Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LANJUT II

Fasilitator : Dr. TAKDIR TAHIR, S.Kep.,Ns., M.Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI TULANG

Disusun oleh:
Kelompok IV

FITRIA C012171011
SUHIRMAN C012171016
ANGGIA RISKIE WIJAYANTI C012171056

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018

i
Daftar Isi

Halaman Sampul ………………………………………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT……………………………….. 4
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………… 11
BAB III PENUTUP…………………………………………………….. 19
Daftar Pustaka …………………………………………………………… iv

ii
Kata Pengantar

Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Gangguan Muskuloskletal Nyeri
Tulang. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok di semester 2
untuk Mata Kuliah KMB Lanjut I pada Program Magister Ilmu Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar.
Makalah ini kami buat dengan melihat berbagai sumber referensi
atau literatur yang ada. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada pada
makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan adanya saran serta kritik yang
dapat membangun, untuk penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Makassar, Maret 2018

TimPenulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri adalah pengalaman subjektif dengan komponen sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan. Nyeri merupakan masalah yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi alasan umum penderitanya
untuk mencari perawatan kesehatan, tidak terkecuali pada kasus nyeri tulang.
Nyeri tulang merupakan nyeri yang berasal dari tulang yang biasanya ditemukan
pada usia anak, remaja ataupun lansia sehingga akan membatasi aktifitas
penderitanya (Mach, Sevcik, & Manthy, 2005; Price & Wilson, 2005).
Nyeri tulang dapat disebabkan beberapa kemungkinan penyebab seperti
faktor trauma, faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Nyeri tulang yang
dirasakan akan menyebabkan ketidaknyamanan dan membatasi pergerakan atau
aktifitas penderitanya sehingga hal tersebut mungkin saja mengganggu kualitas
hidup penderitanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 18% penderita
nyeri mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam beraktifitas, kehilangan fungsi
kapasitas kerja dan penurunan kualitas hidup. Penderita dengan masalah nyeri
memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengalami nyeri tulang (Alkan, Fidan, Tosun, & Ardicoglu, 2014; Reis et
al., 2014).
Tulang merupakan bentuk khusus dari jaringan ikat yang memiliki banyak
fungsi. Salah satunya adalah sebagai pelindung organ – organ vital dan
menunjang beban terhadap gaya tarik bumi. Sebagai pelindung menandakan
bahwa tulang tidak terlepas dari adanya trauma atau cidera, mengalami infeksi
atau karena kelainan metabolik ataupun karena keganasan yang mana
kemungkinan manifestasi yang ditimbulkan salah satunya adalah masalah nyeri
dalam hal ini adalah nyeri tulang (Nencini & Ivanusic, 2016)
Nyeri tulang dapat dijelaskan secara khas dimana nyerinya dalam dan
tumpul yang bersifat lama. Nyeri tulang dapat dikurangi rata-rata dengan

