Sap 7 Asp
Sap 7 Asp
OLEH:
KELOMPOK 1
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
mendapatkan barang dan jasa) tersebut seperti: air bersih, listrik, pendidikan,
kesehatan, transportasi publik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Contoh: pertahanan nasional, pengendalian penyakit, jasa polisi.
c) Campuran (Privat dengan Publik)
Pada tataran praktek, terdapat kesulitan membedakan barang publik dan barang
barang privat. Beberapa sebab kesulitan membedakan barang publik dengan barang
privat tersebut antara lain:
1) Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan.
2) Terdapat barang dan jasa yang merupakan barang/jasa publik, tetapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen
pembebanan langsung. Contohnya adalah biaya pelayanan medis, tarif obat-
obatan, dan air. Pembebanan terhadap pemanfaatan barang tersebut memaksa
orang untuk berhati-hati dalam mengkonsumsi sumber-sumber yang mahal atau
langka.
3) Terdapat kecenderungan untuk membebankan tarif pelayanan daripada
membebankan pajak karena pembebanan tarif lebih mudah pengumpulkannya.
Jika digunakan pajak, maka akan terdapat kesulitan dalam menentukan besar
pajak yang pantas dan cukup. Sedangkan jika digunakan pembebanan tarif
pelayanan, orang harus membayar untuk memperoleh jasa yang diinginkannya,
dan mungkin bersedia untuk membayar lebih tinggi dibandingkan dengan tarif
pajak. Terdapat argument yang menyatakan bahwa pembebanan pada dasarnya
demokratis karena orang dapat memilih barang apa yang ingin mereka bayar dan
5
apa yang tidak mereka inginkan, sehingga pola pengeluaran publik dapat
diarahkan menurut pilihan mereka.
Biasanya terdapat anggapan bahwa dalam suatu sistem ekonomi campuran (mixed
economy), barang privat lebih baik disediakan oleh pihak swasta (privat market) dan
barang publik lebih baik diberikan secara kolektif oleh pemerintah yang dibiayai melalui
pajak. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan pemerintah menyerahkan
penyediaan barang publik kepada sektor swasta melalui regulasi, subsidi, atau sistem
kontrak.
Jika manfaat dirasakan secara perorangan, seperti listrik, telepon, dan air bersih,
maka untuk memperoleh barang-barang tersebut masyarakat biasanya dibebani dengan
tarif untuk penyediaan kebutuhan tersebut. Jika manfaat dirasakan secara umum,
karena spillover effects (eksternalitas positif), yang tidak bisa dihilangkan dan pasti ada
seperti pertahanan dan pengendalian kesehatan, maka pendanaan untuk hal-hal
tersebut lebih tepat didanai lewat pajak.
6
Pelayanan publik yang dibebani tarif pelayanan langsung:
2) Efisiensi Ekonomi
Ketika setiap individu bebas menentukan banyaknya barang dan jasa yang
mereka ingin konsumsi, mekanisme harga memiliki perang penting dalam
mengalokasikan sumber daya melalui:
1) Pendistribusian permintaan, pihak yang mendapatkan manfaat paling banyak
harus membayar lebih banyak pula.
2) Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
3) Pemberian insentif pada suplier berkaitan dengan skala produksi.
7
4) Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
5) meningkatkan persediaan jasa (supply of servise).
Untuk public goods, pemerintah lebih baik menetapkan harga di bawah harga
normalnya (full price) atau bahkan tanpa dipungut biaya. Mekanisme
pembebanan tarif pelayanan merupakan satu cara menciptakan keadilandalam
distribusi pelayanan publik.
3) Prinsip Keuntungan
Ketika pelayanan tidak dinikmati oleh semua orang, pembebanan
langsung kepada masyarakat yang menerima jasa tersebut dianggap “wajar” bila
didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak perlu membayar.
Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada masyarakat atau mereka yang
diuntungkan kepada pelayanan tersebut. Pemerintah tidak boleh melakukan
maksimisasi keuntungan bahkan lebih baik menetapkan harga di bawah full
price, subsidi, bahkan tanpa dipungut biaya. Fee adalah biaya atas perijinan atau
lisensi yang diberikan pemerintah.
Biaya perijinan/lisensi relatif kecil, umumnya berupa biaya administrasi &
pengaawasan, yang didasarkan pada:
a) Kategori perijinan yang dilakukan.
b) Ada tidaknya keuntungan yg diperoleh pemegang ijin/lisensi atas
ijin/lisensi yang dimiliki.
1) Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
2) Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus didisiplinkan (hemat), misalnya pembebanan
terhadap penggunaan air dan obat-obatan medis.
3) Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan
pilihan daripada kebutuhan, misalnya penggunaan fasilitas rekreasi.
8
4) Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntukan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestik secara individual maupun industrial,
misalnya air, listrik, jasa pos dan telepon.
5) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan
publik atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat
ditentukan secara tegas.
