Tugas Ventilasi
Tugas Ventilasi
Kerusakan paru-paru yang diakibatkan debu dari batuan dan mineral adalah suatu masalah
kesehatan yang banyak ditemukan. Apakah anda bekerja di tambang bawah tanah atau di atas
tanah, paru-paru anda bisa rusak, jika:
debu menyelimuti baju, seluruh tubuh dan peralatan yang digunakan anda sering batuk dan sulit
bernapas
Sekali debu-debu tambang sudah merusak paru-paru, tidak ada cara untuk menyembuhkan
kerusakan yang sudah terjadi. Debu mengancam kesehatan penambang dan komunitas-
komunitas di sekitar tambang.
Debu yang paling berbahaya datang dari batubara, yang menyebabkan penyakit paru-paru hitam
(black lung diseases). Di samping itu debu dari silika menyebabkan silikosis (silicosis). Debu yang
mengandung asbes atau logam berat juga sangat berbahaya.
Debu dari pertambangan dapat membuat sulit bernapas. Jumlah debu yang banyak
menyebabkan paru-paru dipenuhi cairan dan membengkak. Tanda-tanda dari kerusakan paru-
paru akibat terpapar debu antara lain:
Penyakit paru-paru hitam, silikosis dan asbestosis, merupakan penyakit serius yang tidak dapat
disembuhkan. Lebih baik menghindari pemaparan terhadap debu-debu yang berbahaya.
Penyakit-penyakit ini dapat menjadi parah dengan cepat sekali. Oleh karena itu pada saat Anda
menemukan gejala-gejala penyakit tersebut, tidak banyak yang dapat dilakukan kecuali menjaga
agar kondisi tidak menjadi lebih parah. Jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebut di atas,
atau pernah terpapar debu-debu berbahaya, segera temui petugas kesehatan.
Merokok dapat meningkatkan resiko kerusakan paru-paru akibat terpapar debu, jadi sangat
penting bila penambang tidak merokok tembakau.
Penyakit paru-paru hitam disebabkan oleh debu batu bara yang menyumbat paru-paru,
menyebabkan masalah pernapasan yang sangat serius dan permanen. Penambang-penambang
batu bara bawah tanah, anak-anak dan perempuan-perempuan yang bekerja memisahkan batu
dari batu bara, sering mengalami penyakit paru-paru hitam ini.
Silikosis disebabkan oleh pemaparan debu silika. Silika adalah sejenis mineral yang umum
dilepaskan oleh pasir dan batuan pada saat sedang ditambang, sehingga banyak penambang
yang terpapar bahaya.
Pengobatan
Penyakit paru-paru hitam dan silikosis tidak dapat disembuhkan. Tapi Anda dapat mengurangi
rasa sakit yang timbul.
Beberapa orang percaya bahwa menyantap makanan yang mengandung susu seperti susu, keju,
dan mentega dari susu dapat mengentalkan lendir sehingga lendir lebih sulit dikeluarkan. Jika
Anda merasa tidak nyaman dan lebih parah setelah makan makanan tadi, hindarkan makanan
tersebut tetapi harus tetap mendapat nutrisi yang baik dari jenis makanan lainnya.
PENTING: Minum minuman yang mengandung alkohol (minuman keras) tidak akan
membersihkan paru-paru dari debu. Minum alkohol hanya membuat penyakit menjadi lebih
parah.
Penderita penyakit paru-paru hitam atau silikosis memiliki resiko yang tinggi untuk mengidap
penyakit lainnya seperti:
Tuberkulosis (TBC),
Bronkitis kronis,
Penyakit jantung,
Kanker paru-paru,
Radang paru-paru,
Asma,
Rematik artritis,
Lupus,
Radang rematik,
Sklerosis.
BAHAYA MENGHIRUP DEBU
BATU BARA, PEKERJA TAMBANG
RENTAN TERKENA
PNEUMOKONIOSIS
28 Maret 2016
Benarkah paparan debu batu bara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan pneumokoniosis? Seberapa besar bahayanya bagi pekerja tambang? Bagaimana
pengendaliannya?
Debu batu bara termasuk jenis fibrogenic, yakni jenis debu yang sangat beracun dan dapat
merusak paru-paru serta memengaruhi fungsi atau kerja paru-paru. Bagi pekerja tambang yang
setiap harinya terpapar debu batu bara bisa membahayakan paru-parunya. Terpapar debu batu
bara secara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan pneumokoniosis.
Source: wisegeek.com
Dalam bahasa awam, penyakit akibat paparan debu batubara disebut paru-paru hitam (black
lung disease) atau coal worker's pneumoconiosis (CWP). CWP atau pneumokoniosis batu bara
terjadi akibat terhirupnya debu batu bara secara berlebih atau dalam jangka waktu yang lama.
Risiko pekerja terkena pneumokoniosis tergantung dari berapa lama pekerja tersebut terpapar
debu batu bara. Penyakit ini terjadi bila paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar
lebih dari 10 tahun.
