Anda di halaman 1dari 4

Kajian Pustaka dan Hipotesis

Kajian pustaka merupakan salah satu langkah penting dalam proses penelitian. Telah
pustaka dimaksudkan mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang
dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.

Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep ,
definisi, proporsi yang disusun secara sistematis. Teori memiliki tiga fungsi yaitu untuk
menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian ( control) terhadap
suatu gejala.

Fungsi dari teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang
lingkup penelitian. Fungsi teori yang kedua digunakan untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, sedangkan fungsi teori yang ketiga digunakan untuk
membahas hasil penelitian, dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran tindak
lanjutnya.

A. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori setidaknya berisi tentang
penjelasan variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang
lengkap dan mendalam dari berbagai refensi sehingga ruang lingkup kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti mejadi lebih jelas dan
terarah.
Sumber bacaan yang baik untuk pendeskripsian teori harus memenuhi dua
prinsip (Suryabrata, 2003) yaitu relevansi dan kemutakhiran. Sugiono (2000)
menambahkan satu prinsip lagi yaitu kelengkapan. Prinsip relevansi berkenan dengan
kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan. Prinsip
kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca. Dan prinsip
kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Semakin baru suatu sumber bacaan,
maka teori yang akan diperoleh akan semakin mutakhir.

B. Langkah-langkah Pendeskripsian Teori


Beberapa langkah dalam pendeskripsian teori adalah sebagai berikut,
1) Tetapkan nama variabel dan jumlah variabel yang diteliti
2) Cari sumber-sumber bacaan sebanyak-banyaknya yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti
3) Lihat daftar isi setiap buku, dan pilh topik yang relevan dengan setiap
variabelyang diteliti
4) Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
5) Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber bacaan yang dibaca
6) Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.

C. Kerangka Berfikir
Menurut Sekaran (1996) kerangka berfikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang dibuat merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gelaja
yang menjadi objek permasalahan. Sugiyono (2000) menyebutkan agar dapat
meyakinkan sesama ilmuan, maka kerangka berfikir memuat kriteria utama yaitu alur-
alur pikiran yang logis dalam membangun satu kerangka berfikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis.

D. Langkah-langkah Perumusan Kerangka Berfikir


Proses kerangka berfikir untuk merumuskan hipotesis memerlukan 6 (enam)
langkah (Sugiyono, 2000) sebagai berikut.
1) Menetapkan variabel yang diteliti
2) Membaca buku dan hasil penelitian
3) Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian
4) Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
5) Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
6) Sintesa atau kesimpulan
Sekaran (1996) menyebutkan, suatu kerangka berfikir yang baik memuat hal-hal
sebagai berikut.
1) Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan
2) Diskusi dalam kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan atau hubungan antar variabel yang diteliti dan atau teori yang
mendasari
3) Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan
antar variabel ini positif atau negatif, berbentuk simetris, kasual atau timbal
balik
4) Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir
yang dikemukakan dalam penelitian.

E. Hipotesis dan Bentuk-bentuk Hipotesis


1) Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipo dan tesis. Hipo berarti keraguan,
sedangkan tesis berarti kebenaran. Dengan demikian hipotesis berarti
kebenaran yang masih diragukan. Artinya hipotesis akan ditolak apabila data-
data empiris dalam penelitian menolaknya, dan sebaliknya diterima apabila
fakta-fakta empiris dalam penelitian membenarkannya. Hipotesis dapat juga
dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara atau jawaban sementara
bagi masalah yang dihadapi. Dikatakan sementara karena hipotesis disusun
berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris.
Hipotesis dijadikan sebagai pemandu arah agar penelian dapat terarah.
Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Penelitian yang bersifat
eksploratif dan sering juga penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan
hipotesis. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian kuantitatif.
Pada penelitian kuantitatif tidak merumuskan hipotesis, melainkan
menemukan hipotesis.
Hipotesis dibedakan anatara hipoteis penelitian dan hipotesis statistik.
Hipotesis penelitian yaitu jawaban sementara atas masalah penelitian.
Hipotesis ada, ketika penelitian bekerja dengan sampel.
Hipotesis penelitian dibedakan antara hipotesis kerja dan hipotesis nol
(nihil). Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis
ini disusun atas teori yang teruji kebenarannya. Sedangkan hipotesis nol
disusun dari teori yang dipandang kurang kehandalannya.

F. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis
komparatif, dan hipotesis asosiatif. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara
atas masalah penelitian deskriptif. Hipotesis komparatif merupakan jawban sementara
atas rumusan masalah penelitian komparatif. Sedangkan hipotesis asosiatif adalah
jawaban sementara atas masalah penelitian asosiatif.
Satu contoh masing-masing dari hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif.
Contoh hipotesis deskriptif
Hipotesis nol : daya tahan lampu pijar merk X sama dengan 600 jam
Hipotesis alternatif : daya tahan lampu pijar merk X ≠ 600 jam
Contoh hipotesis komparatif
Hipotesis nol : tidak dapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan PT
X dan PT Y
Hipotesis alternatif : Produktivitas kerja karyawan PT X tidak sama dengan
(lebih besar atau lebih kecil) denganproduktivitas karyawan PT Y
Contoh hipoesis asosiatif
Hipotesis penelitian : terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
insemtif dengan prestasi kerja karyawan.
Hipotesis Statistik :
Ho : p = 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : p ≠ 0 berarti ada hubungan karena tidak sama dengan nol. Hubungan
tersebut bisa postif bisa negatif.
G. Kriteria Hipotesis yang Baik
Suatu hipotesis yang baik memenuhi beberapa kriteria berikut.
1) Merupakan dugaan terhadap variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel
pada berbagai sampel, atau dengan hubungan antara dua atau lebih variabel
2) Dinyatakan dengan kalimat yang jelas, tidak menimbulkan berbagai
penafsiran
3) Dapat diuji dengan data yang dikumpulan dengan metode ilmiah (Sugiyono,
2000)

Anda mungkin juga menyukai