Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedokteran Keluarga


2.1.1 Definisi kedokteran keluarga
Kedokteran kelurga merupakan tenaga spesialis medis tingkat pertama yang memberikan
pelayanan terhadap masalah kesehatan dan secara langsung memberikan kebutuhan
perawatan kesehatan pada masyarakat tanpa memandang agama, usia, suku, negara, jenis
kelamin ataupun suatu jenis penyakit tertentu [Azwar, 1995; American Academy of Family
Physicians, 2016]. Kemitraan yang tulus dan abadi oleh dokter keluarga dilakukan untuk
memberikan pelayanan kesehatan berupa preventif, promotif maupun kuratif membantu
pasien mencegah, memahami, dan mengobati penyakit, serta mengetahui tentang sistem
kesehatan, dan menentukan pencapaian kesehatan di masyarakat yang disesuaikan dengan
karakteristik pasien dan komunitas pasien itu sendiri. 1
Dokter keluarga merupakan dokter yang terdidik dan terlatih dalam disiplin kedokteran
keluarga yang memiliki sikap, keterampilan, dan pengetahuan dengan kualifikasi yang
berbeda untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan komprehensif dalam perawatan
medis, pemeliharaan kesehatan, dan layanan pencegahan penyakit untuk setiap anggota
keluarga tanpa memandang jenis kelamin, usia, atau jenis masalah (yaitu, biologis, perilaku,
atau sosial), dengan melakukan metode pelayanan primer yang mudah diakses dan
merupakan pelayanan tingkat pertama, komprehensif, terkoordinasi, dan berkelanjutan.
2.1.2 Perinsip Kedokteran Keluarga
a. Komprehensif dan holistik
Dokter wajib memperhatikan pasien dari segala aspek kehidupan, memberikan pelayanan
bersifat menyeruluh dan tidak hanya melihat semata-mata hanya penyakitnya [Azwar, 1995].
b. Pelayanan kontak pertama dan kesinambungannya
Kesediaan untuk menerima tanggung jawab yang berkelanjutan untuk mengelola perawatan
medis pasien. Setelah seorang pasien atau keluarga telah diterima dalam praktek dokter,
tanggung jawab untuk perawatan total dan berkelanjutan terarah pada pasien atau keluarga
tersebut sampai selesai. Hubungan longitudinal ini berevolusi menjadi ikatan yang kuat antara
dokter dan pasien yang dicirikan oleh kepercayaan, kesetiaan, dan rasa tanggung jawab antar
dokter-pasien sehingga memberikan rasa percaya diri kepada pasien untuk mendukung
kesembuhan pasien
c. Pelayanan promotif dan preventif
d. Seorang dokter keluarga diharapkan dapat melakukan usaha pencegahan untuk
menekan morbiditas dan mortalitas pada suatu komunitas. Memberi penjelasan
mengenai beberapa aspek yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakan mengenai
masalah yang mungkin dapat terjadi pada mereka [Azwar, 1995].

