Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba- tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa. Sedangkan kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan, persalinan, dan kelahiran sehingga mengancam keselamatan ibu dan bayi yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dalam upaya menekan angka kematian ibu dan bayi, pemerintah melalui kementerian kesehatan menyusun kebijakan-kebijakan dalam mengatasi dan mencegah terjadinya kegawatdaruratan maternal neonatal. Secara umum pelayanan kegawatdaruratan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 47 tahun 2018. PMK ini terdiri dari lima bab 17 pasal yang dirancang dengan tujuan pengaturan pelayanan kegawatdaruratan untuk memberikan acuan bagi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan. Tercantum pula dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada pasal 32 ayat (1) berbunyi: “Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan terlebih dahulu.” Serta dalam ayat (2) berbunyi: “Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.” Dalam upaya memfasilitasi penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal, pemerintah membentuk kebijakan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yaitu Penanganan Obstetri Neonatal Dasar dan Komprehensif (PONEK). Pada tahun 2013, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan buku pedoman PONED yang diharapkan menjadi acuan dalam melaksanakan penanganan kasus emergensi maternal dan neonatal sesuai standar dan terlaksana secara optimal. Penurunan kematian dan peningkatan kualitas hidup ibu dan anak tidak terlepas dari penanganan kasus emergensi di fasilitas pelayanan kesehatan dasar melalui upaya peningkatan PONED di puskesmas. Berbagai upaya yang dilaksanakan dalam PONED antara lain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tim dalam menyelenggarakan PONED, pemenuhan tenaga kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat, dan bahan habis pakai, manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukan. Pedoman penyelenggaraan PONEK tercantum dalam KEPMENKES No. 1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana, dan manajemen yang handal. Pelaksanaan PONED di puskesmas sangat membutuhkan kerjasama yang baik dengan pelaksanaan PONEK di rumahsakit sebagai suatu kesatuan sistem rujukan yang perannya sangat penting dalam memfasilitasi penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Pada pelayanan kebidanan dalam menangani kegawatdaruratan berpedoman pada pasal 45 mengenai kewenangan bidan dalam pelayanan kesehatan ibu yang berbunyi melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, pasca persalinan, dan masa nifas dilanjutkan dengan perujukan.