Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Kolesteatoma merupakan lesi pseudoneoplastik di telinga tengah yang ditandai dengan


adanya pertumbuhan invasif dari epitelium skuamosa bertingkat yang membentuk akumulasi
keratin dan berbentuk seperti kantong di ruang telinga tengah.1 Kolesteatoma telah diakui
selama puluhan tahun sebagai lesi destruktif dasar tengkorak yang bisa mengikis dan
menghancurkan struktur penting dalam tulang temporal. Kolesteatoma berpotensi untuk
menyebabkan komplikasi pada sistem saraf pusat (misalnya, abses otak,meningitis) membuat lesi
ini bersifat fatal.2

Istilah kolesteatoma pertama kali digunakan oleh Muller pada tahun 1838. Kasus masa
seperti kolesteatoma pertama kali dilaporkan oleh Du Verneey pada tahun 1683 , yang
mendeskripsikan massa antara serebelum dan sererum. Pada intinya, istilah kolesteatoma
digunakan untuk mewakili adanya epitel skuamosa berlapis di ruang telinga tengah yang secara
klinis memiliki dua sifat penting, yaitu infeksi sekunder dan erosi tulang. Erosi tulang dan
infeksi sekunder akibat kolesteatoma dapat menyebabkan komplikasi baik intratemporal
(paralisis fasialis, infeksi kokleolabirin,dsb) maupun intrakranial (meningitis, abses otak, sinus
sigmoid, tromboplebitis,dsb). 4

Kolesteatoma terjadi 1,4 kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan (pada
usia kurang dari 50 tahun) dan terjadi paling sering pada usia 30 tahun sampai 40 tahun. 3Insiden
kolesteatoma pada anak-anak yaitu 3 per 100.000 dan 9,2 per 100.000 pada orang dewasa
penduduk Caucasian di Finland dan Denmark. Insidensi kolesteatoma tidak diketahui dengan
pasti, tetapi keadaan ini merupakan alas an untuk dilakukan bedah telinga. Kematian karena
komplikasi intrakranial kini tidak umum terjasi disebabkan deteksi dini, interventsi pembedahan
dan terapi suportif antibiotik. Kolesteatoma masih menjadi penyebab umum tuli konduktif
sedang dan permanen pada anak-anak dan dewasa.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Telinga
Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. Auris berfungsi ganda :
untuk keseimbangan dan untuk pendengaran. Membran timpani memisahkan auris eksterna dari
auris media atau kavum timpani. Tuba auditiva (tuba Eustachius) menghubungkan telinga
dengan nasofaring.

Gambar 1. Anatomi telinga

1. Telinga Luar1
Telinga luar terdiri aurikula, meatus akustikus eksernus, dan membran timpani. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 – 3 cm. Pada sepertiga bagian luar
kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah
medial. Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan tulang
rawan tersebut. sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan liang
telinga, sementara prosesus mastoideus terletak dibelakangnya. Saraf fasialis meninggalkan
foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posterior
liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar
parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan
untuk mencari saraf fasialis; patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.
Batas-batas MAE antara lain;
Anterior : Fossa mandibular, parotis
Posterior : Mastoid
Superior : Resessus epitimpanikum, kranial
Inferior : Parotis

2. Telinga Tengah2
Auris media terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis. Auris media terdiri dari
kavum timpani, yakni rongga yang terletak langsung di sebelah dalam membran timpani, dan
recessus epitimpanikus. Ke depan auris media berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
auditiva. Ke arah posterosuperior kavum timpani berhubungan dengan cellulae mastoidea
melalui antrum mastoideum. Kavum timpani dilapisi membran mukosa yang bersinambungan
dengan membran mukosa pelapis tuba auditiva, cellulae mastoidea, dan antrum mastoideum. Di
dalam auris media terdapat :

 Ossikula auditoris (malleus, incus, stapes)


 Muskulus stapedius dan muskulus tensor timpani
 Korda timpani, cabang nervus kranialis VII
 Pleksus timpanikus pada promontorium
a. Dinding-dinding Auris Media (Cavum Timpanica)

Auris media yang berbentuk seperti kotak sempit, memiliki sebuah atap, sebuah dasar,
dan empat dinding. Atapnya (dinding tegmental) dibentuk oleh selembar tulang yang tipis, yaitu
tegmen timpani, yang memisahkan cavum
timpanica dari dura pada dasar fossa cranii
media. Dasarnya (dinding jugular) dibentuk
oleh selapis tulang yang memisahkan cavum
timpanica dari bulbus superior vena jugularis
interna. Dinding lateral (bagian berupa selaput)
dibentuk hampir seluruhnya oleh membrana
timpanica; di sebelah superior, dinding ini
dibentuk oleh dinding lateral recessus
epitimpanicus yang berupa tulang (manubrium
mallei terbaur dalam membrana timpanica, dan
caput mallei menonjol ke dalam recessus
epitimpanicus).

