Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan pada bayi baru lahir. Kelainan ini
sudah diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas
serta mortilitas pada bayi baru lahir. Pada awalnya terjadinya teratogenesis dihubungkan
dengan akibat kekurangan gizi pada wanita semasa hamil.
Namun penelitian pada era baru diketahui adanya pengaruh penggunaan zat kimia terhadap
terjadinya efek teratogenik. Bermula dari penggunaan talidomid, suatu obat hipnotik-
sedatif, dalam klinik. Obat ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1950-an di
Jerman, dan terbukti relative tidak toksik / mematikan pada hewan coba dan manusia. Obat
ini digunakan, antara lain untuk meringankan mual-mual pada hamil muda.
Pada tahun 1960,dilaporkan beberapa kasus fokomelia. Pada tahun berikutnya, kasus ini
semakin banyak ditemukan. Fokomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka
berupa pendeknya atau tiadanya anggota badan. Penelusuran penyebab fokomelia pada
kasus-kasus itu segera sampai pada penggunaan talidomid oleh wanita hamil, terutama
antara minggu ketiga dan minggu kedelapan kehamilan. Segera obat ini dilarang beredar.
Meskipun demikian, 1000 bayi cacat telah lahir di beberapa Negara. Karena kejadian
tersebut dilakukan tindakan untuk melakukan berbagai jenis uji pada sejumlah besar obat,
zat tambahan makanan, pestisida, bahan pencemar lingkungan dan zat kimi lain untuk
menentukan potensi teratogeniknya.
Gangguan zat teratogen pada tahapan pembentukan janin
1. Embriologi Setelah pembuahan, sel telur mengalami
proliferasi sel, diferensiasi sel, migrasi sel, dan
organogenesis. Embrio kemudian melewati
suatu metamorfosis dan periode
perkembangan janin sebelum dilahirkan.
2. Prediferensiasi Selama tahap ini, embrio tidak rentan terhadap
zat teratogen. Tahapan ini adalah tahapan
resisten. Sel yang mengalami kerusakan akan
digantikan oleh sel lain yang masih hidup
membentuk embrio normal
3. Embrio Dalam periode ini sel secara intensif menjalani
diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama
periode inilah sebagian besar organogenesis
terjadi. Akibatnya, embrio sangat rentan
terhadap efek teratogen. Selain itu, tidak
semua organ rentan pada saat yang sama
dalam suatu kehamilan.
4. Janin Tahap ini ditandai dengan perkembangan dan
pematangan fungsi. Dengan demikian, selama
tahapan ini, teratogen tidak mungkin
menyebabkan cacat morfologik, tetapi dapat
mengakibatkan kelainan fungsi, seperti
gangguan system saraf pusat. Hal ini mungkin
tidak dapat didiagnosis segera setelah
kelahiran.
Penyebab teratogenik
1. Faktor genetik
1. Terjadinya mutasi
2. Aberasi
1. Faktor lingkungan
3. Agen infektif
Beberapa jenis zat kimia telah terbukti bersifat teratogen pada hewan coba. Terdapat
beberapa jenis mekanisme yang terlibat dalam efek teratogennya.
1. Gangguan terhadap asam nukleat
Banyak zat kimia mempengaruhi replikasi dan transkripsi (suatu tahapan
pembentukan DNA) asam nukleat, atau translasi RNA, misalnya zat pengalkil, antimetabolit
dan intercelating agents. Beberapa zat kimia ini memang sudah aktif, sedangkan yang
lainnya, misalnya aflatoksin dan talidomid membutuhkan bioaktivasi.
2. Kekurangan pasokan energi dan osmolaritas
Teratogen tertentu dapat mempengaruhi pasokan energi yang dipakai untuk
metabolisme dengan cara langsung mengurangi persediaan substrat (misalnya defisiensi
makanan) atau bertindak sebagai analog atau antagonis vitamin, asam amino esensial, dan
lainnya. Selain itu hipoksia dan penyebab hipoksia (CO, CO2) dapat bersifat teratogen
dengan mengurangi oksigen dalam proses metabolisme yang membutuhkan oksigen dan
mungkin juga dengan menyebabkan ketidakseimbangan osmolaritas. Hal ini dapat
menyebabkan edema atau hematoma, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelainan
bentuk dan iskemia jaringan.
3. Penghambatan enzim
Adanya penghambat enzim dapat menyebabkan cacat karena mengganggu
diferensiasi dan pertumbuhan sel melalui penghambatan kerja suatu enzim. Akibatnya suatu
organ mengalami ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, sehingga akan terlahir dalam
keadaan cacat.
