Anda di halaman 1dari 14

(Makalah Belajar dan Pembelajaran)

Model-model Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan


Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan
secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran
di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Hal ini tampak
pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap
menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori.
Guru masih dominan dan siswa resisten, guru masih menjadi pemain dan siswa
penonton, guru aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan
yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah
menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP
menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini
berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi
aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan
hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Demikian pula, pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas,
mereka sudah merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain
dari karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi ini
kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang
bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena penghargaan
terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk membaca buku yang
aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan memang itu
kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku pembelajaran yang inovatif. Mereka
bukan tidak mau meningkatkan kualitas pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang
memungkinkan. Permasalahannya adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru
dalam kelas, mengubah paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga misi
KBK dapat terwujud. Dengan paradigma yang berubah, mudah-mudahan kebiasaan
murid yang bersifat pasif sedikit demi sedikit akan berubah pula menjadi aktif. Oleh
karena itu makalah yang akan dibahas kali ini yaitu “Model-Model Belajar dan
Pembelajaran”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari model pembelajaran?


2. Apa tujuan dari model pembelajaran?
3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari model pembelajaran.


2. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran beserta langkah-langkahnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi


pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,
metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer
terutama terkait dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas
tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, dan
pendidikan. Menurut Ruseffendi (dalam Usman 2004), istilah strategi, metode, pendekatan
dan teknik mendefinisikan sebagai berikut : 1. Strategi pembelajaran adalah separangkat
kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan faktor yang menentukan warna atau
strategi tersebut, yaitu : a. Pemilihan materi pelajaran (guru atau siswa) b. Penyaji materi
pelajaran (perorangan atau kelompok, atau belajar mandiri) c. Cara menyajikan materi
pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non formal) d. Sasaran
penerima materi pelajaran ( kelompok, perorangan, heterogen, atau homogen). 2. Pendekatan
Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu
prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif. 3. Metode Pembelajaran adalah cara
mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, misalnya mengajar
dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan sebagainya. 4. Teknik
mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta kesiapan
siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang. 5. Model
Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan
situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa (Didang dalam Usman 2004)

1. 4. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 4 Sedangkan menurut Kamus Besar


Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi sebagai berikut: 1. Ilmu dan seni
menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam
dan perang damai. 2. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus. Soedjadi (dalam Usman 2004) menyebutkan strategi pembelajaran
adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah
keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran yang diharapkan. Untuk dapat
mengubah keadaan itu dapat ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran.
Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa dalam satu pendekatan dapat dilakukan
lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik.
Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian : teknik metode pendekatan strategi
model Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu
model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir
dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen
yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan
oleh Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992 dalam Usman 2004) Lebih
lanjut Ismail (dalam Sukamto Toeti 1997) menyatakan istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu
yaitu : 1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya. 2. Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil. 4. Tingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berbedanya pengertian antara
model, strategi, pendekatan dan metode serta teknik diharapkan guru mata pelajaran
umumnya dan khususnya memilih model dan mempunyai strategi pembelajaran yang
sesuai dengan materi dan standar kompetensi serta kompetensi dasar dalam standar
isi. Rangke L Tobing, dkk (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi lima
karakterististik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini. 1.
Prosedur Ilmiah
2. 5. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 5 Suatu model pembelajaran harus
memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik
atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan guru-peserta didik. 2. Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan Suatu
model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai
penampilan peserta didik. 3. Spesifikasi lingkungan belajar Suatu model pembelajaran
menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan peserta didik
diobservasi. 4. Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria
penerimaaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Model
pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang
dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu. 5. Cara-cara
pelaksanaannya Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang
menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan. Bruce dan
Weil (dalam Sukamto Toeti 1997) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran
ke dalam aspek-aspek berikut. 1. Sintaks Suatu model pembelajaran memiliki sintaks
atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan fase yang
menggambarkan bagaimana model tersebut dalam praktiknya, misalnya bagaimana
memulai pelajaran. 2. Sistem social Sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama
guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan
hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran
kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya.
Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan
sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam
model pembelajaran yang terstruktur sedang, peran guru dan peserta didik seimbang.
Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik. 3. Prinsip
reaksi Prinsip reaksi menunjukkan kepada guru bagaimana cara menghargai atau
menilai peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta
didik. Sebagai contoh, dalam
3. 6. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 6 suatu situasi belajar, guru memberi
penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta didik atau mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung Sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang
diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana
dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik. 5.
Dampak pembelajaran langsung dan iringan Dampak pembelajaran langsung
merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik
pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar lainnya
yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana
belajar yang dialami langsung oleh pebelajar. B. Pemilihan Model Pembelajaran
Sebagai Bentuk Implementasi Strategi Pembelajaran. Dalam pembelajaran guru
diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Dimana dalam pemilihan model pembelajaran meliputi pendekatan suatu
model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran
berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan
suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-
macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model
pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada
model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang
penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah
menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan
keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada
upaya penyelidikan oleh siswa. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan
belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran
langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak
berkaitan dengan penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk
mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi. Sintaks (pola urutan) dari
suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap
keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
4. 7. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 7 pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari
suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa
yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-
macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh,
setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan
memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model
pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan
merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan
guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif
memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang
mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku
yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model
pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru. Pada model
pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada
model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru. Pemilihan
model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai
kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat
tercapai. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar
terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di
madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta
didiknya (siswa). Jadi, pada prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan
pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam
menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya. Pada saat ini banyak
dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran
temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain.
Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada
dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan,
pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep
matematika. 2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan. 3. Kita dapat
memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi
pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model
pembelajaran.
5. 8. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 8 4. Model apa pun yang kita terapkan,
jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil
pembelajaran menjadi tidak efektif. Oleh kerena itu, komitmen kita adalah sebagai
berikut : a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat
mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga. b. Kita berniat untuk
memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah,
antusias, dan bertanggung jawab. c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita,
menyenangi materi yang kita ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa
kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri. Anggaplah kita
sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Model pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah suatu pola atau
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi
dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan lebih efektif dan
efisien. C. Macam – Macam Model Belajar Uraian berikut ini adalah untuk menjawab
pertanyaan, bagaimana siswa belajar? Dengan memahami uraian ini, guru bisa
menyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan kondisi siswa. Bukankah pemberian
harus diselaraskan dengan mereka yang akan menerima pemberian sehingga dapat
bermanfaat secara optimal, dan tidak sebaliknya. Model-model belajar yang dimaksud
pada judul di atas adalah berbagai cara-gaya belajar siswa dalam aktivitas
pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antar sesama
temannya atau orang yang lebih tua. Dengan memahami model-model belajar ini,
diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada berbagai model belajar yang
akan dibahas, yaitu: 1. Peta Pikiran Buzan (1993)[1] mengemukakan bahwa otak
manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar
tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci),
tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat
lengkap. Sebagai contoh, kalau dalam pikiran kita ada kata (konsep) Bajuri, maka
6. 9. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 9 akan terkait dengan kata lain secara
fungsional, seperti gemuk, supir bajay, kocak, sederhana, atau ke tokoh lain Oneng,
Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya. Demikian pula
kata dalam pikiran kita terlintas FKIP Universitas Langlangbuana Bandung akan
terkait alamatnya, pejabatnya, dosen-dosen dan staf administrasi, dan besar
penghargaan untuk perkuliahan per-sks. Silakan anda mencoba menuliskan /
menggambarkan peta pikiran tentang Bajuri dan FKIP Unla di atas. Kalau dibuat
narasinya akan ada perbedaan redaksi, meskipun dengan makna yang tidak berbeda.
Dalam bidang studi keahlian anda, misalnya ambil satu materi dalam pelajaran
Matematika, Akuntansi, Agama, atau yang lainnya. Silakan buat (tulis-gambar) peta
pikiran yang terlintas kemudian narasikan secara lisan. Tulisan atau gambar peta
pikiran tersebut dinamakan dengan peta konsep (concept map). Selanjutnya Buzan
mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan
cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep.
Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang
merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya
teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian
dinarasikan dengan gaya bahasa masing- masing. Dengan demikian konsep mendapat
retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan dikembangkan pada konsep
lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, di samping
bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal itu, sajian
guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru
membumbuinya dengan narasi yang kreatif. Selanjutnya, Buzan mengemukakan
bahwa kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa sebanyak
600 – 800 kata permenit[1]. Dengan kemampuan otak seperti itu dibandingkan
dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan secara
optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala
hal. Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal
yang kurang bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan,
menonton, mengobrol atau bercanda tanpa makna. Bagaimana dengan anda?.
7. 10. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 10 3. Kecerdasan Ganda Goldman
(2005)[1] mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi
dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada
otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila
tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi
kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan
mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitasa negatif, misal
kenakalan atau lamunan, inlah yang disebut dengan sia-sia atau mubadzir (at
tubadziru minasy-syaithon). Sebaliknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi
kecemasan-kelelahan. Kondisi ini akan bisa dinetralisir dengan relaksasi melalui
penciptaan suasana kondusif, misalnya keramahan, kelembutan, senyum-tertawa,
suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan dengan prinsip
kepasrahan kepada sang Pencipta. Dengan demikian aktivitas otak kiri semestinya
dibarengi dengan aktivitas otak kanan. Sel syaraf pada otak kiri berfungsi sebagai alat
kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial, linier, rasional, teratur, verbal, realitas,
ide, abstrak, dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak kanan berkaitan dengan
kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran diri, spasial,
musik, dan kreativitas. Penting untuk diketahui bahawa kecerdasan intelkektual
berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20% sedangkan kecerdasan emosional
sebesar 40%, siswanya sebanyak 40% dipengaruhi oleh hal lainnya. Ary Ginanjar
(2002) dan Jalaluddin Rahmat (2006)[1]mengukakan kecerdasan ketiga, yaitu
Kecerdasan Spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan
dengan nilai- nilai kehidupan beragama. Sebagai orang beragama, kita semestinya
berkeyakinan tinggi terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula
taqdir, ada do’a sebagai permintaan dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankan
ketentraman individu karena keyakinan beragama ini. Gardner (1983)[1]
mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang sifatnya mulkti dengan akronim Slim
n Bill, yaitu Spacial-visual , Linguistic-verbal, Interpersonal-communication,
Musical-rithmic, natural, Body-kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-thinking-
reasoning. 3. Metakognitif
8. 11. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 11 Secara harfiah, metakognitif bisa
diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir, berpikir tentang apa yang
dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk
memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari
buah pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998)[1] mengemukakan pendapat
bahwa metakognitrif dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi
lain yang dihadapi. Kemampuan metakognitif setiap individu akan berlainan,
tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas,
pengetahuan, pengalaman, manfaat, dan strategi berpikir. Holler, dkk. (2002)[1]
mengemukakan bahwa aktivitas metakognitif tergantung pada kesadaran individu,
monitoring, dan regulasi. Komponen meta kognitif menurut Sharples & Mathew[1]
ada 7, yaitu: refleksi kognitif, strategi, prediksi, koneksi, pertanyaan, bantuan, dan
aplikasi. Sedangkan Holler berpendapat tentang komponen metakognitif, yaitu:
kesadaran, monitoring, dan regulasi. Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan
kognitif tinggi karena memuat unsure analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal
bakal tumbuhkembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu
pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk melatih kemampuan
metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal. 4.