Gambar 2. Kavum Timpani Dinding medial atau dinding labirintal


memisahkan kavum timpani dari auris interna.
Dinding anterior (dinding karotid) memisahkan kavum timpani dari canalis carotis, pada bagian
superior dinding ini terdapat ostium pharyngeum tubae auditoriae dan terusan musculus tensor
timpani. Dinding posterior (dinding mastoid) dihubungkan dengan antrum mastoid melalui
aditus dan selanjutnya dengan cellulae mastoideus; ke arah anteroinferior antrum mastoideum
berhubungan dengan canalis facialis.

b. Tuba Auditiva (tuba Eustachius)

Tuba auditiva menghubungkan kavum timpani dengan nasopharynx; muaranya disini


terdapat di bagian belakang meatus nasalis inferior pada cavum nasi. Bagian sepertiga posterior
tuba auditiva terdiri dari tulang dan sisanya berupa tulang rawan. Tuba auditiva dilapisi membran
mukosa yang ke posterior sinambung dengan membran mukosa nasopharynx. Tuba auditiva
berfungsi sebagai pemerata tekanan dalam auris media dan tekanan udara lingkungan, dan
dengan demikian menjamin bahwa membran timpani dapat bergerak secara bebas. Dengan
memungkinkan udara memasuki dan meninggalkan cavum timpani, tekanan di kedua sisi
membran timpani disamakan.

c. Ossicula Auditoria

Ossicula auditoria (malleus, incus, dan stapes) membentuk sebuah rangkaian tulang yang
teratur melintang di dalam kavum timpani, dari membranan timpanica ke fenestra vestibuli.
Malleus melekat pada membran timpani, dan stapes menempati fenestra vestibuli. Incus terdapat
di antara dua tulang tersebut dan bersendi dengan keduanya. Ossicula auditoria dilapisi membran
mukosa yang juga melapisi cavum timpani.
Bagian superior malleus yang agak membulat, yakni caput mallei, terletak di dalam
recessus epitimpanicus. Collum mallei terdapat pada bagian membran timpani yang kendur, dan
manubrium mallei tertanam di dalam membran timpani dan bergerak bersamanya. Caput mallei
bersendi dengan incus, dan tendo musculus tensor timpani berinsersi pada manubrium mallei.
Chorda timpani menyilang permukaan medial collum mallei.
Corpus incudis yang besar, terletak di dalam recessus epitimpanicus dan disini bersendi
dengan caput mallei. Crus longum incudis bersendi dengan stapes, dan crus breve incudis
berhubungan dengan dinding posterior cavum timpani melalui sebuah ligamentum. Basis
stapedis, tulang pendengar terkecil, menempati fenestra vestibuli pada dinding medial cavum
timpani. Capur stapedis yang mengarah ke lateral, bersendi dengan incus.
Malleus berfungsi sebagai pengungkit yang lengan panjangnya melekat pada membran
timpani. Basis stapedis berukuran jauh lebih kecil daripada membran timpani. Akibatnya ialah
bahwa gaya getar stapes 10 kali gaya getar membran timpani. Maka, ossicula auditoris
meningkatkan gaya getaran, tetapi menurunkan amplitudi getaran yang disalurkan dari membran
timpani.
Terdapat dua otot menggerakkan ossicula auditoris dan dengan demikian mempengaruhi
membran timpani, yaitu : musculus tensor timpani dan musculus stapedius. Musculus tensor
timpani berinsersi di manubrium mallei dipersarafi oleh nervus mandibullaris, menarik
manubrium mallei ke medial, menegangkan membran timpani, dan mempersempit amplitudo
getarannya. Ini cenderung mencegah terjadinya kerusakan pada auris interna sewaktu harus
menerima bunyi yang keras. Musculus stapedius berinsersi di collum stapedis dipersarafi oleh
nervus cranialis VII, menarik stapes ke posterior dan menjungkitkan basis stapedis pada fenestra
vestibuli, dan dengan demikian menarik ketat ligamentum annulare stapediale dan memperkecil
amplitudo getaran. Otot ini juga mencegah terjadinya gerak stapes yang berlebih.

3. Telinga Dalam3

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran
dan vestibulir yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea
disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Gambar 3. Organ telinga dalam

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk


lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah
atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.
Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi
endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana
cairan perilimfe tinggi akan natrium dan rendah kalium, sedangkan endolimfe tinggi akan
kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s Membran)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti
yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran.
Organ corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar
(12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat
jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel
pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang
melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan
aselular, dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh
suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.

Gambar 4. Skala vestibuli, skala media, dan skala timpani

Anda mungkin juga menyukai