PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari bronkomalasia.
2. Mahasiswa mengetahui etiologi bronkomalasia.
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi bronkomalasia.
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi bronkomalasia.
5. Mahasiswa mengetahui WOC bronkomalasia.
6. Mahasiswa mengetahui tinjauan keperawatan bronkomalasia.
7. Mahasiswa mengetahui konsep tumbuh kembang bayi usia 0-6 bln.
8. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan bronkomalasia.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
3
C. Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a. Disebabkan oleh didefinisi pada cincin kartilago
b. Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a. Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b. Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk kedalam hidung dan
mulut, melalui kotak suara (laring) kedalam tenggorokan (trakea), yang terbagi
menjadi dua cabang (bronkus kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-
paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan
jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh,
tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup
kedalam dirinya sendiri. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak nafas,
dan/atau nafas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari
waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih
umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah
yang sama terjadi di saluran nafas kecil disebut bronkus itu disebut
bronkomalasia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat
menghembuskan nafas karena pelunakan dinding saluran nafas.
4
E. WOC
BRONKOMALASIA
Kelainan Kongenital
Menutup saluran
pernafasan kecil ( bronkus )
Sesak nafas
KETIDAKEFEKTIFAN
RISIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif POLA NAFAS
Cemas DEFISIT
PENGETAHUAN
ANSIETAS
5
F. Manifestasi Klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas (dipsnea)
3. Ditemukan suara wheezing (mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea
G. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronchitis
3. Polychondritis
4. Asma
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada
6
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c. Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan faktor resiko
Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat.
Penurunan berat badan
Palpitasi abdomen
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala :
Batuk brassy
Episode batuk terus menerus
Tanda :
Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan
7
Bunyi nafas ronchi/wheezing
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala :
Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Interaksi sosial
Gejala :
Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
i. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
c. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis (enggan
untuk makan).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
3. Intervensi Keperawatan.
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
Tanda Gejala Mayor Tanda Gejala Minor
Subjektif: Subjektif:
1. Dispnea 1. Ortopnea
Objektif: Objektif:
1. Penggunaan otot bantu 1. Pernafasan pursed-lip
pernfasan 2. Pernapasan cuping hidung
8
2. Fase ekspirasi memanjang 3. Diameter torak anterior
3. Pola napas abnormal posterior meningkat
(takipnea, bradipnea, 4. Ventilasi semenit menurun
hiperventilasi, kussmaul 5. Kapasitas vital menurun
cheyne stokes) 6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lakukan pemantauan status pernapasan
selama ... jam diharapkan pola nafas efektif - Manajemen jalan napas: memfasilitasi
dengan kriteria hasil: kepatenan jalan nafas
- Tidak ada hambatan pada pergerakan - Pemantauan tanda vital:
udara ke dalam dan keluar paru mengumpulkan dan menganalisis data
- Menunjukan status tanda vital (tigkat kardiovaskular, pernafasan, dan suhu
suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan tubuh pasien untuk menentukandan
darah, dalam rentang normal. mencegah komplikasi
- Menunjukan pola pernafasan efektif, - Pemantauan pernafasan:
yang dibuktikan oleh status pernafasan: mengumpulkan dan menganalisis data
status ventilasi dan pernafasan yang pasien untuk memastikan kepatenan
tidak terganggu: kepatenan jakan nafas; jalan nafas dan pertukaran gas yang
tidak ada penympangan tanda vital dari adekuat.
rentang normal. - Penghisapan jalan napas:
mengeluarkan sekret jalan napas dengan
cara memasukan suction ke dalam jalan
napas pasien oral atau trakea pasien.
- Penyuluhan untuk keluarga:
- Diskusikan perencanaan untuk
dirumah, meliputi pengobatan,
peralatan pendukung, tanda dan
gejala komplikasi yang dapat
dilaporkan, sumber0sumber
9
komunitas.
- Diskusikan cara menghindari
alergen:
- Memeriksa rumah untuk
adanya jamur dinding rumah
- Tidak menggunakan karpet di
lantai
- Menggunakan filter elektronik
alat perapian dan ac.