a.
a. Dokter keluarga juga harus berkomitmen untuk mengelola penyakit kronis umum yang tidak
dpat disembuhkan, peran dokter keluarga lebih diperlukan untuk mempertahankan keadaan
optimal kesehatan pasien. Ini adalah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan usaha yang besar
untuk mengelolah hal-hal yang sulit untuk diubah seperti gaya hidup dari pasien sampai
seluruh keluarga, biaya untuk masing-masing individu dan sistem perawatan kesehatan sangat
besar dapat menjadi penyulit. Diabetes adalah salah satu contoh penyakit kronis umum yang
paling cepat dalam merubah kondisi dari pasien, kualitas hidup herus ditingkatkan saat
merawat pasien dengan diabetes tanpa mengorbankan kualitas perawatan.
b. Kualitas dari pelayanan kesehatan Perawatan primer yang diberikan oleh dokter yang terdidik
dan terlatih dalam disiplin kedokteran untuk peduli terhadap masalah yang muncul pada
dokter pribadi, yang mengetahui pasien mereka dari waktu ke waktu, adalah kualitas yang
lebih tinggi daripada perawatan yang diberikan oleh dokter lain. Sebuah studi tentang hasil
kesehatan di seluruh 50 negara bagian AS menemukan itu ketika jumlah dokter spesialis
meningkat, hasilnya tingkat kematian lebih rendah tetapi tingkat readmision menjadi
meningkat, sedangkan peningkatan jumlah dokter keluarga yang berlatih di masyarakat
dikaitkan dengan penurunan readmissions rumah sakit dan penghematan biaya yang besar.
c. Pelayanan kesehatan dengan biaya yang efektif, Seorang dokter keluarga yang memiliki
hubungan yang kuat antara dokter dan pasien yang dicirikan oleh kepercayaan, kesetiaan, dan
rasa tanggung jawab antar dokter-pasien akan menyediakan akan perawatan medis yang lebih
baik , dan memikirkan pengobatan yang ekonomis dalam melakukan pelayanan tanpa
mengurangi kualitas pelayanan demi kesembuhan pasien, dibandingkan dengan dokter yang
terlibat hanya sesekali bertemu.
d. Pelayanan yang bersifat komperhensif Istilah perawatan medis komprehensif mencakup
keseluruhan sperti obat-obatan, efektivitas seorang dokter dalam memberikan perawatan
primer yang tergantung pada tingkat pencapaian selama pelatihan dan latihan. Dokter
Keluarga harus dilatih secara komprehensif untuk mendapatkan semua keterampilan medis
yang diperlukan untuk menangani sebagian besar masalah. Itu semakin besar jumlah
keterampilan yang didapatkan maka akan semakin bermanfaat sehingga dokter keluarga tidak
perlu merujik masalah kecil ke dokter lain.
e. Kemampuan interpesonal salah satu keterampilan terpenting dari dokter keluarga adalah
kemampuannya untuk menggunakan secara efektif pengetahuan tentang hubungan
interpersonal, dokter terlalu sering dilihat sebagai pribadi kurang perhatian dan kurang
terampil dalam memahami kecemasan pribadi dan perasaan pasien. Perlu adanya kebutuhan
untuk menumbuhkan benih belas kasih dan kepedulian terhadap orang sakit. Kedokteran
keluarga menekankan integrasi belas kasih, empati, dan perhatian pribadi. Beberapa dari
mereka, Pasien harus dilihat dengan penuh belas kasih dan diperlakukan dengan perhatian,
martabat, dan pertimbangan pribadi. Pasien punya hak untuk diberikan beberapa pengetahuan
ke dalam masalah kesehatannya termasuk tentang penyakitnya, pengobatan akan penyakit,
biaya yang terlibat dalam perawatan, seorang dokter harus mengembangkan belas kasih dan
kesopanan, kemampuan untuk menjalin hubungan dan untuk berkomunikasi secara efektif,
kemampuan untuk mengumpulkan informasi dengan cepat dan mengaturnya secara logis,
keterampilan yang diperlukan untuk mengidentifikasi semua masalah pasien yang signifikan
dan untuk mengelola masalah dengan tepat.2