Komunikasi Siswa dalam belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa
dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap
individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan
membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula
yang berkpribadian negatif. Perhatikan hasil penelitian Jack Canfield (1992)[1], untuk
kita simak dan renungkan, bahwa seorang anak ayang masih polos-natural, setiap hari
biasa menerima 460 komentar negatif dan 75 koentar positif dari oarng yang lebih tua
dalam kehidupannya. Akibatnya sungguh mengejutkan, anak yang pada awalnya
secara alami penuh keyakinan, keberanian, suka tantangan, ingin mencoba, ingin tahu
dengan pengaruh komunikasi negatif yang lebih dominant dari orang sekelilingnya,
ternyata lama kelamaan keyakinannya terguncang dan rasa percaya dirinya menurun,
sehingga dia tumbuh menjadi penakut, pemalu, ragu-ragu, menghindar, membiarkan,
dan cemas. Dampak selanjutnya pada waktu bwersekolah, belajar menjadi beban dan
rasa ercaya dirinya berkurang. Makin lama ia makin dewasa, pribadinya berpola
negative,
9. 12. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 12 seperti pesimis, mudah menyerah,
dikendalikan keadaan , prasangka, pembenaran, menimpakan kesalahan, dan sibuk
dengan alasan. Berbeda dengan individu yang memiliki pribadi positif, yaitu optimis,
mengendalikan keadaan, ada kebebasan memilih, punya alternatif, partisipatif, dan
mau memperbaiki diri. Sebagai guru, tentunya akan berhadapan dengan siswa yang
berkepribadian negative seperti di atas dan tentunya tidak untuk dibiarkan karena
profesi guru adalah amanat. Bagaimanakh menghadapi siswa dengan pola pribadi
seperti irtu? Caranya anatar lain dengan cara tidak memvonis, katakana “saya ….”
bukan katanya, jangan sungkan untuk apologi jika kesalahan, tumbuhkan citra positif,
bersikap mengajak dan bukan memerintah, dan jaga komunikasi non verbal (eksprsi
wajah, nada suara, gerak tubuh, dan sosok panutan). Mengapa demikian? Karena cara
berkomunikasi akan langsung berkenaan dengan akal dan rasa, yang selanjutnya
mempengaruhi poses pembelajaran. 5. Kebermaknaan Belajar Dalam belajar apapun,
belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak
cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas
(membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan,
presentasi, diskusi). Dalam bahasa Sunda ada pepatah “pok-pek-prak” yang berarti
bahwa belajar mempunya indikator berkata-pok (bertanya-menjawab-
diskusi,presentasi). Mencoba-pek (menyelidiki, meng-identifikasi, menduga,
menyimpulkan, menemukan), dan melaksanakan-prak (mengaplikasikan,
menggunakan, memanfaatkan, mengembangkan). Tokoh pendidikan nasional Ki
Hajar Dewantoro (1908)[1] mengemukakan tiga prinsip pembelajaran ing ngarso sung
tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso
(dalam pembelajaran membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi
siswa terbentuk), tut wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam
mengembangkan life skill sehingga mereka menjadi pribadi mandiri). Dengan
perkataan lain, pembelajaran adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006,
dan bukan dengan kegiatan mengajar. Selanjutnya, Vernon A Madnesen (1983) san
Peter Sheal (1989)[1] mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung
bagaimana cbelajar. Jika belajar hanya dngan membaca kebermaknaan bisa mencapai
10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%, mendengar dan
10. 13. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 13 melihat 50%, mengatakan-komunikasi
mencapai 70 %, da belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan besa
mencapai 90%. Dari uraian di atas implikasi terhadap pembelajaran adalah bahwa
kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukuop
dengan mendengar dan melihat, tepai harus dengan hands-on, minds-on,
konstruksivis, dan daily life (kontekstual). 6. Konstruksivisme Dalam paradigma
pembelajaran, guru menyajikan persoalan dan mendorong (encourage) siswa untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi, berhipotesis, berkonjektur, menggeneralisasi, dan
inkuiri dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan persoalan yang disajikan.
Sehingga jenis komunikasi yang dilakukan antara guru-siswa tidak lagi bersifat
transmisi sehingga menimbulkan imposisi (pembebanan), melainkan lebih bersifat
negosiasi sehingga tumbuh suasana fasilitasi. Dalam kondisi tersebut suasana menjadi
kondusif (tut wuri handayani) sehingga dalam belajar siswa bisa mengkonstruksi
pengetahuan dan opengalaman yang diperolehnya dengan pemaknaan yang lebih baik.
Siswa membangun sendiri konsep atau struktur materi yang dipelajarinya, tidak
melalui pemberitahuan oleh guru. Siswa tidak lagi menerima paket-paket konsep atau
aturan yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri ang mengemasnya.
Mungkin saja kemasannya tidak akurat, siswa yang satu dengan siswa lainnya
berbeda, atau mungkin terjadi eksalahan, di sinilah tugas guru memberikan bantuan
dan arahan (scalfolding) sebagai fasilitator dan pembimbing. Kesalahan siswa
merupakan bagian dari belajar, jadi harus dihargai karena hal itu cirinya ia sedang
belajar, ikut partisipasi dan tidak menghindar dari aktivitas pembelajaran. Hal inilah
yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran, dan memang
pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah
aktivitas siswa yang sifatnbya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan.
