Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

CASE Dekapitasi karna Hanging, Dekapitasi bukan karna Hanging, PL Hanging, PD


Hanging

 Contoh Kasus
Pada jurnal case report Rothschild, 1999. Dalam kasus tersebut pria berusia 47
tahun ditemukan terpenggal dengan cara gantung diri pada tangga apartemen di pagi
hari. Pada lantai 3, dimana almarhum tinggal, ditemukan tempat botol kosong di
depan pegangan tangga. Tali yang digunakan adalah tali rami dengan tebal 20 mm
dan difiksasi pada pegangan tangga, jarak titik fiksasi dengan simpul jeratan tunggal
adalah 2,15 m. Pada tali didapatkan darah dan sisa jaringan.
Kepala pria tersebut ditemukan berada di lantai 2, sedangkan sisa tubuhnya
dengan darah yang menggenang ditemukan di lantai dasar lurus dengan ujung garis
imajiner tali. Darah juga ditemukan berceceran pada dinding tangga mulai dari lantai
2 sampai lantai dasar. Tidak ada bukti perkelahian di lokasi penemuan. Investigasi
awal di lokasi penemuan mengungkapkan bahwa pria tersebut terikat oleh tali pada
lehernya dan tali tersebut difiksasi pada pegangan tangga. Kemudian pria tersebut
menggunakan tempat botol kosong yang kemungkinan digunakan sebagai pijakan
untuk melewati pegangan tangga dan menjatuhkan dirinya ke lantai dasar. Potensi
jarak jatuhnya bisa bervariasi sesuai dengan posisi darimana tubuh jatuh: jarak
terpendek dapat sekitar 1,8 m jika setelah melewati pegangan tangga, dia masih
berpegangan pada pagar tangga, 2,15 m jika dia langsung jatuh setelah melewati
pegangan tangga, dan 2,8 m jika dia jatuh dengan posisi duduk pada pegangan tangga.
Kesan gizi korban obese dengan perkiraan berat badan (termasuk kepala) 144
kg dan dengan tinggi badan 175 cm. Kepala terputus komplit dari tubuh. Terdapat
pola abrasi kering berbentuk sabit di sisi kiri leher. Pemutusan ada diantara C2 dan C3,
dimana diskus intervertebralis hancur dan hanya corpus vertebrae yang utuh.
Pemutusan juga melewati tulang hyoid dan kartilago thyroid. Epiglotis terputus dan
berada pada bagian kepala. Seluruh segmen pemutusan terdapat ekstravasasi darah
dalam jaringan dari permukaan luka. Otot sternocleidomastoid menunjukkan
ketegangan yang berlebihan sehingga menyebabkan perdarahan.
Dekapitasi komplit dapat terjadi namun angka kejadiannya termasuk jarang
dan hanya terjadi pada kondisi yang ekstrim (berat badan yang berlebihan, jenis tali
yang tidak elastis dan tipis, dan jatuh dari tempat yang sangat tinggi) (Rothschild,
1999) (Tabel 1). Mekanisme komplit dari dekapitasi adalah kombinasi dari traksi
axial dan tekanan radial dari jeratan.
Tabel 1.Data dari literatur pada dekapitasi komplit akibat kasus hanging
Jenis Umur BB Alat penjerat Ketinggian Tebal alat Reference
kelamin (tahun) (kg) (m) (mm)
Pria 47 144 Hemp rope 1,8 – 2,8 20 Skhrum, 2007
Tidak ada data 72,5 - 4,4 - Marshall, 1888
Pria 46 76 Tali sintetis 3,5 10 Pankratz, 1986
Pria 54 80 Tali sintetis 2,4 10 Pollak, 1991
Pria 38 63 Tali sintetis 10 15 Pollak, 1991
Pria 52 90 Tali sintetis 3,8 12 Rabl, 1995
Pria 59 - Tali nilom 5–6 10 Raja, 1997
Pria 22 87,5 Tali nilom 3,7 – 5,3 13 Tracqui, 1998
Pria - 78 Steel cable 5 - Urban, 1990
Pria - - Steel cable - 5 Weimann, 1963
Dekapitasi juga dapat terjadi bukan karena kasus hanging. Penyebab dari
dekapitasi dapat dilihat dari penemuan patologis pada leher korban saat dilakukan
otopsi. Berikut adalah tabel mengenai jenis – jenis cara kematian yang menyebabkan
dekapitasi (Tabel 2)

Tabel 2. Data literatur dekapitasi


Penyebab Temuan patologis pada Luka lain Cara kematian Referensi
dekapitasi leher
Benda Luka iris-bersih Blunt facial Bunuh diri / Shorrock, 2002
tajam Ada garis abrasi injuries, beberapa dibunuh
Beberapa irisan luka pada tubuh
Hanging Defek yang irregular - Bunuh diri Hayashi, 2012
Laserasi tajam dengan tepi
abrasi
Circumferential skin
abbrasion
Hewan Tanda gigitan dan defek - Accident Buschman, 2011
jaringan
Luka berbentuk gigi
Ledakan Laserasi luas dan tajam Laserasi dan Bunuh diri / Tsokos, 2003
kontusio di semua dibunuh
regio
Vehicle Luka iris bersih dengan Abrasi di Bunuh diri / Samberkar, 2012
assisted abrasi ekstremitas accident
Luka berbentuk iregular Fraktur tulang
Ada garis abrasi dengan dada
erosi
Force to Laserasi tajam dengan Organ dalam Tidak diketahui Katada, 2014
the body beberapa insisi paralel dibawah resesus penyebabnya
Pada bagian kepala akan terpisah -
ditemukan juga laring, pisah
faring, dan beberapa bagian
paru-paru dan jantung

