“TEORI BEHAVIORISTIK”
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akademik mata kuliah Belajar dan
pembelajaran tahun ajaran 2017. Dalam makalah ini kami membahas tentang
“Teori Behavioristik”.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Kiranya makalah
ini bisa memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16
iii
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita belajar dan pembelajaran sudah menjadi bagian dari
kehidupan kita. Dari kita kecil kita sudah dikenalkan dengan kegiatan yang
biasanya kita sebut belajar dan pembelajaran. Yang dimana ada yang
mengajarkan yang kita kenal sebagai guru dan ada yang di ajarkan atau yang kita
kenal sebagai murid. Disinilah terjadi proses pemindahan ilmu yang dimiliki
guru kepada murid.
Dalam belajar dan pembelajaran ada banyak teori dan pendapat yang
dikemukakan oleh beberapa ahli salah satunya aliran behavioristik. Aliran
Behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang
dilakukan oleh urat saraf dan otot-otot. Teori behavioristik ini bisa kita artikan
sebagai teori yang membahas perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini menekankan bahwa tingkah laku yang dimiliki
pembelajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.
B. Rumusan Penulisan
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sementara, menurut Harley dan Davies masih masih dalam sumber yang sama,
prinsip-prinsip teori beavioristik yang banyak dipakai di dunia pendidikan ialah
sebagai berikut.
1. Proses belajar dapat hasil dengan baik apabila pembelajar ikut berpartisipasi
secara aktif di dalamnya.
2. Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur
berdasarkan urutan yang logis sehingga pembelajar mudah mempelajarinya.
3. Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga
pembelajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar
atau belum.
4. Setiap kali pembelajar membelikan respons yang benar, ia perlu diberi
penguatan. Penguatan positif ternyata membelikan pengaruh yang lebih
baik daripada penguatan negatif.
Teori behavioristik sering tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks sebab banyak
Banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau belajar
yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respons. Teori ini
tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara
stimulus dan respons. Teori ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan
responsnya. Namun, kelebihan teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini,
yaitu belajat merupakan proses pembentukan (shapping), dengan membawa siswa
menuju atau mencapai target tertentu sehingga menjadikan peserta didik untuk
tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. (Tobroni, 2016:56)
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (response)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan, response adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat, dan kecendrungan
4
perilaku S-R (stimulans-respons). Sedangkan, kritik terhadap teori behaviorisme
adalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga
dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya.
Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur.
2. Mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks.
Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari
beberapa hal, seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor
terpenting teori ini antara lain adalah Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike,
Hull, dan Guthrie.
5
dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip utama dalam belajar adalah ulangan.
Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai. (Tobroni,
2016:61).
c. Hukum Hasil (Law of Effect)
Hukum hsdil, yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila
akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.
Teori ini memiliki beberapa kelemahan (Tobroni, 2016:61).yaitu sebagai
berikut.
1). Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme
belaka yang disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku
manusia yan g otomatis, tidak selalu bahwa tingkah laku manusia dapat
dipengaruhi oleh trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak
bagi manusia.
2). Memandang belajar hanya merupakan sosiasi antara stimulus dan
respons. Dengan demikian, yang dipentingkan dalam belajar adalah
memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan atau ulangan-
ulangan yang terus-menerus.
3). Karena proses belajar berlangsung secara mekanistis, “pengertian” tidak
dipandang sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka
mengabaikan “pengertian” sebagai unsur yang pokok dalam belajar.
2. J.B. Watson
J.B. Watson (Tobroni, 2016:62).mengemukakan dua prinsip dasar dalam
pembelajaran, yaitu prinsip kekerapan dan kebaruan.
a. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu bertindak
balas terhadap suatu rangsangan, akan lebih besar kemungkinan
individu memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan itu.
b. Prinsip kebaruan menyatakan bahwa apabila individu membuat tindak
balas yang baru terhadap rangsangan, apabila kelak muncul lagi
rangsangan, besar kemungkinan individu tersebut akan bertindak balas
dengan cara yang serupa terhadap rangsangan itu.
6
Menurut teori ini, belajar adalah proses perubahan yang terjadi karena
adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi. Penganut
teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia adalah hasil
conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
bereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu
yang dialaminya di dalam kehidupannya. Kelemahan dari teori ini
adalah sebagai berikut.
1). Teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara
otomatis.
2). Keaktifan dan penentuan pribadi tidak dihiraukan.
3). Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan.
4). Pada manusia, teori ini hanya dapat diterima dalam hal-hal belajar
mengenai kecekatan (skill) tertentu.
3. Crark Hull
Prinsip-prinsip yang digunakannya mirip dengan apa yang dikemukakan
oleh para behavioris, yaitu dasar stimulus respons dan adanya penguat. Crark
Hull (Tobroni, 2016:63). mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu
kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, dan
ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respons
dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan. Dua hal penting dalam
proses belajar Hull adalah adanya motivasi intensif dan pengurangan stimulus
pendorong.