Karena proses sejak terpapar debu hingga muncul gejala butuh waktu bertahun-tahun, sering
kali pada tahap awal penyakit ini tidak bergejala. Maka dari itu, pneumokoniosis batu bara ini
sering tidak terdeteksi. Kebanyakan seseorang baru terdeteksi mengidap pneumokoniosis saat
berusia lebih dari 50 tahun.
Pneumokoniosis batu bara dibedakan atas bentuk sederhana (simpleks) dan terkomplikasi
(kompleks) atau Progressive Massive Fibrosis. Pneumokoniosis sederhana terjadi karena
inhalasi debu batu bara saja. Gejalanya hampir tidak ada, sesekali hanya menimbulkan batuk
ringan. Sedangkan, pneumokoniosis terkomplikasi ditandai gejala pernapasan pendek, batuk
berdahak yang cenderung menetap, dahak berwarna hitam, hingga bengkak di kaki dan tungkai.
Debu batu bara termasuk salah satu jenis debu paling berbahaya (respirable dust). Debu
berukuran 0.1-10 mikron mudah terhirup pada saat kita bernapas. Debu berukuran lebih dari 5
mikron akan mengendap di saluran napas bagian atas. Debu berukuran 3-5 mikron akan
menempel di saluran napas bronkiolus, sedangkan yang berukuran 1-3 mikron akan sampai
di alveoli.
Source: 24.hu
Setiap debu batu bara yang masuk ke sistem pernapasan bagian dalam atau paru-paru bagian
dalam tidak bisa dikeluarkan oleh sistem mekanisme tubuh secara alami, maka debu tersebut
akan tinggal selama-lamanya di dalam paru-paru.
Itulah sebabnya, pneumokoniosis pada pekerja tambang batu bara tidak dapat disembuhkan
(irreversible)karena kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru oleh debu batu bara adalah
menetap. Alternatifnya, penderita hanya dapat mengurangi atau mengontrol gejala, yaitu
dengan bronkodilator dan terapi oksigen.
* * *
Seperti dilansir detik.com pada 9 November 2015, Ketua umum Perhimpunan Spesialis
Kedokteran Okupasi Indonesia, dr Nusye E Zamsiar, MS, SpOk menyatakan, data resmi
untuk pneumokoniosis di Indonesia memang belum ada. Namun dari beberapa penelitian seperti
telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, diperkirakan angkanya memang cukup tinggi. Salah
satu hal yang bisa kita lakukan adalah tindakan preventif.
Bahaya pneumokoniosis batu bara yang tidak dapat dipulihkan kembali, sulitnya deteksi dini,
serta tingkat pajanan debu yang sangat tinggi, mengharuskan manajemen dan pekerja untuk
segera melakukan pencegahan untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih parah.
Berikut tindakan preventif yang dapat Anda lakukan, di antaranya:
Bila pekerja sudah didiagnosis menderita pneumokoniosis batu bara, artinya pekerja tersebut
harus lebih berhati-hati. Sebab, pneumokoniosis bisa berkembang pada tahap terberatnya
menjadi kanker paru. Pencegahan yang bisa dilakukan, yaitu menghindari paparan langsung
atau menjauhi paparan dengan cara rotasi pekerjaan ke bagian lain yang kadar debu batu
baranya lebih rendah dan menggunakan masker khusus sebagai solusi terakhir yang dapat
dilakukan. Segera periksakan diri Anda ke dokter apabila mengalami gejala sesak dan batuk
berkepanjangan untuk menghindari risiko pneumokoniosis batu bara yang lebih kompleks.
GEJALA
Orang dewasa membawa jumlah cacing yang lebih banyak daripada anak-anak sehingga lebih
berisiko terkena penyakit. Wanita muda, terutama wanita hamil, dan buruh paling rentan terkena
anemia. Sekitar 30-54% anemia sedang hingga berat yang terjadi pada wanita Asia dan Afrika
disebabkan infeksi cacing tambang. Anemia berat pada anak menghambat pertumbuhan dan
perkembangan serta mempengaruhi kecerdasan.
Gejala klinis awal berbanding lurus dengan jumlah cacing yang menginfeksi. Gejala klinis yang dapat
terjadi adalah :
Rasa gatal di kaki (ground itch) atau gatal di kulit tempat masuknya cacing;
Larva cacing di paru-paru dapat menimbulkan gejala batuk, dahak disertai darah, kadang-kadang
pada infeksi berat dijumpai gejala seperti radang paru-paru, yaitu disertai demam dan badan lemas;
Cacing menjadi dewasa pada usus halus sehingga menimbulkan gejala rasa tidak enak di perut,
kembung, sering buang angin, mual, muntah, dan diare. Gejala pada usus halus ini terjadi 2 minggu
setelah cacing masuk melalui kulit;
Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing. Gejala anemia antara lain lemah badan,
pusing, atau terasa berdebar-debar, kuku tampak pucat dan permukaan kuku aga melekuk ke dalam,
dan sesak napas.
Komplikasi lain pada penyakit ini adalah radang kulit (dermatitis) yang berat terutama bila penderita
sensitif. Anemia berat dapat mengganggu pertumbuhan, perkembangan mental, dan gagal jantung.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannnya telur cacing tambang dalam tinja pasien.
