Anda di halaman 1dari 6

SUKU BATAK

SEJARAH

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang
orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti
arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah
ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda
(Neolitikum).[3] Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang
ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke
Sumatera Utara pada zaman logam.

Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir
barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di
pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas
ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini
menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera[4]. Pada masa-masa
berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang
mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang
dari Barus, Sorkam, hingga Natal[5].

Hingga saat ini, teori-teori masih diperdebatkan tentang asal usul dari Bangsa Batak. Mulai dari
Pulau Formosa (Taiwan), Indochina, Mongolia, Mizoram dan yang paling kontroversial Sepuluh
Suku yang Hilang dari Israel
Etnis Dalam Suku Batak (Sama Suku, tapi Beda Etnis).

1. Batak Toba

Suku Batak Toba, adalah satu etnik dari sekian banyak rumpun Batak yang terdapat di Sumatra.
Wilayah pemukiman suku Batak Toba meliputi kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari Balige,
Laguboti, Parsoburan dan sekitarnya.

Pada masa dahulu wilayah suku Batak Toba berada di Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah, yang
disebut sebagai satu kesatuan etnis saja, yaitu suku Batak Toba. Tetapi karena terdapat perbedaan
letak geografis dan pembagian distrik, maka saat ini suku Batak Toba dibagi menjadi beberapa
puak Batak, yang disebut sebagai Rumpun Tapanuli yang saling berkerabat dekat secara kultural,
yaitu suku Batak Toba, Batak Samosir, Batak Humbang dan Batak Silindung.

Batak Toba, pada dasarnya hidup sebagai petani dan sebagai nelayan bagi yang bermukim di
pesisir danau Toba. Tetapi saat ini berbagai bidang profesi telah mereka jalani, seperti pedagang,
bekerja di sektor swasta maupun di sektor negeri. Tidak sedikit orang Batak Toba yang sukses di
perantauan, menjadi pejabat penting di pemerintahan, pengacara maupun sebagai pengusaha
sukses.
2. Batak Simalungun

Suku Batak Simalungun, adalah salah satu etnik Batak yang terkonsentrasi di kabupaten
Simalungun provinsi Sumatra Utara. Wilayah kediaman suku Batak Simalungun berada di antara
2 etnik batak lainnya, yaitu suku Karo yang berada di kabupaten Tanah Karo dan suku Toba.
Bahasa Simalungun sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Karo maupun bahasa Toba.

Sehingga bahasa Simalungun disebut sebagai bahasa batak tengah. Sebagian orang Simalungun
saat ini percaya bahwa asal usul orang Simalungun, dikatakan berasal dari India, tepatnya dari
daerah Assam, India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Asom. Dilihat dari adat istiadat dan
tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki kemiripan dengan adat istiadat dan tradisi
budaya Batak Karo maupun Batak Toba.

Marga-marga pada suku Simalungun terdiri atas 4 marga asli, yaitu: • Damanik • Purba • Saragih
• Sinaga Keempat marga di atas berasal dari marga para Raja-Raja di Simalungun. Selain itu ada
juga marga-marga yang berasal dari luar Simalungun yang sejak dahulu ikut menetap di wilayah
adat Simalungun, kemudian menjadi sub-bagian dari 4 marga di atas.
3. Batak Karo

Karo adalah salah Suku Bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah
satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah
Karo.Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat
suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Karo
dianggap sebagai bagian dari suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak
Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo.

Namun kebanyakan masyarakat suku Karo menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari
kekerabatan Batak tersebut, tetapi Karo adalah suku yang berdiri sendiri. Suku Karo juga sering
disebut suku Batak Karo. Hal ini dikarenakan banyaknya marga, kekerabatan, kepercayaan, dan
geografis domisilinya yang dikelilingi etnis-etnis yang dikatakan Batak.

Orang Karo menyebut dirinya kalak Karo, orang diluar Karo dan tidak mengenal Karo-lah yang
kemudian memanggil mereka Batak Karo. Benar tidaknya Karo ini dikatakan Batak, tergantung
pada persepsi Batak yang ditawarkan.

