PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
keperawatan pada salah satu anggota keluarga yang mengalami gizi buruk di
Sesuai dengan maksud dalam pembahasan karya tulis ini bahwa dalam BAB 4
4.1 Pengkajian
Penulis dalam pengkajian memperoleh data subjektif dari keluarga dengan
anggota keluarga yang mengalami gizi buruk. Disamping itu penulis juga
nyata yang didapat dari anggota keluarga yang mengalami gizi buruk.
Dari data pengkajian keluarga didapatkan data Ny. S dan Tn. W
berpendidikan terakhir SMP dan Tn. W bekerja sebagai petani sedangkan Ny.
pentingnya asupan gizi bagi balita. Sedangkan pekerjaan yang terlalu sibuk
bagi orang tua mengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang
anak tidak ada. Didapatkan kesenjangan yang berbeda antara teori dengan
kasus nyata karena pekerjaan orang tua An. A tidak terlalu sibuk, mungkin gizi
susah kalau disuruh makan, An. A tidak suka makan sayur, kebiasaan makan
An. A dalam sehari tidak menentu, makan hanya habis 3-4 sendok. Hasil
pemeriksaan fisik yang didapatkan pada An. A yaitu badan kurus, rambut
lurus, rambut berwarna pirang, dan tipis, BB 10 kg dengan tinggi 100 cm,
lingkar lengan atas (LILA) 13 cm dan lingkar kepala (LK) 49 cm, konjungtiva
anemis, warna rambut kecoklatan, kulit tampak pucat, menu makan anak tidak
pola makan yang salah, anak sering sakit dan perhatian yang kurang, infeksi
penyakit, kurangnya asupan gizi dan berbagai hal buruk yang terkait dengan
kemiskinan. Menerut Nuzula (2016), gizi kurang dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung gizi
dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh, perbedaan sosial dan budaya tentang
kebiasaan makan yang mempengaruhi nutrisi, kurang pengetahuan tentang
nutrisi, kelebihan makanan baik dalam jumlah maupun kualitas yang tidak
pemberian ASI ekslusif. Menurut asumsi peneliti pola makan dan asupan
suami dan anaknya. Menurut Padila, 2012 biasanya keluarga yang mempunyai
balita dengan gizi buruk mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak
sehingga kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi. Hal ini ditemukan kesamaan
antara teori dan kasus nyata, karena pada kasus nyata dalam keluarga terdapat
3 anak dengan status ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah hal ini
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
tidak mampu membeli kebutuhan gizi anak, sehingga anak mengalami gizi
kurang. Asumsi penulis yaitu anak kurang gizi karena status ekonomi
keluarga.
Tahap perkembangan keluarga saat ini memasuki tahap ke IV, yaitu tahap
keluarga dengan anak pertama usia 12 tahun. Menurut Padila (2012), tahap
gizi buruk berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra
sekolah. Sedangkan pada keluarga ini pada tahap anak sekolah jadi ditemukan
perkembangan sesuai dengan teori. Hal ini dibuktikan hasil pengkajian bahwa
anak dari Ny. S selalu belajar untuk mencapai prestasi yang membanggakan.
Pada pengkajian lingkungan, keluarga mempunyai kondisi rumah yang
bersih dan beralaskan plester. Dalam pengkajian ini juga didapatkan kondisi
tempat tinggal. Menurut Friedman, 2010 biasanya keluarga dengan gizi buruk
yang fungsional. Dan pengambil keputusan dari keluarga adalah Ny. S sebagai
istri dan ibu rumah tangga meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah. Hal ini sesuai yang disebutkan Robert Mac Iver dan Charles
Horton dan ditinjau dari hasil pengkajian yang menyebutkan jika anggota
(1998), yakni: saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan
berperan dalam lingkungan sosial sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Gegas (1979) dan Friedman (1998). Secara teori, terdapat lima tugas
keluarga yang sakit. Hal ini belum sesuai dengan tugas kesehatan keluarga
Pada keluarga terdapat masalah yang menjadi stressor bagi keluarga Ny.
pada keluarga Ny. S belum bisa memecahkan koping yang ada pada
keluarga.
A malas makan, makan hanya 3-4 sendok, lingkungan yang kurang bersih,
kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu dan ditemukan data dari
Menurut penulis hal tersebut yang dapat menyebabkan gizi buruk pada An.
penyebab gizi buruk pada anak, antara lain : jarak antara usia kakak dan
adik yang terlalu dekat ikut mempengaruhi, anak yang mulai bisa berjalan
kurangnya pengalaman orang tua terutama ibu mengenai gizi, kondisi sosial
ekonomi keluarga yang sulit, selain karena makanan, anak kurang gizi bisa
problem (P) dapat digunakan tipologi dari (NANDA, 2015-2017) dan etiologi
analisa data berdasarkan data subjektif dan objektif. Diagnosa yang muncul
dan ditemukan pada tinjauan teori dengan kasus mengenai masalah gizi
kekurangan nutrisi.
