Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL STAD DALAM PENINGKATAN


KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS 8 SMP NEGERI 4 MALANG
BAB I

Pendahuluan

A.Latar belakang masalah

Meningkatnya bahaya HIV dan AIDS di kalangan remja saat ini disebabkan
karena minimnya pengetahuan tentang organ reproduksi yang ia miliki.meskipun
pembelajaran tentang organ reproduksi ini telah diberikan ketika sekolah dasar,
namun pengajaran ini hanya dilakukan secara teoritis saja sehingga banyak yang
belum memahami betul tentang organ reproduksinya.

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas


mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajar sebaiknya
dapat mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang
dimiliki oleh siswa secara penuh. Proses pembelajaran seperti ini ditandai dengan
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, siswa mampu mengembangkan cara-
cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses
pembelajaran itu sendiri, sehingga dalam pembelajaran ini lebih mengutamakan
pengalaman siswa dalam memutuskan titik tolak kegiatan.

Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat


mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Ketercapaian tujuan
pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar
adalah tingkat pengetahuan sejauh mana anak terhadap materi yang diterima
(Slameto, 2003). Hasil belajar adalah hal yang dicapai siswa ketika mengikuti dan
mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar yang
rendah menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan secara efektif.
Metode pembelajaran kooperatif terdiri atas beberapa tipe yakni STAD.Salah satu
alternatif untuk mengatasi permasalahan di SMPN 4 Malang adalah melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok.

Bidang studi Biologi khususnya pada topik reproduksi manusia dianggap sebagai
pelajaran yang rumit karena materi yang disajikan bersifat abstrak sehingga
menyebabkan siswa sulit untuk memahami materi tersebut. Selain itu ada
beberapa materi pendukung seperti proses pembelahan sel, masuknya sperma ke
ovum, proses fertilisasi, dan sebagainya tidak memungkinkan untuk diperlihatkan
secara konvensional. Dengan demikian haruslah menggunakan alat bantu. Alat
bantu yang hendak ditawarkan yaitu dengan menggunakan multimedia
pembelajaran.

Permainan edukasi adalah suatu permainan yang didesain untuk mengajarkan


subjek tertentu. Permainan ini dapat berupa permainan kartu, permainan papan,
maupun video game. Permainan yang digunakan di kelas merupakan class game
yang bertujuan untuk menciptakan kelas yang menyenangkan (Aldrich dalam
Tsauri, 2011). Selain menyenangkan manfaat lain dari permainan edukasi ini
adalah dapat membantu guru dalam penyampaian materi secara efektif sehingga
siswa lebih memahami materi dan lebih interaktif dibanding menggunakan
metode konvensional (Danim, 2008). Penggunaan permainan edukasi dapat
memotivasi siswa untuk belajar, membuat siswa terlibat dengan materi
pembelajaran sehungga siswa akan belajar lebih aktif (Teed, 2010).

Pengamatan peneliti di SMP Negeri 4 Malang pada saat proses pembelajaran


berlangsung di kelas VIII, kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode
pembelajaran konvensional, yaitu guru menjelaskan dengan metode ceramah dan
dengan bantuan media sederhana yang berupa buku. Kurangnya kemauan tenaga
pengajar di SMP Negeri 4 Malang dalam merancang, membuat, dan
menggunakan media, terutama multimedia dapat dikarenakan tenaga pendidik
yang rata-rata sudah berumur. Hal ini dapat menimbulkan kebosanan pada siswa
dan mengurangi efektivitas pembelajaran dan guru menjadi satu-satunya sumber
utama pembelajaran bagi peserta didik. Sementara peserta didik cenderung pasif
dan hanya mendengarkan saja materi pelajaran yang disampaikan guru di depan
kelas.
Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin meneliti tentang penggunaan salah satu
model pembelajaran yakni model stad yang akan diuji untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada konsep pertumbuhan dan
perkembangan tanaman di kelas VIII SMP Negeri 4 Malang.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran sitem reoroduksi dengan


menggunakan model stad untuk meningkatkan motivasi , sikap ilmiah,
dan hasil belajar pada siswa kelas 8 SMP Negeri 4 malang?
2. Apakah dengan penggunaan model stad dapat meningkatkan motivasi
, sikap ilmiah, dan hasil belajar sitem reproduksi?