2.1.3 Tujuan kedokteran keluarga


a. dapat mewujudkan keadaan sehat bagi semua anggota keluarga.
b. Mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kedokteran yang efektif pada keluarga dalam
menangani pasien pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya memperhatikan keluhan saja
tetapi memperhatikan pasien sebagai manusia seutuhnya sebagai bagian dari anggota
keluarga. Pasien diperlakukan dengan perhatian, martabat, dan pertimbangan pribadi. Pasien
punya hak untuk diberikan beberapa pengetahuan ke dalam masalah kesehatannya termasuk
tentang penyakitnya, pengobatan akan penyakit, biaya yang terlibat dalam perawatan,
seorang dokter harus mengembangkan belas kasih dan kesopanan, kemampuan untuk
menjalin hubungan dan untuk berkomunikasi secara efektif,
c. Kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang efisien harus dilatih secara
komprehensif untuk mendapatkan semua keterampilan medis yang diperlukan untuk
menangani sebagian besar masalah. Itu semakin besar jumlah keterampilan yang didapatkan
maka akan semakin bermanfaat sehingga diharapkan angka jatuh sakit menurun yang akan
mengurangi biaya kesehatan.
2.1.4 Manfaat kedokteran keluarga
a. Akses ke perawatan berdasarkan hubungan yang berkelanjutan dengan pribadi dokter yang
mampu memberikan pelayanan primer, bersifat terus menerus, dan komprehensif
b. Perawatan yang diberikan oleh tim yang dipimpin oleh dokter yang terlatih dan tanggung
jawab untuk perawatan total dan berkelanjutan terarah pada pasien atau keluarga tersebut
sampai selesai.
c. Perawatan berdasarkan orientasi keseluruhan anggota keluarga (holistik) di mana tanggung
jawab untuk memberikan perawatan yang meliputi semua kebutuhan pasien atau mengatur
perawatan yang dilakukan oleh dokter yang sudah terlatrih
d. Perawatan terkoordinasi dan terintegrasi di semua elemen sistem perawatan kesehatan
menyediakan akan perawatan medis yang lebih baik , dan memikirkan pengobatan yang
ekonomis dalam melakukan pelayanan tanpa mengurangi kualitas pelayanan demi
kesembuhan pasien
e. Perawatan difasilitasi oleh penggunaan sistem praktik kantor (misalnya, registrasi, teknologi
informasi, pertukaran informasi kesehatan) untuk memastikan bahwa pasien menerima
perawatan dan pelayanan yang ditunjukkan kapan saja dan di mana mereka membutuhkan
perawatan lebih lanjut ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

dafpus :
1. punya brenda
2. http://familymed.sbmu.ac.ir/uploads/textbook_of_family_medicine.pdf
Robert E,et all. (2016). Textbook Of Family And Medicine.9 th edition. United States

2.2.3 Etiologi gizi kurang


Untuk menentukan status gizi diperlukan pemeriksaan antropometri dengan menggunaka
paremeter berat badan, panjang badan/tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal kulit. Dapat
juga dilakukan ploting dengan kurva WHO, lalu akan didapatkan interpretasi berupa hasil,
gizi kurang diinterpretasikan sebagai berat badan menurut panjang/tinggi badan antara garis
-2 SD sampai garis -3 SD. Penyebab status gizi kurang terdiri dari dua faktor
mempengaruhi(dari definisi)
pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu faktor primer dan faktor sekunder :
1. Faktor primer merupakan faktor berasal dari asupan makanan yang menyebabkan gizi tidak
cukup . Dapat disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi tidak tepat baik kualitas maupun
kuantitas1
a. Ketersediaan pangan dalam keluarga yang kurang, sehingga tidak memperoleh jumlah
makanan yang cukup untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga.
b. Kemiskinan, kurangnya keluarga dalam menyediakan makanan yang cukup untuk anggota
keluarganya. Kemiskinan berkaitan dengan sosial dan ekonomi pada daerah tertentu
c. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan. Pengetahuan tentang
gizi dapat mempengaruhi makanan keluarga, walaupun keluarga tersebut mampu untuk
menyediakan makan yang cukup, tetapi karena ketidaktahuan banyak keluarga yang lebih
mengutamakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan makanan, misalnya mengutamakan
membeli perhiasan, kendaraan sehingga gizi tidak tercukupi
d. Kebiasaan makan jenis makanan yang salah, termasuk melakukan pantangan pada makanan
tertentu. Kebiasaan terbentuk karena kesukaan pada makanan tertentu, misalnya seseorang
sangat suka dengan makanan daging, hal ini akan menjadi kebiasaan (habit) untuk pantang
dan tidak makan daging yang akan mempunyai berdampak buruk pada status gizinya.
2. Faktor sekunder merupakan faktor yang mempengaruhi pemanfaatan gizi dalam tubuh. Gizi
yang tidak mencukupi disebabkan adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi contohnya
a. Adanya gangguan pencernaan makanan seperti gangguan pada gigi geligi, enzim, yang
menyebabkan makanan tidak mampu dicerna dengan baik, akibatnya zat gizi tidak diabsorbsi
dengan baik dan menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan gizi.
b. Gangguan absorbsi zat gizi oleh karena parasit atau penggunaan obat-obatan. Anak yang
menderita cacingan akan menyebabkan kekurangan gizi, karena cacing memakan dan
menghambat penyerapan zat gizi yang dikonsumsi, akibatnya terjadi dampak pada
pertumbuhan dan perkembangan.
c. Gangguan metabolisme zat gizi, disebabkan gangguan pada lever, penyakit kencing manis,
atau obat-obatan tertentu yang menyebabkan penyerapan zat gizi terganggu.
d. Gangguan ekskresi, akibat dari terlalu banyak kencing, dan banyak berkeringat, dapat
mengganggu pada pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.1
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/PENILAIAN-STATUS-
GIZI-FINAL-SC.pdf
Holil M, et all. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2.2.3.1 Gizi kurang karena bukan penyakit