4. Lainnya
Hipervitaminosis A dapat menyebabkan kerusakan ultrastruktural pada membrane
sel embrio hewan pengerat, suatu mekanisme yang dapat menerangkan tertogenitas vitamin
A. Faktor fisika yang dapat menyebabkan cacat meliputi radiasi, hipotermia dan
hipertermia, serta trauma mekanik.
Untuk menghindari terjadinya teratogenesis pada wanita yang sedang hamil, maka
pada penggunaan obat perlu adanya pedoman khusus untuk ibu hamil dan menyusui.
Diantaranya sebagai berikut :
Pedoman penggunaan obat pada ibu hamil :
Pertimbangkan perawatan tanpa obat
Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar daripada risiko
kepada janin
Hindari penggunaan obat pada trimester pertama
Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil telah diketahui
dengan pasti, pada dosis efektif terendah, penggunaan sesingkat mungkin
Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dan jangka waktu sesingkat mungkin
Hindari polifarmasi
Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada beberapa obat,
seperti misalnya fenitoin, litium.
Tetrasomi dan pentasomi dilaporkan hanya pada kromosom seks. Baik pada wanita
dengan XXXX dan XXXXX ataupun pria dengan XXXY, XXYY dan XXXXY
biasanya memperlihatkan kelainan mental (mental retardasi) maupun fisik. Semakin
banyak jumlah kromosom seksnya semakin parah gangguannya, tetapi kelebihan
kromoson seks tidak mengubah jenis kelamin penderita.
Poliploidi
Kelainan poliploidi, sel mengandung jumlah kromosom perlipatan dari haploid
(misalnya menjadi 69, 92 kromosom, dsb). Poliploidi menyebabkan abortus spontan.
A.2. Kelainan Struktur Kromosom
Kebanyakan kelainan struktur kromosom disebabkan faktor lingkungan seperti
radiasi, bahan kimia, virus.
a. Translokasi
Perpindahan sebagian dari kromosom kepada kromosom lain yang tidak homolog.
Akibat translokasi tidak selalu menyebabkan kelainan perkembangan embrio, sebagai
contoh translokasi kromosom 21 ke kromosom 15, maka fenotip dari penderita yang
mengalami translokasi ini adalah normal. Kasus demikian ini disebut “carrier”. Lebih
kurang 3%-4% pada penderita Sindroma Down ditemukan trisomi translokasi.
b. Dilesi
Apabila suatu kromosom patah, bagian yang patah ini bisa hilang, hal ini disebut
dilesi. Dilesi pada lengan pendek kromosom 5 (grup B) menimbulkan sindroma cri du
chat Kelainan yang diperlihatkan bila menangis suaranya lemah seperti suara kucing
menangis, mikrosefali, retardasi mental berat dan kelainan jantung kongenital.
c. Kromosom cincin
Adalah tipe lain dari dilesi, yaitu kedua ujung kromosom yang berlawanan patah dan
ujung-ujung yang tersisa bersatu dan membentuk cincin. Kelainan demikian pernah
ditemukan pada sindroma turner (kromosom X) dan pada trisomi 18.
d. Duplikasi
Akibat ada bagian kromosom yang patah dan bagian yang patah ini menempel pada
bagian lain dari kromosom, sehingga bagian kromosom yang ditempeli ini
mempunyai susunan kromosom sama yang ganda. Penderita tidak memperlihatkan
kelainan yang nyata karena tidak ada materi genetik yang hilang.
e. Isokromosom
Apabila pembelahan sentromer terjadi secara transversal (biasanya secara
longitudinal), menghasilkan kromosom yang disebut isokromosom, kelainan banyak
terjadi pada kromosom X.
Diposkan oleh Rhezha Hussein, S.Pd. M.Si. di 15.32
Laporan Perkembangan Hewan Teratogen
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan uji keteratogenikan adalah bagaimana
menjelaskan manfaat uji keteratogenikan sesuatu obat dan bagaimana melakukan uji
keteratogenikan sesuatu obat.
1.3 Tujuan
Percobaan yang berjudul uji keteratogenikan bertujuan bagaimana menjelaskan
manfaat uji keteratogenikan sesuatu obat dan bagaimana melakukan uji keteratogenikan
sesuatu obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teratogenesis
2.1.1 Teratogen
Teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal.
Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘teratos’, yang berarti monster, dan ‘genesis’
yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asalterjadinya monster atau proses
gangguan proses pertumbuhan yangmenghasilkan monster.
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru yang
memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu kesalahan. Pada
kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada manusia, sering tanpa
diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak
mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan berakibat pada anak. Kelainanan
perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan
genetik dikarenakan titik mutasi atau penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada atau
tidak tepatnya produk genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down syndrome
hanyalah salah satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak diwariskan
melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu proses
perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat dipindahkan
dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen potensial. Daftar dari
teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk tipe yang menyebabkan kasus
penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa obat, termasuk aspirin (Harris, 1992).
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini sudah diketahui selama
beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi
yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, dan
organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan
janin sebelum dilahirkan (Lu, 1995).
Teratologi merupakan cabang embrio yang khusus mengenai pertumbuhan struktural
yang abnormal luar biasa. Oleh pertumbuhan yang abnormal luar biasa itu lahir bayi atau
janin yang cacat. Bayi yang cacat hebat disebut monster. Pada orang setiap 50 kelahiran
hidup rata-rata 1 yang cacat. Sedangkan dari yang digugurkan perbandingan itu jauh lebih
tinggi. Perbandingan bervariasi sesuai dengan jenis cacat. Contoh daftar berikut :
Jenis cacat Frekuensi
Lobang antara atrium 1:5
Cryptorchidisme 1 : 300
Sumbing 1: 1000
Albino 1 : 20.000
Hemophilia 1 : 50.000
Tak ada anggota 1 : 500.000
(Yatim, 1994).
Prosentase bagian tubuh yang sering terkena cacat adalah :
SSP (susunan saraf pusat) 60%
Saluran pencernaan 15%
Kardiovaskuler 10%
Otot dan kulit 10%
Alat lain 5%
Cacat yang sering juga ditemukan adalah sirenomelus (anggota seperti ikan duyung),
phocomelia, jari buntung, ada ekor, cretinisme, dan gigantisme (Yatim, 1994).
2.2.3 Kafein
Kafein, ialah senyawa berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai peranbsanb
Psikoaktif. Kafein ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, bernama Ferdinand Runge,
pada tahun 1819. Ia menciptakan istilah "kaffein" untuk merujuk pada senyawa kimia pada
Kopi Kafeina juga disebut Guaranina ketika ditemukan pada Guarana, Mateina ketika
ditemukan pada Mate, dan teina ketika ditemukan pada teh. Semua istilah tersebut sama-sama
merujuk pada senyawa kimia yang sama.
Kafein merupakan obat Perangsang Sistem Pusat Saraf pada manusia dan dapat mengusir
rasa Kantuk secara sementara. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi,teh, dan
minuman ringan, sangat digemari. Kafein merupakan zat Psikoaktif yang paling banyak
dikonsumsi di dunia (Anonim,2011)
pengaruh kafein pada kehamilan, antara lain;
* Memengaruhi pernapasan dan detak jantung bayi dalam kandungan lewat plasenta.
* Meningkatkan detak jantung dan metabolisme ibu hamil.
* Ibu hamil jadi sulit beristirahat.
* Bisa memicu cemas atau stres akibat meningkatnya hormon epinephrine dan
norepinephrine.
* Banyak buang air kecil akibat sifat diuretik.
* Membuat cairan asam lambung meningkat dan bikin perih.
* Kehilangan kalsium tubuh.
* Mengandung fenol, membuat tubuh sulit menyerap zat besi yang sangat dibutuhkan tubuh
saat kehamilan.
* Saat hamil, tubuh butuh waktu lebih lama untuk mengeluarkan kafein. Efek kafein akan
lebih lama bagi ibu dan janin (Anonim, 2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum uji keteratoganikan adalah mencit (Mus
musculus), alkohol 70%, KOH, Alizarin red S, formalin 5%, garam fisiologis, gliserin,
aquadest, dan asam pikrat atau tinta cina.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data kelompok 1
No Perlakuan Pengamatan
1. Empat mencit (Mus musculus)
- Tanda di kepala : alfa
betina diberi tanda dengan
- Tanda di telinga : beta
menggunakan asam pikrit pada
- Tanda di badan : delta
mencit yang masih virgin - Tanda di ekor : cinta
2.
Dilakukan metode apus vagina
- alfa : siklus estrus
untuk mengetahui siklus
- beta : siklus estrus
3. estrusnya - delta : siklus estrus
- Cinta : siklus proestrus
Dikawinkan mencit betina
dengan mencit jantan dan
Berat badan awal
masing-masing dipisahkan
- Alfa : 15 gram
dalam kandang yang berbeda
- Beta : 15 gram
(satu kandang satu pasang) dan
4. - Delta : 15 gram
dirawat mencit tiap hari dan
- Cinta : 15 gram
diamati kenaikan berat badannya
Mencit 2 beta
Gambar delta ( dicekoki kafein)
Tidak ada fetus yang ditemukan
Mencit 3 delta
4.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek teratogenik dari suatu zat (obat)
terhadap fetus mencit. Zat / obat yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan 2
macam obat yaitu alkohol dengan konsentrasi 20% dan 40%, dan kafein. Percobaan ini
menggunakan mencit atau dalam bahasa latin disebut Mus musculus. Mencit ini memiliki
taksonomi, sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus (Linnaeus, 1978).