A. Tujuan penelitian
Meningkatkan untuk meningkatkan motivasi , sikap ilmiah, dan hasil
belajar pembelajaran sistem reproduksi pada siswa kelas 8 SMP Negeri 4
Malang dengan menggunakan model stad.
B. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa
Meningkatkan sumber pembelajaran dan pemahaman siswa serta
motivasi agar dapat memperoleh hasil belajar yang baik.
2. Bagi guru

- Memberikan metode yang baru untuk kegiatan belajar mengajar.

- Guru memiliki pengalaman untuk lebih meningkatkan kinerja


dalam menjalankan tugasnya.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan akan memperbaiki, meningkatkan, dan
memberi masukan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
proses belajar mata pelajaran biologi.
4. Bagi pemerintah
Pemerintah dapat memperoleh SDM yang lebih baik
C. Ruang Lingkup Penelitian

NO INDIKATOR VARIABEL INSTRUMEN


1 Model pembelajaran -Presentation -Lembar observasi
STAD -Team Work keterlaksaanaan model
- Quizzes pembelajaran
-Individual permainan stad oleh
Improvement Score guru.
- Team Recognation -Lembar observasi
keterlaksaanaan model
pembelajaran
permainan stad oleh
siswa.

3 Keterampilan -Memberikan Tes Keterampilan


berpikir kritis Penjelasan Berpikir Kritis
Sederhana
(elementary
clarification)
-Membangun
Keterampilan Dasar
(basic support)
-Penarikan
Kesimpulan
(inference)
-Memberikan
Penjelasan Lebih
Lanjut (advanced
clarification)
-Mengatur Strategi
dan Taktik
(strategies and

4 Hasil belajar - Imitasi - Observasi


(imitation) - Tes psikomotorik
- Manipulasi
(manipulation)
- Presisi (precision)
- Artikulasi
(articulation)

D. Definisi Operasional

Pembelajaran STAD

Student Teams Achievment Division (STAD) adalah tipe kooperatif


dimana guru menyajikan informasi dapat berupa penyajian materi baik dengan
ceramah, demonstrasi, atau bahan bacaan, dilanjutkan siswa bekerja
menyelesaikan tugas yang diberikan dalam kelompoknya masing-masing,
hasil pekerjaan dipresentasikan oleh beberapa siswa mewakili kelompoknya.
Guru kemudian mengevaluasi hasil belajar tersebut. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya yang berorientasi
pada belajar kelompok, menyajikan informasi secara sederhana, kelompok
beranggotakan 4 atau 5 orang yang heterogen, yang beragam kemampuan,
jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-
siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu
bisa menguasai pelajaran tersebut, akhirnya semua siswa menjalani kuis
perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh
saling membantu satu sama lain, nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan
dengan nilai kuis yang diperoleh sebelumnya, nilai-nilai itu kemudian
dijumlah untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai
kriteria tertentu dapat memperoleh hadiah.

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis adalah suatu keterampilan yang tidak melekat pada
diri manusia mulai dari lahir. Keterampilan berpikir kritis harus dilatih dalam
proses belajar mengajar. Aspek indicator berpikir kirtis dibagi menjadi lima
menurut Ennis (1985: 46; 2011), yaitu: Memberikan penjelasan sederhana
(elementary clarification), Membangun Keterampilan Dasar (basic support),
Penarikan Kesimpulan (inference), Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut
(advanced clarification), Mengatur Strategi dan Taktik (strategies and tactics).
Instrumen keterampilan berpikir kritis yang digunkan pada penelitian ini
menggunakan tes dengan soal essay pada materi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dengan soal yang berdasar kepada kelima indikator diatas.

3. Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek
yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencangkup bidang kognitif,afektif dan psikomotorik
(sudjana, 2010).