Agar konstruksicvisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey (1990)[1]
menyarankan konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu:
konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refeleksi-eksplanasi, kontinuitas
historical, simbolisasi, koherensi, tindak lanjut, justifikasi, dan sintaks (SOP).
11. 14. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 14 7. Prinsip Belajar Aktif Ada dua jenis
belajar, yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif
indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk
meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan.
Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya
kesempatan belajart, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi,
menghindar dari kegiatan. Dari indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian
kegiatan pembelajaran di atas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah
siswa harus sebaga subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga
kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati
dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok,diskusi,
presentasi, tanya-jawab, sehingga terpuku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Prinsip belajar yang dikemuakan leh Treffers (1991)[1] adalah memiliki indikatro
mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik, aksionmatik),
empiristic (pngelaman induktif-deduktif), dan realistic-human activity (aktivitas
kehidupan nyata). Prisip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran
dengan memperhatikan keterlibatan intelektual- emosional, kontekstual-trealistik,
konstruksivis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill. D.
Macam-Macam Model Pembelajaran Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-
gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada
berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak
ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh
karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan
kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru
itu sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kjondisi yang dihadapi. Akan
tetapi sajian yang dikemukakan pengantarnya berupa pengertian dan rasional serta
sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsip,
12. 15. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 15 modifikasinya diserahkan kepada guru
untuk melakukan penyesuaian, penulis yakin kreativitas para guru sangat tinggi. 1.
Model Pembelajaran Langsung Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural
yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan
cara pembelajaran langsung. Sintaknya : No. Langkah-langkah Peran Guru 1
Menjelaskan tujuan pembela-jaran dan mempersiapkan siswa Guru menjelaskan TPK,
informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran dan memotivasi siswa 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Guru mendemonstrasikan
keterampilan dengan benar, atau memberi informasi tahap demi tahap 3 Membimbing
pelatihan Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal 4 Menelaah
pemahaman dan memberikan umpan balik Guru mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberikan umpan balik 5 Memberikan
kesempatan untuk pelatihan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan, khusus penerapan pada situasi kompleks dalam
kehidupan sehari-hari. Tabel 1.1 2. Model Pembelajaran Kooperatif Model
pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau
13. 16. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 16 inkuiri. Menurut teori dan pengalaman
agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan
meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. No.
Langkah-langkah Peran Guru 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa
agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan
informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok Guru menjelaskan kepada
siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien 4 Membimbing kelompok bekerja
dan belajar Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas- tugas 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok 6
Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil
belajar individu maupun kelompok Tabel 1.2
14. 17. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 17 3. Model Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Division) No. Langkah-langkah Peran Guru
1 Langkah 1 Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal
(paling sering menggunakan model pembelajaran langsung, 2 Langkah 2 Guru
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4- 6 siswa
yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya). 3
Langkah 3 Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu
membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan) 4 Langkah 4 Guru
memberikan tes individual, masing- masing mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu
membantu diantara anggota kelompok. 5 Langkah 5 Guru memberi penghargaan pada
kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor
kuis (cara penilaian akan dijelaskan di akhir bab ini) Tabel 1.3 4. Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut
dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4–6 siswa dengan kemampuan
yang heterogen). Setiap anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan
mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).
15. 18. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 18 Gambar 1.1 b. Di kelompok asal,
setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya, mereka langsung membentuk
kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang
materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke
kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka
pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut: - Misal 1
kelas: 40 anak - Ada 5 topik yang akan dipelajari - Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal Kelompok Asal Materi E Materi D Materi C Materi B Materi A
Kelompok Ahli Kelompok Ahli Materi EMateri DMateri CMateri BMateri A
16. 19. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 19 Gambar 1.3 d. Dalam tipe ini peran
guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan
diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara
efektif dan optimal. e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai
menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan
soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus dikerjakan secara individual. f. Nilai dari
pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan
untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan
tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini. 5. Model Pembelajaran Kooperatif
tipe TPS (Think Pair and Share) a. Guru mengajarkan materi seperti biasa, alat peraga
disarankan . b. Dengan tanya jawab, guru memberikan contoh soal. c. Guru
membrikan soal yg dikerjakan siswa berdasar persyaratan soal sebagai problem. d.