Mencit merupakan anggota Muridae. Ciri-ciri morfologi dari hewan ini diantaranya adalah
gigi serinya beradaptasi untuk mengerat (mengerat dan menggigit benda-benda yang keras).
Gigi seri ini terdapat pada rahang atas dan bawah, masing-masing sepasang. Gigi seri ini
secara tepat akan tumbuh memanjang sehingga merupakan alat potong yang sangat efektif.
Tidak mempunyai taring dan geraham (premolar). Berat mencit antara 10-21 gram. Hidung
runcing, badan kecil,6-10 cm. Ekor sama atau lebih panjang sedikit dari kepala dan badan,
tak berambut, 7-11 cm dan telinganya tegak (Depkes, 2009).
Add caption
Pada mencit kontrol (normal/tanpa di cekok) terdapat fetus sebanyak 9 ekor. Gambar
di samping merupakan salah satu fetus yang difoto melalui miroskop.
Pada mencit yang di cekok dengan alkohol 40% terdapat fetus sebanyak 8 ekor.
Gambar di samping merupakan fetus yang tampak dari mikroskop.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum siklus estrus kali ini adalah bahwa
siklus estrus merupakaan siklus reproduksi pada hewan mamalia dewasa betina bukan
primate. Tahap-taha siklus estrus dimulai dari diestrus, proestrus, estrus, dan metestrus.
Mencit Luna (tanda memenjang di badan) mengalami fase estrus (tahap klimaks dari folikel
dan terjadi ovulasi) dan mencit dengan tanda di kepala dan di ekor mengalami fase proestrus
(tingkatan pembentukan folikel sampai pertumbuhan maksimum). Mencit yang mengalami
fase estrus dan proestrus siap untuk dikawinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim(1). 2009. http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Tikus.pdf diakses
tanggal 18 desember 2011 pukul 19.00 wib
Anonim(2). 2011. http://www.decoexp.blogspot.com diakses tanggal 18 desember 2011 pukul
19.00 wib
Anonim(3). 2011. http://female.kompas.com diakses tanggal 18 desember 2011
pukul 19.12 wib
Harris, C. L. 1992. Zoology. Harper Collins Publishers Inc: New York.
Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi dan Embryologi. Penerbit Tarsito: Bandung.
Diskusi
1. Mengapa dalam uji keteratogenikan, sediaan uji harus diberikan pada masa organogenesis
hewan bunting ?
2. Mengapa hewan yang dipilih sebagai subjek uji keteratogenikan sebaiknya memiliki daur
estrus yang teratur, anaknya banyak, masih virgin dan masa laktasinya pendek ?
3. Mengapa masa bunting hewan uji harus diakhiri beberapa waktu sebelum masa kelahiran
normal dengan cara bedah seisar ?
4. Jelaskan tujuan, sasaran dan manfaat uji keteratogenikan sesuatu obat ?
JAWABAN
1. Sediaan uji harus diberikan pada masa organogenesis hewan bunting karena pada saat
organogenesis, teratogen yang mengenai embrio pada stadium pra diferensiasi, maka
pengaruhnya senua atau sebagian besar sel – sel embrio akan rusak dan berakhir dengan
kematian embrio, tapi jika kerusakan hanya sedikit, embrio mempunyai kemampuan untuk
mengadakan kompensasi terhadap sel – sel yang rusak tadi dan embio tak mengalami
malformasi. Tetapi jika sudah terjadi fetus dan organ – organ telah terbentuk maka kepekaan
terhadap teratogen berkurang.
2. dengan daur estrus yang teratur dapat kita tentukan dengan tepat saat mencit tersebut siap
untuk kawin dengan melihat dari apusan vagina.
3. masa bunting hewan ujiharus diakhiri beberapa waktu sebelum masa kelahiran normal
dengan cara bedah seisar, agar kita tahu lebih jelas mengenai kecacatan pada embrio saat
proses organogenesis.
4. uji keteratogenikan suatu obat mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah sesuatu obat
dapat menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung hewan
untuing dan apakah cacat tersebut berkerabat dengan dosis obat yang diberikan. Kemudian
sasaran dilakukannya uji keteratogenikan ini diberikan atau digunakan selama masa
organogenesis suatu jenis hewan bunting, sedangkan manfaat dari uji ini adalah sebagai
landasan evaluasi batas aman dan resiko penggunaan sesuatu obat oeh wanita hamil,
utamanya berkaitan dengan cacat bawaan janin yang dikandungnya.