Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“HARGA PELAYANAN PUBLIK”

OLEH:
KELOMPOK 1

GEDE WAHYA DHIYATMIKA 1607532025 (02)


NI KADEK ELMA KARDIYANTI 1607532028 (05)
ADE SURYA INDRAWAN 1607532031 (07)
NI PUTU AYU ISTA SATIARI 1607532034 (08)
CLARA YUNNEKE TANADI 1607532037 (10)
DICKY WAHYUDI RUMADAY 1607532040 (12)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu pokok pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada


masyarakat (public services). Pemberian pelayanan publik pada dasarnya dapat dibiayai
melalui dua yaitu: pajak dan pembebanan langsung kepada masyarakat kepada
masyarakat sebagai konsumen jasa publk (charging for service). Jika pelayanan publik
dibiayai dengan pajak, maka setiap wajib pajak harus membayar tanpa memperdulikan
apakah dia menikmatin secara langsung jasa publik tersebut atau tidak. Hal tersebut
karena pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara yang tidak memiliki jasa
timpal (kontraprestasi) individual secara langsung dapat dinikmati oleh pembayar pajak.
Jika pelayanan publik melalui pembebanan langsung, maka yang membayar hanyalah
mereka yang memanfaatkan jasa pelelangan publik tersebut, sedangkan yang tidak
menggunakan tidak diwajibkan untuk membayar. Permasalahn yang kemudian muncul
adalah suatu pelayanan publik lebih baik dibiayai melalui pajak atau dengan
pembebanan langsung kepada konsumen.

Kewajiban aparatur negara yang juga mengikuti kewajiban negara dalam


menyelenggarakan tugas negara seperti yang diamanatkan UUD 1945, GBHN dan UU
APBN (mardiasmo 2000) adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public
service) dalam bentuk penyediaan jasa dan barang secara prima. Dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, instansi milik pemerintah apakah BUMD dan BUMN
akan memberikan tarif pelayanan publik yang diwujutkan dalam bentuk retribusi, pajak
dan pembebanan tarif Jasa langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(charging for sevice).

Walaupun masyarakat telah dibebani dengan pajak yang dapat dipaksakan


kepada pemerintah, dan pemerintah memberikan prestasi kepada masyarakat. Tidak
semua prestasi yang diberikan oleh organisasi sektor publik kepada masyarakat yang
telah dilayani dapat dibuat secara gratis mengingat terdapat barang privat yang manfaat
barang dan jasa hanya dinikmati secara individu, barang publik yaitu barang dan jasa
kebutuhan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat serta barang campuran privat
dan barang publik yaitu barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya di nikmati
secara individu tetapi sering masyarakat umum juga membutuhkan barang dan jasa
tersebut merit good (semua orang bisa mendapatkannya tetapi tidak semua orang dapat

2
mendapatkan barang dan jasa) tersebut seperti: air bersih, listrik, pendidikan,
kesehatan, transportasi publik.

Hakikat kualitas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan


Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004, dalam Ratminto (2006:19-20) adalah pemberian
pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur
pemerintah sebagai abdi masyarakat, yang berasaskan kepada Transparansi atau
memiliki sifat keterbukaan, Akuntabilitas, atau dapat dipertanggung jawabkan,
Kondisional, atau sesuai dengan kondisi untuk memenuhi prinsip efisiensi dan
efektifitas, Partisipatif, yang berarti mendorong peran serta masyarakat, Kesamaan hak
atau tidak diskriminatif, dan Keseimbangan hak dan tanggung jawab, antara pihak
pemberi pelayanan dan pihak penerima pelayanan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelayanan Publik yang Dapat Dijual

Dalam memberikan memberikan pelayanan publik, pemerintahan dapat dibenarkan


menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung
melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat
dibebankan tarif pelayanan misalnya:

1) Penyediaan air bersih.


2) Transportasi publik.
3) Jasa pos dan telekomunikasi.
4) Energi dan listrik.
5) Perumahan rakyat.
6) Fasilitas rekreasi (pariwisata).
7) Pendidikan.
8) Jalan tol.
9) Irigasi.
10) Jasa pemadaman kebakaran.
11) Pelayanan kesehatan.
12) Pengolahan sampah/limbah.

Pembebanan tarif pelayanan publik kepada konsumen dapat dibenarkan karena


beberapa alasan, yaitu:

1) Adanya Barang Privat dan Barang Publik


Terdapat tiga jenis barang yang menjadi kebutuhan masyarakat, yaitu:
a) Barang Privat
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat barang atau jasa
tersebut hanya dinikmati secara individual oleh yang membelinya, sedangkan
yang tidak mengkonsumsi tidak dapat menikmati barang/jasa tersebut.
Contoh: makanan, listrik dan telepon.
b) Barang Publik
Yaitu barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaatnya dinikmati oleh
seluruh masyarakat secara bersama-sama.

