Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan referat yang
berjudul “TUMOR PAYUDARA”.
Adapun referat ini dibuat untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta yang dilaksanakan di
RSUD Kabupaten Bekasi.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Dem Hutabarat, SpB yang
telah membimbing dalam penyelesaian referat ini serta pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata bila ada kekurangan dalam pembuatan referat ini saya mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun menuju kesempurnaan dengan berharap
referat ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae
mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna
karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada
wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara
adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound
, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas
dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,
maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari
jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena
pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh
karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk
mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan
invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang
sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa
penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae
dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus
manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering
timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab
tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
3
Mammae terletak di
bagian anterior dan termasuk
bagian dari lateral thoraks.
Kelenjar susu yang bentuknya
bulat ini terletak di fasia
pektoralis. Mammae melebar ke
arah superior dari iga dua,
inferior dari kartilago kosta enam
dan medial dari sternum serta
lateral linea midaksilanis. Pada
bagian mammae yang paling
menonjol terdapat sebuah papilla,
dikelilingi oleh daerah yang lebih gelap yang disebut areola. Terdapat Langer
lines pada kompleks nipple(papilla)-areola yang melebar ke luar secara
sirkumfranse (melingkar). Langer lines ini signifikan secara klinis kepada ahli
bedah dalam menentukan area insisi pada biopsi mammae. Pada bagian lateral
atasnya jaringan kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut
penonjolan Spence atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri
dari bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang
disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara
kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang
retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
- Parenkim epithelial
4
2.2.b. VASKULARISASI DAN PERSYARAFAN
1. Arteri
2. Vena
b. Cabang-cabang v. aksilaris
3. Limfe
5
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terletak dibawah
tepi lateral m. pectorals mayor, sepanjang tepi medial aksila.
6
5. Kelenjar getah bening v. aksilaris, terletak sepanjang v.
aksilaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. lattisimus
dorsi sampai ke medial dan percabangan v. aksilanis — v.
thorako-akromalis.
c. Persyarafan (3)
7
2.2.c. FISIOLOGI
3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai
sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).
8
A. Fibroadenoma Mammae
9
penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus
hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan
normal dan involusi”. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25
tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada
mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan dianggap
merupakan bagian dari perkembangan mammae.
10
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar
yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri
dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan
lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran
basalis yang intak
B. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae
dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk
11
makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat
mencapai 1 sampai 2 inchi.
INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal
antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas
usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
12
GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobile namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak
pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang
meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa
dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan
payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan
terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista.
13
kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu
diberikan sebelum dilakukan eksisi.
C. Papilloma Intraduktus
GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe
soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan
hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan
bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area
subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis.
Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.
14
bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah pilihan sebagai
penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal
dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait
dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal
mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah
maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.
D. Kelainan Fibrokistik
INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-
50 tahun (>50%).
15
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada
kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
16
INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45
tahun.
GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor
payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan,
jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan
berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari
fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan
biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan
FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,
mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.
F. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
17
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
G. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus
yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi
benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang
dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker.
18
DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi,
dimana akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
H. Mastitis
19
menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat
pembesaran kelenjar getah bening aksila.
I. Ductus Ectasia
Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran
dan pengerasan dari duktus.
INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia
sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara
wanita usia lanjut.
J. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
20
GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak
rata.
2.4 DIAGNOSIS
21
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak
pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk
memperjelas kerutan pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
Dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini benjolan pada
payudara adalah mammografi dan ultrasonografi (USG). Teknik yang baru adalah
menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Nuklear skintigrafi.
1. Mammografi
22
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba; jadi
sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Ketepatan 83 – 95%, tergantung
dari teknisi dan ahli radiologinya.
Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba
namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker
payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining
rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
3. Scintimammografi
Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop
Tc 99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai
aktivitas sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel
dan keterlibatan KGB regional.
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae.
2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,
berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu
terjadinya tumor jinak payudara yang ada.
24
DAFTAR PUSTAKA
2. Pierce A.G, Neil R.B, At a Glance Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta, Erlangga,
2007.
3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview
5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/
25