1
beristirahat. Nyeri yang bertambah akibat aktivitas menunjukan adanya memar
sendi, sementara pada kondisi infeksi (osteomilitis), tumor ganas atau komplikasi
vaskuler bisa merupakan adanya tanda nyeri pada satu titik yang terus bertambah.
Nyeri dapat timbul baik secara primer maupun masalah penyertanya (misalnya,
tekanan pada tonjolan tulang, spasme otot, pembengkakan). Tekanan yang
berkepanjangan ditersebut dapat menyebabkan nyeri tulang seperti terbakar. Perlu
dilakukan penghilangan tekanan untuk mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan jaringan lunak lebih jauh (Haegerstam, 2001)
Kerusakan jaringan tulang sering menimbulkan komplikasi yang
memiliki dampak penting pada kualitas hidup pasien karena penyakit tulang
adalah sumber utama rasa sakit dan menyebabkan kesulitan dalam atau
imobilitas, deficit neurologis dan patologis fraktur yang biasa dirasakan oleh para
lansia dimana pada kondisi tersebut para lansia memiliki kekuatan tulang yang
sudah berkurang, hal tersebut dapat terjadi bias karna penurunan hormon, usia,
aktivitas hingga nutrisi (Mercadante, 1997)
Berbagai macam pengobatan terhadap nyeri tulang dan komplikasinya
sudah banyak dilakukan, mulai dari analgetik, paliatif, radioterapi, prosedur
perawatan ortopedik yang sistemik (Purohit, Anthony, Radstone, Owen, &
Coleman, 1994). Beberapa penelitian telah melaporkan manfaat simtomatik,
pasien metastasis tulang diberi inhibitor osteoklas kuat seperti bifosfonat.
Menurut Bruner n suddart,,,pasien yang menderita masalah tulang dan sendi
sering mengalami nyeri yang sangat berat. Seringkali pasien yang menjalani
pembedahan untuk mengoreksi kondisi kakinya mengalami rasa tak nyaman yang
lebih berat dibandingkan dengan yang menjalani pembedahan abdominal
ekstensif. Opiud dan obat pereda nyeri lainnya diberikan sesuai resep, dengan
memperhitungkan usia dan ukuran tubuh pasien begitu pula jenis tempat masalah
muskuluskeletal. Umumnya pasien manula memerlukan pemantauan ketat respon
mereka terhadap pengobatan nyeri karna dapat terjadi perubahan farmakokinetik
atau ekskresi yang diperlambat sesuai dengan usia. Teknik relaksasi, distraksi atau

2
obat dapat digunakan untuk mengurangi nyeri akibat spasme otot, biasanya
pembengkakan dapat dikontrol dan sindrom kompartemen dapat dicegah dengan
meninggikan bagian yang cedera dan meletakkan es di tempat yang cedera selama
20 – 30 menit. Selanjutnya diperlukan evaluasi untuk control nyeri dan tingkatkan
istirahat pasien serta diperlukan juga adanya support atau dukungan yang tinggi
dari keluarga dan orang terdekat terkait dengan kondisi aktivitas yang bisa saja
sangat memerlukan pendampingan total (Nurarif A & Kusuma H, 2015).
B. TUJUAN
Agar penulis (kelompok) mampu :
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan nyeri tulang
2. Merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan nyeri tulang
3. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien dengan nyeri tulang
4. Merumuskan implementasi keperawatan pada pasien dengan nyeri tulang
5. Merumuskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan nyeri tulang
6. Mengidentifikasi praktek – praktek klinik terkait asuhan keperawatan pada
pasien nyeri tulang dengan berbasis bukti ( hasil riset yang valid)

BAB II
KONSEP MEDIS PENYAKIT

A. PENGERTIAN
International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
Nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

3
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Melzack, 2009).
Sedangkan Nyeri tulang adalah nyeri yang berasal dari tulang.
Nyeri tulang adalah kondisi ketidaknyamanan pada tulang yang disebabkan
oleh tekanan extreme atau perubahan respon biologis (pemakaian obat
kemoterapy).(Mach et al., 2005)
B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab nyeri tulang :
1. Cedera yang di tandai adanya bengkak, jarak atau jaringan terbuka,
deformitas.
2. Penyakit penyerta
a. Tumor
b. Lesi
c. Kanker Metastase
d. Kanker tulang (benjolan atau massa di bawah kulit, mati rasa, kesemuta,
e. Penyakit dengan gangguan suplay darah ke jaringan, seperti ; anemia,
dengan gejala ; nyeri sendi, kehilangan fungsi sendi
f. Leukemia
3. Kekurangan Mineral dan Vitamin
Kekurangan vitamin D dan Kalsium dapat menyebabkan osteoporosis. dengan
gejala nyeri otot, dan jaringan, gangguan tidur, kram, kelelahan dan
kelemahan, sakit punggung, postur bungkuk, kehilangan tinggi badan