Kadang-kadang didapatkan darah dalam tinja. Selain dalam tinja, pemeriksaan dahak juga dapat
menemukan adanya larva. Peningkatan jenis sel darah putih eosinofil akan tampak pada bulan
pertama infeksi cacing ini.
PENYEBAB
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus adalah cacing berbentuk bulat (roundworms) yang
panjangnya berkisar antara 5-13 mm. Cacing betina berukuran lebih panjang dan lebih besar dari
cacing jantan. Cacing jantan mempunyai alat perkembangbiakan yang menonjol di bagian belakang
tubuhnya. Cacing dapat berwarna abu-abu keputihan atau merah muda dengan kepala agak
menekuk ke arah tubuh. Lekukan inilah yang membentuk seperti kait (hook) maka cacing ini
disebut hookworms. Necator americanus berukuran sedikit lebih kecil daripada Ancylostoma dan
bentuk kait lebih jelas pada Necator americanus.
Cacing betina yang menginfeksi usus mamalia mengeluarkan ribuan telur setiap harinya dan telur-
telur tersebut dikeluarkan melalui tinja. Mamalia yang berperan sebagai inangnya adalah anjing,
kucing, maupun manusia. Telur akan menetas 1-2 hari pada tanah berpasir lembab lalu menjadi larva
(rhabditiform) yang berganti lapisan kulit dua kali (5-10 hari) sebelum berkembang menjadi larva
stadium ketiga (filariform) yang dapat bertahan hidup di tanah selama 3-4 minggu. Larva stadium
ketiga berukuran 500-700 milimeter dan mampu menembus kulit normal dengan cepat.
Larva biasa menembus kulit telapak kaki ataupun kulit tangan yang kontak dengan tanah yang
mengandung larva. Transmisi larva ke kulit terjadi pada kontak tanah yang mengandung larva hidup
dengan kulit paling sedikit 5 menit. Penetrasi larva pada kulit menimbulkan rasa gatal.
Larva menembus kulit dengan membuat lubang kecil dan menembus dinding pembuluh darah
sehingga terbawa melalui peredaran darah ke jantung lalu ke paru-paru. Migrasi larva pada paru-paru
lalu naik ke atas hingga pangkal tenggorokan dapat menyebabkan refleks batuk dan larva tertelan ke
saluran cerna. Di saluran cerna larva tumbuh menjadi cacing dewasa di usus halus walaupun ada
beberapa larva yang tetap dormant (tidak aktif) dan tidak tumbuh menjadi cacing dewasa. Di usus
halus inilah mereka menempel pada selaput lendir usus dan makan dari pembuluh darah kecil yang
terdapat pada selaput lendir usus. Hal ini menyebabkan anemia bila jumlah cacing banyak. Cacing
betina dewasa menghasilkan telur dalam waktu kurang lebih 5 minggu setelah cacing menembus
kulit. Kebanyakan cacing dewasa hidup 1-2 tahun tetapi ada juga yang dapat hidup beberapa tahun.
Setiap cacing spesies Necator menghisap 0,03 ml darah per hari sementara Ancylostoma menghisap
0,2 ml darah per hari. Gejala anemia selain tergantung jumlah cacing juga dipengaruhi asupan zat
besi. Pada orang yang kekurangan asupan zat besi jumlah cacing sebanyak 40 cacing saja dapat
menimbulkan anemia.
Infeksi cacing tambang terjadi pada manusia yang sering kontak dengan tanah di mana penggunaan
pupuk kandang atau tinja manusia dibuang di tanah.
PENGOBATAN
Perawatan umum pada pasien dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik, protein dan vitamin
yang cukup serta suplemen zat besi diberikan bila terdapat anemia.
Pengobatan spesifik adalah memberikan obat cacing. Obat cacing terpilih
adalah Albendazol dan Mebendazol yang dapat memberikan kesembuhan 90-95% terutama pada
infeksi cacing tambang pada anak-anak dan mengurangi jumlah telur hingga 90%. Pada infeksi yang
disebabkan Ancylostoma, Tetrakloretilen adalah obat terpilih. Tetrakloretilen tidak boleh diberikan
pada pasien alkoholisme, kelainan pencernaan, dan konstipasi. Befanium hidroksinaftat adalah obat
pilihan untuk infeksi Ancylostoma dan digunakan untuk pengobatan masal pada anak. Obat ini relatif
tidak beracun dan dapat diberikan juga untuk infeksi Necator tetapi dengan waktu pengobatan lebih
lama. Pirantel pamoat dan Heksoresorsinol adalah obat cacing alternatif lainnya yang dapat
digunakan.
Dengan perawatan umum dan pengobatan tetap penyakit ini umumnya dapat disembuhkan.
Kematian bisa terjadi pada kasus di mana jumlah cacing sangat banyak sehingga terjadi anemia
berat dengan segala komplikasinya.
Methana
Co2
Co
H2s
Nitrogen diosida