Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN

NEONATUS, BAYI, BALITA, PRA SEKOLAH


Labiozkizis, Labiopalatokizis, Hernia Diagfarmatika
Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ASKEB IV
Dosen Pembimbing : Fuadah Ashri Nurfurqoni, M.Keb

Disusun oleh :
FEBIRIANI MARTHA
INDAH GIANNITA SUDRAJAT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2015/206
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat
sehat serta kesempatan membagi waktu, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar dan terkoordinir.
Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW, yang memberi petunjuk ilmu sebagai perantara agar manusia bisa
hidup bahagia dunia dan akhirat.
Melalui makalah ini penyusun akan membahas materi yang merupakan tugas
dalam Mata Kuliah ASKEB IV di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Prodi
Kebidanan Bogor dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan
Pra Sekolah dengan Labiozkizis, Labiopalatokizis, Hernia Diagfarmatika”
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Fuadah Ashri
Nurfurqoni, M.Keb sebagai tutor Kelompok 1 yang telah memberikan bimbingan
dalam proses pembuatan makalah serta kepada seluruh pihak yang telah ikut serta
membantu dengan tenaga, waktu, dan pikiran untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
umumnya dan bagi penyusunan khususnya. Kritik dan saran membangun serta doa
menjadi amal shaleh bagi semua yang mendayagunakannya.

Bogor, November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Labioskizis dan Labiopalatokizis
1. Pengertian ............................................................................................... 3
2. Klasifikasi .............................................................................................. 3
3. Etiologi ................................................................................................... 4
4. Patofisiologi ........................................................................................... 4
5. Tanda Gejala .......................................................................................... 5
6. Komplikasi ............................................................................................. 5
7. Penatalaksanaan ..................................................................................... 5
B. Hernia Diafragmatika
1. Pengertian ............................................................................................... 6
2. Klasifikasi .............................................................................................. 6
3. Etiologi ................................................................................................... 7
4. Patofisiologi ........................................................................................... 7
5. Tanda Gejala .......................................................................................... 7
6. Komplikasi ............................................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ..................................................................................... 8

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 9

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan
kelainan bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan
pada neonatus, bayi, dan balita apabila tidak diberikan dengan tepat dan benar.
Kelainan bawaan merupakan suatu kesatuan cacat lahir pada neonatus yang tidak
diinginkan kehadirannya oleh orang tua maupun petugas medis. Pada zaman
sekarang ini masalah kualitas hidup anak merupakan prioroitas utama bagi
program kesehatan nasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup anak adalah cacat bawaan.
Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya adalah labiozkizis dan
labiopalatokizis, hernia diagfarmatika. Labioskiziz dan labiopalatokizis atau yang
lebih dikenal dengan sebutan bibir sumbing, merupakan deformitas daerah mulit
berupa celah atau sumbing atau pe,bentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional dimana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu. Bibir sumbing merupakan masalah yang di alami oleh sebagian
kecil masyarakat. Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan
keadaan bibir sumbing.
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ intra abdomen ke dalam
rongga kavum pleura melalui suatu lubang pada diafragma. Salah satu penyebab
terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada abdomen, baik trauma penetrasi
maupun trauma tumpul, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Mekanisme
dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada diafragma atau yang
paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada trauma tumpul abdomen,
penyebab paling sering adalah akibat kecelakaan sepeda motor. Hal ini
menyebabkan terjadi penigkatan tekanan intraabdominal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
2. Bagaimana klasifikasi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
3. Apa etiologi dari Labiokizis dan Labiopalatokizis ?
4. Bagaimana patafisiologi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
5. Bagaimana tanda gejala dari Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
6. Apa komplikasi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
7. Apa penatalaksanaan dari Labioskizis dan Labiopalatokizis ?
8. Apa yang dimaksud dengan Hernia Diafragmatika ?
9. Bagaimana klasifikasi dari Hernia Diafragmatika ?
10. Apa etiologi dari Hernia Diafragmatika ?
11. Bagaimana patafisiologi dari Hernia Diafragmatika ?
12. Bagaimana tanda gejala dari Hernia Diafragmatika ?
13. Apa komplikasi dari Hernia Diafragmatika ?
14. Apa penatalaksanaan dari Hernia Diafragmatika ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Labioskizis dan Labiopalatokizis.
2. Mengetahui mengenai klasifikasi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis.
3. Mengetahui mengenai etiologi dari Labiokizis dan Labiopalatokizis.
4. Mengetahui mengenai patafisiologi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis.
5. Mengetahui mengenai tanda gejala dari Labioskizis dan Labiopalatokizis.
6. Mengetahui mengenai komplikasi dari Labioskizis dan Labiopalatokizis.
7. Mengetahui mengenai penatalaksanaan dari Labioskizis dan Labiopalatokizis.
8. Mengetahui apa itu Hernia Diafragmatika.
9. Mengetahui mengenai klasifikasi dari Hernia Diafragmatika.
10. Mengetahui mengenai etiologi dari Hernia Diafragmatika.
11. Mengetahui mengenai patafisiologi dari Hernia Diafragmatika.
12. Mengetahui mengenai tanda gejala dari Hernia Diafragmatika.
13. Mengetahui komplikasi dari Hernia Diafragmatika.
14. Mengetahui mengenai penatalaksanaan dari Hernia Diafragmatika.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Labioskizis dan Labiopalatokizis

1. Pengertian
Labioskizis dan Labiopalatokizis atau yang lebih dikenal dengan
sebutan bibir sumbing, merupakan deformitas daerah mulit berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan
embrional dimana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu (Vivian, 2010).

(Gambar A. Labioskizis B. Labiopalatokizis. Sumber : http://strikeey.blogspot.co.id/)

2. Klasifikasi
a. Menurut struktur-struktur yang terkena :
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat
bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar
cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum molle.
Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi
beberapa bagian berikut:
1) Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum
durum di belahan foramen insisivum.
2) Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen.
3) Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
4) Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
b. Menurut organ yang terlibat :
1) Celah di bibir (labioskizis)
2) Celah di gusi (gnatoskizis)
3) Celah di langit (palatokizis)
4) Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya: terjadi di bibir dan
langit-langit (labiopalatoskizis).
c. Menurut lengkap / tidaknya celah terbentuk :
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
1) Universal Incomplete, jika celah sumbing terjadi hanya di salah satui
sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete, jika celah sumbing yang terjadi di salah satu
bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral Complete, jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung
3. Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis atau labiopalatoskizis
a. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia
b. Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis),
misalnya sitostatika dan radiasi
c. Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi
vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
d. Faktor keturunan
Dimana material genertik dalam kromosom yang mempengaruhi, dapat
terjadi karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap
sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang
kromosom non-sex (kromosom 1 sampai 22) dan 1 pasang kromosom sex
(kromosom X dan Y) yang menentukan jenis kelamin. Pada penderita
bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai
kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom
pada tiap sel adalah 47.
4. Patofosiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum
anterior. Masa krisifusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.
Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu
ke-7 sampai minggu ke-12. Kelainan terbentuk pada trimester pertama
kahamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah
tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesnasalis dan maksilaris)
pecah kembali.
5. Tanda dan Gejala
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing, yaitu :
a. Terjadi pemisahan langit – langit
b. Terjadi pemisahan bibir
c. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit
d. Infeksi telinga berulang
e. Berat badan tidak bertambah
f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal sehingga ketika menyusui yaitu
keluarnya air susu dari hidung
6. Komplikasi
a. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti
dengan celah palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot
khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran dalam memberi
makan pada bayi bibir sumbing.
b. Kesulitan berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan
fungsi karena adanaya celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara
bahkan dapat menghambatnya.
c. Masalah gigi. Pada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau bahkan
tidak tumbuh, sehingga perlu perawatan dan penanganan khusus.
d. Otitis media. Yaitu infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu
pada ruang dibelakang gendang telinga, dimana terdapat 3 tulang kecil
yang menangkap getaran dan meneruskannya ke telinga bagian bawah.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang bagian tengah.
e. Faringitis. Yaitu infeksi faring yang ditandai dengan peradangan dibagian
belakang tenggorokan.
f. Kekurangan gizi.
7. Penatalaksanaan
a. Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu
mempunyai reflek mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin
dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
b. Bila anak sukar menghisap sebaiknya menggunakan botol peras (squeeze
bottles). Untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah dot yang
panjang dengan memeras botol maka susu dapat didorong jatuh di
belakanbg mulut hingga dapat dihisap. Jika tidak mau, berikan dengan
cangkir dan sendok.
c. Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan
sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan
tindakan bedah.
d. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik dengan ahli bedah,
ortodontis, dokter anak, dokter THT, serta ahli wicara.
B. Hernia Diafragmatika

