pada percobaan ini Pm=Pk= 1 atm, maka persamaan menjadi:
𝑉𝑚 𝑇𝑑𝑖𝑛 1 + 𝑌𝑚
= .
𝑉𝑘 𝑇𝑑𝑜𝑢𝑡 1 + 𝑌𝑘
Ym dan Yk dapat dicari pada diagram psikometrik:
- Tw diplotkan pada 100% humidity kemudian ditarik garis sejajar
garis saturasi adiabatis ke Td maka diperoleh Y.
- Tw in Td in Ym
- Tw out Td out Yk
C-1
2. Perhitungan bilangan Reynold
𝜌. 𝐷. 𝑣
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇
𝑄
𝑉=
𝐴
4. 𝜌𝑎. 𝑄𝑎
𝑁𝑅𝑒 𝑎𝑖𝑟 =
𝐷. 𝜋. 𝜇𝑎
D=diameter kolom
3. Perhitungan tebal lapisan film
1
3. 𝜇𝑎. 𝑄𝑎 3
𝛿=[ ] ; 𝑔 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = 9,8 𝑚/𝑠
𝜌𝑎. 𝑔. 𝜋. 𝐷
4. Perhitungan bilangan Reynold udara
4. 𝜌𝑢. 𝑄𝑢𝑚
𝑁𝑅𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 =
(𝐷 − 2𝛿). 𝜋. 𝜇𝑢
5. Perhitungan koefisien perpindahan massa (kgl)
𝑊 𝑋 ∗𝐴1 − 𝑋𝐴1
𝑘𝑔𝑙 = 𝑙𝑛 ( ∗ )
𝜋. 𝐷. 𝐿 𝑋 𝐴2 − 𝑋𝐴2
XA1 plot Twin; XA1=Ym
XA2 plot Twout; XA2=Yk
Dimana:
𝑄𝑢𝑘. 𝜌𝑢
𝑊=
𝐵𝑀𝑢(1 + 𝑌 ′ )
BM udara = 28.97 gram/mol
Y’ = Tdin 100% relative humidity
6. Perhitungan bilangan Sherwood
𝑘𝑔𝑙. 𝑃𝑚. 𝑅. 𝑇. 𝐷
𝑁𝑆ℎ =
𝑃𝑡 2 . 𝐷𝐴𝐵
Dimana:
Kgl : koefisient ransfer massa udara (mol/m2.s)
Pm : tekanan parsiil rata-rata udara (N/m2)
Pt : tekanan total = 1,0132 x 105 N/m2
R : konstanta gas ideal = 8,314 Nm/kmol.K
T : temperature absolut = 303 K
C-2
DAB : diffusivitas udara, interpolasi dari data yang didapat pada
Treyball tabel 2-1 yaitu 2,6834 x 105 m2/s
YA1 : X*A1
YA2 : X*A2
1 − 𝑃2
𝑃𝑚 =
𝑃1
ln ( )
𝑃2
𝑋 ∗𝐴1
𝑃𝐴1 = . 𝑃𝑡
(1 + 𝑌𝐴1 )
𝑋 ∗𝐴2
𝑃𝐴2 = . 𝑃𝑡
(1 + 𝑌𝐴2 )
𝑃1 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝐴1
𝑃2 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝐴2
b
Nsh=a(NRe) ; a dan b dicari dengan persamaan Least square.
7. Perhitungan persentase kesalahan
(𝑁𝑠ℎ)𝑝 − (𝑁𝑠ℎ)ℎ
(𝑁𝑠ℎ)𝑝
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | . 100%
𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎
C-3
Diperiksa
Keterangan Tanda Tangan
No. Hari, Tanggal
C-2