 Pemeriksaan Luar kasus Hanging


Pemeriksaan post-mortal pada gantung diri atau penggantungan dipengaruhi
oleh mekanisme kematiannya. Pemeriksaan luar yang perlu diperhatikan pada kasus
gantung diri atau penggantungan ada 5 bagian tubuh, yaitu (Skhrum, 2007):
1. Kepala
Pada bagian kepala kita perlu memperhatikan 4 bagian kepala yaitu muka,
bintik perdarahan pada wajah atau subkonjungtiva, mata dan lidah. Perlu
diperhatikan apakah muka sianosis atau pucat. Muka sianosis menandakan bahwa
pembuluh darah vena terjepit, sedangkan muka pucat menandakan bahwa
pembuluh darah arteri dan vena terjepit sama – sama terjepit. Yang perlu
diperhatikan juga adalah tanda – tanda asfiksia, seperti pecahnya vena karena
terjadinya bendungan pembuluh darah otak dan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah, sehingga terjadi bintik perdarahan yang nampak pada wajah dan
subkonjungtiva.
Diperhatikan pula apakah mata menonjol keluar atau tidak, mata menonjol
keluar terjadi karena terhambatnya pembuluh darah vena. Kemudian diperhatikan
pada bagian lidah. Lidah terjulur apabila letak jeratan gantungan tepat berada
pada kartilago tiroidea sehingga terjadi penekanan pada bagian leher. Lidah tidak
terjulur apabila letak jeratan berada diatas kartilago tiroidea.
2. Leher
Pada bagian leher yang paling penting diperhatikan adalah tanda penjeratan
seperti alur jerat, bentuk, arah, kedalaman, lebar, pada perabaan didapatkan kesan
seperti apa, dan apakah simpul tali yang digunakan (simpul hidup atau simpul
mati).
 Alur jerat
Alur jeratan pada korban penggantungan (hanging) berupa luka lecet atau luka
memar dengan ciri alur jeratan berwarna pucat, tepi alur jerat coklat kemerahan,
kulit disekitar alur jerat terdapat bendungan, tepi tegas, dan tidak ada tanda
abrasi.
 Bentuk, arah, kedalaman, dan lebar
Jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran (V shape). Bentuk jejas juga dapat
mengindikasikanbentuk dari alat penjerat. Jika tanda penjeratannya jelas dan
dalam mengindikasikan bahwa alat penjerat memiliki permukaan yang kecil atau
sempit, yang berarti tekanan yang ditimbulkan besar dan menekan vena maupun
arteri, maka korban tampak pucat. Bila alat penjerat mempunyai permukaan yang
luas, maka tekanan tidak terlalu besar dan hanya menekan vena, maka muka
korban tampak sianosis. Kedalaman dari bekas penjeratan juga menunjukkan
lamanya tubuh telah tergantung.
 Pada perabaan
Pada perabaan, kulit terasa seperti perabaan kertas perkamen, disebut tanda
parchmentisasi.
 Simpul tali
Pada simpul tali penting untuk menentukan apakah simpul tersebut simpul hidup
ataupun simpul mati. Untuk menentukan letak simpul perlu diperhatikan alur
jeratannya. Jika alur jeratan simetris maka simpul jeratan berada di belakang
leher korban, jika alur jeratan asimetris maka letak simpul berada di samping
leher korban.
3. Anggota gerak (lengan dan tungkai)
Pada bagian tubuh ini yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya lebam
mayat pada ujung ekstremitas dan ada tidaknya luka. Lebam mayat paling sering
terlihat pada tungkai tergantung pada lamanya posisi. Posisi tangan yang
ditemukan biasanya dalam keadaan tergenggam
4. Dubur
Pada bagian tubuh ini perlu diperhatikan apakah terdapat feses yang keluar. Jika
terdapat maka pada korban ini terjadi kontraksi otot polos yang mengindikasikan
stadium konvulsi atau puncak asfiksia.
5. Alat kelamin
Pada bagian tubuh ini diperhatikan apakah ada air mani yang keluar, darah (sisa
haid), atau urin yang keluar. Keluarnya air mani atau darah sisa haid
megindikasikan kontraksi otot polos.

 Pemeriksaan Dalam Kasus Hanging


Pemeriksaan dalam yang perlu diperhatikan pada kasus gantung diri atau
penggantungan ada 3 bagian tubuh, yaitu:
1. Kepala
Pada korban hanging dapat ditemukan tanda bendungan pembuluh darah otak dan
kerusakan medulla spinalis dan medulla oblongata.
2. Leher
Pada leher perlu diperhatikan apakah ada:
 Hematome thyroid
 Hematom alur jerat pada otot – otot leher
 Keadaan kartilago thyroid, apakah terdapat fraktur os thyroid. Jika terdapat
efusi darah disekitar fraktur menunjukkan bahwa penggantungannya ante-
mortem.
 Ptechiae laring
3. Dada dan perut
Pada korban hanging didapatkan keadaan organ – organ dalam yang kongestif
dan terdapat bintik perdarahan pada pleura, peritoneum, dan perikard. Darah
jantung pada korban hanging juga berwarna lebih gelap dan cair yang
menandakan terjadinya asfiksia.

Skhrum J. Michael MD, Ramsay A. David, MB, ChB; Forensic Pathology of Trauma,
Common Problems for The Pathologist : Tontowa, New Jersey: 2007. Page : 81-107.
Markus A. Rothschild, Volkmar Schneider. Case report: Decapitation as as result of suicidal
hanging. . Forensic Science Internaional 106: 55-62, Elsevier: 1999
Katada R, Nishitani Y, Okazaki S, Matsumoto H (2014) Decapitation by the Force to the Body: A Case Report and a Review of
the Literature. J Forensic Res 5: 232 doi:10.4172/2157-7145.1000232

Anda mungkin juga menyukai