Simpson (1956) berkemuka bahwa yang menjelaskan bahwa hasil belajar


psikomotorik ini nampak dalam bentuk keterampilan atau skill dan kemampuan
bertindak oleh individu. Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan
menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik mampu menunjukan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan apa yang terkandung dalam hasil
belajar kognitif dan hasil belajar afektifnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI

A. Model STAD

Student Teams Achievment Division (STAD) adalah tipe kooperatif dimana guru
menyajikan informasi dapat berupa penyajian materi baik dengan ceramah,
demonstrasi, atau bahan bacaan, dilanjutkan siswa bekerja menyelesaikan tugas
yang diberikan dalam kelompoknya masing-masing, hasil pekerjaan
dipresentasikan oleh beberapa siswa mewakili kelompoknya. Guru kemudian
mengevaluasi hasil belajar tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan teman-
temannya yang berorientasi pada belajar kelompok, menyajikan informasi secara
sederhana, kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang yang heterogen, yang
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu
pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota
kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut, akhirnya semua siswa menjalani
kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh
saling membantu satu sama lain, nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan
dengan nilai kuis yang diperoleh sebelumnya, nilai-nilai itu kemudian dijumlah
untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria
tertentu dapat memperoleh hadiah (Rusman, 2010).
Model pembelajaran tipe STAD memiliki lima komponen utama:

1. Class Presentation

Presentasi kelas dimana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang


akan dicapai, memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap
materi yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan dengan materi yang
akan dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, kemudian guru
menyampaikan meteri yang akan dipelajari saat itu. Penyajian materi dapat
menggunakan metode penjelasan poin-poin, tanya jawab dan sebagainya
disesuaikan dengan isi materi dan kemampuan masing-masing siswa.

2. Team Work

Siswa dibagi dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima
siswa yang heterogen, baik jenis kelamin, berasal dari berbagai suku, kelompok
sosial, dan kemampuan akademik. Kemudian setiap anggota kelompok akan
mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru. Dalam kerja kelompok antar siswa
saling membantu dalam penyelesaian tugas agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang dibahas. Hasil kegiatan kelompok dipresentasikan di
depan kelas oleh wakil setiap kelompok secara bergantian. Guru memberikan
kunci jawaban serta menjelaskan jika ada siswa yang belum paham.

3. Quizzes

Siswa diberi soal tes untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman siswa
mengenai materi yang telah dibahas. Siswa tidak diperkenankan bekerjasama.
Skor yang didapat akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

4. Individual Improvement Score

Penghitungan skor perkembangan individu dilakukan setelah diperoleh skor


tes, berdasarkan selisih perolehan skor tes terdahulu (skor dasar) dengan skor tes
terakhir.

5. Team Recognation

Dari skor perkembangan individu yang diperoleh masing-masing siswa, siswa


dapat memberikan sumbangan skor bagi kelompoknya. Perhitungan skor
kelompok ditentukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan
skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

B. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis ialah salah satu tujuan penting dalam pendidikan.
Salah satu keterampilan yang diharapkan menjadi output pada proses
pembelajaran yang berlangsung ialah keterampilan berpikir kritis (Kemdikbud,
2016; Lai, 2011). Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu pemikiran
rasional dan refleksi yang focus pada suatu keyakinan dan keputusan yang hendak
dilakukan (Ennis, 1993; Ennis, 2011). Berpikir kritis ialah interpretasi dan
evaluasi terampil serta aktif kepada observasi dan komunikasi, informasi dan
argumentasi (Fisher, 2009). Siswa yang ditanami dengan keterampilan berpikir
kritis dapat mencermati argument orang lain baik benar maupun salah yang
berdasar pada kebenaran ilmiah dan pengetahuan sehingga siswa tanpa ragy dapat
memutuskan untuk menilai argument yang benar dan salah. Berpikir kritis penting
untuk seseorang dalam memenuhi tuntutan pribadi, social, dan professional yang
selalu berubah di masyarakat (Che,2002: 84). Partnership for 21st Century Skills
mengidentifikasi jika kemampuan berpikir kritis adalah salah satu hal yang
diperlukan untuk menyiapkan siswa dijenjang pendidikan dan dunia kerja
(Zubaidah, 2015). Saat ini pendidikan memerlukan pelatihan kepada siswa agar
nantinya siswa memiliki keterampilan berpikir kritis, sehingga siswa dapat
berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan tututan dalam kehidupan
sehari-hari. Aspek indicator berpikir kirtis dibagi menjadi lima menurut Ennis
(1985: 46; 2011), yaitu:

a. Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), meliputi:

- Memfokuskan pertanyaan

- Menganalisis argument

- Bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan


atau tantangan

b. Membangun Keterampilan Dasar (basic support), meliputi:

- Mempertimbangkan kredibilitas sumber dan melakukan


pertimbangan observasi

c. Penarikan Kesimpulan (inference), meliputi:


