Anda di halaman 1dari 5

Judul Jurnal 1 :

“ HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL


LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI”

Analisa Jurnal dengan Format PICO :

P (populasi) : Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada atau tinggal di desa
sobokerto kecamatan ngemplak boyolali sejumpah 60 lansia. Dengan kriteria
inklusinya mampu baca dan tulis, mampu berkomunikasi verbal maupun non
verbal, dan bersedia menjadi responden.

I (intervensi) : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental jenis


korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang mengkaji hubungan
antara variabel untuk mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan ,
dan menguji berdasarkan teori yang ada. Pendekatan yang dilakukan adalah
dengan studi cross sectional.

C ( comporator) : Sejumlah penelitian sebelumnya mengatakan hubungan antara tingkat depresi


dengan interaksi sosial lansia di dapatkan bahwa hubungan anatara tingkat
depresi dengan interaksi sosial dengan nilai signifikansi 5 % dan nilai p=0,001.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian peneliti yang menyatakan bahwa adanya
korelasi antara tingkat depresi lansia dan interaksi sosial lansia yaitu ( r )
sebesar -0,472 dan p=0,001 (<0,005). Hal ini menunjukkan adanya hubungan
signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara tingkat depresi lansia dengan
interaksi sosial. Sedang arah hubungannya adalah negative karena ( r ) negative
maka semakin tinggi tingkat depresinya maka semakin rendah interaksi
sosialnya.dan sebaliknya jika semakin rendah tingkat depresinya maka semakin
tinggi interasksi sosialnya.

O ( out came) : Berdasarkan hasil penelitian dari 60 responden, menunjukkan responden


perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dengan jumlah 35 responden
(58,3%). Karakteristik berdasarkan umur menunjukkan kategori usia 60-74
tahun dan 75-90 tahun memiliki presentase terbanyak yaitu 33,3 % dengan
jumlah 20 responden menunjukkan sebagian responden tidak depresi dengan
jumlah 22 responden sedangkan depresi sedang menunjukkan jumlah presentase
yang sama yaitu 36,7% dengan jumlah responden 22. Sebanyak 13 responden
berada di tingkat depresi ringan, sedangkan berjumlah 3 responden berada di
tingkat depresi berat. Interaksi sosial lansia menunjukkan sebagian besar
respoden memiliki tingkat interaksi sosial sedang berjumlah 45 responden,
sedangkan responden yang memiliki interaksi sosialnya baik ada 9 responden
dan yang memiliki interaksi sosial buruk ada 6 responden. Jadi di ketahui bahwa
ada terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat depresi lansia dan
intetraksi sosial dengan nilai signifikansi 0,001. Sedangkan nilai koefisien
korelasi 0,472 yang berarti memiliki tingkat hubungan yang sedang.
Judul Jurnal ke 2 :

“Penurunan Stress Fisik dan Psikososial Melalui Meditasi pada Lansia dengan Hipertensi Primer”

Analisa Jurnal Metode Pico :

P : kelompok lansia dengan hipertensi primer yang hanya memperoleh terapi antihipertensi
yang tinggal dipanti sosial. Penentuan sampel diambil secara purposive sampling di dua
panti sosial dengan kriteria tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg.

I : penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen with pre-post test control group.
Kelompok intervensi ini adalah lansia dengan hipertensi primer yang memperoleh terapi
kombinasi anti hipertensi dan meditasi yang tinggal di PTSW B Yogyakarta.

Meditasi dilakukan setiap 30 menit antara pukul 14.00-16.00 WIB selama 4 minggu.
Sedangkan kelompok control adalah kelompok lansia dengan hipertensi primer yang hanya
memperoleh terapi antihipertensi. Setelah ditemukan kelompok inervensi dan kelompok
kontrol, kemudian dilakukan pengukuran skala stress psikososial pada kelompok intervensi
pada hari pertama sebelum responden melakukan meditasi dan setelah meditasi hari ke 29.
Sedangkan pada kelompok control pengukuran skala stress psikososial dilakukan hari
pertama dan hari ke 29.

C : sejumlah penelitian sebelumnya menyatakan bahwa meditasi mampu melawan dampak


fisiologis dan stress. Meditasi merupakan salah satu pilihan yang digunakan untuk
mengontrol tekanan darah tinggi, beberapa peneliti menyatakan bahwa meditasi dapat
menurunkan frekuensi pernapasan 1,5 kali permenit. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti bahwa rerata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic setelah
meditasi berbeda secara signifikan serta penurunan stress antara kelompok yang melakukan
meditasi dengan yang tidak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meditasi bagi lansia
dengan hipertensi primer dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 25mmHg

O : berdasarkan hasil penelitian didapatkan meditasi bagi lansia dengan hipertensi primer
dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 25 mmHg. Selain itu penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penurunan skorr stress psikososial secara signifikan pada lansia
dengan meditasi dibanding dengan yang tidak.
Judul Jurnal 3 :

“ PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PSIKOSOSIAL DAN INSOMNIA TERHADAP DEPRESI


LANSIA DI KOTA YOGYAKARTA”.

Analisi Jurnal dengan metode PICO :

P : Penelitian dilakukan pada 128 orang usia lanjut (usia 60 tahun keatas sampai 88
tahun) di dua kecamatan kota Yogyakarta dengan memenuhi syarat : tidak mengalami
gangguan kognitif yang dapat memenuhi kriteria inklusi , tidak mengalami gangguan
jiwa berat, adapt berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden.

I : Penelitian ini dilakukan dengan cara potong lintang. Data primer dilakukan dengan
cara wawancara kepada subjek secara langsung. Jika memenuhi kriteria subjek
dilakukan wawancara dengan instrument kuesioner data pribadi, kuesioner faktor-faktor
psikososial dukungan sosial –sarason dan tingkat religuitas , KSPJB insomnia rating
scale untuk menukur insomnia, dan skala depresi geriatric untuk mengukur depresi
pada lansia. Analisis univariat, analisis multivariate stepwise logistik regression di
gunakan pada penelitian ini.

C : Pada penelitian ini, secara statistic di dapatkan perbedaan yang bermakna antara jenis
kelamin terhadap depresi (p<0,05). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widiatmoko dan Arianti yang melakukan penelitian depresi lansia
menemukan tidak adanya perbedaan bermakna antara jenis kelamin dan depresi.
Ditemukan juga perbedaan signifikan antara kelompok umur terhadap depresi, semakin
lansia seseorang akan semakin besar kemungkinan akan mengalami depresi, namun
kejadian tersebut akan menurun pada usia lanjut usia.

Untuk stressor psikososisal terhadap depresi didapatkan perbedaan yang sangat


bermakna secara statistik (p<0,001). Semakin besar stressor psikososial semakin besar
kemungkinan mengalami depresi. Sehingga terdapat perbedaan yang sangat bermakna
antara insomnia dan depresi , semakin tinggi insomnia semakin besar kemungkinan
mengalami depresi.

O : Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang sangat signifikan pada skor dukungan
sosial terhadap depresi. Pada variabel dukungan sosial didapatkan rerata skor dukungan
sosial pada kelompok insomnia adalah 99,0+/- 38,9 sedangkan pada kelompok tidak
depresi adalah 205,07 +/- 102,08 di dapatkan nilai r =-0,79. Hal ini menunjukan adanya
korelasi yang cukup tinggi antara dukungan sosial dengan depresi. Berarti dukungan
sosial memberikan dukungan konstribusi terbesar terhadap pengurangan kejadian
depresi pada lansia, dan kejadian depresi pada orang yang mendapat dukungan sosial
lebih kecil dibandingkan orang yang tidak mendapatkan dukungan sosial. Jadi terdapat
perbedaan yang bermakna pada faktor-faktor psikososial dan insomnia terhadap
kejadian depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai