Pengertian Insersi cateter ventrikular ke dalam ventrikel atau subarachnoid utk memonitor
tekanan intra kranial atau drainage eksternal
Indikasi 1. Kasus trauma
2. Tumor otak, edema cerebri
3. Post Arteriovenous Malformation
4. Akut hydrocephalus
Kontraindikasi 1. Trobositopenia < 50.000
2. PTT >38 det
Tujuan 1. untuk mengalirkan kelebihan CBF
2. untuk mendrainage eksternal
3. Memonitor intra cranial
Petugas 1. Mahasiswa semester 2
2. Perawat
Pengkajian Kondisi kepala
Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
pasien 2. Memberikan posisi klien yang nyaman
Persiapan alat 1. Manometer
2. Tiang infuse
3. Water pas
4. Three way
5. Infuse set
6. Plester
Persiapan Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
lingkungan
Prosedur 1. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
2. Petugas cuci tangan
3. Pasang manometer pada tiang infus
4. Ukur dengan menggunakan water pas dengan titik nol pada manometer
( ventrikel ) berada pada pelipis penderita.
5. Titik nol pada penderita samakan dengan titik nol pada manometer dengan
menggunakan water pas
6. Buka three way dari arah ventrikel menuju ke manometer sambil di lihat
undulasinya.
7. Tunggu sampai aliran berhenti
8. Setelah aliran berhenti baca pada manometer.
9. Kemudian three way kembalikan pada posisi semula kearah penampung
10. Petugas cuci tangan dan mencacat hasil pengukuran
11. Alat alat dibereskan
Sumber DAFTAR PUSTAKA:
rujukan Bruner and sudarh. 1996.Teks Book Keperawatan Medikal Surgikal. EGC :Jakarta
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
Pengertian Kejang merupakan bagian dari gejala konfulsi. Kejang adalah episode motorik,
sensorik, otonomik, aktivitas psikis abnormal atau kombinasi dari semua sebagai
akibat dari muatan berlebihan yang tiba-tiba dari neuron serebral.
Tujuan Tidak terjadi cidera
Petugas 1. Mahasiswa
2. Perawat
Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
pasien 2. Memberikan posisi klien yang nyaman
Persiapan alat 1. Spatel lidah
2. Kasa
3. Tali pengikat
Persiapan Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
lingkungan
Prosedur Saat kejang
1. Berikan privasi dan perlidungan pada klien
2. Letakkan dan amankan klien klien ke lantai bila memungkinan
3. Lindungi kepala dengan bantal
4. Lepaskan pakaian klien yang ketat
5. Singkirkan perabot terdekat yang berbahaya
6. Jika klien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat
tidur
7. Pasang spatel lidah
8. Jangan membuka rahang yang terkatup pada saat spasme untuk
memasukkan sesuatu
9. Letakkan klien dalam posisi miring
Setelah kejang
10. Pertahankan klien pada posisi miring pada satu sisi
Sumber DAFTAR PUSTAKA:
rujukan Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
System Persarafan. Salemba medika. : Jakarta
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
Pengertian Lumbal pungsi dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam ruang subarachnoid
untuk mengeluarkan CSS yang bertujuan untuk diagnostic atau pengobatan
Tujuan 1. Untuk diuji, diukur, dan menurunkan tekanan CSS
2. Menentukan ada atau tidak adanya darah didalam CSS
3. Mendeteksi sumbatan subarachnoid spinal
4. Pemberian antibiotic intratekal yaitu kedalam kanal spinal pada kasus
infeksi
Petugas 1. Mahasiswa
2. Perawat
Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
pasien 2. Memberikan posisi klien yang nyaman
Persiapan alat 1. Jarum steril sesuai dengan pasien
2. Sarung tangan steril
3. Cucing
4. Betadin
5. Set tabung wadah sampel
6. Duk steril
7. Lidokain
8. Spuit
9. Bak instrument steril
10. Plester
11. Kasa
12. Bantal
Persiapan Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
lingkungan
Prosedur 1. Jelaskan mengenai tindakan yang akan dilakukan
2. Siapkan alat sesuai kebutuhan
3. Membawa alat kedekat pasien
4. Mencuci tangan
5. Posisikan klien dengan posisi kepala bertemu lutut dengan memeluk
sebuah bantal (untuk memaksimalkan perenganggan diskus intervertebra)
12. Ambil jarum, tutup area bekas tusukan dengan kasa betadin kemudian
plester
13. Bereskan alat-alat
14. Lepas handscone
15. Cuci tangan
Sumber DAFTAR PUSTAKA:
rujukan Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
System Persarafan. Salemba medika. : Jakarta
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
Pengertian Computed tomography (CT ) scan merupakan suatu teknik diagnostic dengan
menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala dalam lapisan yang
berurutan.
Tujuan 1. Memberikan gambaran rinci dan struktur tulang, jaringan, dan cairan tubuh
2. Menunjukkan perubahan srtuktur karena tumor, hematoma, atau
hidrosefalus
3. Memberikan gambaran tentang struktur jaringan
Petugas 1. Mahasiswa
2. Perawat
Persiapan 1. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
pasien 2. Memberikan posisi klien yang nyaman
Persiapan Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
lingkungan
Prosedur Pada setiap pemeriksaan, klien perlu diberikan penjelasan tentang proses
pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan agar klien lebih kooperatif. Klien juga perlu
mendapat dukungan psikologis agar kecemasan sebelum pemeriksaan dapat
berkurang.
Penjelasan yang perlu diberikan perawat meliputi :
1. Instrukikan klien untuk berbaring terlentang diatas meja yang dikelilinggi
mesin, tetapi jangan menyentuh area yang akan di-scan
2. Klien sedapat mungkin pada posisi tidak bergerak, mungkin dibutuhkan sedatif
3. Jelaskan pada klien bahwa scan tidak akan memberikan hasil dengan kualitas
terbaik jika klien bergerak selama pemeriksaan atau bila sorotan sinar-X
dialihkan oleh benda logam di dalam atau di sekitar klien
Pengertian Pemeriksaan klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum meliputi tingkat
kesadaran, saraf kranial, sistem motorik, respons refleks dan sistem sensorik.
Tujuan Mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada indikasi
kelainan neurologi.
Petugas Mahasiswa
Perawat
Persiapan Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
pasien Memberikan posisi klien yang nyaman
Persiapan Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
lingkungan
Persiapan alat 1. Snellen chart
2. Garpu tala
3. Penlight
4. Hummer
5. Alkohol /parfum
6. Bantal/guling
Prosedur PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
Normal : kompos mentis
Somnolen : Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih
penuh bila dirangsang. Somnolen disebut juga sebagai letargi. Tingkat kesadaran
ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban
verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Sopor (stupor) : Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya segera menurun
lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan
spontan. Dengan rangsang nyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna.
Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh
jawaban verbal dari pasien. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri
masih baik.
Koma – ringan (semi-koma) : Pada keadaan ini tidak ada
respons terhadap rangsang verbal. Refleks ( kornea, pupil dsb) masih baik.
Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri. Pasien tidak
dapat dibangunkan.
Koma (dalam atau komplit) : Tidak ada gerakan spontan.
Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun
kuatn
PEMERIKSAAN SENSORIK
a. Perasaan khusus atau perasaan pancaindra
b. Perasaan eksteroseptif (perasaan raba, perasaan nyeri, perasaan suhu)
d. Pemeriksaan N. IV Trokhlearis
Fungsi : Somatomotorik
Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat
dilirikkan ke bawah dan nasal.
e. Pemeriksaan N. V Trigeminus
Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik
Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, yaitu menutup mulut,
menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut.
Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening,
selaput otak, sinus paranasal dan sebagian mukosa hidung.
Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.
Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, bibir
bawah, mukosa pipi, 2/3 bagian depan lidah dan sebagian telinga, meatus dan
selaput otak.
6. Pemeriksaan N. VI Abdusen
Fungsi : Somatomotorik
Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke
arah temporal
Untuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah menggerakkan otot
mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata. Searbut otonom N III, mengatur
otot pupil. Cara pemeriksaannya bersamaan, yaitu :
1. Pemeriksa melakukan wawancara dengan pasien
2. Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis,
eksoftalmus dan strabismus/ juling dan apakah ia cendrung memejamkan matanya
karena diplopia.
3. Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil,
reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan
nistagmus.
4. Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan matanya, kemudia
disuruh ia membuka matanya.
5. Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan memegang /
menekan ringan pada kelopak mata.
6. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.
7. Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan, apakah sama
ukurannya, apakah bentuknya bundar atau tidak rata tepinya. Miosis = pupil mengecil,
midriasis = pupil membesar
8. Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak langsung., caranya
:
i. Pasien disuruh melihat jauh.
ii. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya dan lihat apakah ada
reaksi pada pupil. Normal akan mengecil
iii. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran
pupil mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
iv. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh.
Fungsi pengecapan :
a. Pasien disuruh menjulurkan lidah
b. Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran
c. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
d. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.
9. Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik