PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Gagal jantung sering di sebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering di
gunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Kasron, 2016) .
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, di sebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koronen, hipetensi arteria, dan penyakit degenaratif atau
inflamasi.
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya
untuk memnuhi suplai darah darah yang adekuat ke seluruh bagian tubuh, baik dalam
keadaan istirahat maupun saat mengalami stress fisiologis (Kasron, 2016).
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi menurunnya kemampuan
kontraktilitas jantung, sehingga darah yang di pompa pada setiap kontriksi menurun
dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang
keginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan rennin-angiotensin dan akhirnyaa
terbentuk angiotensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan ekstra
intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan olume cairan dan tekanan
selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam
ruang interstial. Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya
vasokontrisi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan dan absorpsi pada
waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites
dapat menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia
(Kasron, 2016) .
2) Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Gagal Jantung?
2. Apa Penyebab Dari Gagal Jantung?
3. Apa Saja Klasifikasi Dari Gagal Jantung?
4. Bagaimana Patofisiologi Dari Gagal Jantung?
5. Apa Manifestasi Klinis Dari Gagal Jantung?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dari Gagal Jantung ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Pasien Gagal Jantung?
8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Dari Pasien Gagal Jantung?
1
3) Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
b) Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui pengertian dari gagal jantung
- Untuk memahami dan mengetahui penyebab dari gagal jantung
- Untuk memahami dan mengetahui patofisiologi gagal jantung
- Untuk memahami dan mengenali manifestasi klinis dari gagal jantung
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari gagal jantung
- Untuk memahami penatalaksanaan dari gagal jantung
- Untuk memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan
4) Manfaat
Manfaatnya agar pembaca ataupun penulis lebih memahami dan mengerti penyakit flu
burung tersebut beserta konsep asuhan keperawatan
BAB II
LITERATUR REVIEW
1. Definisi
Gagal jantung sering di sebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering di
gunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Kasron, 2016) .
2
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memnuhi kebutuhan metabolism jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Kasron, 2016) .
2. Etiologi
Ada beberapa etiologi/penyebab dari gagal jantung, (Kasron, 2016) :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, di sebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot mencakup ateriosklerosis koronen, hipetensi arteria, dan penyakit degenaratif atau
inflamasi.
b. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degenaratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraksilitas menurun.
c. Hipertensi Sistemik
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrophi
serabut otot jantung.
d. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degenaratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraksilitas menurun.
e. Penyakit Jantung Lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenanrnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.
f. Faktor Sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
ginjal. Meningkatnya laju metabolism, hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan
curah jantung untuk memnuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan
abnormalita elektronika dapan menurunkan kontraksilitas jantung.
3. Klasifikasi
a. Gagal Jantung Akut-Kronik
3
1) Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, di tandai dengan penurunan
kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan
adema paru dan kolaps pembuluh darah.
2) Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan di tandai dengan penyakit
jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi
retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia,
akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
b. Gagal Jantung Kanan-Kiri
1) Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memopa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongestif pulmonal, hipertensi dan kelainan
pada katub aorta/mitral.
2) Gagal jantung kanan, di sebabkan peningkatan tekanan pulmonal akibat gagal
jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung
akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi, pleura,
dan lain lain.
c. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
1) Sistolik terjadi karena penurunan kontraksilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel
kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan
ventrikel hipertrofi.
2) Diastolic karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya
stroke volume cardiac output menurun (Kasron, 2016)
4
menyebabkan capek, berdebar, sesak nafas, palpitasi, dispnea atau nyeri
angina.
- Kelas 4 : Pasien dengan penyakit jantung yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik apapun tanpa
ketidaknyamanan. Gejala gagal jantung dapat muncul bahkan pada saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
4. Patofisiologi
CHF
6. Pemeriksaan penunjang
6
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung
(Santoso, 1989). Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana
gagal jantung telah mengganggu fungsi organ lain, seperti hati, gagal ginjal dan lain-
lain.
2. Radiologi
a. Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makan ke pinggir
berkurang.
b. Lapanga paru bercak-bercak karena edema paru.
c. Distensi vena paru.
d. Hidrotoraks.
e. Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3. EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi ventrikel, gangguan
irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infrak miokard, emboli paru).
4. Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal
jantung.
5. Kateterisasi gagal jantung
Pada gagal jangtung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary arterial
wedge pressure >12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari
2,71/menit/m2 luas permukaan tubuh.
Penatalaksanaan
Menurut proritas terbagi atas 4 kategori:
1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik
a. Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler
b. Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
c. Memberikan terapi medis: digitalis untuk memperbaiki kontraksi otot jantung
2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan
a. Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan dijaringan
b. Mencatat asupan dan haluaran
c. Menimbang berat badan
d. Restriksi garam/diet rendah garam
3. Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi
a. Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
b. Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring
c. Mengubah posisi tidur
d. Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa, keracunan digitalis
e. Memeriksa atau mengobservasi EKG
4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)
Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katub aorta
dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya
umumnya harus diganti dengan katub artifikasial. Indikasi pada keluhan sesak
napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan simptomatik. Bila
ekokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55mm, atau frastional
7
shortening 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal
jantung. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan
serta pencegahan kekambuhan.
7. Penatalaksanaan
1. Tirah Baring
2. Pemberian Diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung. Diberikan untuk memacu eksresi
natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati karena efek samping
hiponatremia dan hipokalemia.
3. Pemberian Morfin
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien
dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan
volume darah dari sirkulasi Sentral, menurunkan aliran balik Vena dan tekanan
pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5. Terapi Nitrit
6. Terapi Digitalis
7. Inotropik Positif
a. Dopamin
8
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang Alfa adrenergik beta adrenergik.
Reseptor dopamin ini mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan
saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginj-cerebral
dan pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 m/kg BB akan menyebabkan
vasokonstriksi dan. Meningkatkan beban kerja jantung.
b. Dobutamin
Tindakan mekanis
1. Pengkajian
1) Riwayat
a. Kondisi:
- Menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati, gangguan
konduksi, obat seperti penyakit beta
- Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung, anemia,
hipertermia
b. Keluhan
- Sesak saat bekerja, dispnea nocturnal paroksismal, ortopnea
- Lelah, pusing
- Nyeri dada
- Bengkak pada kaki, sepatu sempit
- Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen
- Urine menurun
9
2) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Respirasi meningkat, dispnea
b. Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah
c. Vena leher, dengan JVP meningkat
d. Kulit bersisik, pucat
e. Edema kaki, skrrotum
f. Asites abdomen
Palpasi
Auskultasi
Sirkulasi:
Status mental
Eliminasi
10
a. Penurunan volume urin , urine yang pekat
b. Nokturia, diare dan konstipasi
Neurologi
Rasa nyaman
Respirasi
Rasa aman
Interaksi sosial
2. Diagnosa keperawatan
11
3. Intervensi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
14
Kesimpulan
Gagal jantung sering di sebut dengan gagal jantung kongestif adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering di
gunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan (Kasron, 2016) .
15
DAFTAR PUSTAKA
Kasron. (2016). CONGESTIVE HEARTH FAILURE. jakarta: Buku Ajar Keperawatan Sistem
Kardiovaskular.
16