- Informasikan kepada keluarga
bahwa tidak boleh merokok dalam
ruangan (dekat pasien)
- Intruksikan kepada keluarga bahwa
harus memberitahu perawat atau
tenaga kesehatan saat terjadi
ketidakefetifan jalan napas.
- Aktivitas kolaboratif:
- Konsultasi dengan ahli terapi
pernafasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator
mekanis
- Laporkan perubahan sensori, bunyi
napas, pola pernafasan, nilai GDA,
sputum, dan sebagainya, jika perlu
atau sesuai protokol.
10
2. PCO2 meningkat/menurun Objektif:
3. PO2 menurun 1. Sianosis
4. Takikardi 2. Daiforesis
5. PH arteri 3. Gelisah
meningkat/menurun 4. Napas cuping hidung
6. Bunnyi napas tambahan 5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat, ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal
(pucat, kebiruan)
7. Keasadaran menurun
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji suara paru, frekuensi napas,
selama ... jam diharapkan gangguan kedalaman, dan usaha napas, serta
pertukan pertukaran gas tidak terjadi dengan produksi sputum
kriteria hasil: - Pantau saturasi O2 dengan oksimeter
- Pertukaran CO2 atau O2 di alveoli untuk - Pantau hasil gas darah (PaO2, PaCO2)
mempertahankan konsentrasi gas darah - Pantau kadar eletrolit
arteri - Pantau status mental
- Perpindahan udara masuk dan keluar - Observasi terhadap sianosis, (terutama
paru-paru mukosa mulut)
- Kondisi suhu, nadi, pernafasan, dan - Manajemen jalan nafas: memfasilitasi
tekanan darah dalam rentang normal. kepatenan jalan nafas.
- Terapi oksigen: memberikan oksigen
dan memantau efektivitasnya.
- Pemantauan pernafasan:
mengumpulkan dan menganalisis data
pasien untuk memastikan kepatenan
jalan nafas dan adekuatnya pertukaran
gas.
- Interpretasi data lab: menganalisis
11
secara kritis data lab pasien untuk
membaantu mengambil keputusan klinis.
- Bantuan ventilasi: meningkatkan pola
pernafasan spontan yang optimal
memaksimalkan pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam paru.
- Ventilasi mekanis: penggunaan alat
buatan untuk membantu pasien
bernapas.
- Pemantauan tanda vital:
mengumpulkan dan menganalisis data
kardiovaskular, pernafasan, dan suhu
tubuh, untuk menentukan dan
menentukan dan mencegah komplikasi
- Penyuluhan untuk keluarga:
- Jelaskan alat bantu yang digunakan
- Jelaskan kepada keluarga alasan
pemberian oksigen dan tindakan
lainnya.
- Infokan kepada keluarga bahwa
dilarang merokok
- Aktivitas kolaboratif:
- Konsultasi dengan dokter tentang
pentingnya pemeriksaan gas darah
arteri (GDA) dan penggunaan alat
bantu yang dianjurkan sesuai dengan
adanya perubahan kondisi pasien
- Laporkan perubahan pada data
pengkajian terkait (mis. Sensorium
pasien, sura napas, pola napas,
analisis gas darah arteri , sputum,
efek obat.
12
c. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis (enggan untuk
makan).
Tanda Gejala Mayor Tanda Gejala Minor
Subjektif: Subjektif:
1. Dispnea 3. Pusing
Objektif: 4. Penglihatan kabur
7. PCO2 meningkat/menurun Objektif:
8. PO2 menurun 2. Sianosis
9. Takikardi 3. Daiforesis
10. PH arteri 4. Gelisah
meningkat/menurun 5. Napas cuping hidung
11. Bunnyi napas tambahan 6. Pola napas abnormal
(cepat/lambat, ireguler,
dalam/dangkal)
7. Warna kulit abnormal
(pucat, kebiruan)
8. Keasadaran menurun
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Tentukan motivasi pasien untuk
selama ... jam diharapkan nutrisi mencukupi mengubah kebiasaan makan
kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil: - Pantau nilai lab (transferin, albumin,
- Keinginan untuk makan ketika dalam elektrolit)
keadaan sakit atau sedang menjalani - Ketahui makanan kesukaan pasien
pengobatan - Timbang pasien pada inteval yang tepat
- Jumlah makanan dan cairan yang - Manajemen gangguan makan:
dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam memasukan makanan dan minuman
- Keadekuatan pola asupan zat gizi yang dalam jumlah yang sesuai kemudian
biasanya. dengan jumlah keluaran yang seimbang.
- Tingkat kesesuaian berat badan, otot, san - Meningkatkan keseimbangan
13
lemak dengan tinggi badan, rangka elektrolit: meningkatkan keseimbangan
tubuh, jenis kelamin, dan usia. elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat dari kadar elektrolit serum yang
tidak normal atau diluar harapan.
- Pemantauan cairan: pengumpulan dan
analisis data pasien untuk mengatur
keeimbangan cairan.
- Manajemen nutrisi: membantu atau
menyediakan asupan makanan dan
cairan diet seimbang
- Pemantauan nutrisi: mengumpulkan
dan menganalisis data pasien untuk
mnecegah dan meminimalkan kurang
gizi.
- Bantuan untuk menaiikan berat
badan: memfasilitasi pencapaian
kenaikan berat badan.
- Penyuluhan untuk keluarga:
- Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
- Ajarkan kepada keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak
mahal
- Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya.
- Aktivitas kolaboratif:
- Diskusikan dengan ahli gizi dalam
menentukan makanan pasien
- Diskusiakan dengan dokter
kebutuhan stimulasi nafsu makan.
14
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Pantau tanda-tanda gejala infeksi (suhu
selama ... jam diharapkan infeksi tidak tubuh)
terjadi dengan kriteria hasil: - Kaji faktor yang dapat meningkatkan
- Resistensi alami dan dapatan yang kerentanan terhadap infeksi (usia, imun,
bekerja tepat terhadap antigen internal mlanutrisi)
maupun eksternal. - Pantau hasil lab ( darah lengkap,
- Terbebas dari tanda dan gejala infeksi granulosit, preotein, albumin)
- Mengindikasikan status gastrointestinal, - Skrining kesehatan: mendeteksi risiko
pernapasa, geniturinaria, dan imun dalam atau masalah kesehatan dengan
batas normal memanfaatkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan kesehatan, dan prosedur
lainnya.
- Manajemen imunisasi/vaksinasi:
memantau status imunisasi,
memfasilitasi akses unutk memperoleh
imunisasi, dan memberikan
imunisasiunutk mencegah penyakit
menular.
- Pengendalian infeksi: meminimalkan
penyebaran dan penularan agens
infeksius.
- Perlindungan infeksi: mencegah dan
mendekteksi dini infeksi pada pasien
yang nerisiko.
- Penyuluhan untuk keluarga:
- Jelaskan kepada keluarag mengapa
sakit atau terapi meningkatkan risiko
infeksi
- Intruksikan kepada keluarga untuk
menjaga higiene untuk melindungi
15
tubuh terhadap infeksi.
- Jelaskan rsional dan efek samping
imunisasi
- Aktivitas kolaboratif:
- Ikuti protokol institusi untuk
melaporkan suspek infeksi atau
kultur positif
- Berikan terapi antibiotik bila perlu.
- Lahir : 3,25 kg
- 3-12 bulan : umur(bulan) + 9/2
- 1-6 tahun : umur(bulan) x 2 + 8
16
- 6-12 tahun : umur(bulan) x 7 – 5/2
b. Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut :
- 1 tahun 1,5 x TB lahir
- 4 tahun 2 x TB lahir
- 6 tahun 1,5 x TB setahun
- 13 tahun 3 x TB lahir
- Dewasa 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun )
- Lahir : 50 cm
- Umur 1 tahun : 75 cm
- 2-12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77
2. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(Soetjiningsih.
1998)
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam
perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu
mendapat perhatian.Frankenburg dkk.(1981) melalui Denver Development
Stress Test (DDST) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai
dalam menilai perkembangan anak balita yaitu :
a. Personal Social (kepribadian/tingkah laku sosial)
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
c. Langauge (bahasa)
d. Gross Motor (perkembangan motorik kasar)
Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang
harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya :
- 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu
kemudian.