4. Infeksi
Infeksi yang menyebar ke tulang dan menyebabkan kerusakan sel – sel tulang
seperti osteomielitis (Sheehy, 2013)
C. PATHOFISIOLOGI
Pengalaman sensorik nyeri tergantung pada interaksi antara sistem saraf dan
lingkungan. Pengolahan dari rangsangan berbahaya dan persepsi yang dihasilkan
dari nyeri melibatkan sistem saraf perifer dan pusat. Proses nyeri pada tulang
diawali oleh adanya stimulus (rangsangan) berupa kerusakan jaringan, inflamasi,
infeksi menyebabkan destruksi saraf dan pembuluh darah sehingga terjadi
iskemik yang memicu terbentuknya nekrosis. Sel yang nekrotik ini akan
melepaskan K+ dan protein intrasel sehingga peningkatan konsentrasi K+ ekstrasel
menyebabkan depolarisasi reseptor nyeri nosiseptor (saraf aferen primer yang

4
menerima dan menyalurkan ransangan nyeri yang terdapat pada jaringan subkutis
kulit, otot rangka, tulang periosteum, ligament dan membran mukus) sedangkan
protein menyebabkan inflamasi akibatnya terjadi pelepasan mediator kimiawi
berupa Leukotrien, PGE2, Histamin, Bradikinin dan Serotonin. Leukotrien,
PGE2, Histamin akan mensentisasi nosiseptor, selain itu PGE2, Histamin dan
bradikinin menyebabkan vasodilatasi permiabilitas vaskuler meningkat
menyebabkan capillary bed berisi banyak darah dan statis aliran (kongesti)
menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat, tekananan koloid osmotic menurun
akibatnya cairan plasma keluar ke jaringan interstisial dan terjadilah edema local
(M.Black & Hawks, 2014)

5
Pada kondisi edema ini, tekanan jaringan meningkat yang menyebabkan

rangsangan terhadap nosiseptor dan resepetor nyeri ini melepaskan substansi


peptida (SP, zat yang meningkatkan kepekaan terhadap nyeri) dan peptide yang
berhubungan dengan gen kalsitonin (CGRP) dimana kedua zat tersebut juga
meningkatkan kembali proses inflamasi. Stimulasi di nosiseptor tadi diteruskan
ke Cornu dorsalis kemudian dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim ke neuron-
neuron yang menyalurkan informasi ke sisi berlawanan medulla spinalis di
komisura anterior (transmisi impuls nyeri di medulla spinalis bersifat
kontralateral terhadap sisi tubuh tempat impuls berasal) kemudian menyatu di
traktus spinotalamikus anterior lateralis naik ke thalamus kemudian oleh neuron
di thalamus ini memproyeksikan akson-aksonnya melalui bagian posterior
kapsula interna untuk membawa impuls nyeri ke korteks somatosensorik dimana
korteks ini merupakan tempat nyeri dipersepsikan sebagai suatu sensasi (Price &
Wilson, 2005)
D. JENIS – JENIS NYERI TULANG
1. Nyeri Tulang Akut

6
Nyeri tulang akut adalah kondisi ketidaknyamanan pada tulang yang terjadi
secara mendadak atau dalam waktu singkat, namun nyeri tulang akutbiasanya
terjadi pada kondisi gangguan tulang yang serius, nyeri yang dirasakan sangat
hebat dengan skala nyeri (8 – 10), misalnya ; cedera, fraktur dan memerlukan
pertolongan yang cepat (Haefeli & Elfering, 2006)

2. Nyeri Tulang Kronis


Nyeri tulang kronis mengalami proses secara perlahan dan lama, namun
kondisinya menjadi semakin serius dan berbahaya bagi tubuh. Gejala awal
nyeri tulang kronis biasanya berada pada skala nyeri ringan – sedang (1 – 7),
yang akan berlanjut menjadi kondisi yang berbahaya dan berpotensi
mengalami nyeri seumur hidup jika tidak mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang tepat, serta membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
peruses penyembuhannya, misalnya penyakit kanker, nyeri punggung dan
osteomielitis (Prasetyo, 2010)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
JENIS
KASUS HASIL YANG DIDAPATKAN
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan X-Ray Kelainan struktur Mengevaluasi kelainan muskuloskletal
1. Menggambarkan kepadatan tulang,
tulang, nyeri
tekstur, erosi dan perubahan hub
kronis
tulang
2. Menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan, dan tanda ireguleritas
3. Menunjukkan adanya cairan,
iregularitas, penyempitan dan
perubahan struktur sendi
Meilografi Herniasis diskus Kelainan struktur tulang
Stenosis spinal
Adanya tumor
Rongent Fraktur, Kallus Menentukan lokasi, luas, dan jenis
fraktur
CT Scan Tumor jaringan 1. Menentukan rincian bidang tertentu

