Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Regulasi Kebijakan Pemerintah


Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-
tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya dan membutuhkan tindakan
segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa. Sedangkan kegawatdaruratan maternal
dan neonatal adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam
kehamilan, persalinan, dan kelahiran sehingga mengancam keselamatan ibu dan
bayi yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan
janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru
lahir.
Dalam upaya menekan angka kematian ibu dan bayi, pemerintah melalui
kementerian kesehatan menyusun kebijakan-kebijakan dalam mengatasi dan
mencegah terjadinya kegawatdaruratan maternal neonatal.
Secara umum pelayanan kegawatdaruratan tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No. 47 tahun 2018. PMK ini terdiri dari lima bab 17 pasal
yang dirancang dengan tujuan pengaturan pelayanan kegawatdaruratan untuk
memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kegawatdaruratan.
Tercantum pula dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pada pasal 32 ayat (1) berbunyi: “Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan terlebih dahulu.”
Serta dalam ayat (2) berbunyi: “Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau
meminta uang muka.”
Dalam upaya memfasilitasi penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal,
pemerintah membentuk kebijakan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yaitu Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan di
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yaitu Penanganan Obstetri Neonatal Dasar dan
Komprehensif (PONEK).
Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan buku pedoman
PONED yang diharapkan menjadi acuan dalam melaksanakan penanganan kasus
emergensi maternal dan neonatal sesuai standar dan terlaksana secara optimal.
Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak terlepas
dari penanganan kasus emergensi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar melalui
upaya peningkatan PONED di puskesmas. Berbagai upaya yang dilaksanakan
dalam PONED antara lain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tim
dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan
ketersediaan peralatan, obat, dan bahan habis pakai, manajemen penyelenggaraan
serta sistem rujukan.
Pedoman penyelenggaraan PONEK tercantum dalam KEPMENKES No.
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK
adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana,
dan manajemen yang handal. Pelaksanaan PONED di puskesmas sangat
membutuhkan kerjasama yang baik dengan pelaksanaan PONEK di rumahsakit
sebagai suatu kesatuan sistem rujukan yang perannya sangat penting dalam
memfasilitasi penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Pada pelayanan kebidanan dalam menangani kegawatdaruratan berpedoman
pada pasal 45 mengenai kewenangan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu yang
berbunyi melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
pasca persalinan, dan masa nifas dilanjutkan dengan perujukan.

Anda mungkin juga menyukai