4
Contoh: pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
c) Campuran (Privat dengan Publik)

Terdapat beberapa barang dan jasa yang merupakan campuran antara


barang privat dan barang publik. Karena, meskipun dikonsumsi secara
individual seringkali masyarakat secara umum juga membutuhkan barang dan
jasa tersebut. Contoh: pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik,
dan air bersih. Barang –barang tersebut sering disebut dengan merit good
karena semua orang membutuhkannya akan tetapi tidak semua orang bisa
mendapatkan barang dan jasa tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan barang
tersebut pemerintah dapat menyediakannya secara langsung (direct public
privision), memberikan subsidi, atau mengontrakkan ke pihak swasta.
Sebagai contoh pendidikan, meskipun pemerintah bertanggungjawab untuk
menyediakan pendidikan, namun bukan berarti barang tersebut sebagai pure
public good yang harus dibiayai semuanya dengan pajak dan dilaksanakan
sendiri oleh pemerintah. Dapat saja sektor swasta terlibat dalam penyediaan
pelayanan pendidikan tersebut.

Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang publik dan barang
barang privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut antara lain:

1) Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan.
2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tetapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen
pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat-
obatan, dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa
orang untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau
langka.
3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulkannya.
Jika digunakan pajak, maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar
pajak yang pantas dan cukup. Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif
pelayanan, orang harus membayar untuk memperoleh jasa yang diinginkannya,
dan mungkin bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
pajak. Terdapat argument yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya
demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka bayar dan

5
apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik dapat
diarahkan menurut pilihan mereka.

Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan
barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui
pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan
penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem
kontrak.

Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan air bersih,
maka untuk memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif untuk penyediaan kebutuhan tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum,
karena spillover effects (eksternalitas positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada
seperti pertahanan dan pengendalian kesehatan, maka pendanaan untuk hal-hal
tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.

Dalam hal penyediaan pelayanan publik, yang perlu diperhatikan adalah:

1) Identifikasi barang/jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah barang


publik atau privat)
2) Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan
public tersebut (pemerintah atau swasta)
3) Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor
swasta dan sektor ketiga
4) Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun
dapat ditangani oleh swasta.
Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

6
Pelayanan publik yang dibebani tarif pelayanan langsung:

1) Penyediaan Air Bersih.


2) Transportasi Publik.
3) Jasa Pos & Telekomunikasi.
4) Energi & Listrik.
5) Perumahan.
6) Rekreasi/Wisata Pendidikan.
7) Irigasi.
8) Pemadam Kebakaran.
9) Kesehatan.
10) Pengelolaan Limbah/Sampah.
11) Jalan Tol.

2) Efisiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui:
1) Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak
harus membayar lebih banyak pula.
2) Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3) Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.

7
4) Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
5) meningkatkan persediaan jasa (supply of servise).

Untuk public goods, pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga
normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Mekanisme
pembebanan tarif pelayanan merupakan satu cara menciptakan keadilandalam
distribusi pelayanan publik.

3) Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan
langsung kepada masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila
didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar.
Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang
diuntungkan kepada pelayanan tersebut. Pemerintah tidak boleh melakukan
maksimisasi keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full
price, subsidi, bahkan tanpa dipungut biaya. Fee adalah biaya atas perijinan atau
lisensi yang diberikan pemerintah.
Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi &
pengaawasan, yang didasarkan pada:
a) Kategori perijinan yang dilakukan.
b) Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas
ijin/lisensi yang dimiliki.

ARGUMEN TERHADAP TARIF PEMBEBANAN PUBLIK

Dalam praktik, pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena


alasan-alasan sebagai berikut:

1) Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
2) Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3) Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.

8
4) Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial,
misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon.
5) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan
publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argument yang
menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:
1) Adanya eksternalitas, merit good dan persyaratan legal.

Eksternalitas positif (spillover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu


tinggi membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya (misal:
imunisasi). Barang yang dianggap merit good diisyaratkan untuk diberi secara
gratis contohnya pendidikan.sejalan dengan peraturan perundang-undangan
yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan pelayanan tertentu misalnya
wajib belajar 9 tahun.Itu termasuk persyaratan yang legal sesuai peraturan
pemerintah yaitu bebas biaya sekolah selama wajib belajar 9 tahun sampai pada
tingkat SMP.