Status gizi kurang disebabkan oleh lingkungan (kelaparan atau sosio ekonomi yang buruk,
dan pola perilaku yang hasilnya terjadi penurunan asupan nutrisi (lebih rendah dari
kebutuhan), dapat terjadi akut (< 3 bulan), dan kronis (> 3 bulan). Penyebab dari gizi kurang
ini disebabkan karea asupan yang kurang (anorexia), intoleransi makanan sehingga tidak
dapat makan yang berdampak pada ketidak seimbangan nutrisi yang dihasilkan dari
penurunan asupan. Akibat yang ditimbulkan dari gizi kurang kelemahan otot, penurunan
masa otot dan penurunan berat badan, keterlambatan pertumbuhan intelektual dan
perkembangan, mudah infeksi
2.2.3.2 Gizi kurang karena penyakit
gizi kurang terkait penyakit disebabkan oleh asupan nutrisi yang tidak seimbang oleh karena
terjadinya infeksi atau dalam keadaan yang sakit sehingga intake makanan berkurang. Dapat
terjadi akut (< 3 bulan) disebabkan karena infeksi, trauma, dan luka bakar, sedangkan kronis
(>3 bulan) disebabkan karena kanker, penyakit paru (TBC,ISPA). Penyebab penurunan intake
makanan disebabkan karena adanya infeksi yang sedang berlangsung pada tubuh sehingga
dapat terjadi hipermetabolisme yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan kalori,
sedangkan kebutuhan yang meningkat tidak diimbangi dengan asupan dan terjadi ketidak
seimbangan dari protein, energi dan mikronutrien. Akibat yang ditimbulkan dari gizi kurang
kelemahan otot, penurunan masa otot dan penurunan berat badan, keterlambatan
pertumbuhan intelektual dan perkembangan, mudah infeksi, keterlambatan dalam
penyembuhan luka.
dafpus : 1. https://www.naspghan.org/files/documents/pdfs/training/curriculum-
resources/nutrition/other-guidelines/Mehta_Defining_Pediatric_Malnutrition.pdf
Nilesh M.et all.(2013). Defining Pediatric Malnutrition: A Paradigm Shift Toward Etiology-
Related Definitions. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. Volume 37 No.4. America

2.2.5 Malnutrisi
Untuk menentukan status gizi diperlukan pemeriksaan antropometri dengan menggunaka
paremeter berat badan, panjang badan/tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal kulit. Dapat
juga dilakukan ploting dengan kurva WHO, lalu akan didapatkan interpretasi berupa hasil.
Malnutrisi merupakan gizi salah, dimana mencakup gizi kurang dan gizi lebih.
Menurut WHO status gizi dibagi menjadi obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan gizi
buruk.
2.2.5.1 Klasifikasi
1. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan pada semua jaringan tubuh
dengan hasil interpretasi kurva WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan
lebih dari + 3 SD
2. Gizi Lebih merupakan penampakan klinis gemuk dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan lebih dari + 2 SD
3. Gizi baik merupakan penampakan klinis tampak sehat dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan lebih dari - 2 SD sampai + 2 SD
4. Gizi kurang merupakan penampakan klinis tampak kurus dengan hasil interpretasi
kurva WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan dibawah - 2 SD sampai -
3 SD
5. Gizi buruk merupakan penampakan klinis tampak sangat kurus dengan atau tanpa
edema pada punggung kaki sampai seluruh tubuh dengan hasil interpretasi kurva
WHO menunjukan berat badan terhadap tinggi badan dibawah - 3 SD