- Menyusun dan mempertimbangkan deduksi

- Menyusun dan mempertimbangkan induksi

- Menyusun keputusan dan mempertimbagkan hasilnya

d. Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut (advanced clarification), meliputi:

- Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi

- Mengidentifikasi asumsi

e. Mengatur Strategi dan Taktik (strategies and tactics), meliputi:

- Menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain

C. Hasil Belajar

Hasil belajar ialah kemampuan yang didapatkan individu setelah proses belajar
mengajar berlangsung, yang memberikan perubahan tingkah laku baik,
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Hamalik (1995: 48) berpendapat bahwa hasil belajar ialah
“Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya secara berulang-ulang”.
Pendapat ini didukung oleh Sudjana (2005: 3), yang berpendapat bahwa hasil
belajar merupakan “perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotor yang didapatkan siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

Dari berbagai pendapat diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan
sesuatu yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat dari
nilai hasil tes saat pembelajaran dan perubahan perilaku siswa. Dalam penelitian
ini hasil belajar yang dimaksud yakni hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes
tulis dan penilaian proses saat penelitian. Hasil belajar ini dapat diukur dengan
ketuntasan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan indikator yang
telah ditentukan.
Hasil belajar Psikomotorik diketahui oleh adanya aktivitas fisik dan keterampilan
kerja oleh pesetra didik serta tidak membutuhkan penggunaan kertas dan
pensil/pena.seperti yang dinyatakan oleh Bloom dalam bukunya Ismet Basuki dan
Hariyanto yang berjudul Asesmen Pembelajaran. Bloom berpendapat bahwa
ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar yang pencapaiannya lewat
keterampilan manipulasi yang berhubungan dengan otot dan kekuatan fisik. Siswa
melaksanakan tugas tertentu yang membutuhkan keterampilan, seperti dalam
praktik berpidato dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Praktik Shalat pada
pelajaran agama, praktik olahraga dalam pendidikan jasmani, praktik-praktik di
laboratorium IPA, dan lain sebagianya (Ismet, B, dkk., 2014).

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar yang berhubungan dengan hasil


belajar psikomotorik adalah praktik di aula/lapangan, di bengkel, dan praktikum
di laboratorium. Dalam kegiatan praktik ini juga terdapat ranah kogitif dan
afektifnya. Dalam hal ini pendidik melakukan pengamatan untuk menilai dan
menentukan apakah siswa sudah terampil atau belum, memerlukan kerja sama
kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa serta keterampilan
kepemimpinan siswa dan lain sebagainya (Ismet, B, dkk., 2014).

Menurut Sudjana (1995) dalam ranah kognitif terdapat terdapat enam


aspek dalam kemampuan berfikir, mulai dari jenjang rendah sampai jenjang yang
paling tinggi. Jenjang tersebut diantaranya:

1. Pengetahuan. Hal ini mencakup ingatan akal tentang hal-hal yang


dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman. Hal ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
3. Penerapan. Hal ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari terhadap situasi yang baru dan
menyangkut penggunaan atau prinsip.
4. Analisi. Hal ini mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam
hubungan diantara bagian yang satu dengan lainya sehingga dapat menarik
suatu kesimpulan.
5. Sintesis. Hal ini mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur yang baru
atau berbeda dari sebelumnya.
6. Evaluasi. Hal ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai untuk tujuan tertentu.

Ranah kognitif berkaitan tentang kemampuan siswa dalam menguasai isi


bahan pembelajaran. Hasil kognitif siswa dapat diukur melalui instrumen dalam
bentuk tes.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Penelitian ini tergolong penelitiam tindakan kelas dengan dua siklus,
masing-masing siklus terdiri atas tahap-tahap planing, implementing,
observing, dan reflecting. Pendekatan yang digunakan adalah kualintatif.

B. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswakelas VIII SMP Negeri 4 Malang
dengan jumlah 36 orang, terdiri atas 14 orang laki-laki dan 24 orang
perempuan.