4. Edwin Guthrie
Menurutnya (dalam Tobroni, 2016:64).tingkah laku manusia secara
keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri
dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku tersebut merupakan reaksi atau respon dari
stimulus sebelumnya, kemudian unit tersebut menjadi stimulus pula yang
akhirnya menimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Guthrie
7
mengemukakan tiga metode untuk mengubah kebiasaan terutama kebiasaan
buruk, yaitu sebagai berikut.
a. Metode Ambang
Adalah metode mengubah tindak balas dengan menurunkan atau
meningkatkan rangsangan secara berangsur.
b. Metode Meletihkan
Adalah menghilangkan tindak balas yang tidak diingankan dengan
menggalakkan individu mengulangi tindak balas itusampai akhir ia
letih.
c. Metode Ambang Rangsangan Tak Serasi
Adalah dengan memasangkan rangsangan yang menimbulkan tindak
balas yang tidak diinginkan.
5. B.F. Skinner
Seperti Palpov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai
hubungan antara perangsang dan respons. Hanya perbedaannya, Skinner
membuat perincian dengan membedakan respons menjadi dua bagian (dalam
Tobroni, 2016:66)., yaitu sebagai berikut.
a. Respondent Response
Respon ini ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya
keluar air liur setelah melihat makanan tertentu.
b. Operante Response
Respons ini adalah respons yang timbul dan berkembang yang diikuti
oleh perangsang-perangsang tertentu. Misalnya, seeorang anak yang
belajar lalu mendapatkan hadia, ia akan menjadi lebih giat belajar.
Beberpa prinsip Skinner antara lain sebagai berikut.
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa. Jika salah,
dibetulkan; jika benar, diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran menggunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk ini
lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
8
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal Variabel
Rasio Reinforce.
7. Proses pembelajaran menggunakan teknik shapping.
6. Robert Gagne
7. Albert Bandura
Ia adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah
eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku
agresif orang dewasa di sekitarnya. (Tobroni, 2016:68).
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah sebagai
berikut.
9
d. Motivasi: mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri
sendiri.
8. Ivan Petrovich Pavlov
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan Behaviorisme, yaitu gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker
bahwa yang paling sentral dalam hidup hidup manusia bukan hanya pikiran,
peranan, maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas
atau rencana baru akan mendapatkan arti benar jika ia berbuat sesuatu.
Dengan menerapkan strategi Pavlov, individu dapat dikendalikan melalui
cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respons yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. (Tobroni,
2016:69).
a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
b. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan, baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
c. Mmampi membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif yang
didasari pada perilaku yang Nampak.
d. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkeseimbangan dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasaan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
10
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
berkeseimbangan tersebut dan lebih optimal.
e. Bahan pelajaran yang disusun secara hierkis dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu
menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.
f. Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang lainnya, dan
seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
g. Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktik
dan pembioasaan yang mengandung unsur unsur kecepatan, spontanitas, dan
daya tahan.
h. Teori behavioristic juga cocok diterapkan untuk melatih anak anak yang
masih membutuhkan dominasi perang orang dewasa, suka mengulangi, dan
harus dibaisakan, suka meniru, dan senang dengan bentuk bentuk
penghargaan langsung.
2. Kekurangan Teori Behavioristik
a. Sebuah konsekuensi bagi guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
b. Tidak setiap mata pelajaran bias menggunakan metode ini
c. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif
d. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristic
justru dianggap metode yang paling efektik untuk menertibkan siswa
e. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.
f. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjealsan guru, dan
menghafalkan apa yang didengarkan dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu permasalahan yang
muncul secara temporer tidak bias diselesaikan oleh siswa.
g. Cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir, konvergen, tidak kreatif,
tidak produktif, dan mendudukan siswa sebagai individu yang pasif.
11
h. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning)
bersifat mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati
dan diukur.
Penerapan metode yang salah dalam pembelajran mengakibatkan terjadinya
proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu gutu
sebagai centre, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih,
dan , menentukan apa yang harus dipelajari
12
latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
(Tobroni, 2016:74)
13
proses evaluasi belahar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.
Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang
terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan kurikulum secara ketat sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
menekan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
jadi, kesimpulan penerapan teori behaviorisme dalam pembelajaran
penjaskes menurut penulis: Penjaskes dirasakan kurang pas karena kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pembelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi, dan mengembangkan kemampuannya. Sistem pembelajaran
tersebut bersifar otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon;
sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya, pembelajar
penjaskes kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ad2 pada
diri mereka. Padahal, pembelajaran penjas merupakan pembelajaran yang
menomersatukan gerak untuk berkreasi dan untuk mcndapatkan kesehatan.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16