Terlepas dari kasus yang merupakan barang publik murni, terdapat argument yang
menentang pembebanan tarif pelayanan, yaitu:
1) Adanya eksternalitas, merit good dan persyaratan legal.
9
dengan perhitungan pajak (seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan
listrik lebih mudah dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).
3) Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang
miskin tidak mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka
dapatkan, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan
bahkan makanan sehat.
Namun, yang menjadi masalah adalah dapatkah kita membuat daftar
kebutuhan dasar secara objektif. Yang penting bagi seseorang belum tentu
penting bagi orang lain, sehingga skala prioritas dan pilihan individu berbeda-
beda. Pilihan yang berbeda-beda tesebut membutuhkan perlakuan yang
berbeda-beda pula, sehingga pembebanan tarif pelayanan dipandang sesuai
dengan pilihan kebutuhan seseorang. Pelayanan publik dapat juga diberikan
secara gratis oleh pemerintah, akan tetapi penyediaan gratis tersebut akan
mempengaruhi pilihan individu. Pemberian beras gratis mungkin tidak pas
untuk orang tertentu karena mungkin ia lebih suka diberi uang untuk membeli
pakaian. Keputusan untuk membebankan biaya pelayanan kepada
pelanggan harus dikompensasi dengan pemberian subsidi atau pemberiian
pelayanan gratis.
Penyediaan pelayanan gratis atau subsidi mungkin sia-sia dan kurang
efektif. Apakah subsidi menjamin dinikmati bagi yang miskin? Mungkin saja
subsidi menguntungkan yang kaya jika dikorupsi oleh birokrasi. Atau justru
yang miskin mensubsidi yang kaya. Bila kita peduli pada golongan miskin,
pendekatan terbaik adalah melalui distribusi pendapatan (lumpsum transfer),
tetapi hal ini sulit dilakukan di Negara berkembang.
Sebagian barang dan jasa yang disediakan pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan
pembebanan tarif. Semakin dekat suatu pelayanan terkait dengan barang privat,
semakin tersebut dikenai tarif. Namun batasan identifikasi barang privat dan publik
menetapkan kadang sulit dan harus dilakukan dengan dasar per dalam yang keliru,
biaya pada situasi tertentu harga dan alokasi sumber daya sehingga mengurangi pilihan
bagi konsumen. Meskipun demikian, dalam praktiknya permasalahan administrasi dan
pertimban sosial dan politik memiliki prioritas yang lebih besar dibandingkan
pertimbangan efisi ekonomi. Namun diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan
10
pelayanan publik merupakan penyebab utama defisit anggaran di negara berkemban
1989). Nominal seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah.
Misalnya pemberian pelayanan kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang
memuaskan.
Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara jasa yang
disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for services merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1) Pajak
2) Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services)
3) Laba BUMN/BUMD
4) Penjualan aset milik pemerintah
5) Hutang
6) Pembiayaan defisit anggaran (Mencetak Uang)
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasus perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah.
Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyedia barang publik seperti
pertahanan, kesehatan publik dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis,
dalam arti dibiayai dari pajak. Sementara itu, penyediaan barang privat yaitu jasa untuk
kepentingan individu seperti listrik, telepon, transportasi umum ditarik sebesar harga
pemulihan biaya totalnya (full cost recovery price). Untuk barang campuran (mixed/merit
good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan
melalui pajak dan sebagian dari tarif.
11
pelayanan tersebut (full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total
tersebut terdapat beberapa kesulitan karena:
1) Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengidentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Namun
tidak boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang beebeda atau
harus ada prinsip difereni costs for different purposes. Biaya overhead harus
dibebankan secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga
harus diidentifikasi adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden cost) dalam
peyediaan pelayanan publik. Hidden cost juga terkait dengan biaya birokrasi (cost
of bureaucracy).
2) Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi. Karena jumlah biaya untuk
melayani satu orang dengan orang lain berbeda-beda, maka diperlukan
perbedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh diperlukan biaya
tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit dijangkau
atau memiliki jarak yang jauh. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat tidak adil,
meskipun untuk hal tertentu, misalnya bis kota, jarak jauh maupun dekat dikenai
tarif yang sama. Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus
merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.
3) Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar.
Jika orang miskin tidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya
vital, maka mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau
diskriminasi produk untuk menghindari subsidi.
4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan: apakah hanya biaya operasi langsung
(current operation cost), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital cost).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi
dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut
marginal cost pricing.
12
pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan manfaat ekonomi
dan penggunanan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan memperoleh
peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal cost sama
dengan harga.
Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital cost
atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyeberangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyeberangan karena marginal cost yang ada nol. Memungut biaya penyeberangan
akan mengurangi pengguna jembatan penyeberangan sehingga menimbulkan kapasitas
menganggur atas jembatan tersebut, ini akan mengurangi total economic benefit.
Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan rumah tidak sama dengan nol,
karena sejak ditempati kapasitas ruang sudah digunakan, sehingga marginal costnya
sama dengan biaya untuk menyediakan rumah pengganti dan biaya pemeliharaan.
Contoh: penyediaan air, marginal cost-nya misalnya:
13
1) Sulit memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa-jasa tertentu,
dalam praktek kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai
pengganti walaupun hal ini menyimpang dari syarat ekonomi dan efisiensi.
2) Penentuan harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek
(short run MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run MC).
3) Marginal cost princing bukan berarti full cost recovery.
4) Konsep kewajaran digunakan untuk :
a) Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
b) Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya
dalam menyediakan pelayanan tersebut.
5) Eksternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk
minuman mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang
ditentukan oleh marginal cost.
6) Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak
untuk jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi
harga (seperti tarif progresif) yang mungkin digunakan.
1. Two-part tariffs
2. Peak-load tariffs
3. Diskriminasi harga
Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan
(equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan
berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda,pelayanan
yang diberikan kepada kelompok yang berpendapatan rendah dapat disubsidi
silang dengan kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari
14
kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan
untuk orang miskin.
harga pelayanana didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk
menghasilkan pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas
pelayanan publik perlu mempertimbangkan keadialan(equity) dan kemampuan
publik untuk membayar.
Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
15
KASUS
Seperti dijelaskan dalam Principle of Marketing oleh Kotler, strategi-strategi
penetapan harga berubah karena produk tersebut menjalani siklus hidupnya.Seperti
halnya fenomena penerbangan indonesia, khususnya penerbangan Citylink yang
sedang hangat di bicarakan saat ini. Strategi penetapan harga produk baru yang
dijalankan oleh penerbangan citylink adalah Penentuan harga mengambil sebagian
pasar (market-skimming pricing). Hal ini terlihat dari penetapan harga tiket pesawat
Citylink yang ditawarkan terlalu tinggi bagi sebagian kalangan.mungkin Citylink
menargetkan pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan
jasa penerbangan ini. Bisa juga harga yang tinggu ini karena citylink menginginkan pasar
sendiri yang tidak mudah di masuki pesaing dan menciptakan imej yang baik. Tetapi
pihak Citylink juga tidak boleh lengah dengan adanya reaksi-reaksi pembeli dan
pesaing,ini yang membuat perusahaan menurunkan harga atau mungkin menaikkan
harga. Dalam menetapkan harga Citylink juga tidak bisa seenaknya,banyak hukum
federal,negara, dan lokal yang sehat dalam penetapan harga.
16
ANALISIS KASUS
Faktor internal yang mempengaruhi penetapan harga adalah mencakup tujuan
pemasaran, strategi bauran pemasaran, biaya dan pertimbangan keorganisasian suatu
perusahaan. Sebelum menetapkan harga, perusahaan harus memutuskan strategi
produknya. Jika perusahaan itu telah memilih pasar sasaran dan melakukan positioning
secara hati-hati maka strategi bauran pemasarannya termasuk harga akan mudah
diimplementasikan. Contoh - contoh tujuan umum adalah kelangsungan hidup (survival),
maksimalisasi laba sekarang, kepempinan pangsa pasardan kepemimpinan kualitas
produk. Harga hanyalah salah satu dari peralatan bauran pemasaran yang digunakan
oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasarannya.Keputusan-keputusan
harus di koordinasikan dgn keputusan-keputusan desain, produk, distibusi,dan promosi
untuk membentuk program pemasaran yang konsisten dan efektif. Biaya menjadi
lamdasan bagi haraga yang dapat perusahaan tetapkan atas produk-produknya.
Perusahaan ingin menetapkan haraga yang dapat menutupsemua biaya untuk
memproduksi, mendistribusikan, dan menjual produk tersebut. Harga tiket pesawat
Citylink ditawarkan terlalu tinggi bagi sebagian kalangan, mungkin Citylink menargetkan
pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan jasa
penerbangan ini.Bisa juga harga yang tinggi ini karena citylink menginginkan pasar
sendiri yang tidak mudah di masuki pesaing dan menciptakan imej yang baik. Karena
kita tahu pada akhir-akhir ini sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dikarenakan
harga yang ditawarkan di bawah standart tiket pesawat pada umumnya, hal tersebut
dapat membahayakan keselamatan para penumpang. mungkin Citylink menargetkan
pasar sasarannya adalah kalangan atas yang benar-benar membutuhkan jasa
penerbangan ini. Citylink menetapkan harga yang tinggi dikarenakan untuk memberi
pelayanan yang memuaskan dan menjamin keselamatan bagi para penumpang selama
berada di dalam pesawat.
17
BAB III
SIMPULAN
18
E. Kompleksitas Strategi Harga Pelayanan Publik
Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar
dan biaya apa saja yang diperhitungkan sehingga untuk memudahkan digunakan
konsep current cost operation, capital cost dan marginal cost (biaya penambahan
kapasitas).
19
REFRENSI
20