17
- 12-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh kearah
suara, memegang beneda yang ditaruh ditangannya.
- 20 minggu : meraih benda yang didekatkan padanya.
- 26 minggu : dapat memeindahkan benda dari astu tangan ke tangan
lainnya, duduk, dengan bantuan kedua tangan ke depan, makan biskuit
sendiri.
- 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan ibu
jari dan telunjuk, merangkak, bersuara da.. da…
- 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.
Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak mengalami
perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan.
Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumbuh
kembang anak dapat lebih optimal.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 17 Oktober 2017
No.Reg : C346907
A. Identitas Penderita
Nama : An. B
Umur : 6 bulan
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Keluhan Utama
Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak napas sejak 3 hari yang
lalu disertai batuk dan pilek.
19
mengalami kejang. Pasien tidak mengalami mual serta muntah. BAK dengan
jumlah cukup, warna kuning serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan
warna hijau, konsistensi padat serta bau khas.
1 minggu yang lalu anak masih panas tinggi, naik turun. Pasien masih
batuk dan pilek. Anak masih bersedia makan dan minum, BAB dan BAK tidak
ada kelainan. Anak dibawa ke puskesmas dan diberi paracetamol sirup, namun
belum ada perbaikan.
3 hari lalu anak masih panas tinggi, batuk dan pilek. Nafas anak tampak
lebih cepat dari biasanya. Anak hanya mau makan sedikit. Kelopak mata
tampak bengkak, kaki tampak bengkak, terkadang muntah sekitar ¼ gelas kecil
/ sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas. BAK dan BAB tidak ada kelainan.
Lalu anak dibawa ke RS. Kota Semarang, diperiksa Lab. Darah dengan hasil :
Hb : 9,7 g/dL ; Leu : 96.700/µl ; Tr : 1.057.000/µl ; Hc : 30,9%
Dan mendapat rujukan ke RS. Dr. Kariadi
- Pernah dirawat di rumah sakit
An. A pernah dirawat di RS Kota karena panas tinggi.
- Obat-obatan yang digunakan
Ibu mengatakan An.A pernah mendapatkan paracetamol sirup dari
puskesmas.
- Tindakan operasi
An.A belum pernah dilakukan tindakan operasi.
- Alergi
An.A tidak mempunyai riwayat alergi.
- Kecelakaan
An.A tidak pernah jatuh / cedera sampai dirawat di RS.
- Imunisasi
Hepatitis B : 1x usia 0 bulan
BCG : 1x usia 2 bulan
DPT : 1x usia 5 bulan
Polio : 2x usia 2,5 bulan
20
Silsilah Keluarga
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
Riwayat Perinatal
1. Prenatal
Selama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali,
imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.
2. Natal
An.A lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan, langsung
menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm, umur
kehamilan 9 bulan.
3. Postnatal
Bayi diasuh oleh kedua orang tua, diberikan ASI eksklusif, saat bayi 2
bulan sudah diberikan makanan tambahan susu formula.
- Pola Istirahat/Tidur
21
An.B mempunyai kebiasaan tidur siang jam 13.00 dan jika malam sering
terjaga.
- Pola Kebersihan
An.B mandi masih dibantu oleh ibunya.
- Pola Eliminasi
An.B sebelum sakit BAB 2X sehari, BAK 8 kali sehari, setelah sakit BAB
1x sehari.
Pertumbuhan
Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 48 cm, lingkar kepala waktu
lahir tidak diketahui (ibu lupa).
Berat badan sekarang: 6,3 kg, panjang badan 53 cm, lingkar kepala 38 cm.
Perkembangan
Motorik kasar
Senyum : 2 bulan
Miring : 4 bulan
Tengkurap : 5 bulan
Bahasa
Tertawa : 2 bulan
Berteriak : 2 bulan
Personal sosial
Tersenyum responsif : 2 bulan
22
Tepuk tangan : belum dapat dilakukan
Motorik halus
Memegang icik-icik : belum dapat dilakukan
DDST II
Bahasa ~ 2 bulan
Suhu : 37,3 oC
Kepala : LK 38 cm (mikrosefal)
Kulit :
- Berkeringat, lembab, turgor baik.
