Disusun Oleh:
Preseptor
DAFTAR ISI i
BAB 1 Pendahuluan 3
BAB 2 Ilustrasi Kasus
BAB 3 Diskusi
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala gagal jantung
(sesak nafas saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai atau tidak kelelahan);
tanda-tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti
objektif kelainan struktur atau fungsi jantung saat istirahat.3
Tujuan diagnosis dan tatalaksana pada gagal jantung yaitu untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Semua gagal jantung harus dicari penyebabnya dan
dikoreksi, selain daripemberian obat gagal jantung itu sendiri.2
Makalah ini membahas mengenai studi kasus gagal jantung, yaitu Acute
Decompensated Heart Failure (ADHF).
Metode yang dipakai pada penulisan studi kasus ini berupa hasil pemeriksaan
pasien, rekam medis pasien, tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur,
termasuk buku teks dan artikel ilmiah
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.MI
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :Sesak napas yang meningkat 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit.
● Sesak napas yang meningkat 1 hari yang lalu. Sesak sudah dirasakan sejak
1 minggu yang lalu. Sesak tidak berbunyi menciut, tidak dipengaruhi
cuaca dan makanan. Riwayat sesak napas saat beraktivitas (+), riwayat
sesak apabila tidur berbaring (+), terbangun oleh sesak napas mendadak
saat malam hari (+).
● Riwayat sembab pada kedua tungkai (-).
● Batuk (+) sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak berdahak, riwayat
batuk lama sebelumnya (-)
● Riwayat nyeri dada (+) hilang timbul, durasi <5 menit, tidak menjalar,
keringat dingin (-), mual (-), muntah (-).
● Dada terasa berdebar-debar (-), pusing (-), pingsan (-)
● Demam tidak ada
● Penurunan berat badan 7 kg sejak tiga bulan yang lalu.
Riwayat keluarga
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Tanda vital
- Keadaan umum : sakit sedang
- Kesadaran : CMC
- Berat badan : 43 kg
Pemeriksaan Fisik
Kulit
Kepala
Normocephal
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga
Tidak ditemukan kelainan
Hidung
Tidak ada tanda perdarahan
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, dan JVP 5+3 cmH20
Paru
Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI, seluas ± 2 cm, kuat
angkat
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (-/-), capillary refilling time <2 detik
Alat Kelamin
Tidak diperiksa
Anus
Tidak diperiksa
IV. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium darah
lengkap
Hb : 13.1 g/dl
Ht : 40 %
3
Leukosit : 10.300/mm
Trombosit : 165.000/mm
pH : 7,43
PCO2 : 18 mmHg
P02 : 122 mmHg
HCO3 : 12,1 mmol/L
Becf : -12,5 mmol/L
S02 : 99%
Kesan : Asidosis metabolik terkompensasi respiratorik
EKG
Irama sinus, QRS rate 100 x/menit, axis normal, Pmitral (+), PR interval 0,20
detik, QRS duration 0,08 detik, Q patologis (-), ST elevasi (-), T inverted di
V4-V6, LVH (-), RVH (-), PVC infrequent
Interpretasi : LAE, iskemik anterolateral
Foto Rongent(?)
Pada pemeriksaan foto toraks didapatkan CTR 68%, segmen aorta normal, apeks
tertanam ke diafragma, pinggang jantung mendatar, kedua hilus menebal, corakan
bronkovaskular kedua paru meningkat, infiltrat (+) pada kedua lapangan paru.
V. DIAGNOSIS KERJA
AHF ec ACS
NSTEMI TIMI 4/7 GS 156
Post PTCA 1 stent di LM-prox LCX (Desember 2017)
Susp.CAP
VI. TATALAKSANA
TATALAKSANA IGD
IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
O2 binasal 4 L/menit
Furosemide 40mg IV drip 5 mg/jam
Drip NTG start 10 mcg/menit
Loading ASA 160 mg
Brilinta 180 mg
Terapi Non Farmakologis
● Edukasi kepatuhan minum obat
● Edukasi diet rendah garam
● Edukasi timbang berat badan dan lingkar perut, hitung jumlah cairan masuk dan
keluar
Rencana:
● Ekokardiografi
● Cek elektrolit post koreksi
VII. PROGNOSIS
Follow up
20/2/2018
O/ ku kes TD nd nf T
sdg cmc 94/66 80 20 af
A/ - AHF ec ACS
- NSTEMI TIMI 4/7 GS 156
- AF paroxysmal
- CAP
- Post PTCA 1 stent di LM-prox LCX (Desember 2017)
P/
21/2/2018
O/ ku kes TD nd nf T
sdg cmc 96/64 82 20 af
A/ - AHF ec ACS
- NSTEMI TIMI 4/7 GS 156
- AF paroxysmal
- CAP
- Post PTCA 1 stent di LM-prox LCX (Desember 2017)
P/
BAB 3
DISKUSI
Berdasarkan presentasinya, gagal jantung dibagi menjadi gagal jantung akut, kronis
dan acute on chronic heart failure. Gagal jantung akut merupakan sesak napas muncul
secara cepat (< 24 jam) akibat kelainan fungsi sistolik atau diastolik atau irama jantung,
atau kelebihan beban awal (preload), beban akhir (afterload), atau gangguan
kontraktilitas. Sedangkan gagal jantung menahun (kronik) merupakan sindrom klinis
yang kompleks akibat kelainan struktural atau fungsional yang mengganggu kemampuan
pompa jantung atau mengganggu pengisian jantung.13
Pasien dengan gagal jantung akut adalah pasien yang mengalami
gejala secara mendadak(<24 jam) dan biasanya mengancam nyawa. Gejala
gagal jantung akut dapat muncul pada pasien yang awalnya tanpa
manifestasi klinis namun dengan pencetus, seperti: ACS, hipertensi berat,
atau regurgitasi katup jantung, atau bisa juga terjadi gejala gagal jantung
akut pada pasien yang sudah dikenal dengan gagal jantung kronis, gejala
akut tersebut dapat muncul apabila terdapat pencetus seperti infeksi,
konsumsi garam berlebihan, gagal ginjal, hipertensi yang tidak terkontrol,
infark miokard, dan putus obat. Pada psien ini hipertensi yang tidak
diketahui dan infeksi dapat menjadi faktor pencetus terjadinya gagal
jantung.