Pembebanan tarif pelayanan memang memiliki banyak kontroversi, dipihak


masyarakat golongan menengah kebawah merata tarif yang di bebankan terasa
berat. Dan ingin pelayanan itu dibebankan pada simpanan negara, sedangkan
dari pemerintah bila biaya pelayanan publik sepenuhnya dibebankan pada
simpanan Negara, bila Negara tersebut termasuk Negara berkembang maka
akan terjadi defisit keuangan Negara.

Cara yang telah dilakukan Negara dengan subsidi telah membantu


masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehingga dapat dirasakan masyarakat
golongan menengah ke bawah walaupun tidak sepenuhnya bisa dirasakan oleh
masyarakat golongan menengah kebawah.

2) Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan.


Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan
pengukuran yang handal (seperti: tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal
tersebut dapat meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi
keterukuran membuat penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan

9
dengan perhitungan pajak (seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan
listrik lebih mudah dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).
3) Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang
miskin tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka
dapatkan, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan
bahkan makanan sehat.
Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar
kebutuhan dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu
penting bagi orang lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-
beda. Pilihan yang berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang
berbeda-beda pula, sehingga pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai
dengan pilihan kebutuhan seseorang. Pelayanan publik dapat juga diberikan
secara gratis oleh pemerintah, akan tetapi penyediaan gratis tersebut akan
mempengaruhi pilihan individu. Pemberian beras gratis mungkin tidak pas
untuk orang tertentu karena mungkin ia lebih suka diberi uang untuk membeli
pakaian. Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan kepada
pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberiian
pelayanan gratis.
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang
efektif. Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja
subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru
yang miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin,
pendekatan terbaik adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer),
tetapi hal ini sulit dilakukan di Negara berkembang.

B. Prinsip dan Praktek Pembebanan Harga Pelayanan Publik

Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat,
semakin tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik
menetapkan kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per dalam yang keliru,
biaya pada situasi tertentu harga dan alokasi sumber daya sehingga mengurangi pilihan
bagi konsumen. Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan
pertimban sosial dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan
pertimbangan efisi ekonomi. Namun diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan

10
pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran di negara berkemban
1989). Nominal seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah.
Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang
memuaskan.

C. Kegunaan Pembebanan dalam Praktek

Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara jasa yang
disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for services merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1) Pajak
2) Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services)
3) Laba BUMN/BUMD
4) Penjualan aset milik pemerintah
5) Hutang
6) Pembiayaan defisit anggaran (Mencetak Uang)
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.
Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyedia barang publik seperti
pertahanan, kesehatan publik dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa untuk
kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik sebesar harga
pemulihan biaya totalnya (full cost recovery price). Untuk barang campuran (mixed/merit
good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan
melalui pajak dan sebagian dari tarif.

D. Penetapan Harga Pelayanan Publik

Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya,


maka pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajur, atau dengan
kata lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai
adalah bahwa beban (charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan

11
pelayanan tersebut (full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total
tersebut terdapat beberapa kesulitan karena:

1) Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun
tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang beebeda atau
harus ada prinsip difereni costs for different purposes. Biaya overhead harus
dibebankan secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga
harus diidentifikasi adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden cost) dalam
peyediaan pelayanan publik. Hidden cost juga terkait dengan biaya birokrasi (cost
of bureaucracy).
2) Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk
melayani satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka diperlukan
perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya
tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau
atau memiliki jarak yang jauh. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil,
meskipun untuk hal tertentu, misalnya bis kota, jarak jauh maupun dekat dikenai
tarif yang sama. Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus
merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.
3) Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya
vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau
diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi
dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut
marginal cost pricing.

Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal cost pricing,


yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani konsumen
tambahan (cost of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah harga yang
juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal cost pricing
mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically effcient price), karena

12
pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi
dan penggunanan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh
peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal cost sama
dengan harga.

Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,


setidaknya harus memperhitungkan:

1) Biaya operasi variabel (variable operating cost);


2) Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan
untuk memberikan pelayanan;
3) Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalam penyediaan
pelayanan; dan
4) Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.

Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital cost
atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyeberangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyeberangan karena marginal cost yang ada nol. Memungut biaya penyeberangan
akan mengurangi pengguna jembatan penyeberangan sehingga menimbulkan kapasitas
menganggur atas jembatan tersebut, ini akan mengurangi total economic benefit.

Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol,
karena sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal costnya
sama dengan biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.
Contoh: penyediaan air, marginal cost-nya misalnya:

a) tambahan air yang dikonsumsi


b) tambahan jarak yang diambil
c) pemasangan pipa besar untuk industri.