Siswa di pandu guru menyelesaikan soal. e. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya. f. Berawal dari kegiatan tersebut
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang
belum diuangkapkan para siswa. g. Guru memberi kesimpulan. h. Penutup. 6.
Langkah-langkah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) yaitu :
a. Langkah pertama : Review 1) dengan cara mengulah ulang mata pelajaran yang
lalu, 2) membahas tugas yang diberikan/pekerjaan rumah. b. Langkah kedua :
Pengembangan 1) penyajian ide baru atau perluasan konsep matematika yang
terdahulu 2) penjelasan tentang diskusi, demonstrasi, dengan contoh kongkret yang
sifatnya piktoral dan simbolik. c. Langkah ketiga : Latihan Terkontrol 1) siswa
merespon soal Kelompok Asal
17. 20. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 20 2) guru mengamati 3) belajarnya
kooperatif d. Langkah keempat : Seatwork 1) siswa bekerja sendiri untuk latihan atau
perluasan konsep e. Langkah kelima : Pekerjaan Rumah 1) Tugas membuat pekerjaan
rumah. 7. Langkah-langkah model pembelajaran Penemuan Terbimbing Langkah
yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan
masalah yang diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan harus
jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang di tempuh
siswa tidak salah. 2. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Bimbingan guru dapat diberikan
sejauh yang di perlukan. Bimbingan sebaiknya mengarah siswa untuk melangkah ke
arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau lembar kerja siswa
(work sheet). 3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasi analisis yang
dilakukan. 4. Konjektur yang telah dibuat siswa, diperiksa oleh guru. Hal ini
digunakan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai. 5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran
konjektur teresbut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa
untuk menyusunnya. 6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan. 8. Langkah-langkah Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Fase Indikator Kegiatan Guru 1 Orientasi siswa
kepada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
18. 21. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 21 Tabel 1.4 9. Langkah-langkah Model
pembelajaran Problem Posing Prinsipnya yaitu mewajibkan siswa untuk mengajukn
soal sendiri melalui belajar soal secara mandiri. Sintaknya: a. Guru menjelaskan
materi pelajaran, alat peraga disarankan. b. Memberikn latihan soal secukupnya. c.
Siswa mengajukan soal yang menantang & dapat menyelesaikan. Bisa secara
kelompok. d. Pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan soal temuan di
depan kelas. e. Guru memberikan tugas rumah secara individual 10. Langkah-langkah
Model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) a. Beri informasi secara
klasikal b. Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa (kemampuan siswa heterogen)
c. Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan dengan
kuis/latihan yang telah diberikan (mempelajari kembali). d. Permainan/turnamen
(dalam setiap kelompok diwakili satu orang). e. Beri soal untuk dilombakan. f. Beri
penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus sampai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. berhubungan dengan masalah tersebut 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 4 Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
19. 22. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 22 11. Langkah Model Pembelajaran
Problem Solving a. syarat (siswa) 1) Memiliki prasyarat untk mengerjakn soal
tersebut. 2) Belum tahu cara pemecahan soal tersebut. 3) Soal terjangkau 4) Siswa
mau dan berkehendak untk menyelesaikan soal tsb b. Langkah guru 1) Guru
mengajarkn materi seperti biasa, alat peraga disarankan . 2) Dengan tanya jawab, guru
memberikan contoh soal. 3) Guru memberikan soal yg dikerjakan siswa berdasar
persyaratan soal sebagai problem. 4) Siswa di pandu guru menyelesaikan soal. 12.
Komponen Model Pembelajaran Kontekstual a. Konstruktivisme 1) Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal 2)
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan b. Inquiri (menemukan) 1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi
pemahaman 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis c.
Questioning (bertanya) 1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa 2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam
pembelajaran yang berbasis inquiry d. Learning Community (masyarakat belajar) 1)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar 2) Bekerjasama dengan orang
lain lebih baik daripada belajar sendiri
20. 23. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 23 3) Tukar pengalaman 4) Berbagi ide e.