Cara menginterpretasikan kurva pertumbuhan WHO

Indikator Pertumbuhan
Z-skor Panjang / tinggi Berat terhadap Berat terhadap IMT terhadap
terhadap umur umur panjang / tinggi umur
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas Obesitas
Overweight Overweight
Di atas 2
Lihat catatan 2 (Gizi Lebih) (Gizi Lebih)
Berisiko Gizi Lebih Berisiko Gizi Lebih
Di atas 1
(Lihat catatan 3) (Lihat catatan 3)
0 (median)
Di bawah -1
Perawakan Pendek
Di bawah -2 Gizi Kurang Kurus Kurus
(Lihat catatan 4)
Perawakan Sangat
Gizi Buruk
Di bawah -3 Pendek / Kerdil Sangat Kurus Sangat Kurus
(Lihat catatan 5)
(Lihat catatan 4)
Tabel 2.1 Tabel Growth Chart WHO
"Catatan:
1. Anak berperawakan tubuh tinggi, hal ini masih normal, perlu disingkirkan penyebab
perawakan tubuh tinggi akibat kelainan hormonal.
2. Anak mungkin mengalami masalah pertumbuhan, lebih baik jika diukur menggunakan
perbandingan berat badan terhadap panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.
3. Anak mungkin berisiko gizi lebih, jika makin mendekati garis 2 risiko gizi lebih makin
meningkat.
4. Anak mungkin mengalami gizi lebih dengan perawakan pendek atau sangat pendek.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang menurut Integrated Management of Childhood
Illness in-service training WHO, Geneva, 1997"
Sumber: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015
http://www.idai.or.id/professional-resources/growth-chart/kurva-pertumbuhan-who

Indikator Kombinasi Interpretasi Status Gizi


BB/TB normal + BB/U rendah + TB/U rendah Sekarang normal, dulu pernah KKP
BB/TB normal + BB/U rendah + TB/U normal Normal
BB/TB normal + BB/U tinggi + TB/U tinggi Tinggi, normal
BB/TB rendah + BB/U rendah + TB/U tinggi Kini kurang gizi (parah)
BB/TB rendah + BB/U rendah + TB/U normal Kini kurang gizi (sedang)
BB/TB rendah + BB/U normal + TB/U tinggi Kini kurang gizi (ringan)
BB/TB tinggi + BB/U tinggi + TB/U rendah Obese
BB/TB tinggi + BB/U normal + TB/U rendah Kini gizi lebih, dulu pernah gizi
kurang
BB/TB tinggi + BB/U tinggi + TB/U normal Gizi lebih tapi tidak obese
Tabel 2.2 Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Indikator Berat (BB), Tinggi (TB), dan Usia
(U)
Sumber: Arisman, 2008

2.2.6 Komplikasi gizi kurang


Dampak asupan gizi yang kurang dapat berpengaruh terhadap tubuh kanusia pada tubuh
manusia, Menurut WHO, 2002 gizi mempunyai pengaruh dan peran yang besar untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada usia bayi dan balita
a. Akibat kurangnya asupan gizi pada anak dengan masa pertumbuhan dapat berdampak pada
pertumbuhan yang kurang optimal dan pembentukan otot terhambat. Protein dalam tubuh
berguna sebagai zat pembangun, akibat dari kurangnya protein pada tubuh maka akan terjadi
perubahan pada otot,otot menjadi lembek dan rambut tidak mengkilap, mudah rontok dan di
cabut. Biasanya anak yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas,
rata-rata mempunyai tinggi badan lebih dari anak-anak dengan sosial ekonomi rendah.
b. Akibat kurangnya asupan gizi sebagai sumber tenaga dapat menyebabkan kekurangan tenaga
untuk melakukan aktivitas, bergerak, dan bekerja. Akibatnya akan menjadi malas, merasa
lelah, yang berampak pada produktivitas yang menurun.
c. Akibat kurangnya asupan gizi sebagai pertahanan tubuh, protein dalam tubuh selain untuk
membentuk masa otot, pertumbuhan, setra perkembangan, juga berguna untuk pembentukan
antibodi. Apabila kekurangan protein sistem imunitas dan antibodi berkurang, yang
menyebabkan anak mudah terserang penyakit seperti pilek, batuk, diare atau penyakit infeksi
yang lebih berat.