Masalah-masalah dalam penggunaan marginal cost princing :

13
1) Sulit memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa-jasa tertentu,
dalam praktek kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai
pengganti walaupun hal ini menyimpang dari syarat ekonomi dan efisiensi.
2) Penentuan harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek
(short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run MC).
3) Marginal cost princing bukan berarti full cost recovery.
4) Konsep kewajaran digunakan untuk :
a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
b) Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya
dalam menyediakan pelayanan tersebut.
5) Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minuman mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang
ditentukan oleh marginal cost.
6) Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi
harga (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan.

E. Kompleksitas Strategi Harga Pelayanan Publik

1. Two-part tariffs

Banyak kepentingan publik dipungut dengan two-part tariff,yaitu fixed charge


untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable charge yang
didasarkan atas besarnya konsumsi.

2. Peak-load tariffs

Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah


beban tertinggi untuk periode puncak harus menggambarkan higher marginal
cost (seperti telpon dan transportasi umum)

3. Diskriminasi harga

Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan
(equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan
berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,pelayanan
yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah dapat disubsidi
silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari

14
kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan
untuk orang miskin.

4. Full cost recovery

harga pelayanana didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk
menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadialan(equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.

5. Harga diatas marginal cost

Dalam beberapa kasus,sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost,seperti


tarif parkir mobil,adanya beberapa biaya peijinan atau licence fee.

F. Taksiran Biaya Pelayanan Publik

Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.


b. Opportunity cost of capital
c. Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to
society (opportunity cost)
d. Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu
e. Cadangan inflasi
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang
tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di
sektor publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk
penetapan harga di sektor publik. Digunakan MC pricing atau tidak, yang jelas harus ada
kebijakan yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya
secara akurat dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

15
KASUS
Seperti dijelaskan dalam Principle of Marketing oleh Kotler, strategi-strategi
penetapan harga berubah karena produk tersebut menjalani siklus hidupnya.Seperti
halnya fenomena penerbangan indonesia, khususnya penerbangan Citylink yang
sedang hangat di bicarakan saat ini. Strategi penetapan harga produk baru yang
dijalankan oleh penerbangan citylink adalah Penentuan harga mengambil sebagian
pasar (market-skimming pricing). Hal ini terlihat dari penetapan harga tiket pesawat
Citylink yang ditawarkan terlalu tinggi bagi sebagian kalangan.mungkin Citylink
menargetkan pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan
jasa penerbangan ini. Bisa juga harga yang tinggu ini karena citylink menginginkan pasar
sendiri yang tidak mudah di masuki pesaing dan menciptakan imej yang baik. Tetapi
pihak Citylink juga tidak boleh lengah dengan adanya reaksi-reaksi pembeli dan
pesaing,ini yang membuat perusahaan menurunkan harga atau mungkin menaikkan
harga. Dalam menetapkan harga Citylink juga tidak bisa seenaknya,banyak hukum
federal,negara, dan lokal yang sehat dalam penetapan harga.

16
ANALISIS KASUS
Faktor internal yang mempengaruhi penetapan harga adalah mencakup tujuan
pemasaran, strategi bauran pemasaran, biaya dan pertimbangan keorganisasian suatu
perusahaan. Sebelum menetapkan harga, perusahaan harus memutuskan strategi
produknya. Jika perusahaan itu telah memilih pasar sasaran dan melakukan positioning
secara hati-hati maka strategi bauran pemasarannya termasuk harga akan mudah
diimplementasikan. Contoh - contoh tujuan umum adalah kelangsungan hidup (survival),
maksimalisasi laba sekarang, kepempinan pangsa pasardan kepemimpinan kualitas
produk. Harga hanyalah salah satu dari peralatan bauran pemasaran yang digunakan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya.Keputusan-keputusan
harus di koordinasikan dgn keputusan-keputusan desain, produk, distibusi,dan promosi
untuk membentuk program pemasaran yang konsisten dan efektif. Biaya menjadi
lamdasan bagi haraga yang dapat perusahaan tetapkan atas produk-produknya.
Perusahaan ingin menetapkan haraga yang dapat menutupsemua biaya untuk
memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk tersebut. Harga tiket pesawat
Citylink ditawarkan terlalu tinggi bagi sebagian kalangan, mungkin Citylink menargetkan
pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan jasa
penerbangan ini.Bisa juga harga yang tinggi ini karena citylink menginginkan pasar
sendiri yang tidak mudah di masuki pesaing dan menciptakan imej yang baik. Karena
kita tahu pada akhir-akhir ini sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dikarenakan
harga yang ditawarkan di bawah standart tiket pesawat pada umumnya, hal tersebut
dapat membahayakan keselamatan para penumpang. mungkin Citylink menargetkan
pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan jasa
penerbangan ini. Citylink menetapkan harga yang tinggi dikarenakan untuk memberi
pelayanan yang memuaskan dan menjamin keselamatan bagi para penumpang selama
berada di dalam pesawat.