7
lunak dari tulang
Cedera ligament 2. Mengidentifikasi lokasi dan
atau tendon panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit dievaluasi (asetabulum)
Biopsi 1. Menentukan struktur dan komposisi
tulang, otot.
2. Menentukan penyakit tertentu
MRI Tumor Abnormalitas jaringan dan penyempitan
jalur jaringan lunak, seperti, otot, tendon
dan tulang rawan
Absorpsiometri Foton Tulang belakang Uji non-invasif untuk menentukan
Tunggal Dan Ganda dan pergelangan kandungan mineral tulang
tangan
Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin dan
leukosit. Sebelum dilakukan pembedahan, pemeriksaan
pembekuan darah harus dilakukan untuk mendeteksi
kecenderungan perdarahan, karena tulang merupakan
jaringan yang sangat vaskuler. Pemeriksaan kimia darah
( kalsium, kadar fosfor, fosfatase asam, kadar kalsitonin,
hormone paratiroid dan vitamin D ).
(Nencini & Ivanusic, 2016)
F. PENGOBATAN & REHABILITASI
Beberapa panduan telah dikembangkan sebagai standar manajemen nyeri
untuk melakukan pengkajian dan manajemen nyeri, diantaranya :
a. Manajemen nyeri proaktif
b. Mengkomunikasinya tentang nyeri yang dirasakan
c. Kolaborasi pemberian analgesic
d. Edukasi tentang manajemen nyeri
(Marras & Leali, 2016)

8
G. Patoflowdiagram Nyeri Tulang (M.Black & Hawks, 2014; Sheehy, 2013)

Bone tumor (1) Osteomyelitis, Osteopetrosis Fraktur


Osteoarthritis (2)

Destruksi saraf & PD Destruksi saraf akibat Kepadatan tulang Periosteum, PD, saraf, Bone
penyempitan dan distorsi meningkat marrow, jarungan lunak yang
Iskemik jaringan foramen tempat lewat saraf membungkus tulang rusak

Nekrosis jaringan

Depolarisasi Nosiseptor Mediator inflamasi (1)

Melepaskan K+, H+ Pelepasan mediator


kimia

Leukotrien PGE2 Histamin Bradikinin Serotonin

Vasodiltasi permiabilitas vaskuler meningkat

Sensistisasi Nosiseptor (2)


Serat – serat saraf menyalurkan impuls nyeri masuk ke Medula
Capillary bed berisi banyak darah & statis aliran
spinalis di akar saraf dorsal (kornu dorsalis ug menerima,
(kongesti)
menyalurkan, memproses impuls sensorik

9
Takanan hidrostatik meningkat, tekanan osmotic
menurun Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim ke neuron yg menyalirkan
informasi ke sisi berlawanan medulla spinaslis di komisura anterior

Cairan plasma keluar ke jaringan interstisial


Kemudian menyatu di Traktus spinothalamikus anterior lateralis

Edema local

Naik ke thalamus
Tekanan jaringan meningkat

Oleh neuron di thalamus memproyeksikan akson


melalui posterior kapsula interna

Melepaskan substansi peptide(SP) dan Menstimulasi nosiseptor (2) Impuls dibawa ke korteks
CGRP Somatosensorik

Meningkatkan inflamasi hingga terjadi kembali Nyeri dipersepsikan


pelepasan mediator inflamasi (1)

P : Nyeri akut P : Nyeri kronik

NOC : Pain level dan Pain control NOC : Comfort level

NIC : Pain management, Simple relaxation therapy NIC : Management medication


dan simple guided imagery
10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang faktual akan memudahkan perawat dalam
menetapkan data dasar untuk menetapkan diagnose keperawatan yang tepat,
merencanakan intervensi dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon
klien terhadap terapi yang diberikan. Hal penting yang dikaji perawat tentang
nyeri adalah ; mengkaji perasaan klien, respon fisiologis klien dan kualitas nyeri
yang dirasakan klien.
Pengkajian nyeri tidak memakai seluruh sistem pengkajian dasar, inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi, Perawat lebih banyak melakukan anamnesa untuk
mengetahui respond an persepsi klien terhadap nyeri yang dirasakan, Inspeksi dan
palpasi digunakan untuk memvalidasi kebenaran respon nyeri yang diungkapkan
klien (Robert Priharjo, S.Kp, M.Sc, 2007)
Pengkajian selama periode akut sebaiknya tidak dilakukan, perawat focus
untuk mengurangi kecemasan klien, sedangkan pada klien dengan nyeri kronis
difokuskan pada dimensi perilaku, afektif dan kognitif, Hal lain yang perlu dikaji
oleh perawat adalah :
1. Data Demografi
PENGKAJIAN TUJUAN
a. Usia Persepsi dan pengalaman nyeri
Faktor penting dalam penentuan
dosis obat
b. Jenis Kelamin Faktor signifikan dalam respon
nyeri (pria lebih jarang melaporkan
nyeri dibandingkan wanita
c. Pekerjaan Klien bekerja lebih banyak
mengandalkan kekuatan otot dan
tulang, seperti ; kuli panggul, atlet
2. Riwayat Kesehatan

11
PENGKAJIAN DITEMUKAN
a. Pengalaman klien terhadap nyeri 1. Klien pernah mengalami nyeri
yang sama sebelumnya
2. Klien baru pertama kali
mengalami nyeri pada salah satu
bagian tulang
b. Riwayat Trauma Riwayat benturan atau trauma
(jatuh, kecelakaan lalu lintas)
c. Riwayat Opname / Tindakan Klien pernah diopname dengan
medis keluhan gangguan pada tulang, atau
menjalani operasi tulang (ORIF,
Amputasi)
3. Pemeriksaan Fisik Nyeri Tulang
PENGKAJIAN DITEMUKAN
a. Tanda – tanda vital Peningkatan tanda – tanda vital,
Nadi, Pernapasan, dan Tekanan
darah meningkat, dilatasi pupil,
diaphoresis.
d. Kondisi Fisik Akral dingin, berkeringat banyak,
pucat, kelemahan, kesakitan, kurang
tidur, cenderung memegang pada
daerah yang sakit, mual, muntah
e. Status emosional Khawatir, takut, cemas, tidak focus
pada pembicaraan.
f. Inspeksi Ada bekas luka pada extremitas atau
bagian tulang yang lain, misalnya
luka di kepala, tangan, kaki dan
tulang belakang.
g. Palpasi Nyeri tekan pada daerah tulang yang
di tunjukkan oleh klien sebagai
sumber nyeri

12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan, NOC dan NIC (Bulecheck, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013; Herdman & Kamitsuru, 2015; Moorhoead, Jhonson, Maas, &
Swanson, 2013).
Masalah NOC
NIC (Nursing Interventions)
Keperawatan (Nursing
Outcomes)

Nyeri Akut Tingkat Nyeri Penatalaksanaan Nyeri:


yang - Lakukan pengkajian nyeri yang
dilaporkan komprehensif meliputi
atau lokasi,karakteristik durasi, frekwensi
ditunjukkan ( kualitas, intensitas atau keparahan nyeri
berat, dan factor presipitasinya.
sedang, - Observasi isyarat ketidaknyamanan
ringan atau nonverbal, khususnya pada mereka yang
tidak ada ) tidak mampu mengkomunikasikan nya
dengan efektif.
- Kendalikan factor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan ( suhu
ruangan, cahaya dan kegaduhan ).
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi misalnya
Transcutaneus electrical nerve
stimulation ( TENS ),terapi music,
terapi aktifitas,terapi bermain,
hypnosis, relaksasi, kompres hangat
atau dingin dan massase.
- Jelaskan tentang metode pemberian
analgetik.
- Penatalaksanaan obat analgetik sesuai
jadwal ( PCA patient controlled
analgesia ).