- Warna kulit sawo matang, lembab, tidak ada bekas luka, elastis.
Mata :
23
- Konjungtiva: tidak anemis
- Sclera : tidak ikteric.
- Pupil : normal berbentuk bulat, diameter 3 mm kanan kiri dan
reflek cahaya ( + ) langsung.
Telinga :
- Daun telinga : simetris antara kanan dan kiri, bersih.
- Liang telinga : tidak terdapat serumen.
- Fungsi pendengaran :bersih, tidak ada sekret/ serumen, fungsi
pendengaran tidak ada gangguan, bentuk simetris.
Hidung : Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada polip,
rongga hidung bersih, ada cuping hidung.
Dada :
Paru :
Jantung :
24
tidak kuat angkat, tidak melebar, thrill (-)
Abdomen :
Pe : Timpani.
Ekstremitas :
25
Reflek fisiologis +2 +2 +2 +2
Reflek patologis - - - -
Klonus - -
C. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium/Tanggal 9 April 2012
Hematologi
Hb : 8,20 gr/ dL
Hematokrit : 27,8 %
MCV : 76,4 fL
MCH : 22,5 pg
26
Program Terapi ( 9 April 2012 )
O2 Headrop
Suction periodik
Inj. Ceftriaxon 2x 300 mg iv
Infus D5 ¼ Ns 480/20/5
Inj. Ca Glukonas 2x3,5 cc “iv pelan”
Paracetamol 4-6 x ¾ tab jika T ≥ 380 C
Tranfusi albumin 2x pemberian 20% dgn indikasi albumin < 1 mg/Dl
D. ANALISA DATA
NO DATA Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Orang tua pasien Kelainan congenital Ketidakefektifan
mengatakan anaknya sesak pola napas
napas sejak 3 hari yang lalu Defisiensi pada
disertai batuk dan pilek. cincin kartilago
DO:
- px terlihat kesulitan bernapas. Menutup saluran
-RR 48x/menit. bronkus
-Terdapat retraksi otot dada.
-Napas cuping hidung. Sesak nafas
-Terpasang infus D5% 5 tetes/
menit. Ketidak efektifan
-Terdapat suara ronchi. pola nafas
2. DS: Orang tua mengatakan Cemas Ketidakseimbangan
anak hanya mau makan sedikit, nutrisi kurang dari
terkadang muntah sesuai apa Anoreksia kebutuhan tubuh
yang di makan.
DO: Ketidakseimbangan
- BB = 6,3 kg nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh
27
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d deformitas tulang rawan.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
28
dan cairan bayi tidak minum ASI.
tercukupi. c. Kaji frekuensi c. Membantu pemilihan
b. Terjadinya mual/muntah pada bayi. alternative
penurunan pemenuhan nutrisi
frekuensi yang adekuat.
muntah. d. Timbang BB bayi. d. Untuk memantau
c. Bayi penurunan dan
mempertahankan peningkatan status
/ mengalami gizi.
peningkatan BB.
29
oksigen nasal
kanul 1-2 ltr.
17/10/17 Ketidak seimbangan 21.00 a. Mengkaji status 21.00,18/10/17
nutrisi kurang dari nutrisi bayi. S: Ibu mengatakan pasien
kebutuhan tubuh b/d 21.03 b. Menganjurkan ibu mau minum ASI, dan
anoreksia untuk selalu muntah 1x/hari.
memberikan ASI O: BB= 6,3 kg
sedikit tapi sering. A: Masalah teratasi
21.05 c. Mengkaji frekuensi sebagian
mual muntah pada P: Lanjutkan intervensi
bayi. - Menganjurka ibu
21.10 d. Menimbang BB bayi. memberikan ASI
sedikit tapi sering.
- Timbang BB
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang
rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan), tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang waktu atau mencegah dahak dan sekresi menjadi
terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.
Dengan disertai gejala seperti batuk dengan suara brassy atau barking, sesak napas
(dispnea), ditemukan suara napas tambahan yaitu wheezing (mengi), infeksi pada
saluran napas bawah berulang, kelelahan apnea.
4.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32