C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 18 Oktober 2017 sampai dengan
18 Februari 2018. Secara rinci jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO. KEGIATAN WAKTU


1. PLANNING I Oktober 2017
2. IMPLEMENTING I Oktober 2017
3. OBSERVING I November 2017
4. REFLECTING I November 2017
5. PLANNING II Januari 2018
6. IMPLEMENTING II Januari 2018
7. OBSERVING II Februari 2018
8. REFLECTING II Februari 2018
9. REPORTING Februari 2018

D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian tindakan kelas ini tertera tabel 3.2

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian

No. VARIAB INDIKATOR INSTR SUMBER TEKNIK


EL UMEN DATA PENGUMP
ULAN
DATA
1 Model -Presentation - Guru dan Observasi
pembelaja -Team Work Lembar Siswa
ran STAD - Quizzes observa
-Individual si
Improvement keterlak
Score saanaan
- Team model
Recognation pembel
ajaran
permai
nan
edukasi
oleh
guru.
-
Lembar
observa
si
keterlak
saanaan
model
pembel
ajaran
permai
nan
edukasi
oleh
siswa.
2 Keterampi -Memberikan Tes Siswa Tes
lan Penjelasan Ketera
Berpikir Sederhana mpilan
kritis (elementary Berpiki
clarification) r Kritis
-Membangun
Keterampilan
Dasar (basic
support)
-Penarikan
Kesimpulan
(inference)
-Memberikan
Penjelasan Lebih
Lanjut
(advanced
clarification)
-Mengatur
Strategi dan
Taktik
(strategies and
3 Hasil - Imitasi - Obs Siswa Observasi
belajar (imitation) erva dan tes
- Manipulasi si
(manipulatio - Tes
n) psik
- Presisi om
(precision) otor
- Artikulasi ik
(articulation)
A. Prosedur Penelitian

1. Planning

a. Menyusun RPP

b. Menyusun instrumen

c. Menyiapkan media

d. Menyiapkan LKS

e. Menyiapkan sumber belajar

2. Implementing

Implementing merupakan penerapan dari planning.

3. Observing

Pada saat implementing dilakukan observing menggunakan instrument yang telah


disiapkan.

4. Reflecting

Reflecting merupakan tahap analisis data yang telah diperoleh pada saat observing
guna mengetahui apakah penelitian telah berhasil atau belum.

Indikator keberhasilan penelitian digunakan pedoman sebagai berikut.

1. Hasil Belajar Psikomotorik

Indikator keberhasilan tindakan ditinjau dari dua aspek yakni observasi


dan tes psikomotorik. Untuk mengetahui hasil belajar kongitif melalui
observasi, harus dilakukan observasi terhadap peserta didik, dalam
melakukan observasi terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh peserta
didik, dapat menggunakan lembar observasi untuk tujuan belajar maupun
sebagai evaluasi. Untuk mengetahui hasil belajar kongitif melalui tes, hasil
tes ditunjukkan jika rata-rata siswa ≥7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%
maka hasil belajar psikomotorik ini dikatakan berhasil.

2. Keterampilan Berpikir Kritis

Format dari tes yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan berpikir


kritis siswa dapat menggunkan tes open ended. Tes open ended terdiri atas
tes pilihan ganda dengan penjelasan tertulis, tes essay berpikir kritis, dan
tes unjuk kerja (performance assesment).
DAFTAR PUSTAKA

Che, F. S. 2002. Theaching Critical Thinking Skills in A Hong Kong Secondary


School. Asia Pacific Education Review, 3(1): 83-91.

Denim, S. 2008. Kinerja Staf dan Organisasi Perspektif Pendidikan, Pelatihan,


Pengembangan, dan Kewidyaiswaraan Berbasis Kinerja. Bnadung: Pustaka
Setia.

Ennis, R. H. 1985. A Logical Basic for Measuring Critical Thinking Skills.


Educational Leadership, 43 (2): 44-48.

Ennis, R. H. 1993. Critical Thinking Assesment. Theory Into Practice, 3 (32):


179-186.

Ennis, R. H. 2011. The Natureof Critical Thinking: An Outline of Critical


Thinking Disposition and Abilities. Chicago: University of Illinois.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, O. 1995. Kurikulum dan Pembelejaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ismet Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja


Rosdakarya, 2014), hlm. 209-210..

Pujianti, I. 2008. Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika


Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008).

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning, second edition. Massachusets :


Allyn & Bacon.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning, second edition. Massachusets :


Allyn & Bacon.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Ujang. 2003. Teori Motivasi
& Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara. Winkel, W.S. 1991. Psikologi
Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai