BAB 2 KK
BAB 2 KK
TINJAUAN PUSTAKA
a.
a. Dokter keluarga juga harus berkomitmen untuk mengelola penyakit kronis umum yang tidak
dpat disembuhkan, peran dokter keluarga lebih diperlukan untuk mempertahankan keadaan
optimal kesehatan pasien. Ini adalah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan usaha yang besar
untuk mengelolah hal-hal yang sulit untuk diubah seperti gaya hidup dari pasien sampai
seluruh keluarga, biaya untuk masing-masing individu dan sistem perawatan kesehatan sangat
besar dapat menjadi penyulit. Diabetes adalah salah satu contoh penyakit kronis umum yang
paling cepat dalam merubah kondisi dari pasien, kualitas hidup herus ditingkatkan saat
merawat pasien dengan diabetes tanpa mengorbankan kualitas perawatan.
b. Kualitas dari pelayanan kesehatan Perawatan primer yang diberikan oleh dokter yang terdidik
dan terlatih dalam disiplin kedokteran untuk peduli terhadap masalah yang muncul pada
dokter pribadi, yang mengetahui pasien mereka dari waktu ke waktu, adalah kualitas yang
lebih tinggi daripada perawatan yang diberikan oleh dokter lain. Sebuah studi tentang hasil
kesehatan di seluruh 50 negara bagian AS menemukan itu ketika jumlah dokter spesialis
meningkat, hasilnya tingkat kematian lebih rendah tetapi tingkat readmision menjadi
meningkat, sedangkan peningkatan jumlah dokter keluarga yang berlatih di masyarakat
dikaitkan dengan penurunan readmissions rumah sakit dan penghematan biaya yang besar.
c. Pelayanan kesehatan dengan biaya yang efektif, Seorang dokter keluarga yang memiliki
hubungan yang kuat antara dokter dan pasien yang dicirikan oleh kepercayaan, kesetiaan, dan
rasa tanggung jawab antar dokter-pasien akan menyediakan akan perawatan medis yang lebih
baik , dan memikirkan pengobatan yang ekonomis dalam melakukan pelayanan tanpa
mengurangi kualitas pelayanan demi kesembuhan pasien, dibandingkan dengan dokter yang
terlibat hanya sesekali bertemu.
d. Pelayanan yang bersifat komperhensif Istilah perawatan medis komprehensif mencakup
keseluruhan sperti obat-obatan, efektivitas seorang dokter dalam memberikan perawatan
primer yang tergantung pada tingkat pencapaian selama pelatihan dan latihan. Dokter
Keluarga harus dilatih secara komprehensif untuk mendapatkan semua keterampilan medis
yang diperlukan untuk menangani sebagian besar masalah. Itu semakin besar jumlah
keterampilan yang didapatkan maka akan semakin bermanfaat sehingga dokter keluarga tidak
perlu merujik masalah kecil ke dokter lain.
e. Kemampuan interpesonal salah satu keterampilan terpenting dari dokter keluarga adalah
kemampuannya untuk menggunakan secara efektif pengetahuan tentang hubungan
interpersonal, dokter terlalu sering dilihat sebagai pribadi kurang perhatian dan kurang
terampil dalam memahami kecemasan pribadi dan perasaan pasien. Perlu adanya kebutuhan
untuk menumbuhkan benih belas kasih dan kepedulian terhadap orang sakit. Kedokteran
keluarga menekankan integrasi belas kasih, empati, dan perhatian pribadi. Beberapa dari
mereka, Pasien harus dilihat dengan penuh belas kasih dan diperlakukan dengan perhatian,
martabat, dan pertimbangan pribadi. Pasien punya hak untuk diberikan beberapa pengetahuan
ke dalam masalah kesehatannya termasuk tentang penyakitnya, pengobatan akan penyakit,
biaya yang terlibat dalam perawatan, seorang dokter harus mengembangkan belas kasih dan
kesopanan, kemampuan untuk menjalin hubungan dan untuk berkomunikasi secara efektif,
kemampuan untuk mengumpulkan informasi dengan cepat dan mengaturnya secara logis,
keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi semua masalah pasien yang signifikan
dan untuk mengelola masalah dengan tepat.2
dafpus :
1. punya brenda
2. http://familymed.sbmu.ac.ir/uploads/textbook_of_family_medicine.pdf
Robert E,et all. (2016). Textbook Of Family And Medicine.9 th edition. United States
2.2.5 Malnutrisi
Untuk menentukan status gizi diperlukan pemeriksaan antropometri dengan menggunaka
paremeter berat badan, panjang badan/tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal kulit. Dapat
juga dilakukan ploting dengan kurva WHO, lalu akan didapatkan interpretasi berupa hasil.
Malnutrisi merupakan gizi salah, dimana mencakup gizi kurang dan gizi lebih.
Menurut WHO status gizi dibagi menjadi obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi
buruk.
2.2.5.1 Klasifikasi
1. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan pada semua jaringan tubuh
dengan hasil interpretasi kurva WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan
lebih dari + 3 SD
2. Gizi Lebih merupakan penampakan klinis gemuk dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan lebih dari + 2 SD
3. Gizi baik merupakan penampakan klinis tampak sehat dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan lebih dari - 2 SD sampai + 2 SD
4. Gizi kurang merupakan penampakan klinis tampak kurus dengan hasil interpretasi
kurva WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan dibawah - 2 SD sampai -
3 SD
5. Gizi buruk merupakan penampakan klinis tampak sangat kurus dengan atau tanpa
edema pada punggung kaki sampai seluruh tubuh dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan dibawah - 3 SD
Indikator Pertumbuhan
Z-skor Panjang / tinggi Berat terhadap Berat terhadap IMT terhadap
terhadap umur umur panjang / tinggi umur
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas Obesitas
Overweight Overweight
Di atas 2
Lihat catatan 2 (Gizi Lebih) (Gizi Lebih)
Berisiko Gizi Lebih Berisiko Gizi Lebih
Di atas 1
(Lihat catatan 3) (Lihat catatan 3)
0 (median)
Di bawah -1
Perawakan Pendek
Di bawah -2 Gizi Kurang Kurus Kurus
(Lihat catatan 4)
Perawakan Sangat
Gizi Buruk
Di bawah -3 Pendek / Kerdil Sangat Kurus Sangat Kurus
(Lihat catatan 5)
(Lihat catatan 4)
Tabel 2.1 Tabel Growth Chart WHO
"Catatan:
1. Anak berperawakan tubuh tinggi, hal ini masih normal, perlu disingkirkan penyebab
perawakan tubuh tinggi akibat kelainan hormonal.
2. Anak mungkin mengalami masalah pertumbuhan, lebih baik jika diukur menggunakan
perbandingan berat badan terhadap panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Anak mungkin berisiko gizi lebih, jika makin mendekati garis 2 risiko gizi lebih makin
meningkat.
4. Anak mungkin mengalami gizi lebih dengan perawakan pendek atau sangat pendek.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang menurut Integrated Management of Childhood
Illness in-service training WHO, Geneva, 1997"
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who
d. Akibat kurangnya asupa gizi sebagai pembentuk striktur dan fungsi otak, terutama pada saat
janin dan usia balita dapat berpengaruh pada pertumbuhan otak. Sel-sel otak tidak dapat
berkembang apabila asupan gizi tidak cukup dan mendukung. Pertumbuhan optimal otak
terjadi pada usia 2-3 tahun, setelah itu selesai dan menurun pertumbuhannya pada usia awal
remaja. Kekurangan gizi pada anak dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara
permanen, yang menyebabkan kemampuan berpikir anak pada usia masuk sekolah sampai
dewasa menjadi menurun dan berkurang.