d. Akibat kurangnya asupa gizi sebagai pembentuk striktur dan fungsi otak, terutama pada saat
janin dan usia balita dapat berpengaruh pada pertumbuhan otak. Sel-sel otak tidak dapat
berkembang apabila asupan gizi tidak cukup dan mendukung. Pertumbuhan optimal otak
terjadi pada usia 2-3 tahun, setelah itu selesai dan menurun pertumbuhannya pada usia awal
remaja. Kekurangan gizi pada anak dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara
permanen, yang menyebabkan kemampuan berpikir anak pada usia masuk sekolah sampai
dewasa menjadi menurun dan berkurang.

Gambar Gambaran otak akibat asupan gizi yang kurang


Sumber :
Dafpus : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/PENILAIAN-
STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf
Holil M, et all. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2.2.7 Tatalaksana gizi kurang


Menurut data dari World Health Organization (WHO) tahun 2011 bahwa 45% kematian balita
di dunia terkait oleh gizi kurang (malnutrisi), menurut data ditemukan dua per tiga balita
meninggal memiliki pola makan yang salah yaitu tidak mendapatkan air susu ibu (ASI)
eksklusif, terlambat pemberian, kurang higienis, serta komposisi gizi yang diberikan untuk
mendukung makanan pendamping ASI (MPASI) tidak cukup.
WHO tahun 2003 merekomendasikan tentang pemberian makan bayi, ASI sesegera mungkin
setelah melahirkan (< 1 jam) yang dikenal sebagai inisasi menyusu dini (IMD) dan diberikan
eksklusif sampai usia 2 tahun. Kemudian dilanjutkan dengan MPASI pada usia 6 bulan.
Syarat MPASI yang baik tepat waktu, gizi lengkap, cukup dan seimbang, aman dan diberikan
dengan cara yang benar.1
2.2.7.1 PMT (pemberian makanan tambahan)
Untuk mengatasi kurang gizi pada balita perlu diselenggarakan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-59 bulan adalah sebagai
tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama sehari-hari. PMT Pemulihan berbasis
bahan makanan lokal dengan menu daerah yang disesuaikan dengan lingkungan. 2
1. Sasaran PMT pemulihan yaitu Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan, balita
dengan Bawah Garis Merah (BGM), dan keluarga miskin. Sasaran ditentukan dari :
a. Balita sedang dalam pemulihan pasca perawatan gizi buruk
b. Balita kurus dan berat badannya terjadi ketidak naikan dua kali berturut-turut (2 T)
c. Balita yang kurus
d. Balita dengan bawah Garis Merah (BGM)Perinsip memberian PMT
2. Perinsip PMT pemulihan
a. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan, tidak bentuk
uang
b. PMT Pemulihan merupakan tambahan untuk makanan sehari-harinya, bukan pengganti
makanan utama.
c. PMT Pemulihan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
d. PMT pemulihan adalah kegiatan di luar gedung puskesmas menggunakan pendekatan
pemberdayaan masyarakat
e. PMT Pemulihan dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
3. Persyaratan jenis dan bentuk PMT
a. PMT pemulihan diutamakan berbasis bahan atau makanan lokal, tersedia di daerah
setempat dan memperhatikan kemasan, label, dan tanggal kadaluarsa.
b. PMT pemulihan diutamakan berupa protein hewani maupun nabati (misalnya telur/
ikan/daging/ayam, kacang-kacangan) sedangkan sumber vitamin dan mineral berasal dari
sayur-sayuran dan buah-buahan yang tersedia di daerah setempat