2. Eliminasi pencetus gejala akut yang bisa membuat gagal jantung terkompensasi
menjadi tidak terkompensasi. Hal tersebut meliputi, menatalaksana infeksi akut
atau aritmia, mengurangi konsumsi garam yang berlebih, menghentikan
penggunaan obat yang dapat memicu timbulnya gejala akut seperti NSAID yang
dapat berkontribusi dalam retensi cairan.
a. Terapi bendungan paru dan sistemik, dengan retriksi konsumsi natrium dan
obat diuretik
b. Tingkatkan cardiac output dan perfusi organ vital dengan obat vasodilator
dan positive inotropic drugs
Pada pasien diberikan terapi candesartan 1x8 mg po. Terapi dengan ARB
meperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup. ARB direkomendasikan pada pasien
gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40% yang tetap simtomatik
walauoun sudah diberikan ACEI dan penyekat B dosis optimal, kecuali juga
mendapat antagonis aldosteron.
Pasien mendapat terapi Clopidogrel 1x75 mg. Profilaksis tromboemboli
direkomendasikan pada pasien yang belum mendapat antikoagulan dan tidak memiliki
kontraiindikasi terhadap antikoagulan, untuk menurunkan resiko deep vein trombosis dan
emboli paru. Clopidogrel menghambat agregasi platelet, memperpanjangan waktu
perdarahan, menurunkan viskositas darah dengan menghambat aksi ADP pada reseptor
platelet.
Pada pasien diberikan terapi Nitrat 3 x 0,5 mg (iv), pemberian nitrat (iv) harus
dipertimbangkan terutama bagi pasien edema/ kongesti paru dengan tekanan darah sistolik >
110 mmHg, yang tidak memiliki stenosis katup mitral dan atau aorta, untuk menurunkan
tekanan baji kapiler paru dan resistensi vaskular sistemik. Nitrat juga dapat menghilangkan
dispneu dan kongesti. Gejala dan tekanan darah harus dimonitor secara ketat selama
pemberian obat ini.
Pada pasien diberikan terapi alprazolam 1 x 0,5 Alprazolam adalah obat golongan
benzodiazepine, yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan serangan
panik. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Kalium 3,0 mg/dl dan kalsium 7,8 mg/dl,
sehingga dilakukan koreksi dengan pemberian KSR 3x 600 mg dan Ca glukonas 1 mg.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam, ad sanactionam, ad fungsionam yaitu dubia ad bonam.
Pasien diberikan edukasi untuk patuh minum obat, kepatuhan untuk diet rendah garam,
edukasi timbang berat bdan lingkar perut dan menurunkan berat badan, serta pasien diedukasi untuk
kontrol tekanan darah ke FASYANKES terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
5. Manurung D, Muhadi. Gagal Jantung Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi VI. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
hal: 1136-1147. 2014
6. Schoenstadt Arthur, 2008. Penyebab Gagal Jantung Kronis. Emedicine
from WebMed.
7. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2012. European Heart Journal (2012) 33, 1787–1847.
8. Panggabean MM. Gagal Jantung. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th
Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1513
9. Marulam M.Panggabean, 2007. Gagal jantung. Dalam:Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam PDUI, Jilid 2 :342;1514.
10. Mc Murray et al: ESC Commitee for practice guideline (CPG), ESC
Guideline for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure
2012, J. 2012: 33: 1: 1787-847
11. Siswanto BB, Gagal jantung, dalam : Rilantono LL. Penyakit kardiovaskular
. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
12. Mana DL dkk, Heart Failure and Cor Pulmonal Dalam : Longo Dl dkk:
penyunting Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke 18. New
york: Mc Graw-hill: 2012