2.2.7.2 Perbaikan faktor-faktor resiko lainnya yang membuat gizi kurang berupa :
a. Pengaruh sosio-ekomnomi
Kemiskinan pada keluarga menyebabkan penyediaan makanan yang kurang untuk
mencukupi kebutuhan anggota keluarga. Cara yang dapat dilakukan berupa melakuan
kampanye dengan menurunkan angka fertilitas dan juga upaya kampanye
menurunkan konsumsi bahan pangan dengan berlebihan agar dapat menyeimbangkan
penduduk dunia akan bahan pangan.
b. Pengaruh alam dan lingkungan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah perusakan alam dengan meminimalisasi
terjadinya pemanasan global. Membatasi penggunaan kendaraan untuk mengurangi
asap, melakukan penghijauan, menerapkan reduce, recycle, dan reuse pada barang
atau sisa produk yang masih dapat digunakan, Membtasi pembangunan kawasan
industri diatas lahan untuh bahan pangan dapat dilakukan untuk memperbaiki alam
dan lingkungan. Diharapkan hasil akhir dapat berdampak teratasinya masalah
kurangnya bahan pangan, dari perbaikan alam dan lingkungan [Ashworth, 2016].
c. Pengaruh pendidikan dan pola asuh
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan. Pengetahuan
tentang gizi dapat mempengaruhi makanan keluarga, walaupun keluarga tersebut
mampu untuk menyediakan makan yang cukup, tetapi karena ketidaktahuan banyak
keluarga yang lebih mengutamakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan makanan,
misalnya mengutamakan membeli perhiasan, kendaraan sehingga gizi tidak tercukupi.
Sebaiknya dilakukan penyuluhan terhadap orangtua sebagai pengaruh terbesar pada
pola asuh anak seperti tahapan makanan anak, jenis bahan makanan, sampai pola
makan [Parks, et al, 2016; Ashworth, 2016].
d. Pengaruh pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sulit untuk dijangkau merupakan
salah satu masalah yang menyebabkan masalah gizi pada anak, upaya yang dapat
dilakukan berupa pengadaan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau seperti
puskesmas keliling merupakan upaya dalam penatalaksanaan permasalahan gizi anak.
Pengukuran antopometri setiap kunjungan serta pemberian edukasi dan konseling
pada orangtua terhadap pola makan anak, asupan makanan, serta perilaku makan
perlu diberikan oleh tenaga pelayanan kesehatan [Parks, et al, 2016; Ashworth, 2016].
Apabila dalam prektek ditemukan kasus gangguan gizi pada anak yang tidak dapat
ditangani sebaiknya dilakukan rujikan [Parks, et al, 2016].
e. Pengaruh asupan makanan
Kebiasaan makan jenis makanan yang salah, termasuk melakukan pantangan pada
makanan tertentu. Kebiasaan terbentuk karena kesukaan pada makanan tertentu,
misalnya seseorang sangat suka dengan makanan daging, hal ini akan menjadi
kebiasaan (habit) untuk pantang dan tidak makan daging yang akan mempunyai
berdampak buruk pada status gizinya. Perbaikan gizi pada anak dengan gizi kurang
mengutamakan jenis protein dan asam amino essential [Martins, et al, 2011]. Protein
pada tubuh dapat meningkatkan regulasi dari IGF-1 yang bermanfaat untuk proses
tumbuh-kembang anak [Martins, et al, 2011].
f. Pengaruh Infeksi
Penyebab penurunan intake makanan disebabkan karena adanya infeksi yang sedang
berlangsung pada tubuh sehingga dapat terjadi hipermetabolisme yang mengakibatkan
peningkatan kebutuhan kalori, sedangkan kebutuhan yang meningkat tidak diimbangi
dengan asupan dan terjadi ketidak seimbangan dari protein, energi dan mikronutrien.
Akibat yang ditimbulkan dari gizi kurang kelemahan otot, penurunan masa otot dan
penurunan berat badan, keterlambatan pertumbuhan intelektual dan perkembangan,
mudah infeksi, keterlambatan dalam penyembuhan luka. Upaya preventif yang dapat
dilakukan agar dapat mengurangi angka infeksi dengan imunisasi yang tepat yang
dilakukan oleh sistem pelayanan kesehatan [Ashworth, 2016].
dafpus :
1. http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf
Damayanti RS, et all. (2015). Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita
di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Indonesia
2. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/Panduan-PMT-BOK.pdf
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi
Kurang, (2011).Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Indonesia
3. gabby