Sebab, jika konsep Batak yang ditawarkan adalah Batak yang didasarkan pada hubungan
vertikan(geneologi/keturunan darah) seperti yang berlaku di Toba-Batak, bahwa Si Raja Batak
adalah nenek moyang bangsa Batak, maka Karo bukanlah Batak! Hal ini dikarenakan eksistensi
Karo yang teridentifikasi lebih awal dibandingkan kemunculan Si Raja Batak ini( Karo jauh sudah
ada sebelum kemunculan Si Raja Batak diabad ke-13 Masehi) yang didasarkan pada fakta sejarah,
logika, dan tradisi di Karo dan suku-suku lainnya yang dikatakan Batak.
4. Batak Pakpak

Suku Batak Pakpak, adalah suatu kelompok masyarakat yang terdapat di beberapa kabupaten di
provinsi Sumatra Utara dan di sebagian wilayah provinsi Nanggroe Aceh. Orang Batak Pakpak,
berbicara dalam bahasa sendiri, yaitu bahasa Pakpak. Sedangkan di Kelasen bahasa Pakpak disebut
sebagai bahasa Dairi.

Bahasa Pakpak ini merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia, yang termasuk dari salah
satu cabang dari rumpun bahasa Batak. Bahasa Batak Pakpak memiliki kekerabatan dengan bahasa
Batak Karo, tapi bahasa Pakpak juga banyak mirip dengan bahasa Batak Toba. Pemakai bahasa
Pakpak sendiri mengalami penurunan diakibatkan banyaknya arus pendatang di luar suku Pakpak
yang memasuki wilayah mereka.

Dalam bahasa Batak Pakpak ada suatu ucapan khas, yaitu “Njuah-Njuah”, yang berarti “semoga
sehat selalu”. Marga-marga Pakpak, secara keseluruhan: Anak Ampun, Angkat, Bako, Bancin,
Banurea, Berampu, Berasa, Berutu, Bintang, Boang Manalu, Capah Cehun, Cibro, Cibero Penarik,
Gajah, Gajah Manik, Goci, Kaloko, Kabeaken, Kesogihen, Kombih, Kudadiri, Kulelo, Lembeng,
Lingga, Maha, Maharaja, Manik, Manik Sikettaang, Manjerang, Matanari, Meka, Mucut,
Mungkur, Munte, Padang, Padang Batanghari, Pasi, Pinayungen, Simbacang, Simbello,
Simeratah, Sinamo, Sirimo Keling, Solin, Sitakar, Sagala, Sambo, Saraan, Sidabang, Sikettang,
Simaibang, Tendang, Tinambunan, Tinendung, Tinjoan, Tumangger, Turuten, Ujung.
5. Batak Mandailing/angkola

Suku Batak Mandailing/angkola adalah salah satu suku dari sekian banyak Rumpun Batak yang
telah lama hidup dalam suatu komunitas di kabupaten Mandailing-Natal, penyebaran juga terdapat
di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli
Selatan yang berada di provinsi Sumatera Utara.

Orang Mandailing/angkola juga menyebar hingga ke wilayah provinsi Sumatra Barat, seperti di
kabupaten Pasaman dan kabupaten Pasaman Barat. Suku Mandailing/angkola memiliki adat,
budaya dan bahasa sendiri. Mereka berbicara dalam bahasa Mandailing/angkola. Bahasa
Mandailing/angkola sendiri sangat berkerabat dengan bahasa Batak Toba.

Dilihat dari tradisi budaya, adat dan bahasa terdapat keterkaitan erat di masa lalu antara suku Batak
Mandailing/Angkola dengan suku Batak Toba dan Padang Lawas. Selain itu mereka juga
diperkirakan masih terkait hubungan di masa lalu dengan suku Batak Rokan dan suku Rao. Suku
Mandailing/Angkola ini berada di antara beberapa kebudayaan besar, yaitu budaya Batak Toba
dan budaya Minangkabau.

Anda mungkin juga menyukai