13
Nyeri Kronik Tingkat Nyeri - Pemberian Analgesik, penggunaan agen
yang dapat – agen farmakologi untuk mengurangi
dilaporkan atau menghilangkan nyeri. ( analgesic
atau narkotik )
- Penatalaksanaan pemberian analgesic
ditunjukkan
golongan narkotik
oleh pasien
- Jelaskan tentang persepsi pasien
( berat,
mengenai analgesik narkotik.
sedang, - Pantau kepuasan pasien dengan
ringan dan penatalaksanaan nyeri ( pengobatan
tidak ada ) yang diberikan )
- Tawarkan tindakan pengurangan nyeri
untuk membantu pengobatan nyeri
misalnya dengan tehnik relaksasi,TENS,
massase.
- Bicarakan pada pasien dan keluarga
bahwa pengurangan nyeri secara total
tidak akan dicapai
C. EVIDENCE BASED PRACTICE THERAPY COMPLEMENTARY
Pada makalah ini disajikan dua (2) masalah keperawatan utama yaitu pain
acute dan pain chronic. Salah satu intervensi mengatasi masalah nyeri tersebut
adalah pain management. Intervensi dalam pain management adalah mengajarkan
pasien terapi nonpharmakologi seperti biofeedback, TENS, hypnosis, relaxation,
guiede imagery, music therapy, distraction, play therapy, activity therapy,
acupressure dan massage dan yang dibahas dalam bab ini salah satunya adalah
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation atau TENS.
Penelitian yang berjudul “Transcutaneous electrical nerve stimulation for
acute pain” oleh (Jhonson, Paley, Howe, & Sluka, 2015), penelitian ini
merupakan intervention review dari berbagai database seperti Cochrane Library;
MEDLINE; EMBASE; CINAHL; and AMED dan berbagai referensi list
percobaan. Dalam review tersebut membandingkan antara pemberian TENS

14
sebagai intervensi dengan TENS placebo sebagai intervensi kontrol. TENS
merupakan agen non-farmakologis yang digunakan oleh orang-orang untuk
mengobati berbagai kondisi nyeri akut pada orang dewasa yang berlangsung < 12
minggu. TENS ini diberikan dengan cara memberikan tegangan arus listrik
tekanan rendah di kulit selanjutnya nyeri dinilai dengan skala nyeri subjektif.
Hasilnya adalah walaupun dalam studi tersebut sebagian orang melaporkan efek
samping dari penggunaan TENS seprti eritema ringan dan gatal pada kulit yang
merupakan lokasi penempatan penempatan elektroda serta ada beberapa yang
tidak menyukai sensasinya, akan tetapi hasil analisis dari penggunaan TENS ini
memberikan bukti tentatif bahwa TENS mampu mengurangi intensitas nyeri saat
diberikan sebagai pengobatan yang berdiri sendiri untuk nyeri akut pada orang
dewasa.
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan TENS dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri yang sifatnya akut pada orang dewasa dan untuk selanjutnya
diperlukan metode atau strategi terkait modifikasi elektroda agar tidak
menimbulkan efek samping pada kulit (Bennett et al., 2010)
D. KUESIONER PENGKAJIAN NYERI
1. Visual Analogue Scales and Other Intensity Scales

2. Faces Pain Scale–Revised

15
16
17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nyeri tulang adalah kondisi ketidaknyamanan pada tulang yang disebabkan
oleh tekanan extreme atau perubahan respon biologis, penyebab nyeri tulang :
- Cedera atau trauma yang ditandai adanya bengkak, jarak atau jaringan
terbuka, deformitas
- Penyakit penyerta seperti tumor, lesi, kanker tulang, kanker metastase,
leukemia.
- Kekurangan mineral dan vitamin
- Infeksi
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat meembantu di dalam
pengkajian diantaranya X-Ray, MRI, CT Scan, serta pemeriksaan laboratorium.
Pengkajian pada nyeri tulang tidak seperti pengkajian sistem lain yang harus
memakai seluruh sistem pengkajian dasar infeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi,
perawat mengkaji perasaan klien, serta lokasi nyeri, dan membaginya kedalam
nyeri akut dan nyeri kronik.
Menurut NIC NOC, prinsip asuhan keperawatan nyeri tulang, bagaimana
nyeri tersebut bisa berkurang atau tidak ada sama sekali meskipun pada fase
kronik pengurangan nyeri secara total tidak akan tercapai, tetapi perawat tetap
berusaha dengan mengkombinasikan dengan tindakan – tindakan nonfarmakologi,
misalnya dengan tehnik TENS.