Modeling (pemodelan) 1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja dan belajar 2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa
mengerjakannya f. Authentic Assesment (penilaian yang sebenarnya) 1) Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa 2) Penilaian produk (kinerja) 3) Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual g. Reflection (refleksi) 1) Cara berpikir tentang apa
yang telah kita pelajari 2) Mencatat apa yang telah dipelajari 3) Membuat jurnal,
karya seni, diskusi kelompok 13. Langkah Model Pembelajaran Example Non
Example Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah
: a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b. Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. c. Guru memberi
petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar. d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas. e. Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya. f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. g. Kesimpulan 14. Langkah
Model Pembelajaran Role Playing
21. 24. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 24 Langkah-langkah : a. Guru
menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan b. Menunjuk beberapa siswa
untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm c. Guru membentuk kelompok
siswa yang anggotanya 5 orang d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang
ingin dicapai e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan
skenario yang sudah dipersiapkan f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya,
masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar
kerja untuk membahas h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
kesimpulannya i. Guru memberikan kesimpulan secara umum j. Evaluasi k. Penutup
15. Langkah Model Pembelajaran Group Investigation Langkah-langkah : a. Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen b. Guru menjelaskan maksud
pembelajaran dan tugas kelompok c. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi
tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari
kelompok lain d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua
menyampaikan hasil pembahasan kelompok f. Guru memberikan penjelasan singkat
sekaligus memberi kesimpulan g. Evaluasi h. Penutup
22. 25. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 25 16. Langkah Model Pembelajaran
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Langkah-langkah : a.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen b. Guru
memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran c. Siswa bekerja sama
saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas d. Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok e. Guru membuat kesimpulan bersama f. Penutup 17. Model Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni.
Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif,
dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua
mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi
quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa,
namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-
komunikasi, ulangi dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan
reward dengan senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan. Rumus quantum fisika
asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m = massa yaitu potensi
diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan komunikasi + dengan
aktivitas optimal. 18. Model Take and Give Model pembelajaran menerima dan
memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa – bahan
belajar – dan nama yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap
pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi
tentang materi atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian
mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi
dan refleksi
23. 26. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 26 19. Model Make A-Match Model
pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan
yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama yang diberi, informasikan
kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa disuruh berdiri dan
mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman-perluasannya
kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa
lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi 20. Model Pembelajaran Talking Stick
Sintak pembelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan
tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari
guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan
seterusnya, guru membimbing kesimpulan- refleksi-evaluasi. Sintaknya adalah:
Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi
tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok
menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain
menjawab secara bergantian, penyuimpulan, refleksi dan evaluasi 21. DLPS (Double
Loop Problem Solving) DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya
masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan
munculnya masalah tersebut. Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi
tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi
yang terpilih. Langkah penyelesdai maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan
masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah
direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama,
menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama.
24. 27. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 27 22. SQ3R (Survey, Question, Read,
Recite, Review) Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat
mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk
membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan
mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan
membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan
cara meninjau ulang 23. NHT (Numbered Head Together) NHT adalah salah satu tipe
dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen
dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk
tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,
tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja
kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas
masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
25. 28. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 28 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan
teknik. B. Saran Dengan mempelajari materi model-model pembelajaran, maka dapat
diharapkan agar bisa di terapkan dalam proses pembelajaran. Guna tercapainya proses
pembelajaran yang aktif.
26. 29. Model-Model Belajar dan Pembelajaran 29 DAFTAR PUSTAKA Dimyanti dan
Mudjiono.2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:ineka Cipta
http://pkab.wordpress.com/2008/04/29/model-belajar-dan-pembelajaran-berorientasi-
kompetensi-siswa/ (diakses pada hari Minggu 04 Mei 2014 pukul 20.15 WIT)[1]
Toeti,sukamto. 1997. Model pembelajaran & model mdel pembelajaran. Ciputat:
Jakarta Usman. 2004. Strategi Pembelajaran Kontemporer Suatu Pendekatan Model.
Palu Sulawesi Tengah : Tadulaku Universitas Press.

Anda mungkin juga menyukai