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
sakit, keluarga tn. W data ini didukung oleh data subjektif : Ny. S mengatakan
kurang mengetahui tentang nutrisi dan cara perawatan gizi buruk, nafsu makan
kurang, menu makan nasi, tempe dan sayur, makan hanya habis 3-4 sendok.
Menu tidak bervariasi, berat badan klien sulit mengalami kenaikan. Data
obyektif berat badan 10 kg dan klien terlihat kurus, kurang aktif dan lesu,
pucat. Menurut analisa penulis kurangnya asupan nutrisi pada anak dapat
menyebabkan gizi kurang ditandai juga dengan BB yang tidak sesuai dengan
usia anak. Lain halnya dengan penelitian Nuzula (2016), menjelaskan bahwa
status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) yang disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat
badan per umur (BB/U) atau underweight, tinggi badan per umur (TB/U) atau
stunting, dan berat badan per tinggi badan (BB/TB) atau wasting. Diagnosa
pertama ini sesuai dengan teori Friedman (2010) menjelaskan bahwa salah
satu fungsi keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Fungsi fisik keluarga
dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal,
secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat
gizi kurang.
makan kurang, menu makan nasi, tempe dan sayur. Menu tidak bervariasi,
berat badan klien sulit mengalami kenaikan. Data obyektif berat badan 10 kg
dan klien terlihat kurus, kurang aktif dan lesu dengan tinggi 100 cm, lingkar
lengan atas (LILA) 13 cm dan lingkar kepala (LK) 49 cm. Gizi kurang dapat
pengkajian ini sesuai dengan teori DEPKES (2012) yang menjelaskan bahwa
ditemukan pada kasus nyata tidak jauh beda dengan perencanaan yang
yang terdapat pada kasus nyata sesuai dengan teori yang ditulis oleh Imam
dengan keadaan klien dan perawatan yang ada sehingga rencana tindakan
dapat dilaksanakan lebih terarah. Dan berdasarkan masalah yang terjadi pada
prasarana yang ada pada rumah sakit. Rencana tindakan harus disesuaikan
kekurangan nutrisi.
Tujuan : setelah dilakukan kunjungan sebanyak lima kali selama 45- 60
penyebab gizi buruk, 4) jelaskan tanda dan gejala gizi buruk pada balita,
mengulangi apa yang telah dijelaskan, 8) beri pujian atas prilaku yang
benar
b. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
kepada keluarga penyebab gizi kurang 4) Jelaskan tanda dan gejala gizi
kebersihan gigi dan mulut, sajikan makanan yang hangat dan tingkatkan
keluarga
lingkungan yang nyaman dan aman, kerjasama antara perawat dan tim medis
yang baik, serta perawat yang kooperatif dan memberikan keleluasaan pada
2007).
kekurangan nutrisi.
Implementasi pertama pada 23 Februari 2018 sesuai dengan intervensi
nutrisi gizi buruk, keluarga bertanya saat penyuluhan, dan keluarga mampu
ada yang mengalami tanda dan gejala gizi buruk untuk memeriksakan ke
kepada keluarga penyebab gizi kurang, menjelaskan tanda dan gejala gizi
memberikan makan sedikit tapi sering, pelihara kebersihan gigi dan mulut,
lingkungan.
4.5 Evaluasi
Evaluasi akhir dari asuhan keperawatan, secara umum masalah yang
menjelaskan kembali mengenai pola nutrisi dan keluarga akan merawat klien,
gizi buruk, dan keluarga memberikan diit yang benar pada penderita gizi
pengetahuan klien tentang pola nutrisi dan cara perawatan gizi buruk.
Evaluasi kedua setelah dilakukan penyuluhan, keluarga mampu
menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi buruk. Data
tanda dan gejala gizi buruk. Analisa masalah teratasi dan planning adalah
buruk.
Evaluasi ketiga setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu
sikap tentang gizi pada ibu mengalami peningkatan yang signifikan terjadi
pada kelompok ibu yang mendapatkan konseling lebih besar daripada ibu
pada kelompok kontrol. Intervensi berisi stimulus akan merubah prilaku
mengatasi masalah gizi kurang pada An. A. Hasil analisa bahwa masalah
atau posyandu untuk konsultasi gizi untu melihat tumbuh kembang anak.
kurang.