DAFTAR PUSTAKA

18
Alkan, B. ., Fidan, F., Tosun, A., & Ardicoglu, O. (2014). Quality of life and self-
reported disability in patients with knee osteoarthritis, 24(1), 166–171.
Bennett, M. I., Johnson, M. I., Brown, S. R., Radford, H., Brown, J. M., & Searle, R.
D. (2010). Feasibility Study of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) for Cancer Bone Pain. Journal of Pain, 11(4), 351–359.
https://doi.org/10.1016/j.jpain.2009.08.002
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Calssification (NIC) (6 th). Elsevier.
Haefeli, M., & Elfering, A. (2006). Pain assessment. European Spine Journal,
15(SUPPL. 1), 17–24. https://doi.org/10.1007/s00586-005-1044-x
Haegerstam, G. A. T. (2001). Pathophysiology of bone pain: A review. Acta
Orthopaedica Scandinavica, 72(3), 308–317.
https://doi.org/10.1080/00016470152846682
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan
Klasifikasi 2015 - 2017 (10th ed.). Jakarta: EGC.
Jhonson, M. I., Paley, C. A., Howe, T. E., & Sluka, K. A. (2015). Transcutaneus
electrical nerve stimulation for acute pain. Cocharane Database of Sistematic
Reviews, (6). https://doi.org/10.1002/14651858.CD006142.PUB3
M.Black, J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (S. K. Ns.Aklia
Suslia & S. ke. Ns. Peni Puji Lestari, Eds.) (8th ed.). Singapore: Salemba
Medika.
Mach, L. ., Sevcik, D., & Manthy, P. (2005). Bone cancer pain: From mechanism to
model to therapy. Journal of Pain and Symptom Management, 29(5), 32–46.
Marras, F., & Leali, P. T. (2016). The role of drugs in bone pain. Clinical Cases in
Mineral and Bone Metabolism, 13(2), 93–96.
https://doi.org/10.11138/ccmbm/2016.13.2.093
Melzack, R. (2009). Pain and Stress: Clues toward understanding chronic pain.
IUPsyS Global Resource.

19
Mercadante, S. (1997). Malignant bone pain: pathophysiology and treatment. Pain,
69(1–2), 1–18. https://doi.org/S0304-3959(96)03267-8 [pii]
Moorhoead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Calssification (NOC) (5 th). Elsevier.
Nencini, S., & Ivanusic, J. J. (2016). The physiology of bone pain. How much do we
really know? Frontiers in Physiology. https://doi.org/10.3389/fphys.2016.00157
Nurarif A & Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Jogjakarta.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Price, A. ., & Wilson, M. . (2005). Patofisiologi Konsep klinis proses - proses
penyakit (6 th). Jakarta: EGC.
Purohit, O., Anthony, C., Radstone, C., Owen, J., & Coleman, R. (1994). High-dose
intravenous pamidronate for metastatic bone pain. British Journal of Cancer,
70(3), 554–558. https://doi.org/10.1038/bjc.1994.344
Reis, J. ., Gomes, M. ., Neves, T. ., Petrella, M., Oliveira, R. D. ., & Abreu, D. C. .
(2014). Evaluation of postural control and quality of life in elderly women with
knee osteoarthritis, 54(3), 208–212.
Robert Priharjo, S.Kp, M.Sc, R. (2007). Pengkajian Fisik Keperawatan (2nd ed.).
Jakarta: EGC.
Sheehy. (2013). Keperawatan gawat Darurat dan Bencana. (M. Amelia Kurniati,
SKp, P. Yanny Trisyani, SKp, MN, & M. Siwi Ikaristi Maria Theresia, Ns, Eds.)
(Edisi Indo). Singapore: Elsevier Ltd.

20

Anda mungkin juga menyukai