17
BAB III
SIMPULAN

A. Pelayanan Publik yang Dapat Dijual


Penyediaan pelayanan publik dapat di biayai dengan dua sumber yaitu: pajak
dan pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik
(charging for services). Pembebanan tarif dilakukan karena alasan efisiensi ekonomi,
untuk memperoleh keuntungan, dan karena adanya barang privat dan barang publik
yang perlu di atur penggunaannya secara proporsional dan memenuhi asas
keadilan.

B. Prinsip dan Praktek Pembebanan Harga Pelayanan Publik


Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat, semakin tersebut
dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik menetapkan
kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per dalam yang keliru, biaya pada
situasi tertentu harga dan alokasi sumber daya sehingga mengurangi pilihan bagi
konsumen. Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan
pertimban sosial dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan
pertimbangan efisi ekonomi.

C. Kegunaan Pembebanan dalam Praktek


Pembebanan pelayanan publik merupakan salah satu penerimaan bagi pemerintah
selain pajak, penjualan aset milik pemerintah, hutang, dan laba BUMN/BUMD.
Masalah utama dalam pembebanan pelayanan publik menentukan berapa harga
yang harus dibebankan.

D. Penetapan Harga Pelayanan Publik


Aturan yang bisa dipakai beban dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan
pelayanan tersebut. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga dianut konsep
different cost for different purposes yaitu membedakan cost untuk pelayanan yang
berbeda. Masalah lain adalah adanya hildden cost yang menyulitkan dalam
mengetahui total cost. Kesulitan untuk menghitung biaya total adalah karena sulit
mengukur jumlah yang dikonsumsi dan perbedaan jumlah biaya untuk melayani
masing-masing orang.

18
E. Kompleksitas Strategi Harga Pelayanan Publik
Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar
dan biaya apa saja yang diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan
konsep current cost operation, capital cost dan marginal cost (biaya penambahan
kapasitas).

F. Taksiran Biaya Pelayanan Publik


Marginal cost princing menganut prinsip bahwa tarif yang dipungut seharusnya sama
dengan biaya untuk melayani tambahan konsumen. marginal cost princing mengacu
pada harga pasar yang paling efisien. Marginal cost princing memperhatilan biaya
operasi variabe, semi variabe, overhaed cost, biaya penggantian atas aset modal
dan biaya penambahan aset moal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
pemerintah. Namun demikian, konsep marginal cost princing juga menghadapi
berbagai kendala. Oleh karena itu perlu ditemukan metode terbaik untuk
menetapkan harga pelayanan publik.

19
REFRENSI

Mardiasmo.2005.Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Andi


Aina Rainasti,”Akuntansi Sektor Publik: Penentuan Harga Pelayanan Publik.”
http://ainarainasti.blogspot.co.id/2012/10/akuntansi-sektor-publik-penentuan-
harga.html (diakses pada hari Rabu, 8 November 2017)
Chaqee,”Penentuan Harga Pelayanan Sektor Publik.”
http://aquocha.blogspot.co.id/2010/12/penentuan-harga-pelayanan-sektor-publik.html
(diakses pada hari Rabu, 8 November 2017)
Seilyariskyu,”Akuntansi Sektor Publik Penentuan Harga Pelayanan Publik Part
3” https://riskaseilya.wordpress.com/2012/01/22/120122-akt-sektor-publik-penentuan-
harga-pelayanan-publik-part-3/ (diakses pada hari Rabu, 8 November 2017)
Rurianty Azhar,”Makalah Akuntansi Sektor Publik.”
http://rurianti.blogspot.co.id/2015/04/makalah-akuntansi-sektor-publik.html
(diakses pada hari Rabu, 8 November 2017)

Rurianti, “Makalah Akuntansi Sektor Publik”


http://rurianti.blogspot.co.id/2015/04/makalah-akuntansi-sektor-publik.html (diakses pada
Kamis, 9 November 2017)

Wahyu Hidayat, “Makalah Penentuan Harga Barang Publik”


https://wahyuhidayat600.wordpress.com/2014/05/30/makalah-penentuan-harga-barang-
publik/ (diakses pada Kamis, 9 November 2017)

20

Anda mungkin juga menyukai