1. Pengertian
Hernia diafragmatika termasuk kelainan bawaan yang terjadi kerena
tidak terbentuknya sebagian diafragma, sehingga ada bagian isi perut masuk
ke dalam rongga torak (Vivian, 2010).
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang
membatasi rongga dada dan rongga perut. Secara anatomi serat otot yang
terletak lebih medial dan lateral diafragma posterior yang berasal dari arkus
lumboskral dan vertebrocostal triagone adalah tempat yang paling lemah dan
mudah terjadi rupture.

(Gambar Hernia Diafragmatika. Sumber : http://penyebabhernia.com/)

2. Klasifikasi
a. Reponible
Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk
(kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini
membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda
yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal.
Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus
akan terasa besar sebelah.
b. Irreponible
Benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah
pusat. Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum
(penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian
terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah
lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak.
c. Incarcerata
Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada
saluran makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan,
keadaan klinis bayi pun mulai berubah dengan munculnya mual, muntah,
perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.
d. Strangulata
Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah
sudah terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata,
gejala lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi. Bila terus
didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut akan mati dan
akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke
pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya
kuman dan toxin di dalam darah yang dapat mengancam nyawa si bayi.
Sangat mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena merasakan nyeri yang
luar biasa.
3. Etiologi
Hernia diafragmatika paling sering disebabkan oleh kegagalan satu atau
kedua selaput pleura peritoneal untuk menutup saluran-saluran
perikardioperitoneal selama kehamilan minggu ke 8, terjadinya hernia
diafragma adalah trauma pada abdomen(perut), baik trauma penetrasi maupun
trauma tumpul abdomen., baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada
diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Pada
trauma tumpul abdomen, penyebab paling sering adalah akibat kecelakaan
sepeda motor. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal yang dilanjutkan dengan adanya rupture pada otot-otot diafragma.
Pada trauma penetrasi paling sering disebabkan oleh luka tembak senjata api
dan luka tusuk senjata tajam. Sekitar 0,8-1,6 % dengan trauma tumpul pada
abdomen mengalami rupture pada diafragma.
Menurut lokasinya hernia diafragma traumatika 69% pada sisi kiri, 24 %
pada sisi kanan, dan 15 % terjadi bilateral. Hal ini terjadi karena adanya hati
di sisi sebelah kanan yang berperan sebagai proteksi dan memperkuat struktur
hemidiafragma sisi sebelah kanan. Organ abdomen yang dapat mengalami
herniasi antara lain gaster(lambung), omentum, usus halus, kolon, limpa dan
hepar(hati). Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari
saluran cerna yang mengalami herniasi ke rongga toraks(dada) ini.
4. Patofosiologi
Rongga peritoneum dan pleura kemudian saling berhubungan di sepanjang
dinding tubuh posteriol. Kelainan seperti ini yang dikenal sebagai hernia
diafragmatika congenital, memungkinkan organ-organ dalam perut memasuki
rongga pleura. Pada 85 – 90% kasus, hernianya disisi kiri, dan gelung usus,
lambung, limpa, dan bagian hati bisa masuk ke rongga dada. Karena
kehadiran organ-organ perut di dalam dada, jantung terdorong ke anterior,
sedangkan paru-paru tertekan dan sering mengalami hipoplasia.
5. Tanda dan Gejala
Gejalanya bergantung pada banyaknya isi perut yang masuk ke dalam rongga
torak. Biasanya gejala yang muncul adalah gangguan pada sistem pernapasan
seperti :
a. Kulit berwarna pucat bahkan biru
b. Sesak napas
c. Retraksi sela iga dan subslaternal
d. Perut kecil dan cekung
e. Suara napas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut
f. Bunyi jantung terdengar didaerah yang berlawanan karena terdorong oleh
isi perut
g. Terdengar bising usus didaerah dada
h. Muntah
6. Komplikasi
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika
hernianya besar, biasanayaparu-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara
sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehinggga usus
segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga
menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Sedangkan
komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia diafragmatika tipe
bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan congenital paru-paru dan 5-
16 % mengalami kelainan kromosom
7. Penatalaksanaan
a. Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru
b. Posisikan bayi semifouler atau fouler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat
bergerak bebas
c. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka
tegakkan agar tidak terjadi aspirasi
d. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke
tempat pelayanan yang lebih buruk
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN LABIOSKIZIS

Hari/ tanggal : Selasa, 01 November 2016


Jam : 11.00 WIB
Tempat : BPM bd. Indah
Pengkaji : Bidan Indah

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama bayi : By. Ny. A
Umur bayi : 2 jam
Tanggal/jam lahir : 01 November 2016
Jenis kelamin : Perempuan

Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. B


Umur : 21 thn Umur : 24 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cilendek, Bogor Alamat : Cilendek, Bogor

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi terlihat sesak napas setelah menangis.

3. Riwayat Kehamilan
HPHT 7 Februari 2016 Ibu mengatakan selama kehamilan, ibu tidak pernah
menderita penyakit kronis atau menular. Ibu makan seperti biasa dengan porsi
3x sehari dan melakukan kunjungan ANC sebanyak 8x pada bidan, serta telah
mendapat imunisasi 2x TT, mendapat tablet besi dan vitamin C.

4. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 38 minggu dengan penolong persalinan
bidan. Lahir spontan, menangis. BB : 3000 gram, PB : 49 cm. Tidak
ditemukan komplikasi persalinan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Composmentis
2. TTV
a. Suhu : 36,80C
b. Pernafasan : 38 x/menit
c. Nadi : 120x/menit

3. Antropometri
a. Berat badan : 3200 gram
b. Panjang badan : 51 cm
c. Lingkar kepala : 32 cm
d. Lingkar dada : 33 cm
e. Lingkar lengan atas : 13 cm
4. Kepala
Simetris, rambut hitam, ada lanugo, tidak ada benjolan
5. Ubun-ubun
UUB datar, UUK belum menutup
6. Muka
Simetris, tidak ada oadema, kemerahan pada mukanya
7. Mata
Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
8. Telinga
Simetris, tidak ada serumen
9. Mulut
Bibir tampak tidak simetris, tidak ada bercak pada mukosa mulut, mukosa
mulut berwarna merah muda, pallatum utuh, bibir atas bagian kanan dan kiri
tidak tumbuh bersatu, dan terdapat celah di bibir sebelah kiri.
10. Hidung
Tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
11. Leher
Tampak pendek, dikelilingi lipatan kulit dan tidak ada selaput, tidak ada
pembengkakan kelanjar thyroid dan vena jugularis, pergerakan tidak terbatas
atau bebas.
12. Dada
Gerakan dada simetris, dinding dada dan abdomen bergerak bersamaan saat
bayi bernafas, tidak ada praktur klapikula, puting susu terbentuk dengan baik,
menonjol simetris kanan dan kiri, bunyi nafas tidak terdengar wheexing dan
ronchi, bunyi jantung tajam jelas dan terdengar tunggal di bunyi jantung I dan
II dan tidak terdengar murmur.
13. Abdomen
Simetris, tidak kembung, Tali pusat terbungkus kasa steril, terlihat perdarahan
14. Punggung
Simetris, tidak ada sipina bifida
15. Ekstremitas
Jari-jari ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak ada polydaktil, syndaktil,
brakidaktyl, bentuk ekstremitas kanan dan kiri simetris.
16. Genetalia
Terlihat Labia mayora menutupi labia minora.
17. Anus
Terdapat lubang anus.
18. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek moro : Ada
b. Reflek Rooting : Ada
c. Reflek Graphs/plantar : Ada
d. Reflek Sucking : Ada masalah, bayi sulit untuk menghisap
tetapi menelan dengan baik
e. Reflek Walking : Tidak ada

C. ANALISA
Bayi Ny. A usia 2 jam NCBSMK dengan Labioskizis

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Menjaga kehangat bayi
3. Memberitahukan kepada ibu cara menyusui bayi dengan labioskizis.
4. Memberikan support kepada ibu dan keluarga
5. Mengobservasi input dan output pada bayi seperti konsistensi BAB, BAK,
keadaan bayi saat ini.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN HERNIA DIAFRAGMATIKA

Hari/ tanggal : Selasa, 01 November 2016


Jam : 11.00 WIB
Tempat : BPM bd. Febi
Pengkaji : Bidan Febi

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. S
TTL : Bogor, 01 November 2016
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur bayi : 2 jam

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn. Y


Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Cilendek, Bogor Alamat : Cilendek, Bogor

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayi terlihat sesak napas setelah menangis.

3. Riwayat Kehamilan
HPHT 7 Februari 2016 Ibu mengatakan selama kehamilan, ibu tidak pernah
menderita penyakit kronis atau menular. Ibu makan seperti biasa dengan porsi
3x sehari dan melakukan kunjungan ANC sebanyak 8x pada bidan, serta telah
mendapat imunisasi 2x TT, mendapat tablet besi dan vitamin C.

4. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan pada usia kehamilan 38 minggu dengan penolong persalinan
bidan. Lahir spontan, menangis. BB : 2900 gram, PB : 49 cm. Tidak
ditemukan komplikasi persalinan.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Composmentis
2. TTV
a. Suhu : 36,80
b. Pernafasan : 25x/menit
c. Nadi : 50x/menit
3. Antropometri
a. Lingkar kepala : 28 cm
b. Lingkar dada : 32 cm
c. Lingkar lengan atas : 11 cm
d. Berat badan : 2900 gram
e. Panjang badan : 49 cm
4. Kepala
Simetris,Rambut hitam,ada lanugo, Tidak ada benjolan, UUB datar, UUK
belum menutup
5. Muka
Simetris, Tidak ada oadem, kemerahan pada mukanya
6. Mata
Simetris, Konjungtiva merah muda, sklera putih.
7. Telinga
Simetris, tidak ada serumen
8. Mulut
Simetris, Sianosis, tidak terdapat sumbing, reflex hisap baik.
9. Hidung
Simetris, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping
10. Leher
Tidak ada tyroid, tidak ada pembengkakan.
11. Dada
Dada asimetris saat bernapas, terdengar bising usus di rongga dada sebelah
kiri. Bentuk diding dada kiri dan kanan asimetris.
12. Abdomen
Simetris, tidak kembung, Tali pusat terbungkus kasa steril.
13. Punggung
Simetris, tidak ada sipina bifida
14. Ekstremitas
Jari-jari ekstremitas atas dan bawah lengkap, tidak ada polydaktil, syndaktil,
brakidaktyl, bentuk ekstremitas kanan dan kiri simetris, Warna kulit merah,
turgor baik, ditemukan sedikit vernik pada tubuh bayi. Tidak terdapat
pembengkakan atau bercak – bercak hitam
15. Genetalia
Terlihat Labia mayora menutupi labia minora.
16. Anus
Terdapat lubang anus.
17. Pemeriksaan Reflek
a. Reflek moro : Ada
b. Reflek Rooting : Ada
c. Reflek Graphs/plantar : Ada
d. Reflek Sucking : Ada
e. Reflek Walking : Tidak ada
C. Analisa
Bayi Ny. A usia 2 jam NCBSMK dengan Hernia Diagfragmatika

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2. Memantau keadaan bayinya selama dirawat.
3. Melakukan perawatan pada bayi baru lahir
4. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin.
5. Menjaga kehangatan bayi
6. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
apabila dilakukan rujukan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Labioskizis dan Labiopalatokizis atau yang lebih dikenal dengan sebutan bibir
sumbing, merupakan deformitas daerah mulit berupa celah atau sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional dimana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu
Hal yang dapat dilakukan bidan adalah mengajari ibu pemberian ASI secara
langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai reflek mengeluarkan air susu
dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
Hernia diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga
perut. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada
melalui suatu lubang pada diafragma.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat sebaik-baiknya namun sebagai penulis
bahwa setiap pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari para dosen dan teman – teman yang
sifatnya membangun untuk penulisan sangat di harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia, S.ST. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Elmeida, Fitria Ika. 2015. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah.Jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA

Anda mungkin juga menyukai