2.2.7.2 Perbaikan faktor-faktor resiko lainnya yang membuat gizi kurang berupa :
a. Pengaruh sosio-ekomnomi
Kemiskinan pada keluarga menyebabkan penyediaan makanan yang kurang untuk
mencukupi kebutuhan anggota keluarga. Cara yang dapat dilakukan berupa melakuan
kampanye dengan menurunkan angka fertilitas dan juga upaya kampanye
menurunkan konsumsi bahan pangan dengan berlebihan agar dapat menyeimbangkan
penduduk dunia akan bahan pangan.
b. Pengaruh alam dan lingkungan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah perusakan alam dengan meminimalisasi
terjadinya pemanasan global. Membatasi penggunaan kendaraan untuk mengurangi
asap, melakukan penghijauan, menerapkan reduce, recycle, dan reuse pada barang
atau sisa produk yang masih dapat digunakan, Membtasi pembangunan kawasan
industri diatas lahan untuh bahan pangan dapat dilakukan untuk memperbaiki alam
dan lingkungan. Diharapkan hasil akhir dapat berdampak teratasinya masalah
kurangnya bahan pangan, dari perbaikan alam dan lingkungan [Ashworth, 2016].
c. Pengaruh pendidikan dan pola asuh
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan. Pengetahuan
tentang gizi dapat mempengaruhi makanan keluarga, walaupun keluarga tersebut
mampu untuk menyediakan makan yang cukup, tetapi karena ketidaktahuan banyak
keluarga yang lebih mengutamakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan makanan,
misalnya mengutamakan membeli perhiasan, kendaraan sehingga gizi tidak tercukupi.
Sebaiknya dilakukan penyuluhan terhadap orangtua sebagai pengaruh terbesar pada
pola asuh anak seperti tahapan makanan anak, jenis bahan makanan, sampai pola
makan [Parks, et al, 2016; Ashworth, 2016].
d. Pengaruh pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sulit untuk dijangkau merupakan
salah satu masalah yang menyebabkan masalah gizi pada anak, upaya yang dapat
dilakukan berupa pengadaan pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau seperti
puskesmas keliling merupakan upaya dalam penatalaksanaan permasalahan gizi anak.
Pengukuran antopometri setiap kunjungan serta pemberian edukasi dan konseling
pada orangtua terhadap pola makan anak, asupan makanan, serta perilaku makan
perlu diberikan oleh tenaga pelayanan kesehatan [Parks, et al, 2016; Ashworth, 2016].
Apabila dalam prektek ditemukan kasus gangguan gizi pada anak yang tidak dapat
ditangani sebaiknya dilakukan rujikan [Parks, et al, 2016].
e. Pengaruh asupan makanan
Kebiasaan makan jenis makanan yang salah, termasuk melakukan pantangan pada
makanan tertentu. Kebiasaan terbentuk karena kesukaan pada makanan tertentu,
misalnya seseorang sangat suka dengan makanan daging, hal ini akan menjadi
kebiasaan (habit) untuk pantang dan tidak makan daging yang akan mempunyai
berdampak buruk pada status gizinya. Perbaikan gizi pada anak dengan gizi kurang
mengutamakan jenis protein dan asam amino essential [Martins, et al, 2011]. Protein
pada tubuh dapat meningkatkan regulasi dari IGF-1 yang bermanfaat untuk proses
tumbuh-kembang anak [Martins, et al, 2011].
f. Pengaruh Infeksi
Penyebab penurunan intake makanan disebabkan karena adanya infeksi yang sedang
berlangsung pada tubuh sehingga dapat terjadi hipermetabolisme yang mengakibatkan
peningkatan kebutuhan kalori, sedangkan kebutuhan yang meningkat tidak diimbangi
dengan asupan dan terjadi ketidak seimbangan dari protein, energi dan mikronutrien.
Akibat yang ditimbulkan dari gizi kurang kelemahan otot, penurunan masa otot dan
penurunan berat badan, keterlambatan pertumbuhan intelektual dan perkembangan,
mudah infeksi, keterlambatan dalam penyembuhan luka. Upaya preventif yang dapat
dilakukan agar dapat mengurangi angka infeksi dengan imunisasi yang tepat yang
dilakukan oleh sistem pelayanan kesehatan [Ashworth, 2016].

dafpus :
1. http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf
Damayanti RS, et all. (2015). Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita
di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Indonesia

2. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/Panduan-PMT-BOK.pdf
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi
Kurang, (2011).Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Indonesia
3. gabby

Anda mungkin juga menyukai